NovelToon NovelToon

Istri Lima Ratus Juta (S1) :Terpaksa Menikah

#1

Hari ini seperti biasa, merupakan hari yang spesial. Hari nge- date untuk ke tiga ratus hari nya dalam tahun ini. Yang mana itu berarti hampir setiap hari nya sang gadis bertemu dengan pujaan hati.

Disisir nya rambut nya pelan – pelan dan dipoles make up tipis di pipi cabi nya. Ya, kini dia sedang sibuk berdandan di kamarnya.

Sesekali si gadis melihat ke arah ruang tengah, dimana ibu nya bak seorang penjaga sedang berjaga disana.

“Bisa gawat kalau ibu belum tidur juga.” Ujar nya dalam hati.

Sekali lagi diintipnya ibu yang sedang tiduran menjulur kan kaki di depan Televisi. Tangan wanita itu saat ini terlihat memang sedang memegang Remote TV, tapi sang gadis tidak bisa memastikan apakah ibu nya memang sedang menonton acara dangdut academi itu atau sedang tertidur? Sebab sedari tadi sang gadis tidak melihat ada pergerakan sama sekali.

“Ibu ini sedang nonton atau sudah tertidur sih?” gumam nya pelan.

“Aduh! Mana aku harus buru- buru ini!!” sambung nya pelan.

Karena waktu sudah mepet, maka mau tidak mau si gadis pun melangkah pelan dengan sangat hati- hati untuk mengecek keadaan di ruang tengah.

Sesampai nya di sana, diintip nya ibu nya dan lihat nya perlahan dengan sangat hati- hati.

“TV itu nyala namun mata ibu terpejam, itu arti nya....” Batin si gadis lalu tersenyum sendiri.

“Ternyata ibu sudah tertidur.” Sorak nya dalam hati sangat gembira. Sebab kalau ibu nya tidak tidur maka sang gadis tidak akan bisa keluar siang itu untuk bertemu dengan pujaan hati nya.

Bak tidak ingin membuang- buang kesempatan yang ada, secepat kilat sang gadis melangkah keluar.

Segera sebuah balasan pesan via whatsapp ia layangkan ke sang pacar.

"Ay, buruaan?!! Ibu sudah tidur!! Ingat, matikan sepeda motor kalau sudah dekat." lalu pesan itu pun terkirim selang beberapa waktu kemudian.

Dan tidak perlu menunggu lama, sebuah balasan pesan dari pria tampan yang memang telah menunggu tidak jauh dari rumah sang gadis pun mendarat sempurna.

“Biip..Bippppppp.”

"Iya, by . Ini langsung otw.” balasnya.

Dengan mengendap-endap sang gadis yang bernama Indira itu berjalan menyelinap melewati tembok seperti tokek yang merayap pelan. Ia benar- benar harus berhati- hati, jangan sampai ada suara yang membuat ibu nya terbangun. Begitu lah saking takut Indira ketahuan oleh sang ibu.

Dengan Adrenalin yang berpacu di dalam sana, Indira sampai di depan pintu keluar masuk rumah. Dia ingin melihat ke dalam, tapi dia takut.

Hanya saja karena dengkuran sang ibu masih terdengar sesekali, Indira pun akhir nya dengan yakin melangkah keluar rumah.

Jangan di kira hal ini tidak membuat jantung Indira squat jump, karena apa yang Indira rasakan saat ini walaupun telah terjadi setiap hari, tetap saja tidak mengurangi rasa tegang yang ada.

Jantung nya tetap berdegup tak karuan.

"By? Piye?" tanya Dikta dengan tatapan cemas setelah di lihat nya Indira sudah sampai di tepi pengkolan tempat biasa Indira muncul setiap kali Indira mengendap- endap keluar rumah.

Namun kecemasan Dikta langsung sirna begitu Indira memberikan kode dengan tangan nya yang pertanda kalau semua nya oke.

“Untung lah ibu nya sudah tidur.” Gumam Dikta pelan.

Dan tidak perlu menunggu lama, Indira yang sudah sampai di dekat Dikta langung naik ke atas motor DIkta. Dengan santai indira menjatuhkan tubuhnya di belakang motor Dikta. Kemudian bersama- sama mereka membelah jalan yang super duper panas siang itu.

