Brakk...
Hot News Jakarta :
Dikabarkan telah meninggal dunia Tuan Aldava Putra Mahesa yaitu pewaris tunggal Mahesa Corp. akibat kecelakaan di ruas jalan tol Jagorawi km. 20 yang di duga karena mengantuk dan faktor kelelahan.
"Haha...haha..."
"Akhirnya setelah berulang kali aku mencoba membunuhnya dan menunggu cukup lama hingga dia berusia tiga puluh tahun, anak sialan itu lenyap juga dari muka bumi ini. Mari kita bersulang sayang untuk merayakan kemenangan kita," ucap Farina, ibu tiri Aldava.
Sedangkan ditempat lain ada seorang wanita yang tengah cemas menanti suaminya yang belum juga pulang.
"Tadi Aa Davi pamit cuma sehari ke Bogor tapi kenapa sudah dua hari belum juga pulang? Apa ada urusan mendadak lainnya yang aku tak tahu?" batin Yasmin, 25 tahun, istri Davi.
🍁🍁🍁
"Sialan! Siapa yang coba membunuhku? Kurang ajar!" pekik Aldava.
"Sabar Tuan, kita harus bisa mengatur siasat jitu agar sekali tepok maka lalat busuk itu bisa kita singkirkan," tutur Lexi yang berusaha menenangkan bosnya yang tengah emosi tingkat dewa.
"Lelaki itu sangat mirip denganku, Lex? Siapa dia?" tanya Aldava heran.
Lexi tengah berpikir," Saya juga belum mengetahuinya Tuan, tetapi saya janji akan segera mencari tahu siapa lelaki yang mirip Tuan dan dia berakhir tewas yang seharusnya Tuan lah target sasaran mereka," tutur Lexi sembari menghela nafas dalam.
"Kamu cari tahu detail informasi jati diri dan keluarga lelaki yang mirip aku tersebut dan akhirnya keluargaku mengira aku yang telah meninggal padahal bukan," perintah Aldava.
"Siap Tuan," balas Lexi dengan hormat.
Di sebuah desa terpencil di kabupaten Bandung Barat yang bernama kampung Lebaksiuh terletak di tapal batas Kecamatan Cipatat dengan Kecamatan Saguling, seorang wanita yang tengah berbadan dua sedang ditemani tetangga lelaki bernama Hasan di teras rumahnya.
"Gimana Yas, apa sudah ada kabar dari Davi?" tanya Hasan, 35 tahun.
"Belum kang Hasan. Ponsel Aa Davi juga mendadak gak bisa dihubungi," tutur Yasmin seraya menghela nafas dalam.
"Nanti coba aku tanya atasan dari pabrik perkebunan karet apa memang Davi ada urusan lain di Bogor. Setahuku Pak Jono baru pulang tadi pagi tetapi sendirian. Pas aku tanya katanya Davi sudah pulang lebih awal malahan cuma kemana dia juga gak tahu," tutur Hasan.
"Sabar ya Nak, Ayah pasti sebentar lagi pulang. Kamu pasti kangen di elus-elus ya?Ibu juga rindu pada Ayahmu," batin Yasmin seraya mengelus perutnya yang tengah membuncit.
Di sebuah pemakaman mewah bernama San Diego Hills yang terletak di Karawang, Jawa Barat, tengah berlangsung pemakaman pewaris tunggal keluarga Mahesa yang bernama Aldava Putra Mahesa.
Tuan Mahesa, Ayah dari Aldava yang tengah sakit keras sungguh tak kuasa menahan tangis dan pilu di hatinya. Istri pertamanya telah meninggal dunia ketika melahirkan buah hatinya, kini ia harus ditinggal putra semata wayangnya untuk selama-lamanya.
Gundukan tanah merah bertabur bunga menandai pemakaman Aldava telah usai. Di sana tertinggal Tuan Mahesa beserta anak buahnya dan Farina, ibu tiri Aldava yang tengah berpura-pura sedih kehilangan Aldava padahal semua ini adalah rencana busuknya.
Akan tetapi ingatlah bahwa Tuhan adalah Maha Segalanya yang paling berkuasa di jagad raya ini. Farina tentu berpikir bahwa ia berhasil membunuh Aldava padahal faktanya kini Aldava tengah disembunyikan oleh Lexi, asisten kepercayaan Aldava di suatu tempat yang jauh dari hiruk pikuk.
