"Baginda.." salah seorang pengawal melirih dengan kedua bola matanya yang berkaca kaca.
"Tidak ada harapan untuk kita menang lagi, Baginda. Mereka semua telah bersekongkol untuk menghancurkan Kekaisaran ini," ucap Sir Erward pada master sekaligus tuannya itu, Baginda Kekaisaran Goncalves, Kaisar Zachyre.
"Tidak ada kata kalah dalam kamus ku, kau tahu itu, kan, Edward?!" Zachyre menatap tajam netra mata pengawalnya itu. Hanya Edward lah satu-satunya yang mendukung Zachyre hingga masa kritisnya.
Edwrad terdiam, tubuhnya yang sudah lemah tak berdaya itu bertekuk lutut di hadapan Zachyre. "Saya mohon hentikan peperangan ini dan serahkan diri, saya yakin masih ada kesempatan untuk mendapatkan kembali kekuasaan anda." ucap Sir Edward memohon. Ia tak ingin meninggalkan Zac, namun disisi lain ia juga tidak ingin mati dalam peperangan, karena ia masih mempunyai keluarga yang harus dijaga.
"Baiklah.." Zachyre tersenyum tipis, sangat tipis. Ia menunduk dan mengulur tangannya.
"Kau bukan Edward yang aku kenal, maka dari itu, kau boleh pergi dari sini dan selamatkan lah dirimu." ucap Zachyre tersenyum.
"A-apa maksud Baginda?" kedua bola mata Edward terbuka lebar menatap wajah Zachyre.
"Ini kan yang kau mau? Aku bukan orang yang pemaksa, maka dari itu pergilah sebelum aku berubah pikiran," sorot mata tajam Zachyre berubah menjadi kekosongan. Ia bahkan tidak tahu kemana arah tujuannya lagi setelah 10 kerajaan besar menyerangnya.
"Tidak, maksudku-- a-aku.." Edward tidak bisa berkata-kata. Ia tertunduk karena tidak tahu harus menjawab apa.
"Terima kasih sudah menepati sumpahmu pada Kekaisaran Goncalves selama 20 tahun ini, kuharap pilihanmu untuk menyerah pada sekutu adalah pilihan yang tidak merugikan dirimu sendiri," Zachyre menepuk pundak Edward dan terdiam, yang tersisa kini hanya dirinya seorang yang masih bertahan demi Kekaisaran yang sudah berdiri beratus-ratus tahun lamanya.
"Tidak, Baginda. Mana mungkin.. mana mungkin aku pergi sendiri tanpamu,"
"Edward!" Zachyre kembali menatap tajam pengawal kesayangannya itu. Edward hanya bisa terdiam dan tidak bisa membalas. Ia tahu pasti bahwa keputusan Zachyre tidak pernah bisa diubah.
Edward tersenyum pahit, air mata perlahan turun dari pangkal mata pria itu. Ia berusaha bangkit dengan tubuh yang lemah dan berlari ke arah lawan.
Trang!
Baginda.. aku..
Edward menghempaskan pedangnya ke atas tanah begitu saja. Dengan tangan kosong, ia tertawa keras dan berteriak. "KEMARILAH SEBELUM KALIAN KALAH, LANGKAHI MAYATKU TERLEBIH DAHULU, MAKA KALIAN BOLEH MENYERANG BAGINDA!" serunya berteriak.
Zachyre membuka matanya lebar, tak ia sangka bahwa Edward lebih rela menyerahkan nyawanya demi melindungi Zachyre.
Edward, kenapa kau tidak mengikuti perintahku? Tangan Zac mengepal dengan kedua bola mata tertutup.
"Jika seperti ini.. haruskah--" Zac terdiam sejenak. Ia tidak suka jika ada yang harus berkorban demi dirinya.
Tangan Zachyre mulai terangkat dan meraba-raba bagian dadanya, ia mencari sebuah kalung berlian yang selama ini ia pakai di lehernya.
Kedua bola mata Kaisar itu terpejam dengan sebuah permohonan yang ingin ia sampaikan.
