NovelToon NovelToon

Muhasabah Cinta

Awal

Azan subuh mulai berkumandang. Keluarga Bapak Abdullah sudah bersiap-siap untuk menunaikan solat subuh berjamaah bersama di rumah. Namira, si gadis kecil yang masih berusia 5 tahun itu juga ikut solat berjamaah bersama kedua orang tuanya.

Dengan polosnya, Namira mengikuti gerakan solat yang di pimpin oleh imam. Selesai menunaikan solat subuh berjamaah, Namira mencium kedua tangan orang tuanya. Begitu juga dengan kedua orang tua Namira, mereka mencium kening Namira.

"Semoga kamu menjadi anak yang solehah ya nak?" Ucap sang Ibu kepada putrinya itu, sembari mengusap lembut kepala Namira. Namira kecil hanya menatap Ibunya dengan polos.

Ayam mulai berkokok, suara burung mulai berkicau, pagi mulai menyapa. Namira kecil mulai keluar menuju halaman rumahnya. Lalu seorang anak laki-laki yang umurnya selisih 5 tahun dengan Namira, datang menghampiri Namira.

"Namira.. Ayo kita main.." Ajak anak laki-laki itu.

"Kita main kemana kak?" Tanya Namira dengan wajah polosnya.

"Kita main sepeda Namira, kamu yang bonceng, Aku yang nyetir.. ayok.." Ajaknya lagi.

"Tapi, kata ayah Aku ga boleh main jauh-jauh.." Ucap Namira.

Anak laki-laki itu pun menemui ayah Namira. Iya meminta izin kepada ayah Namira untuk mengajak Namira bermain sepeda. Ayah Namira pun bangga, karena Anak laki-laki itu mempunyai sikap sopan santun.

"Tapi ingat ya Rival, jaga Namira baik-baik..!" Ujarnya sembari menunjukkan telunjuknya.

"Siap, paman.." Ujarnya sembari memberi hormat kepada Ayah Namira.

Anak laki-laki itu biasa dipanggil Rival oleh keluarga dan orang lain. Rival pun menarik tangan Namira dan mengajaknya bermain sepeda. Rival mengayuh sepeda, dan Namira yang berbonceng di belakangnya. Mereka merasa seru dan asyik bermain sepeda.

"Kamu mau belajar naik sepeda juga ga?" Rival menawarkan. Namira mengangguk malu dan tersenyum. Dengan senang hati, Rival mengajari Namira belajar sepeda.

Rival dan Namira selalu bermain bersama. Rumah mereka juga terletak bersebelahan. Meskipun mereka berbeda keyakinan, tetapi mereka selalu hidup rukun dan damai. Bahkan, keluarga mereka juga saling tolong menolong.

Namira juga sering bermain ke rumah Rival. Karena Rival selalu mengajaknya ke rumahnya. Orang tua Rival juga menyayangi Namira seperti putri mereka sendiri.

Rival dan Namira saling sayang. Namira meskipun masih kecil, sudah memakai hijab. Membuat Rival menyukainya. Rival sangat menyukai hijab Namira yang khas. Usia mereka terpaut 5 tahun. Meskipun begitu, tidak membuat Rival merasa canggung meskipun bermain dengan gadis yang lebih kecil darinya.

Rival sangat memahami Namira. Bahkan, senyum Namira dan cara Iya berhijab pun sangat Rival hafal.

Namira dan Rival bermain kejar-kejaran. Sehingga mereka tidak menyadari bahwa di depan mereka ada sebuah batu. Rival terus berjalan mundur mengajak Namira untuk terus mengejarnya. Namira yang melihat batu di belakang Rival akhirnya berteriak.

"Kak Rival, awas!" Teriaknya. Rival pun berbalik badan. Dan tidak sengaja kakinya tersandung batu. Akhirnya, Rival terjatuh. Namira melotot dan menganga sembari iya menutup mulutnya dengan tangannya. Namira segera berlari mendekati Rival.

"Aduh.. sakit.." Rival mengerang kesakitan. Namira yang melihat Rival kesakitan, ikut sedih karena tidak tega.