Farina tidak tahu bahwa yang ia lenyapkan bukan Aldava tetapi orang lain.
Tok...tok...tok...
Kriet...
Derit pintu rumah Yasmin terbuka menampilkan sosok yang tengah ia nantikan kehadirannya.
Deg...
🍁🍁🍁
Setelah Lexi melakukan penyelidikan terkait lelaki yang mirip Tuannya itu. Ia menjelaskan pada Aldava bahwa lelaki yang meninggal tersebut dalam mobil miliknya bernama Aldavi Wiyono.
Putra pertama dari sepasang suami istri yang bernama Wiyono dan Ratna yang biasa dipanggil Davi. Namun Aldavi sudah menjadi yatim piatu sejak usianya lima belas tahun karena kedua orang tuanya meninggal dunia akibat kecelakaan.
Saat kejadian kecelakaan yang menimpa Wiyono dan Ratna selain menyebabkan orang tua Aldavi meninggal, juga membuat adik lelakinya yang beda usia satu tahun di bawahnya ikut menjadi korban bernama Ranggi Wiyono.
Alhasil dirinya sudah sebatang kara sejak umur lima belas tahun. Sekolah hanya sampai tamatan sekolah menengah umum dan setelah lulus langsung diterima bekerja di perkebunan karet.
Aldavi sendiri tak berkecimpung dalam urusan kantor perkebunan karet karena dirinya hanya buruh kasar saja yang sehari-harinya menemani mandor perkebunan untuk memantau panen maupun kendala saat di lahan dan juga terkadang membantu pengiriman hasil panen karet ke tempat tujuan karena dia bisa mengendarai kendaraan seperti mobil maupun truk.
Saat usia Aldavi dua puluh lima tahun, lelaki itu menikahi Yasmin. Wanita yang telah membuatnya jatuh hati sejak lama namun takut untuk meminangnya karena dirinya sadar hanya buruh biasa dan juga orang tuanya hanya berasal dari kalang biasa sedangkan Yasmin adalah putri dari kepala desa seberang dari tempat tinggal mereka sekarang.
Pak Sastro, 55 tahun, ayah kandung Yasmin sangat menolak hubungan Aldavi dengan putri semata wayangnya karena faktor ekonomi dan strata sosial. Sebagai orang tua, Pak Sastro ingin putrinya itu menikah dengan orang berpunya agar tak kesusahan bekerja keras menopang rumah tangga.
Yasmin sendiri adalah seorang guru sekolah dasar di desa tempat mereka tinggal. Lokasinya cukup jauh dari rumah mereka. Setiap hari Aldavi mengantar istrinya bekerja dengan mengendarai motor bututnya. Sekitar tiga puluh menit berkendara motor dari rumahnya akan tiba di sekolah tempat Yasmin mengajar.
Saat ini Yasmin tengah mengandung sekitar tiga bulan, buah hatinya dengan Aldavi. Sebelumnya Yasmin dan Aldavi tengah ribut kecil karena saat tengah pulang ke rumah, Pak Sastro meminta Yasmin untuk tinggal bersama di rumahnya namun Yasmin menolak dengan tegas.
Pak Sastro tidak tega melihat kehidupan anaknya tinggal di gubug sederhana bahkan untuk mandi serta hal lainnya masih harus bekerja keras menimba sumur. Rumah Aldavi juga banyak bocor saat hujan tiba. Berbeda dengan rumah Pak Sastro yang memang memiliki fasilitas cukup memadai sebagai seorang kepala desa.
Dirinya sebagai Ayah sedih melihat kehidupan putrinya walau ia tahu keduanya saling mencintai tetapi tetap sebagai Ayah tentu saja tak ingin berpangku tangan. Terlebih ibu kandung Yasmin sudah meninggal sejak sepuluh tahun yang lalu karena sakit darah tinggi.
Setelah kepulangan Pak Sastro kala itu, Aldavi langsung menegur Yasmin secara halus agar tidak bernada tinggi kepada orang tua. Dirinya tahu bahwa Ayah kandung Yasmin walau telah memberi restu padanya sehingga bisa menikahi Yasmin namun hingga sekarang masih belum bisa seratus persen menerima sosok Aldavi sebagai menantunya.