"Lihatlah Kaisar bodoh itu, dia bahkan tidak pantas menjadi seorang Kaisar yang derajatnya lebih tinggi dari kita," seorang Raja dari kerajaan Julde menghampiri Raja lainnya. Ia tertawa renyah melihat Zac yang kini sudah lemah. Wajar saja, Zachyre mendapat serangan mendadak dari 10 Kerajaan besar yang diantaranya mencakup 3 inti kekuatan dalam dunia ini. Air, api, dan es. Ketiga raja itu diberi anugerah untuk mendapat kekuatan penting untuk melindungi dunia. Namun, biar begitu, tiga kerajaan itu tidak mendapat wewenang untuk mendapatkan pangkat Kaisar. Sebaliknya, Kerajaan Goncalves lah yang mendapatkan hak untuk menjadi pemimpin Kekaisaran karena berhasil mengalahkan perang besar yang terjadi 300 tahun lamanya.
Zac, ia adalah keturunan dari Kaisar-kaisar sebelumnya. Karena ia mendapat kutukan jahat saat dikandungan dahulu, maka pada saat ini lah waktu yang tepat untuk memusnahkan Kekaisaran Goncalves.
"Bagaimana para Raja? Apa kita langsung bunuh dia saja? atau biarkan dia memohon-mohon seperti orang gila seperti itu?" tanya salah seorang Raja sambil tertawa.
"Ya, mungkin seharusnya kita bisa membiarkan dia bertingkah dulu," saran Raja lainnya ikut tertawa.
"Tunggu!" seorang pria gagah dan bertubuh besar mengangkat tangan. Sorot matanya begitu tajam sehingga yang melihatnya pun ketakutan. Terdapat banyak bekas luka di wajahnya.
"Kita harus segera memusnahkannya sebelum ia berbuat sesuatu." ucap Raja George Jiornge. Ia adalah Raja dari para raja, salah satu pemimpin kekuatan besar, kekuatan Api.
"Tapi, Kekaisaran ini sudah runtuh, ada baiknya kita biarkan dia tersiksa melihat rakyat dan seluruh pengawasannya runtuh, bukan? Pasti akan seru melihat 'Kaisar dingin' itu menangis, hahaha.." Raja julde, Raja Alexis tertawa keras menatap Zachyre.
"TIDAK!" George berteriak keras sampai tanah bergetar. Sudah bukan rahasia lagi kalau pemilik kekuatan api memiliki sifat yang sama seperti api, mudah terbakar dan menimbulkan amarah.
Dengan penuh kekesalan atas ucapan dari para raja, ia menghancurkan pedang yang berada dalam genggamannya saat itu juga.
"Kalian mencoba melawanku, hah?!"
Kedua bola mata George lantas berwarna merah menyala. Ia berucap pelan dengan nada kasar,
"Aku pernah mendengar bahwa Kekaisaran ini mempunyai kekuatan rahasia yang tidak diketahui orang luar. Dan aku.. aku tidak mau rencana kita yang sudah dibangun bertahun-tahun lamanya gagal hanya karena ingin melihatnya menangis." George tersenyum sinis dan melanjutkan perkataannya. "Bukankah lebih baik melihat ia kesakitan dan berlumur darah? Dibanding melihat dia menangis? Kalian terlalu naif sehingga memberikan ruang untuknya." sorot mata yang tidak pernah berubah dari Raja itu membuat bulu kuduk semua orang merinding.
George terkekeh, ia kembali berucap. "Apa kalian melupakan satu hal? Diantara kita, dia adalah pemimpin yang paling muda, dan yang paling penting ia mempunyai kutukan jahat sejak kecil. Mudah saja untuk membunuhnya."
"Benar, apapun kata Yang Mulia adalah kebenaran." ucap salah seorang pengawal, ia adalah pengawal yang berada dalam wilayah kekuasaan George.
"Maaf jika kami lancang, tapi itu saran yang tepat, Yang Mulia." ucap pengawal lain.
Disisi lain, Edward yang melihat sorot mata aneh dari para raja di seberang sana membuat ia khawatir. Pasalnya, sedari tadi Zachyre tidak kunjung membuka mata dan masih berdiam diri di tempat.
Edward menghela nafas kasar, ia menatap langit sekilas dan mengambil pedang yang telah ia hempaskan ke atas tanah.
"Biar aku harus mati sekalipun, aku tidak akan membiarkan Baginda terluka." Edward tersenyum pahit dan bersiap. Langkahnya perlahan maju bersamaan dengan langkah para raja dan pengawal-pengawalnya yang tidak terhingga.
"Hyaaa!!!" Edward mengangkat pedangnya dan mencoba melawan.