"Kak Rival sakit ya? Sini Namira obati.." Tanyanya kepasa Rival. Rival hanya mengangguk.

"Sini Aku obati kak.." Ucapnya. Namira pun mengobati luka Rival. Rival memandang Namira yang sedang mengobati lukanya. Namira dengan pelan-pelan mengobati luka Rival sambil meniup-niup.

...****************...

Di pagi hari, tiba-tiba Rival datang ke rumah Namira. Iya menemui Namira yang sedang bermain sendiri di halamannya.

Namira tersenyum melihat Rival. Namira mengira bahwa Rival akan bermain dengannya. Tanpa menjawab, Rival langsung menemui orang tua Namira.

"Selamat pagi bibi, paman." Sapanya tanpa meneruskan kata-katanya seperti biasanya.

"Rival, pasti kamu kesini mau bermain dengan Namira kan?" Tebaknya.

"Iya Bibi.." Jawabnya disertai dengan anggukan. Ibu Namira dan Ayah Namira pun memberi ijin mereka untuk bermain. Rival pun mengajak Namira ke suatu tempat.

"Namira, ikut Aku yuk.." Ajaknya sambil menarik tangan Namira.

Setelah sampai di suatu tempat yang di tuju, Rival menghentikan langkahnya. Rival dan Namira saling berhadapan. Kemudian, Rival meraih kedua tangan Namira.

"Kak Rival kenapa? Kenapa kak Rival terlihat sedih?" Tanya Namira sambil memperhatikan raut wajah Rival.

"Namira, Hari ini adalah hari terakhir kita bertemu." Ungkapnya.

"Maksud kakak?" Tanya Namira tidak mengerti.

"Namira.. Aku, Ayah dan Ibu.. mau pindah ke luar negeri. Jadi, Aku kesini mau pamit sama kamu.." Ungkapnya.

Mendengar hal ini, Namira tertunduk sedih. Kemudian Rival mengangkat dagu Namira yang tertunduk. Namira hanya menatap wajah Rival lekat-lekat.

"Namira, jangan sedih ya.. suatu saat Aku pasti akan kembali lagi kok.. Meskipun Aku ga tahu itu kapan.. Namira, maukah kamu berjanji padaku?" Ujarnya.

"Janji apa itu kak?" Tanya Namira dengan wajah polosnya.

"Namira, janji ya.. kalau kamu akan selalu mengingatku.." Pintanya.

"Aku janji kak, akan selalu mengingat kakak.. Bagaimana mungkin Aku lupa sama kakak.. sementara Aku sudah mengenal kakak.." Jawabnya. Mereka pun mengaitkan jari kelingking mereka, sebagai bukti janji mereka.

"Namira, kamu pakai ini ya.. agar Aku dapat mengenalimu nanti.." Pintanya sembari memberikan sebuah bros hijab kepada Namira. Kemudian, Rival memasangkan bros itu ke kerudung Namira. Namira tersenyum dengan pemberian dari Rival itu.

Tak lama, orang tua Rival datang memanggil Rival. Mereka pun berjalan mendekati Rival dan Namira. Mereka tersenyum kepada keduanya.

"Rival sayang.. Ayo kita pergi nak.." Ajaknya dengan memegang pundak Rival. Rival pun mengangguk pelan sembari melihat wajah Namira.

Kini saatnya Rival untuk pergi. Perlahan, Rival melepaskan genggaman tangan Namira. Genggaman tangan mereka semakin jauh.

Ibu Rival pun menarik tangan Rival. Tapi hal ini tidak membuat Rival berpaling dari pandangannya terhadap Namira.

Sementara Namira, hanya memandangi Rival yang semakin jauh. Hingga Rival masuk ke dalam mobil. Mobil itupun perlahan melaju dan semakin jauh.

Namira akhirnya mengejar mobil yang ditumpangi oleh Rival. Iya berlari dengan kaki kecilnya dengan sekuat yang iya mampu.

"Kak Rival.. jangan pergi kak.. jangan tinggalin Aku.. kak Rival.." Namira berteriak sambil terus mengejar. Hingga pada akhirnya kaki mungilnya tidak mampu mengejarnya.