Namun tentu saja rasa cinta yang ada pasangan ini menjadi kan panas nya siang itu terasa biasa- biasa saja.

"Apa anak- anak udah pada datang?" tanya Indira pada Dikta.

“Udah dari tadi. Tinggal kita doang yang belum sampai.” Jawab Dikta di balik helm nya.

“Kau gitu gas dong, ay!” Ujar Indira yang memang memanggil Dikta Ay yang arti nya ayang. Sedangkan Dikta memanggil Indira by yang arti nya baby.

Dikta pun mempercepat laju motor nya, membuat Indira menguatkan lingkarkan kedua tangan nya di tubuh Dikta. Dan seperti biasa tanpa ragu Indira menempelkan diri nya di pungguung sang kekasih.

Walaupun jarak mereka saat itu sangat dekat, tapi rasa rindu yang ada pad kedua nya, rasa nya tidak pernah berkurang sedikit pun.

Padahal hubungan mereka telah berlangsung selama tiga tahun lama nya. Apa yang dirasakan Indira saat ini tetap sama seperti apa yang dirasakan oleh Indira tiga tahun yang lalu, yakni sebuah rasa cinta yang begitu menggebu untuk Dikta.

Bahkan disaat sang ibu tidak menyetujui hubungan Indira dan Dikta, Indira tidak ambil pusing. Dia tidak peduli bagaimana ibu nya sangat tidak setuju hubungan nya dengan Dikta.

Indira tentu saja tahu alasan ibu nya tidak menyukai Dikta.

Di mata sang ibu, Dikta tidak lebih dari seorang anak jalanan yang miskin yang tak punya apa-apa, selain sepeda motor dengan knalpot cempreng yang bunyi nya dapat membangun warga satu RT saking bising nya.

Jika sepeda motor itu di jual maka tidaklah ada harta benda berharga yang Dikta miliki.

Masa depan? Itu apa lagi!! Dikta bahkan tidak melanjutkan kuliah nya karena uang kuliah nya mendek!

Betul sekali! Dikta tidak melanjukan kuliah nya karena Dikta tidak memiliki uang untuk bayar uang kuliah.

Padahal hal itu sangat lah di sayangkan, mengingat Dikta sudah nyusun dan tinggal sidang doang. Mana ini adalah semester terakhir nya di kampus. Kalau dia tidak juga menyelesaikan kuliah nya segera maka dapat di pastikan Dikta akan di Drop out alias DO.

Jadi wajar saja ibu nya Indira tidak setuju jika anak perempuanya berpacaran dengan Dikta. Karena Indira sebenarnya berada dari keluarga yang tidak terlalu berada.

Perekonomian keluarga Indira memang tidak terlalu di bawah dan namun tidak pula terlalu kaya. Tapi berada di posisi cukup dan bisa dikatakan lebih- sedikit. Ingat! Sedikit!

Ayah Indira memiliki pabrik kecil dan sejumlah karyawan yang bekerja untuk nya. Sehingga sehrus nya apa pun yang di butuhkan oleh keluarga Indira (Sebatas kebutuhan pokok) sebenarnya dapat- dapat saja terpenuhi dengan mudah.

Namun karena saudara Indira ini banyak jumlah nya maka nya ya tidak bisa juga bermewah- mewahan. Kalau hanya sebatas memenuhi kebutuhan pokok dan beli barang- barang untuk mengisi rumah masih bisa. Tapi kalau untuk beli barang – barang branded tentu saja tidak bisa. Karena ada banyak anak yang harus di sekolah kan.

Hal ini yang menyebabkan sang ibu punya impian yang tinggi untuk kedua putri nya. Indira dan kakak nya Indira, karena ibu hanya punya dua putri. Sedangkan empat anak ibu lain nya adalah laki- laki.

Ibu nya ingin Indira dan kakak Indira menikah dengan orang kaya. Dengan begitu Indira dan kakak nya dapat hidup sebagai orang kaya tanpa batas. Tidak perlu hidup susah seperti mereka. Andaikan tidak dapat menikah dengan pengusaha kaya sekali pun, dengan PNS pun jadi lah. Supaya ke depan ya terjamin. Tidak seperti nasib ibu saat ini. Tidak ada jaminan pabrik akan terus berproduksi selalu.