Aku tidak percaya bahwa pengawal yang telah diasuh dan diajarkan oleh Baginda Zac langsung tidak bisa menghentikan para raja sampah ini. batin Edward percaya diri. Ia berlari dan terus mengerahkan seluruh tenaganya demi melindungi Kekaisaran.
"Cukup sampai disitu, Edwrad." Zachyre melangkah kasar menuju Edward, melihatnya, para raja segera berbalik arah dan bersiap menyerang Zachyre.
"Pergilah untuk selamanya, Kaisar kecil!" teriakan dari para raja tidak membuat Zachyre takut sama sekali. Ia mengangkat pedangnya dan berjalan maju untuk melawan semua hama itu.
"HAAAH!"
Sring! Sring! Sring
Dentuman keras dari pedang itu sudah cukup mengetahui bahwa seberapa banyaknya pengawal yang menyerang Kekaisaran Goncalves.
Selain itu, Edward juga tidak pantang mundur. Ia membantu Zac untuk membasmi beribu-ribu pengawal yang dinaungi oleh para Raja. Sedangkan Zac, ia memilih untuk membasmi sumber hama-hama itu, yaitu Raja Colvanus, George, dan Pionhe, ketiga pengendali kekuatan di dunia ini, Colvanus sebagai Raja Air, George sebagai Api, dan Pionhe sebagai kekuatan Es.
"Sekarang, siapa yang kalian sebut bodoh?" Zac tersenyum sinis di hadapan ketiga pemimpin kekuatan suci, yakni api, air, dan es.
"Aku tidak yakin kalau kau bisa menghalau serangan ku, Zachyre" Colvanus tersenyum dan mengeluarkan cahaya dari ujung tongkat sihirnya yang berwarna biru.
"Colvanus, berhenti bermimpi dan buka matamu."
TRANGG!
"Apa?!"
"Tidak.."
Colvanus mengigit bibir bawahnya, ia kembali mengeluarkan cahaya dari tongkat saktinya itu.
"Pergilah sampah kecil!"
Shaaa....
"Kau..," Zac terdiam dan tersenyum.
"Dasar bodoh!"
BOOM!
"Agh.. bagaimana.. bagaimana bisa anak bodoh ini bisa menghalau serangan ku? Bukankah tadi.."
"Kau lupa? Dalam permainan itu ada sebuah rahasia, dan rahasianya adalah cara untuk membasmi hama hama seperti kalian." dengan tatapan dingin, Zac mengangkat pedangnya dan bersiap untuk menyerang.
Tiga Raja itu saling mengelilingi dan membentuk formasi. Mereka bahkan tidak tanggung-tanggung mengeluarkan seluruh kekuatannya dengan paksa.
"Cepat bentuk formasi! Tak peduli rahasia apa yang anak itu sembunyikan, yang terpenting adalah mengeluarkan seluruh kekuatan kita sekarang! Bisa saja dia akan mengeluarkan kemampuan lain nantinya." ucap Raja Pionhe. Walau awalnya George menolak, tapi dengan terpaksa ia melakukannya juga.
"Dengan seluruh kekuatan Air"
"Dengan seluruh kekuatan Api"
"Dan dengan seluruh kekuatan Es"
Kami..
Tiga pemimpin Inti kekuatan bumi
Memohon pada Sang Penguasa
Memberi kami bantuan
Untuk memusnahkan penghalang
Yang dapat menghancurkan dunia
"Hanya itu? Dasar hama tidak berguna," gumam Zac tertawa renyah. Zac mengangkat pedangnya, ia lalu mengayunkannya dengan sekali serangan.
BOOM!
Formasi itu hancur dengan kekuatan Zac. Senyum puas terukir di wajah kaisar itu, wajahnya mengibaratkan sebuah harimau yang sedang kelaparan.
"A-apa?" Colvanus membuka matanya lebar. Tak bisa ia percaya bahwa Zachyre sudah menghalau serangan yang sangat dahsyat itu.
"Tidak bisa dipercaya.." Pionhe menatap Zachyre yang telah berubah menjadi kuat, sangat kuat.
"Ini... ini tidak mungkin.." diantara ketiga raja, tubuh George bergetar hebat. Ia yang mempunyai ambisi kuat selama bertahun-tahun untuk mengalahkan Zachyre, tapi sekarang, semua harapannya musnah.