Namira pun tersungkur di jalan. Iya tidak dapat mengejar mobil yang ditumpangi mereka.

"Ya Allah.. adek ga apa-apa?" Tiba-tiba seorang Ibu berlari menghampiri Namira yang terjatuh. Dengan refleks, Namira memeluk Ibu yang menghampirinya itu.

Ibu itu sangat kaget. Iya heran karena Namira menangis sesenggukan. Ibu itu mengira bahwa Namira menangis karena sakit. Dengan ramah dan penuh kasih sayang, Ibu itu mencoba menenangkan Namira.

Iya kemudian mengobati luka Namira. Ibu Itu menggendong Namira dan mengantarnya pulang.

...****************...

"Ayah, Boleh Namira meminta sesuatu?" Pinta Namira.

"Namira minta apa?" Tanya sang ayah.

"Ayah.. Namira ingin tinggal di pesantren aja yah.." Ucapnya tiba-tiba.

"Namira, nanti kalau Namira sudah cukup umur.. Namira boleh tinggal di pesantren ya.." Ujar Ayahnya.

"Namira maunya sekarang yah.. Ijinkan Namira tinggal di sana yah.. Namira mohon.." Rengeknya Sembari berlutut dihadapan sang ayah.

Orang tua Namira merasa aneh. Ada apa dengan putrinya itu. Namun, karena Namira terus merengek, akhirnya Orang tuanya pun menuruti kemauan Namira.

Namira ingin tinggal di pesantren semata-mata hanya ingin melupakan Rival sementara.

20 Tahun Kemudian

Aku Namira Azahra. Sudah 20 tahun lamanya Aku hidup di kawasan pesantren. Aku sangat menikmati kehidupan disini. Aku bukan cuma tinggal di sini. Tetapi Aku juga menimba Ilmu disini.

Tidak terasa waktu berlalu begitu cepat. Banyak hal yang Aku dapat di pesantren ini. Banyak pelajaran yang Aku petik di sini. Tidak terasa juga sebentar lagi, Aku akan meninggalkan pesantren ini.

Aku akan menjalani kehidupan di luar pesantren. Aku pasti akan merindukan kehidupan disini. Sejenak, Aku menikmati pemandangan pesantren yang hijau dan rindang ini.

Aku terduduk di kursi panjang yang terletak di taman belakang. Aku menghirup udara segar yang ada di taman pesantren ini. Aku pejamkan mata sejenak untuk menikmati semuanya.

"Kak Namira..." Panggil salah seorang santri yang bisa dikatakan sebagai adik kelasku. Seketika membuyarkan lamunanku. Aku segera menoleh ke arahnya.

"Iya, ada apa dik?" Tanyaku.

"Kak Namira dipanggil pak Kiyai tuh.." Ungkapnya. Lalu iya pun berlalu pergi setelah menyampaikan pesan kiyai.

Aku segera bergegas menuju ruangan Kiyai. Setelah sampai di sana, Aku merasa enggan masuk ke dalam ruangan itu. Aku perlahan melangkahkan kaki ku dengan ragu-ragu. Sang Kiyai menyadari kehadiranku. Iya pun memanggilku. Aku pun menghadap Kiyai. Entah apa yang ingin disampaikan oleh beliau.

"Namira sini nak.." Panggilnya.

Sikap Pak Kiyai memang berbeda kepadaku. Panggilan Pak Kiyai kepadaku seperti Iya memanggil anaknya. Pak Kiyai memanglah menganggap Aku seperti putrinya sendiri. Mulai dari pertama Aku masuk ke pesantren ini, Pak Kiyai selalu perhatian padaku. Aku pun juga menyayanginya seperti ayahku sendiri.

"Ada apa abah?" Tanyaku kepada pak Kiyai. Pak Kiyai menyuruhku untuk memanggilnya Abah. Seperti halnya putrinya sendiri.

"Namira.. Ini untuk kamu.." Kata abah sembari memberikan sebuah kotak yang Aku sendiri tidak tahu isinya.

"Apa ini bah?" Tanyaku penasaran.