#2

Ibu nya ingin Indira dan kakak Indira menikah dengan orang kaya. Dengan begitu Indira dan kakak nya dapat hidup sebagai orang kaya tanpa batas. Tidak perlu hidup susah seperti mereka. Andaikan tidak dapat menikah dengan pengusaha kaya sekali pun, dengan PNS pun jadi lah. Supaya ke depan ya terjamin. Tidak seperti nasib ibu saat ini. Tidak ada jaminan pabrik akan terus berproduksi selalu.

Ada saja ini dan itu yang membuat ibu berdebar- debar setiap hari nya, takut kalau pabrik ayah tidak berjalan seperti biasa. Karena walaupun memiliki pabrik sendiri, pabrik ayah memang sering ada masalah. Seperti saat ini, pabrik ayah sedang dalam masalah. Dan seperti nya ini masalah yang besar.

Hanya saja sayang nya Indira tidak sepemikiran dengan ibu nya. Dia tidak meletakan standar hidup bahagia itu pada uang.

Bagi nya cinta lah yang lebih penting. Sehingga saat dia mengenal seorang pria di dunia maya, dia pun dengan cepat jatuh cinta dengan pria itu.

Tentu saja disini cerita nya bukan hanya Indira saja yang jatuh cinta pada Dikta. Dikta pun demikian ada nya. Hubungan yang dimulai dari chat- chat via medsos itu akhir nya berlanjut di dunia nyata.

Jika demi cinta nya Indira sampai rela melakukan apa pun demi dapat bertemu dengan Dikta secara langsung, Dikta pun melakukan hal yang sama. Padahal waktu itu, Dikta tinggal di kota yang berbeda dengan Indira. Dia sampai rela pindah rumah serta pindah kampus hanya untuk cinta nya pada Indira.

Gila bukan?? Tapi memang begitu lah ada nya cinta Dikta bagi Indira. Sangat amat besar.

Sejak kopi darat nya untuk pertama kali nya itu, Dikta sudah menjatuhkan cintanya hanya untuk Indira seorang. Perasaan nya untuk Indira tidak dapat di ganggu gugat oleh siapa pun jua.

Bak kata orang- orang waras, cinta memang mampu mengalahkan segalanya. Itu lah yang terjadi pada dua insan yang di mabuk cinta ini.

Jika pengorban Dikta sudah sebesar itu, Indira pun tidak kalah besarnya. Dia tidak pernah berpikiran lama- lama kalau itu sudah menyangkut soal Dikta.

Dahulu, saat Indira masih bekerja sebagai guru private home to home, Indiri tidak pernah berpikir panjang untuk menghabiskan seluruh honor yang ia dapat hanya demi untuk mengajak Dikta makan di luar sekaligus nonton bioskop.

Dan tidak hanya itu saja. Kadang- kadang malah bukan hanya Dikta seorang saja yang Indira traktir.

Indira juga kadang- kadang sampai rela menghabiskan semua uang nya untuk mentraktir teman- teman tongkrongan Dikta yang ada di markas mereka.

Kebetulan Dikta ini adalah seorang koki lepas. Jadi dia dan teman- teman nya memang sering nangkring di cafe yang mereka jadi kan markas besar mereka.

Tak selang beberapa lama, mereka pun akhir nya sampai di tempat tujuan mereka yakni Cafe Andara.

Indira pun turun dan membuka helm nya.

"Kamu cantik sekali ini siang ini, by?" puji Dikta seperti biasa yang mampu membuat bunga- bunga di hati Indira bermekaran.

Indira pun hanya bisa tersenyum simpul dengan pipi yang merona karena malu. Sudah tiga tahun pacaran tapi gombalan Dikta selalu saja mujarab membuat nya tersipu malu.

“Kita masuk Ay!” ajak Indira, meraih tangan Dikta dan membawa Dikta melangkah ke dalam markas mereka.

Dua sejoli ini pun kemudian berjalan bersama-sama sambil berpegangan tangan memasuki studio.

"Ya ampun!! Yang dunia rasa nya milik berdua!! Dari mana saja kalian??" tanya Bang Ridwan yang baru melihat dua sejoli ini muncul di dapur cafe.

Indira yang di tanya seperti hanya bisa tersenyum simpul. Karena memang di markas itu lah mereka bisa saling melepaskan rindu sambil menunggu pesanan dari tamu yang baru datang.