"DASAR KALIAN RAJA BODOH!" George menatap jijik Colvanus dan Pionhe. Ia berlari mendekati Zac dan menatap tajam Kaisar itu.
"Mereka yang bodoh tidak akan bisa melawanku, tapi aku.. aku bisa melawanmu seorang diri! Ya, seorang diri! HAHAHAHA" George tertawa layaknya orang yang sudah mengalami gangguan jiwa.
Di samping itu, Zachyre yang melihatnya hanya terdiam dengan tatapan tajam seperti biasanya. Kaisar itu tersenyum sinis dan menghempaskan pedangnya
Trang!
"Sebuah serangan itu harus dilakukan secara adil, bukan? Maka dari itu, aku akan memakai telapak tanganku untuk menyerangmu, seperti kau yang menggunakannya untuk menyerangku." Zachyre menatap dingin Raja George. Tangannya terkepal dengan cahaya yang berada di sekitarnya.
"Ca-cahaya hijau? Kekuatan apa ini?" George membuka matanya bingung. Seketika tubuhnya tidak bisa bergerak, dengan tak sadar Raja Api itu mengeluarkan kekuatannya dan mentransfer nya pada tubuh Zachyre.
"Kau tidak perlu tahu apa kekuatan yang ada di tubuhku. Tapi yang terpenting, satu serangan dari cahaya ini bisa memusnahkan hama pengganggu seperti mu!" Kepalan tangan Zac semakin mengeluarkan cahaya. Pria itu mengangkat tangan dan memukul tepat di dada George.
"Akhhhh... Da.. dadaku.." keangkuhannya kini hanya menjadi bahan tertawaan semua orang disana. Lebih tepatnya, semua orang disana menertawakan diri mereka sendiri karena mengikuti langkah George. Kini, melihat Raja Api itu yang telah berlumuran darah dengan mayatnya yang kering, membuat para pengawal dan raja lainnya bergidik ngeri.
Sorot mata Zac kini menatap ke arah raja lain. "Katakan, siapa yang ingin kemari dan bernasib sama seperti Raja bodoh ini?" pertanyaan yang terlontar dari mulut Zac membuat semua orang terdiam. Bahkan kedua raja inti kekuatan di bumi ini juga tidak bisa berkutik.
"Mulai sekarang, aku, Sang Kaisar Zachyre Alvenys De Golcanves, secara resmi membuat undang-undang baru, terkait siapapun yang berani menentang dan melawan keputusanku, maka aku tidak akan segan-segan membunuhnya. MENGERTI?" Zachyre tersenyum puas atas kemenangannya sekaligus kekalahan mutlak bagi semua orang. Kekuasaannya kini akan diakui oleh seluruh penjuru dunia.
"Baginda.." Edwrad berjalan mendekati Zachyre, ia berbisik pelan di telinga Kaisar itu. "Baginda, haruskah kita memusnahkan mereka saja?" tanya Edward ragu.
"Tidak Edward. Selain 10 kerajaan ini, masih banyak kerajaan lain diluar sana. Untuk sementara ini kita biarkan mereka untuk hidup. Karena aku masih mempunyai rencana lain," ucap Zachyre menjawab.
Edward mengangguk paham, keputusan Zachyre adalah keputusan terbaik baginya.
"Setelah ini tolong umumkan kemenangan Kekaisaran Goncalves pada seluruh dunia, biarkan mereka tahu seberapa besar kekuatan seorang Zachyre" ucap Kaisar Zac sambil menatap langit.
"Saya mengerti, Yang Mulia Zachyre," Edwrad tersenyum senang, ia tidak salah karena mengikuti jalan Zachyre hingga masa kritisnya. Karena Edward mempercayai dan memegang erat sumpahnya pada Kekaisaran Goncalves.
*******
"Yang Mulia, menurut data, diperkirakan ada 106 pengawal yang selamat dan sekarang sedang dirawat untuk proses penyembuhan." jelas Edward begitu sampai di ruang kerja Zachyre.
"Apa kau sudah melakukan penyelidikan tentang para pengkhianat di Kekaisaran ini? Apa ada dari 106 pengawal yang berkhianat?" sorot mata tajam Zachyre tidak pernah berubah. Edward, dia adalah pengawal setia Zachyre selama bertahun-tahun. Namun nyatanya tak bisa ia pungkiri bahwa ia tidak bisa berkutik di hadapan Zachyre.