"Kamu buka saja sendiri.. nanti juga tahu isinya.." Jawabnya.

Aku pun membuka kotak itu. Aku pun melongo melihat isi kotak tersebut. Pak Kiyai membelikan sebuah laptop mahal. Pak Kiyai hanya tersenyum kecil melihatku.

"Abah, apa ini terlalu berlebihan?" Tanyaku.

"Tidak nak.. kamu pantas mendapatkan itu. Sebentar lagi kamu kan mau melanjutkan S2.. Gunakan barang itu sebaik mungkin. Abah tahu kamu membutuhkan itu.." Ujar Kyai. Aku hanya diam dan menyimak nasehat Abah.

"Tapi, satu hal yang ingin abah pesan. Dimana pun kamu berada, jangan pernah tinggalkan solat. Karena dengan solat akan menjaga kamu dari perbuatan yang Allah larang. Dan dengan solat, akan mencegah dari perbuatan yang mungkar." Nasehatnya.

"Iya bah.. terimakasih atas nasehatnya abah.. Insha Allah Aku tidak akan lupa dari nasehat ini. Doain Aku ya bah.." Pintaku ke Abah. Abah hanya mengangguk samar. Aku pun pamit dan mencium tangan Abah.

Aku pun keluar dari kamar Kiyai. Sembari merangkul laptop pemberian Abah. Aku akan gunakan laptop ini sebaik mungkin, sesuai pesan Abah.

Hari ini, adalah hari terakhir Aku berada di pesantren. Karena Aku besok sudah waktunya untuk memulai kehidupan di alam terbuka.

Tidak terasa, malam pun telah tiba. Azan Magrib telah berkumandang. Aku segera ke mushollah pesantren untuk menunaikan solat magrib berjamaah. Selepas Solat Magrib, Aku membaca zikir sambil menunggu azan Isyak berkumandang.

...****************...

Selesai solat Isyak, Aku pun segera beranjak menuju ke kamar. Aku mulai merapikan barang-barang ku untuk persiapan pulang besok.

Aku merenung sejenak di kamar ini. Aku melihat langit-langit kamar pesantren. Pandanganku mengitari seluruh kamar ini. Rasanya sangat berat ketika Aku harus meninggalkan pesantren ini. Karena 20 tahun lamanya Aku berada di sini.

Sebenarnya Aku merasa sedikit takut berada di dunia luar. Aku takut jika Aku nantinya harus sesat jalan. Aku takut lalai dengan pasan Kiyai ku. Tapi, Aku harus menjalani semua ini. Demi cita-cita dan impianku.

Aku menghela nafas dalam-dalam. Aku mengucapkan kalimat basmalah dalam hatiku. Berharap Allah selalu melindungi hatiku.

...****************...

Tidak terasa ayam sudah mulai berkokok. Pagi mulai menyapa. Aku pun segera bersiap-siap untuk pulang.

Sebelum Aku meninggalkan pesantren ini, Aku terlebih dahulu menemui Umi. Istri dari sang Kiyai.

Tok

Tok

Tok

Aku mulai mengetuk pintu kamar Umi. Tak lama kemudian, Umi pun membukakan pintu kamarnya. Sebuah senyuman manis terpampang di wajah Umi hingga terlihat 2 lesung pipit di pipinya. Umi tersenyum ketika melihatku datang menghampirinya.

"Namira.. Ayo masuk dulu.." Ajak Umi. Aku pun mulai melangkahkan kaki ku untuk masuk ke kamar Umi.

Aku melihat sekeliling kamar. Sebelumnya belum pernah Aku masuk ke kamar ini. Ternyata, kamar Umi begitu luas dan megah. Bagaikan kamar seorang ratu. Aku sungguh takjub begitu melihat kamar ini. Kamar Umi sungguh memukau, rasanya sangat sejuk jika berada di kamar ini. Bak kamar seorang bidadari. Siapapun yang masuk ke kamar ini, pasti akan merasa betah dan tidak ingin keluar.

Tidak sembarang orang dapat masuk ke kamar ini. Yang dapat masuk ke kamar ini hanyalah orang-orang pilihan dan terpercaya. Aku merasa bersyukur karena menjadi salah satu kepercayaan Umi.