Ya, Indira kini telah menjadi partner masak nya Dikta. Dia sudah tidak lagi mengajar private home to home. Walau pada kedua orang tua nya Indira masih mengaku menjalani profesi nya sebagai guru private.

“Ya dari mana lagi bang! Pasti nya dari menjemput cinta ku ini dari rumah nya lah! Itu saja butuh perjuangan yang super duper luar biasa. Benar gak by?” Dikta mengangkat satu alis nya saat bertanya itu pada Indira, membuat Indira semakin klepek- klepek melihat nya. Karena memang Dikta setampan itu.

Orang – orang kalau melihat paras nya Dikta pasti tidak ada yang percaya kalau dia adalah orang tidak berpunya. Paras nya sangat tampan terawat. Kulit nya putih halus dengan body sixpack bak roti sobek dalam anime- anime.

Bagaimana Indira tidak jatuh cinta pada pria bak seorang pangeran itu?

“Hmmm! Seharus nya aku pungut bayaran pada kalian berdua yang menjadi kan cafe ku ini tempat pacaran.” Sindir bang Ridwan.

Tapi tidak ada yang salah dengan sindiran nya bang Ridwan, karena memang hanya tempat itu yang bisa memberi kesempatan untuk mereka berdua untuk saling melepas kasih. Di tempat lain selain bayar, juga bisa amat berbahaya kalau sampai terlihat oleh orang – orang yang mengenal keluarga Indira. Bisa- bisa mereka di laporkan ke ibu nya Indira. Kan bisa berabe.

Sedangkan kalau disini, misal nya jika mereka berdua sedang bekerja bersama, nah sewaktu orderan sedang sepi, mereka bisa mesra- mesraan berdua. Pegangan tangan. Sambil sesekali mencuri kecupan – kecupan kecil selayak nya pasangan kasmaran yang sedang nakal- nakal nya.

Habis nya lelah juga jika setiap hari harus main kucing- kucingan dengan ibu nya Indira.

Indira sebenarnya memang bukan anak yang penurut apalagi sebelum Indira mengenal Dikta. Sebagai anak kedua, Indira memang banyak makan hati di rumah nya.

Dia merasa tidak disayang, kurang di prioritaskan, selalu harus mendahulukan kepentingan kakak nya dan juga harus selalu mengalah pada ke empat adik nya. Singkat nya Indira merasa sangat tertekan dengan hal ini. Sehingga sifat pembangkang itu pelan- pelan tumbuh di dalam diri Indira.

Setelah sekian lama merasa di perlakukan tidak adil, Indira sampai pernah bunuh diri hanya karena masalah sepele. Yakni Indira lupa memberikan setengah uang honor private nya untuk membantu membayar uang kuliah sang kakak. Karena kebetulan saat itu pabrik ayah sedang ada masalah.

Dan ibu nya Indira mengamuk sejadi- jadi nya pada Indira. Padahal kalau di pikir- pikir ulang apa salah nya Indira. Tanggung jawab untuk membayar uang kulian kakak nya bukan lah tanggung jawab diri nya, melainkan orang tua nya. Tapi mengapa sang ibu sampai mengeluarkan kata- kata yang menyakitkan telinga seperti itu dengan mengatakan Indira anak yang tidak tahu di untung. Anak yang tidak bisa balas budi. Semua kata- kata laknat itu ibu nya arahkan pada Indira.

Ini membuat Indira semakin strees bila berada di rumah. Bagi Indira, rumah nya sendiri bagaikan neraka. Namun Indira tak bisa berbuat apa pun selain diam.

Saking begitu banyaknya beban yang Indira pikul, Indira nyaris membuatnya masuk ke dunia narkoboy.

Walaupun tidak menenggak obat- obatan sejenis sabu, ganja dan yang lain nya, tapi Indira dahulu selalu sedia pil penenang yang selalu tersimpan di dompetnya.

Bila Indira tidak tenang seperti strees atau gelisah saat masalah menyerang nya, Indira tak segan- segan untuk mengkonsumsi pil penenang tersebut, hanya demi membuat pikira nya tenang.

Pil penenang itu memang selalu manjur membantu nya untuk melupakan masalah nya seaat. Ya! Sesaat! Ini benar- benar hanya sesaat karena setelah pengaruh pil itu hilang maak masalah pun kembali datang. Begitu lah kelam nya hidup Indira dahulu.