"90 persen dari mereka, sudah dipastikan tidak berkhianat." jelas Edward sambil menyerahkan kertas informasi.
"Walau tidak memilih untuk mendukung musuh, tapi kebanyakan dari mereka memilih untuk bersembunyi dan mengurung diri," lanjutnya.
"Cih.." Zac berdecih pelan. Begitu melihat daftar nama di kertas itu.
"Edward, berikan kertasnya padaku" titah Zac.
"Apa?" Edward menelan saliva nya kasar, ia lalu memberikan kertas yang berada di genggamannya, dan kini kertas itu beralih pada genggaman Zac.
Srak..
"Dasar mental rendahan!" umpat Zac seraya merobek kertas itu.
"Edward, rasanya baru kemarin kita membunuh orang, tapi sepertinya aku ingin membunuh orang lagi sekarang. Tidak, lebih tepatnya sampah!"
Edward hanya bisa terdiam mendengar ucapan Zac. Ia juga tidak bisa menyalahkan ucapan Zac, karena sejak perang besar terjadi, hanya beberapa pengawal yang mau mengorbankan nyawa nya demi Kekaisaran Goncalves.
"Apa kau sudah mengubur jasad para pengawal yang ikut serta dalam peperangan?" Zac mencoba mengatur napas dan beralih ke percakapan lain untuk meredam emosinya.
"Saya sudah mengumpulkan beberapa pengawal, tapi sepertinya banyak pengawal yang hanya tersisa beberapa bagian tubuhnya saat itu." jelas Edward, ia menunduk dan merasa prihatin pada keluarga korban yang saat ini pasti sangat berduka.
"Berikan bantuan secukupnya untuk keluarga korban, kita harus berbalas Budi karena mereka telah berjuang demi Kekaisaran ini." ucap Zac seraya menaruh dagunya di jari yang terkait dengan siku yang berada diatas meja.
"Tapi Yang Mulia, akibat perang besar, kita mendapat banyak kerugian, bahkan beberapa gedung dan rumah di sekitar Kekaisaran ada yang hancur karena pengkhianatan dari dalam Kekaisaran"
"Aku mengerti." hanya dua kata yang terlontar di mulut Zac. Ia tiba-tiba teringat saat dimana semua itu berawal.
1 MINGGU YANG LALU..
"Yang Mulia! Yang Mulia!"
Tok.. tok.. tok..
"Kepala pelayan?" Zac mengerutkan kening karena sedari tadi kepala pelayan di Istananya terus berteriak seraya mengetuk pintu.
"Masuklah." jawab Zac dari dalam.
"Ba-baginda, diluar.. diluar telah terjadi keributan besar! Saya mohon agar Baginda mau keluar dan menemui masyarakat sekarang juga!" ucap Kepala Pelayan, Lin Zhuo, pada Zac dengan panik.
"Aku akan keluar, tapi jelaskan dengan benar apa yang kau maksud!" ucap Zac tidak mengerti.
"A-akhir akhir ini, terjadi kejadian besar di sekitar Kekaisaran. Mulai dari pencurian, perusakan ladang dan perkebunan, bahkan kebakaran yang membuat masyarakat beramai-ramai meminta penjelasan dari Baginda," jelas Lin Zhuo dengan keringat yang membasahi wajahnya. Pasalnya, sedari tadi kepala pelayan itu sudah mencoba menghentikan para masyarakat. Namun nihil, mereka tidak memedulikan perkataannya dan terus marah-marah seraya meminta jalan masuk.
"Kenapa hal sebesar ini bisa terjadi di daerah kekuasanku?!" Zac mengerutkan kening, ia mengambil jubah kekuasaannya sebagai Kaisar dan berjalan cepat ke arah luar.
"BAGINDA! KAU HARUS GANTI RUGI ATAS KERUSAKAN RUMAHKU!"
"DASAR PECUNDANG! MASYARAKAT SEDANG MEMINTA PENJELASANMU, TAPI KAU MALAH BERDIAM DIRI DI RUANGANMU!"
"KELUAR SEKARANG!"
"KELUAR!"
Riuh-riuh terdengar dari dalam istana, Zac mempercepat langkahnya dan beranjak keluar lewat balkon atas.