Umi berpesan kepadaku, agar Aku tetap menjadi perempuan yang tak pernah lepas dari hijab. Karena dengan hijab, dapat menjaga seorang perempuan dari fitnah. Umi berpesan agar Aku tetap menjadi perempuan yang tetap berpegang teguh terhadap keimanan dan keislaman ku. Agar Aku tetap menjaga kehormatan seorang perempuan.

Aku mendengarkan pesan umi dengan seksama. Sembari memandang wajah Umi yang sangat cantik bakal bidadari. Umi ini sangat cantik seperti bidadari. Menurutku Umi merupakan jelmaan dari bidadari yang dianugerahi untuk abah. Senyum Umi begitu manis, terlihat 2 lesung pipit dari kedua pipinya.

Umi tidak pernah mempamerkan wajahnya di depan umum. Jika di luar Umi selalu menggunakan cadar. Dari dulu Aku penasaran dengan wajah Umi. Dan sekarang pun rasa penasaranku terjawab. Ini adalah pertama kalinya Aku melihat wajah Umi. Aku merasa takjub ketika melihat wajahnya.

"Namira.." lamunanku tentang Umi pun buyar. Karena Umi melambaikan tangannya di depan wajahku.

"Iya Umi..." Jawabku sedikit merasa malu.

"Kamu paham dengan pesan Umi kan?" Tanya Umi.

"Iya Umi.. saya paham." Jawabku sembari menganggukkan kepala.

Umi memberiku pesan berharga. Aku selalu ingat pesan Umi. Aku janji, akan menjaga pesan Umi dengan baik. Akhirnya, Aku pun pamit ke Umi. Aku terlebih dahulu mencium tangan Umi. Dan Aku mulai melangkah keluar dari kamar Umi.

Hari ini adalah saatnya Aku meninggalkan pesantren. Untuk langkah yang lebih maju. Sebelum Aku meninggalkan pesantren ini, Aku terlebih dahulu memandang pesantren ini. Dan Aku pun mulai meninggalkannya.

Seorang sopir utusan pesantren mengantarkan Aku sampai depan rumah. Aku segera berlari menemui Ibu dan Ayahku.

"Ayah.. Ibu.. Namira pulang.." Teriakku.

"Namira.. kenapa kamu teriak-teriak? Harusnya kamu memberikan salam terlebih dahulu.." Tegur Ayah.

"Iya yah.. maaf.." Kataku kepada ayah.

Kampus

Hari ini adalah hari pertama Aku masuk kuliah S2. Sebelum berangkat, Tak lupa Aku menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskan. Kalimat Basmalah pun tak lupa juga Aku ucapkan. Aku pun pamit kepada kedua orang tuaku.

"Ayah, Namira berangkat dulu ya.." Pamit ku kepada ayah. Sembari mencium tangannya.

"Namira, ingat! Sesibuk apapun kamu di kampus.. jangan pernah tinggalkan solat. Kamu paham?" Pesan Ayah. Aku pun mengangguk paham dengan pesan itu.

"Iya yah.." Jawabku singkat. Setelah mencium tangan Ayah, Aku pun bergantian mencium tangan Ibu. Aku juga pamit kepadanya. Ibu pun mengangguk, dan mengulas sebuah senyuman kepadaku.

"Hati-hati ya Namira.." Pesan Ibu kepadaku. Aku pun juga mengangguk.

Aku pun mulai melangkahkan kakiku untuk berangkat ke kampus. Tak lupa kalimat Basmalah Aku ucapkan lagi. Aku pun menaiki angkutan umum untuk menuju kampus. Karena Aku tidak memiliki kendaraan sendiri.

Tidak mengapa Aku berangkat ke kampus dengan angkutan umum. Niatku untuk menimba Ilmu. Inilah awal perjuanganku menimba Ilmu di dunia luar.

...****************...

Angkutan umum yang Aku tumpangi sudah sampai di depan kampus. Aku pun turun dari angkutan tersebut. Tak lupa Aku membayar ongkos angkutan itu. Setelah membayar, angkutan itupun mulai melaju.