#3

Pil penenang itu memang selalu manjur membantu nya untuk melupakan masalah nya sesaat. Ya! Sesaat! Ini benar- benar hanya sesaat karena setelah pengaruh pil itu hilang maka masalah pun kembali datang. Begitu lah kelam nya hidup Indira dahulu.

Namun semua berubah semenjak hadir nya Dikta dalam hidup Indira. Muncul nya Dikta memberi sebuah kekuatan baru untuk Indira. Dikta datang bagiakan cahaya dalam hidup Indira yang gelap, bagaikan penyemangat dalam hidup Indira yang sudah tidak kehilangan arah. Jadi wajar, Dikta menjadi segala – gala nya bagi Indira.

"Bang Ridwan, Ada tamu tuh!! Sana buruan ntar mereka kabur lagi!!” ucap Indira mengusir Bang Ridwan secara halus.

Bang Ridwan hanya bisa mengerlingkan mata. Dia pasti nya sangat paham kalau dia sejoli ini ingin berduaan saja dan kehadiran nya disana di rasakan menganggu dua orang yang sedang memadu kasih ini.

Dengan geleng- geleng kepala Bang Ridwan pun pergi meninggalkan Indira dan Dikta.

"Beby," panggil Dikta mesra sambil meremas jari jemari Indira.

Indira menoleh. Dia membiarkan jari- jari lentik nya di remas lembut oleh sang kekasih.

"Ada apa Ay?" tanya Indira dengan tatapan penuh cinta.

"Aku pikir, sebaiknya kita nikah saja ya?" Ucap Dikta tiba- tiba membuat Indira terkejut.

"Aku pikir, sebaiknya kita nikah saja ya?" Ucap Dikta tiba- tiba membuat Indira terkejut.

Indira spontan melepaskan tautan jari jemari mereka. Di tatap nya Dikta lalu setelah nya Indira berjalan ke arah jendela dan melemparkan pandangan nya jauh ke luar.

"By? Kamu kenapa? Kamu tidak mau nikah sama aku? Apa kamu gak yakin by, sama aku?” Tanya Dikta dengan nada terdengar cemas

Indira menggelang lemah, lalu dia berbalik dan melihat ke arah Dikta.

Tidak lama setelah nya Indira berjalan dan duduk kembali di samping Dikta. Di genggam nya erat jari jemari Dikta, dan di pandang nya kekasih nya itu hingga ke manik mata yang paling dalam. Lalu Indira berkata,..

"Ay! Kamu tahu kan aku sangat sayang sama kamu! Aku tuh sangat cinta sama kamu Ay. Tentu saja aku dengan demikian aku pun sangat yakin dengan mu Ay, tapi permasalahan nya..."

Indira menggigit bibir bawah nya, dia sudah mencoba menguatkan hati nya untuk bicara tapi ternyata tetap saja berat. Dan akhir nya di penghujung kata- kata nya, Indira mengurungkan melanjutkan kata-katanya.

"Restu ibu????" tebak Dikta yang sudah sangat hapal betul jurang pemisah cinta mereka.

Dikta tidak perlu menunggu Indira untuk menjawab dengan anggukan ataupun ucapan. Cukup dari sorot mata Indira saja, Dikta sudah dapat mengerti. Apalagi saat buliran bening itu mulai perlahan menyembul di permukaan mata indah Indira. Maka, mereka berdua sudah sama- sama tahu jawaban nya.

"By??? Hei sudah..." panggil Dikta penuh kelembutan. Dia sangat paham apa yang di rasakan oleh kekasih nya saat ini.

“Ay..?” ucap Indira sesegukan lalu mencium tangan Dikta dengan penuh perasaan haru, membuat punggung telapak tangan Dikta basah oleh air mata Indira.

"Beby, kamu jangan nangis gitu dong? Kakak jadi sedih liatnya.." ucap Dikta sambil mengusap lembut rambut Indira penuh kasih sayang. Hal ini memang sudah Dikta duga sebelum nya. Bahkan setelah tiga tahun menikah masalah mereka masih saja tetap sama. Yakni, cinta yang terhalang restu.

"Ay, bawa Indira lari saja! Indira gak masalah kalau kawin lari dengan kamu. Indira rela hidup bersama kamu dalam keadaan susah dan senang. Bawa Indira pergi Ay..” Ujaran penuh kepasrahan itu pun akhir nya keluar dari mulut Indira.