Akan tetapi saat Aldavi menasehati Yasmin namun karena istrinya masih emosi dengan Ayah kandungnya, sehingga sempat tak sengaja membentak suaminya itu. Alhasil Aldavi kecewa dan sempat bersikap dingin lalu besoknya saat ada urusan menemani mandor pergi ke Bogor dirinya langsung mengiyakan tanpa bertanya dulu pada Yasmin.
Kini seorang wanita berbadan dua itu tengah gundah gulana menanti kepulangan suaminya terlebih di dera rasa bersalah bergulung rindu.
🍁🍁🍁
"Jadi istri si Davi itu tengah berbadan dua?" tanya Aldava dengan dahi mengkerut.
"Iya Tuan. Kalau saran dari saya untuk sementara kita masih mengusut tuntas kecelakaan yang merenggut nyawa Aldavi yang tentunya sasaran mereka adalah Tuan, lebih baik Tuan menyamar sebagai Aldavi."
"Tuan bersembunyi dahulu dan berpura-pura menjadi suami Yasmin. Biarlah keluarga Tuan mengira bahwa Tuan sudah meninggal. Saya yakin musuh Tuan akan segera go public, terlebih ingin menggenggam semua kekayaan keluarga Mahesa," tutur Lexi dengan tegas.
"Bagaimana bisa kamu menyuruhku menjadi suami palsunya? Kalau tiba-tiba wanita itu ingin bercinta denganku bagaimana hah?" pekik Aldava.
"Ya Tuan harus tahan banting agar antena Tuan gak bangun untuk minta sarapan bernutrisi empat sehat lima sempurna," ucap Lexi dengan kekehan dibalas Aldava dengan lemparan tisu ke wajah asistennya yang somplak satu ini.
"Ide menyesatkan macam apa itu? Aku dan dia belum sah menikah bagaimana aku akan menggaulinya? Bahkan antenaku masih perjaka ting tong belum ada wanita manapun yang pernah menyentuhnya kecuali nanti istriku di masa depan," ocehan Aldava dengan bersungut-sungut pada Lexi.
"Banyak wanita yang mengincar jadi istri Tuan kenapa tak ada satupun yang hinggap di hati? Apa masih ada nama Rara di hati Tuan?" tanya Lexi lugas.
Lexi bukan hanya asisten pribadi sekaligus orang kepercayaan Aldava tetapi dia juga sudah lama bersahabat dengan sang majikan. Berkat kebaikan Tuan Mahesa dan Aldava maka dirinya bisa menjadi orang berpendidikan serta memiliki derajat yang lebih baik daripada harus hidup di bawah kolong jembatan sebagai anak yatim piatu yang tidak jelas hidupnya. Sehingga kehidupan Aldava secara mendetail pun dengan karakter sang majikan sangat ia pahami dengan baik.
"Rara?" batin Aldava.
🍁🍁🍁
Rara, sosok nama dan cinta yang telah lama ia lupakan. Sungguh saat ini hatinya sudah kosong tak ada nama tersebut walau terkadang bila kenangan lama kembali datang padanya, di ujungnya masih samar-samar terkenang akan Rara sang mantan kekasihnya yang telah memutuskan menikah dengan calon suami yang disodorkan oleh orang tuanya wanita itu atas dasar perjodohan sehingga kisah cinta dua sejoli ini harus kandas di tengah jalan.
"Entahlah aku tak tahu Lex, sudah lama aku tak mendengar kabarnya. Mungkin dia sekarang sudah punya anak dan bahagia bersama suaminya," ucap Aldava cuek.
"Rara dan orang tuanya pasti nyesel ninggalin kamu bos," ucap Lexi.
"Rara gak salah juga ninggalin aku. Dia hanya ingin berbakti pada kedua orang tuanya yang telah menjodohkan dirinya dengan lelaki lain. Aku tahu hatinya baik bahkan saat berpisah denganku dia sampai ingin memberikan mahkotanya padaku hanya ingin memberikan kado cinta spesial untukku sebelum dirinya menikah. Dikarenakan ia gak rela bila nanti lelaki yang tidak ia cintai yang akan mendapatkan mahkotanya," tutur Aldava.
"Gila! Terus bos ambil tuh mahkota? Kayaknya enggak mungkin deh. Gue tahu siapa Lu, Aldava."
Lexi yang menggebu berteriak kesal menunggu jawaban dari Tuannya itu, membuat Aldava tertawa renyah membiarkan sahabat sekaligus asistennya itu berpikir yang tidak-tidak.