Aku mulai berjalan menuju gerbang kampus. Aku mulai melihat bangunan kampus yang begitu megah dari luar. Aku melihat sekeliling dari halaman depan kampus. Aku merasa takjub dengan bangunan itu. Aku berfikir, ternyata di sini tempatnya untuk Aku menimba Ilmu kedua.

Sebenarnya Aku mulai gugup kembali ketika melihat bangunan sebesar ini. Aku merasa ragu dan sedikit takut. Karena baru pertama kalinya Aku berada di dunia luar. Aku juga melihat orang berlalu lalang di kampus ini.

Lagi-lagi Aku menarik nafas dalam-dalam lalu menghembuskan. Aku mulai memasuki kampus. Rasa malu dan tidak percaya diriku mulai muncul karena semua orang melihatku. Aku seakan-akan menjadi pusat perhatian. Mungkin, karena penampilanku yang aneh menurut mereka.

Mungkin, karena Aku berhijab sedangkan mereka berpenampilan seksi. Aku mencoba untuk tidak peduli dengan mereka. Aku pun mempercepat langkahku. Dengan jalan sambil menunduk.

Buk!

Tidak sengaja, Aku menabrak seseorang. Aku pun mengangkat kepalaku. Ternyata yang Aku tabrak adalah seorang perempuan. Perempuan ini cukup cantik dan penampilannya terbilang seksi tapi elegan. Dengan rambut yang terurai.

"Aduh.. buku ku.. lecet jadinya.." Keluhnya.

Mendengar keluhnya Aku segera melihat ke bawah. Aku sadar, bahwa Aku telah menjatuhkan barang milik perempuan ini.

"Oh.. maaf mbak.. Aku gak sengaja." Ucapku sembari membantu mengambil barang milik orang itu.

"Kamu itu kalau jalan bisa lihat ga sih? Jalan kok sambil nunduk. Ini kawasan kampus.. tempatnya luas.. Jadi kalau jalan lihat ke depan.." Ujarnya kesal

"Sekali lagi Aku minta maaf mbak.. Aku tidak sengaja.." Permintaan maaf ku yang kedua.

"Enak banget kamu minta maaf.. setelah kamu menjatuhkan buku Aku.. untung saja buku Aku ga lecet.. coba kalau sampai lecet, Aku bisa minta ganti sama kamu." Sungutnya.

"Aku kan sudah minta maaf bak.. Lagian kan itu cuma buku.." Jawabku.

"Heh.. ini buku bukan sembarangan.. paham kamu?" Katanya sedikit Mendorong pundak ku.

Tiba-tiba datanglah seorang laki-laki yang berjalan mendekati kami.

"Ada apa ini?" Tanyanya.

Perempuan itu pun mendekati laki-laki tersebut dan menggandeng lengannya

"Honey... perempuan ini menabrak Aku.. lihat tuh.. barang-barang Aku jatuh semua gara-gara dia." Adanya dengan manja sembari menunjuk ke arahku.

Seketika, laki-laki itu melihat ke arahku. Dengan segera Aku pun menundukkan pandanganku.

"Sekali lagi Aku minta maaf.. Aku benar-benar tidak sengaja.." Ucapku dengan posisi menundukkan kepala.

"Halah.. ga usah bohong kamu.. kamu pasti sengaja kan.." Sungutnya.

"Terserah mbak saja percaya atau tidak.. yang penting saya sudah menjelaskan dan saya pun sudah minta maaf. Saya permisi." Ucapku dan segera berlalu meninggalkan mereka.

Aku pun langsung pergi menuju ruangan kelas. jam mata kuliah pun telah di mulai. Sambil menunggu dosen datang, Aku mengisi waktu dengan zikir.

Tak lama, muncullah seorang dosen yang masih muda. Seketika Aku dibuat melongo oleh dosen tersebut. Mataku tertuju kepadanya.

Dosen itu terlihat muda dan tampan. Tubuhnya kekar dan tegap. Dadanya terlihat bidang. Punggungnya lebar. Kulitnya putih, hidungnya sedikit lebih mancung, bibirnya tipis, alisnya agak tebal. Iya berjalan melewati depanku.