Indira menatap lekat mata Dikta guna meyakinkan Dikta akan tekad nya untuk kawin lari. Sebuah keinginan yang sebenarnya telah lama terpendam akhir nya terkatakan jua disaat Dikta mengungkapkan keinginan nya untuk menikahi Indira. Membingkai semua rasa ada dalam sebuah ikatan suci pernikahan.

Indira mempererat pegangan tangan pada Dikta. Di tatap nya lekat- lekat mata sang kekasih. "Bawa Indira pergi jauh kak. Bawa Indira pergi bersama kakak?" Ulang Indira sekali lagi dengan nada yang terdengar lebih tegas dari sebelum nya.

Namun selain nada tegas, Dikta dapat merasakan rasa pedih yang terasa disana. Dan rasa pedih itu tidak hanya di rasakan oleh Indira, sebab Dikta pun merasakan hal yang sama. Dia merasa pedih di hati nya melihat ketulusan cinta Indira pada nya yang sampai rela untuk kawin lari dengan nya.

Kini hati kedua nya sama- sama merasa pedih.

"Indira sayang, dengarkan kakak baik- baik ya sayang. Kakak bukan nya tidak mau membawa kamu pergi jauh bersama kakak dan kita kawin lari tapi- ," Suara Dikta semakin melemah membuat Indira melepaskan lagi pegangannya.

Indira langsung memutar tubuh nya membelakangi Dikta menahan air mata nya yang ingin melimpah lebih banyak lagi karena ucapan Dikta yang sudah dapat Indira tebak apa ujung nya.

“By??????” panggil Dikta sambil menyentuh lembut pundak Indira. Hati nya terasa penuh sesak saat mendengar suara isakan sang kekasih hati.

Namun Indira yang di rundung rasa sedih sama sekali tidak tidak menghiraukan panggilan Dikta. Dia tetap terisak menahan tangis nya yang pecah. Sama sekali tidak ingin menoleh ke Dikta.

"Dek, kakak mohon cukup dek. Kakak tidak sanggup melihat kamu menangis seperti ini.” Kali ini suara Dikta terdengar lebih serius dari sebelum nya.

Tapi Indira tetap diam dan membuat Dikta memeluk Indira dari belakang

Untuk sesaat suasana di dalamm ruangan itu menjadi hening. Bahkan suara isak tangis Indira pun mulai tidak terdengar lagi.

Setelah merasakan suasana kembali normal, Dikta pun membalikan tubuh Indira menghadap ke arah nya.

"Dek, kakak sangat sayang dan cinta sama kamu. Kakak tidak mau membawa kamu lari bersama kakak karena kakak tidak mau mendapatkan kamu dengan cara yang salah! Kakak tidak mau mencurimu sayang? Kakak ingin cinta tulus kakak ini mendapatkan diri mu dengan cara baik-baik. Dengan restu Ibu dan bapak?" Terang Dikta dengan sangat hati- hati, tidak ingin membuat Indira salah paham dan menganggap nya pengecut.

"Kakak kenal ibu ku kan? Kakak sudah tahu seperti apa sifat materialistik ibu kan?? Ibu tidak akan pernah setuju dengan hubungan kita kak!!! Yang ada kalau kakak datang dan melamar ku maka ibu akan dengan sombong nya mengajukan syarat yang tinggi pada kakak!! Bagaimana kalau ibu sampai minta puluhan juta sebagai uang lamaran!! " Ujat Indira agak meninggi dan membuat Dikta diam.

"Kamu gak ada uang sebanyak itu kan kak????" tukas Indira tegas.

Indira menggigit bibir bawahnya menahan sesak di hatinya. Matanya masih menatap kedalaman mata Dikta yang tak berdasar. Indira sadar kalau perkataan nya pada melukai harga diri Dikta tapi inilah kenyataan nya. Dan Dikta seharus nya sudah tahu akan hal itu. Ibu Indira adalah seorang yang materialis.

Sehingga jika Dikta bersikeras untuk datang melamar Indira dan membawa Indira pergi dari rumah dengan cara baik- baik maka semua nya tidak akan pernah berhasil dengan keadaan Dikta yang seperti saat ini.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!