"Bisakah kalian berhenti berteriak?" Zac berbicara cukup lantang, sehingga masyarakat kini terdiam sambil menatap tajam pemimpin mereka yang tak lain dan tak bukan adalah Zac.
"BAGINDA! TOLONG GANTI RUGI PERKEBUNAN KU YANG RUSAK!"
"RUMAHKU JUGA!"
"LADANGKU JUGA!"
Teriakan itu kembali memenuhi sekitar istana, diantara puluhan, ratusan, bahkan ribuan masyarakat yang berbondong-bondong memenuhi sekeliling istana.
"DIAMLAH!" Zac berteriak kencang, kini masyarakat hanya bisa saling tatap menatap karena takut.
"Baginda, tindakan kami mungkin dinilai tidak sopan, tapi kami membutuhkan kebutuhan pokok untuk kami hidup."
"Ya, benar!"
Zac menghela nafas kasar, ia berbalik badan dan memutuskan untuk keluar dari pintu utama.
Tak
Tak
Tak
"Pengawal, tolong keluarkan simpanan bahan pokok di gudang, aku membutuhkannya." titah Zac pada para pengawalnya.
"Baik Baginda."
"Tunggulah sebentar, aku akan mengambil beberapa bahan yang kalian butuhkan, jadi bisakah untuk tenang sebentar?" Zac menatap tajam masyarakat nya. Dengan kalimat itu, para masyarakat akhirnya terdiam sambil saling menatap satu sama lain.
"Aku tidak tahu apa masalah kalian, tapi sebagai pemimpin aku akan meminta maaf karena tidak memerhatikan masyarakat ku sendiri." jelas Zac dengan lantang.
"Namun.." sorot mata tajam dan menikam itu kembali ia tunjukkan. "Aku juga tidak akan segan berbuat nekat untuk orang-orang yang bertindak semena-mena dan tidak sopan! Kalian seharusnya berbicara secara baik-baik, bukan memenuhi istana seperti ini!"
"Sebagai Kaisar, status yang bahkan lebih tinggi dari seorang 'raja', bisakah kalian memandangku?"
Ucapan Zac berhasil menggiring opini publik, mereka lalu menunduk dan saling berbisik.
"Kurasa benar, Kaisar tidak tahu keadaan kita karena ia berada di lingkungan para bangsawan."
Tak lama setelahnya, beberapa pengawal datang dan memberikan beberapa kebutuhan pokok seperti gandum, roti, susu, dan beberapa vitamin yang disimpan dalam gudang.
"Siapapun yang mendapat kerugian, majulah ke depan dan jelaskan, maka semua makanan ini untukmu."
Mendengar ucapan Zachyre, masyarakat berbondong-bondong untuk maju ke depan dan mengangkat tangan.
"Yang Mulia! Saya bisa menjelaskannya! Saya tahu apa yang terjadi!"
"Tidak! Yang Mulia, saya bisa menjelaskannya dengan lebih detail sesuai keadaan! Saya akan menjelaskannya!"
"Izinkan saya yang menjawabnya!"
Zac terdiam dan menatap datar pada masyarakat, ia lalu berbalik badan dan menepuk bahu Edward yang berada di belakangnya sedari tadi.
"Aku ada urusan penting, kau pergilah dan urus mereka"
"Baik, Yang Mulia." Sir Edward mengangguk dan mendatangi para Masyarakat. Sementara Zac, entah mengapa hatinya tiba-tiba merasa sakit dan mengharuskannya untuk kembali ke ruangannya.
*****
Ada sebuah rahasia, dimana hanya Zac yang mengetahuinya. Rahasia yang membuatnya terlindungi, namun juga membuatnya terancam.
~To be continued~
Malam itu, Zac terbangun dari tidurnya. Entah apa yang ia mimpikan, ia sangat khawatir akan segalanya.
Zachyre, kau adalah cahaya kekaisaran, kau adalah pemimpin, sekaligus penjaga Goncalves. Maka dari itu ibu akan memberimu sebuah kekuatan, kekuatan yang mungkin tidak pernah engkau tahu. Kekuatan ini hanya akan bekerja saat Kekaisaran mendapat sebuah masalah besar. Ibu harap, kau bisa menjaga kepercayaan ini.
******
"Yang Mulia, gawat!" Edwrad berucap lantang dan menghampiri Zac yang masih termenung di ruangannya.