Aku Seketika menundukkan kepala. Aku sadar apa yang Aku lihat ini adalah sebuah godaan. Aku pun segera mengucapkan kalimat istighfar berkali-kali. Jam kuliah pun segera dimulai. Aku berfikir Aku harus fokus ke pelajaran hari ini. Tanpa melihat wajah dosen, Aku tetap mendengarkan dengan seksama.

...****************...

Akhirnya jam kuliah pun telah selesai. Aku pun segera bersiap-siap untuk segera keluar dari ruang kelas. Setelah semuanya siap, Aku segera beranjak dari tempat duduk dan ingin keluar. Aku pun mulai melangkahkan kakiku.

"Tunggu!" Langkahku seketika terhenti karena dosen memanggilku. Aku pun membalikkan tubuhku lagi. Dan Dosen itu pun mulai melangkahkan kakinya ke arahku. Aku menundukkan kepalaku. Aku tidak berani menatap ke wajahnya.

"Apakah ini punya kamu?" Tanyanya. Aku pun melihat benda yang di pegang oleh dosen itu. Benda itu adalah sebuah bros yang mirip dengan punyaku. Aku pun meneliti kerudung ku. Ternyata benar, bros itu adalah milikku.

"Iya Pak, itu punya saya.." Jawabku sedikit mengangguk. Aku segera ingin meraih bros itu di tangan dosen. Tapi, Dosen itu malah menjauhkan bros itu dari tanganku.

"Eits tunggu dulu.. Namamu siapa?" Tanya Pak dosen.

Aduh.. baru tanya nama saja, kenapa Aku jadi merasa gugup gini ya? Ah, mungkin ini cuma perasaan Aku aja yang canggung. Wajarlah sebelumnya Aku belum pernah melihat dunia luar. Jadi begini jadinya, ga bisa liat barang bagus dikit.

"Namamu siapa?" Tanyanya lagi membuat Aku sedikit tersentak.

"Nama saya Namira Pak.." Jawabku.

"Nama lengkapnya?" Tanyanya lagi.

"Namira Azahra." Jawabku singkat.

"Nama yang indah.. sesuai dengan orangnya juga cantik.." Ucapnya seperti memuji. Mendengar Pak dosen memuji ku Aku sedikit merasa besar kepala. Aku sedikit malu ketika Pak dosen bilang Aku cantik.

"Kenalin Aku Steven." Ucapnya sembari mengulurkan tangannya untuk bersalaman denganku.

Aku menolak uluran tangan itu. Aku tahu agamaku melarang Aku untuk bersentuhan dengan lawan jenis yang bukan muhrim. Aku membalasnya dengan mengatupkan kedua tanganku. Aku juga mengulum senyum kepadanya.

Pria itu tertegun ketika Aku menolak uluran tangannya. Iya pun mengembalikan tangannya ke posisi semula. Pria itu kemudian mengembalikan bros milikku. Aku segera mengambil bros itu.

"Saya permisi dulu Pak.. sekali lagi, terimakasih.." Ucapku. Aku langsung membalikkan tubuhku, dan langsung beranjak pergi.

Sementara Steven masih tertegun menatap Namira yang sudah tidak terlihat.

...****************...

Aku menunggu angkutan di depan kampus dengan sabar.

*****......

Suara klakson motor mengagetkan ku. Aku melihat ke arah bunyi klakson. Ternyata itu dosen yang tadi.

"Namira, kamu nunggu siapa?" Tanyanya.

"Saya nunggu angkutan pak.." Jawabku.

"Jam segini mana angkutan? Mending kamu bareng Aku aja.." Tawarnya.

"Tidak, terimakasih pak.. lebih baik saya tunggu Angkutan saja.." Tolak ku.

Pak Steven masih memaksaku untuk pulang bareng dengannya. Namun Aku menolak.

"Tidak pak.. sekali lagi terimakasih atas tawarannya. Saya takut pacar bapak cemburu melihat ini.. Saya permisi." Ucapku. Aku pun langsung menjauh dari Pak dosen.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!