"Et dah malah ngelawak si Bos," ucap Lexi sinis.
"Dasar sahabat bahlul masak kamu kenal aku baru kemarin sih Lex. Ya enggak aku comot lah itu mahkota dari singgasananya Rara. Sudah aku tolak mentah-mentah dan kunasehati agar dia bisa menjadi istri yang baik untuk suaminya kelak," tutur Aldava.
"Ya sudah aku persiapkan segala hal untuk berangkat ke tempat Yasmin. Dan ini pelajari beberapa hal tentang Aldavi agar ketika bos nyamar sebagai suami Yasmin gak membuat wanita itu atau orang lain di sana curiga," ucap Lexi.
"Astaga Lexi, masak gue harus jadi buruh kasar di perkebunan karet? Apa gak ada pekerjaan ringan di kantor perkebunan itu?" tanya Aldava.
"Tenang Tuan Muda, semua sudah saya atur. Satu bulan ini jadi buruh kasar dulu, selanjutnya naik jabatan sederhana ke kantor perkebunan. Kebetulan saya sudah membeli beberapa saham dan memasukkan orang terpercaya kita di sana untuk membantu Tuan Muda dalam menjalankan misi ini," tutur Lexi.
"Baiklah demi Papa dan Mahesa Corp aku harus melakukan ini agar membuat para tikus got itu lari tunggang langgang dan lenyap selamanya," ucap Aldava.
🍁🍁🍁
Setelah Lexi menyiapkan segala kebutuhan Tuannya ke kampung Lebaksiuh, maka Aldava kini sudah menginjakkan kakinya di depan rumah Yasmin, istri Aldavi.
Tok...tok...tok...
Terdengar suara pintu rumahnya ada yang mengetuknya di pagi buta membuat Yasmin yang tertidur pun harus terbangun lebih awal.
"Hoam...masih jam tiga dini hari. Siapa yang mengetuk pintu rumahku?" batin Yasmin saat terbangun melihat jam dinding masih menunjukkan pukul tiga pagi.
Dengan nyawa yang belum terkumpul penuh akhirnya Yasmin beranjak bangun dan berjalan perlahan membuka pintu rumahnya.
Kriet...
Derit pintu rumah Yasmin terbuka menampilkan sosok yang tengah ia nantikan kehadirannya.
Deg...
Yasmin tengah tertohok melihat sosok suami yang ia rindukan dua pekan ini yang tak ada kabar sama sekali padanya. Seakan pagi ini ia mendapat suatu hadiah terindah dari Tuhan atas untaian doa yang selama dua pekan ini ia lambungkan terus tanpa henti menyebut nama suaminya dalam doa dan helaan nafasnya.
Binar wajahnya langsung berubah cerah walaupun dalam kondisi masih setengah terkejut. Kedua mata elang Aldava juga sempat tertegun akan sosok Yasmin, istri Aldavi yang kini tengah berdiri di hadapannya. Aldava memindai sosok Yasmin dari atas ke bawah dan mendadak ia menelan salivanya.
Pikirnya gadis desa hanyalah biasa saja. Namun semua itu terpatahkan kala ia melihat langsung Yasmin dengan mata telanjang bukan melihat dari foto sodoran Lexi. Dan Aldava tak tahu bahwa sekarang asisten bahlulnya itu di sana tengah cekikikan dalam mimpi membayangkan Tuannya itu kaget setengah mati saat bertemu Yasmin.
Lexi sengaja memberikan foto Yasmin saat wanita itu belum menikah dengan Aldavi. Dimana dalam foto tersebut Yasmin berpose lugu,polos dan masih kurus kering seperti kurang gizi terlebih foto hitam putih bukan berwarna. Alhasil Aldava sudah memberikan statement atau sebuah pernyataan bahwa dirinya tak akan jatuh hati pada wanita seperti Yasmin yang masih kecil dan terlalu muda untuknya karena ia tidak mau dicap sebagai fedofil.
Tentu saja Aldava mengira Yasmin masih lugu dan polos karena foto yang disodorkan Lexi saat Yasmin masih berusia sembilan belas tahun sedangkan saat ini wanita itu sudah berumur dua puluh lima tahun dengan bentuk tubuh yang ideal bahkan sedikit berisi di beberapa bagian tertentu tubuhnya yang justru membuat wanita itu makin mempesona dan memiliki daya pikat tersendiri di mata Aldava.