"Apa ada masalah lagi dengan masyarakat? Katakan pada mereka kalau aku akan mengirimkan bantuan atas kerugian yang diterima, dan beritahu untuk jangan membuat keributan di depan istana." Zac memijit pelipisnya sendiri, pikirannya sangat kacau sehingga tidak bisa berpikir jernih.
"Kini pihak bangsawan berbondong-bondong datang karena mendapat kerugian besar atas investasi mereka, dan mereka mengajukan pengunduran diri atas kerja sama dengan kekaisaran, dan sekarang-"
"Aku akan mengurusnya, bawa semua bangsawan berkumpul di ruanganku." Zac berdiri dan memakai jubahnya, ia juga memasang mahkota emas yang ia letakkan diatas kepalanya.
Sepertinya aku harus benar-benar turun tangan sekarang.
Kaisar tetaplah Kaisar, aku adalah Kaisar Goncalves, dan aku tidak bisa membiarkan hal ini begitu saja.
Ruang Pertemuan
"Salam kepada Matahari Kekaisaran Goncalves, Kaisar Zachyre.." semua bangsawan membungkuk dengan perasaan kikuk, di satu sisi mereka ingin beralih peran dan melawan kedudukan Zac, namun disisi lain Zac adalah seorang 'Kaisar', tingkat tertinggi, bahkan lebih tinggi daripada seorang raja.
"Aku tidak akan mengatakan omong kosong, jadi katakan apa masalah kalian sehingga ingin membatalkan investasi dengan pihak kekaisaran?" ucap Zachyre menekan.
"Yang Mulia, perlu Yang Mulia ketahui bahwa investasi antar bangsawan dan kekaisaran tentunya memberi untung untuk kedua belah pihak. Namun, tetap saja pihak kekaisaran yang akan mendapat untung lebih tinggi akibat kekuasaan. Tapi sekarang? Kami bahkan mengalami kerugian besar, bahkan banyak tanah milik kami harus tandus akibat pemerintahan Yang Mulia." ucap Marquess Ahen menjelaskan.
"Dibanding itu semua, perkembangan kerajaan lain lebih cepat dibanding kekaisaran Goncalves. Para raja bahkan tidak segan-segan mengulur bantuan untuk kerja sama pada bangsawan di negara ini," lanjutnya.
"Maka dari itu kami sepakat untuk menghentikan kerja sama ini. Kami tahu, Yang Mulia adalah investor terbesar untuk usaha kami di kekaisaran ini. Namun, lebih dari itu, keuntungan kami harus lebih diperhatikan dan tidak bisa dipermainkan begitu saja." sahut bangsawan lain ikut berdiskusi.
Zac mengerutkan keningnya, biar bagaimanapun ia memang jarang memerhatikan keadaan lingkungan di sekitar Kekaisaran, dan kecerobohannya telah menimbulkan banyak kerugian dari pihak masyarakat biasa, maupun bangsawan.
"Aku akan mempertimbangkan untuk menambah modal bagi usaha yang kalian jalani dengan pihak kekaisaran, namun kalian juga harus mempertimbangkan nya lagi untuk menghentikan atau tidak mengenai kerja sama ini." jelas Zac dengan sorot mata dinginnya.
Para bangsawan saling tatap menatap, mereka lalu mengangguk dan kembali menatap Zac. "Kami akan tunggu respon Yang Mulia ke depannya."
"Baiklah"
*****
"Yang Mulia, apa anda lelah? Akhir-akhir ini terjadi hal yang tidak memungkinkan, saya turut prihatin pada anda" ucap kepala pelayan sambil menyerahkan segelas teh hijau pada Zac.
"Dimana Edward? Tolong panggilan dia, aku membutuhkannya sekarang!" titah Zac sambil menyeruput tehnya.
...
"Apa Baginda memanggilku?" tak lama setelahnya Edward datang dan memberi salam hormat pada Zac.
"Edward, aku ingin meminta bantuanmu."
"Apa?" Edward membuka matanya lebar. "Kalau untuk itu, tentu saja saya bisa melakukannya." Edward mengangguk paham dan bertanya kembali. "Apa yang anda butuhkan, Baginda?"
"Informasi mengenai Kerajaan lain,"
"A-apa?" Edward kembali dibuat terkejut, ia lalu menelan saliva nya kasar. "Apa Yang Mulia butuh informasi penting? Na-namun, jika itu mengenai kerajaan lain.."
"Tentu saja aku tidak akan meminta hal yang sulit dikerjakan pengawal seperti mu. Aku hanya akan meminta keadaan kerajaan lain akhir-akhir ini." jelas Zac menekankan.
"Baik Baginda, saya akan segera kembali dan menyerahkan informasi nya." Edward membungkuk dan berbalik badan, ia juga langsung mencari informasi yang dimaksud saat itu juga.
"Hah...." Zac menghela nafas kasar. Ia teringat akan perkataan salah seorang bangsawan saat rapat pertemuan tadi.
"Dibanding itu semua, perkembangan kerajaan lain lebih cepat dibanding kekaisaran Goncalves. Para raja bahkan tidak segan-segan mengulur bantuan untuk kerja sama pada bangsawan di negara ini,"
"Sudah selama apa aku tidak memerhatikan kekaisraanku, sehingga ada orang lain yang ingin merebut orang ku?" Zac mengigit bibit bawahnya kesal.
'Kekaisaran Goncalves', Kekaisaran yang berdiri bertahun tahun, bahkan beratus-ratus tahun lamanya, nyatanya tidak menggiring opini pemimpin negara lain untuk mengulur tangan pada Kekaisaran ini. Tentunya karena alasan yang sama setiap pergantian Kaisar, yaitu pendukung kekuatan terbesar di negara ini hanya dengan kekuatan militer, bukan sihir maupun kemampuan manipulasi lain seperti yang dimiliki di kerajaan lain.
"Aku harus berbuat lebih untuk hal ini." Zac menghela nafas panjang, ia melangkahkan kakinya mendekati sebuah lemari yang sudah tua, lebih tepatnya sudah lama berdiam diri sejak kaisar sebelumnya, lebih tepatnya sejak pemerintahan ayah dari kakek Zac.
"Aku yakin ibu dan ayah menaruhnya disini,"
Krakk..
"Baginda.. Baginda! Saya mohon keluarlah!"
"Masalah apa lagi kali ini?" Zac mengerutkan kening dan memakai kalung yang tersimpan di lacinya. Ia lalu berlari keluar dan pergi keluar gerbang istana.
"Kenapa banyak kereta kunjungan bangsawan dari negara lain?" tanya Zac membuka matanya lebar.
"Yang Mulia, entah mengapa sejak tadi banyak bangsawan dari negara lain yang datang. Terlebih, bangsawan yang datang bukanlah bangsawan biasa, melainkan tangan kanan dari para raja di negaranya." jelas Edward gugup.
"Apa? Bagaimana bisa mereka datang tanpa undangan dari--"
"Lama tidak bertemu, Kaisar Goncalves."
*****
Deg.. Deg.. Deg..
"Saya menghormati kalian yang datang bersamaan ke istanaku. Tapi, bisakah aku bertanya apa alasan kalian datang dan membawa banyak bangsawan sampai memenuhi istana ku?" Zac tersenyum sinis dengan raut wajah tak bisa diartikan.
"Kami ingin mengajukan peperangan."
"Apa?" kedua bola mata Zac terbuka lebar, begitu mendengar sebuah kata, 'peperangan'.
"Lelucon apa lagi yang kalian lakukan dengan seorang Kaisar? Apa kalian ingin mempermainkan ku?" Zac menggigit bibir bawahnya kesal.
"Hahaha, mana mungkin, kan? Kami mau mempermainkan kaisar bodoh sepertimu? Untuk apa kami permainkan? Tanpa dipermainkan pun, kau pasti sudah--"
BRAK!
"Bisakah kalian berbicara sopan? Lihat dan buka mata kalian, siapa yang sedang kalian bicarakan!" tegas Zac, wajahnya memerah karena memendam emosi sedari tadi.
"Maafkan kami Baginda, tapi keinginan kami untuk mengajukan perang tidak bisa diganggu lagi," ucap salah seorang bangsawan dengan pelan.
"Siapa.. yang kalian ingin lawan?" Zac mengerutkan keningnya.
"Apa kita yang kurang menekankan, atau anda yang terlalu naif, Yang Mulia?" salah satu dari 10 Raja tersenyum sinis memandang Zac.
"Orang yang ingin kami lawan, tentu saja adalah anda, Baginda Zachyre Alvenys De Golcanves."
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!