Padahal keseharian Yasmin jarang sekali berdandan menor atau aneh-aneh, dirinya hanya berpoles bedak kampung dan lipstik biasa yang murah meriah. Namun bagi Aldava aura wanita yang tersenyum riang di depannya ini sungguh berbeda dari Rara, mantan kekasihnya, maupun wanita lain yang berusaha mendekatinya.
"Aa Davi sudah pulang? Aduh Aa...Yasmin kangen. Si utun juga kangen sama Ayahnya," bisik Yasmin di telinga suaminya sambil memeluk erat tubuh Aldava yang ia kira suaminya.
"Utun? Utun itu siapa?" tanya Aldava spontan.
Deg...
Jantung Yasmin tiba-tiba tertohok sedih kala suaminya tidak rindu pada buah hatinya, justru seakan melupakan bahwa dirinya tengah hamil. Terlebih kondisi wanita hamil yang lebih sensitif akibat hormon kehamilan daripada wanita normal pada umumnya membuat mata Yasmin langsung berkaca-kaca.
Aldava yang awalnya kebingungan sedang melanda dirinya, saat melihat bola mata Yasmin berkaca-kaca menganak sungai seakan sebentar lagi bendungan air matanya akan jebol membasahi pipi mulus itu maka ia langsung berusaha mengalihkan sejenak dengan terpaksa berbohong.
"Hei sayang kenapa jadi sedih? Maafin Aa jika ada beberapa hal yang membuat Aa agak lupa karena kepala Aa habis kepentok jadi mudah pusing," ucap Aldava sengaja mengalihkan perhatian.
"Hah, kepala Aa Davi apa gegar otak? Yuk ke Mantri Somad saja biar diperiksa. Yasmin gak mau terjadi sesuatu hal buruk dengan kesehatan Aa Davi," ucap Yasmin dengan sesenggukan.
"Gak perlu sayangku, cintaku, istriku yang bawelnya minta ampun. Apa kamu gak mau menyuruh suamimu masuk rumah? Apa kita mau bobo di luar dengan nyamuk?" tanya Aldava dengan kekehan mesra pada Yasmin membuat wanita ini tersenyum bahagia karena gurauan suaminya yang tak biasa namun sangat berarti di hatinya hingga membuatnya berbunga-bunga di pagi buta seperti ini.
"Maafkan aku Yas, jika terpaksa membohongimu. Semoga kelak di masa depan kamu mau mengerti dan memaafkanku," batin Aldava sendu.
Keduanya pun berpelukan mesra menuju kamar mereka setelah Yasmin mengambil tangan suaminya itu untuk mengelus-elus utun yang ada di dalam perutnya dan menjelaskan siapa utun itu. Akhirnya Aldava paham bahwa utun yang dimaksud Yasmin adalah buah hati mereka yang masih dalam kandungan. Lalu Aldava menutup pintu rapat-rapat.
Yasmin kini terus mendekap erat suaminya itu di atas ranjang mereka. Bahkan ibu hamil yang satu ini dengan sengaja mencium-cium leher dan menggenggam erat terus tangan suaminya. Seakan dirinya merasa takut untuk ditinggal pergi lagi oleh suaminya ini.
Sejujurnya Aldava agak risih bersentuhan dengan Yasmin bukan karena ia membenci wanita ini, tetapi karena ia sadar sepenuhnya bahwa dirinya tidak halal bagi Yasmin karena bukan Aldavi. Tetapi jika sebatas seperti ini saja akhirnya Aldava terpaksa merelakannya demi menyenangkan wanita hamil ini dan tentu saja memuluskan usahanya untuk menguak misteri yang terjadi dari para pengincar nyawanya.
"Aa, Yasmin sama utun kangen," cicit Yasmin dengan sedikit malu-malu.
"Iya Aa juga malarindu tropi kangen malahan. Ini sudah Aa elus-elus perutnya biar si utun gak ngambek terus kayak ibunya," ucap Aldava dengan mencubit gemas hidung mbangir milik Yasmin seraya terkekeh.
"Bukan dielus tapi di jenguk pakai ini," bisik Yasmin seraya meraba antena milik Aldava di bawah sana yang terbangun sejak tadi sesungguhnya.
Deg...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!