Hari minggu yang biasanya sangat damai dan penuh dengan suasana romantis kini dihiasi dengan pertengkaran suami istri yang baru beberapa bulan lalu merayakan anniversary pernikahan mereka yang ketiga. Suasana rumah yang harmonis dan tenang itu kini dipenuhi dengan isakan dan air mata.
Pasangan itu adalah Ayara dan Raka. Suami istri yang kata orang-orang begitu bucin dan romantis tapi kini sedang bertengkar dengan hebatnya.
Terlihat Raka memasukkan semua baju-bajunya ke dalam sebuah koper. Dia sangat terburu-buru dan tidak peduli dengan kata-kata yang Ayara ucapkan.
Raka menarik kopernya keluar dari kamar dengan Ayara mengikuti dari belakang.
“Tunggu Raka, kita harus bicara” ucap Ayara sambil menahan lengan Raka suaminya.
“Apakah Kamu mempunyai wanita idaman lain?" Tanya Ayara dengan terbata.
Raka menundukkan wajahnya tidak berani menatap Ayara sang istri.
"Iya" jawab Raka nyaris tak terdengar.
Mendengar jawaban Raka membuat seluruh dunia Ayara rasanya runtuh seketika.
"Kenapa?" Tanya Ayara.
"Aku ingin memiliki anak" jawab Raka masih menunduk.
Ayara sudah tidak bisa menahan laju air matanya.
Dia yang bodoh dan sangat mencintai Raka dengan tidak tau malunya malah meminta Raka untuk tidak menceraikannya. Ayara rela di madu.
"Maaf Ayara, Aku tidak bisa. Aku memilih dia" ucap Raka dan langsung pergi begitu saja setelah mengatakannya.
Rasanya Ayara ingin terjun ke dasar jurang saat itu juga. Raka pria yang begitu dicintainya dengan tega menduakannya.
"Aku tidak mau Raka, Aku tidak mau berpisah" teriak Ayara walau Raka sudah keluar dari rumah mereka.
Ayara melorotkan tubuhnya dan menangis dengan begitu hebatnya.
“Kenapa Raka? Kenapa kamu tega mengkhianati Aku?” tanya Ayara dengan terisak. Dia menutup wajah dengan kedua tangannya. Tidak pernah dia bayangkan dalam hidupnya hal ini akan terjadi padanya. Raka adalah sumber kehidupannya dan Ayara tidak pernah menyangka kalau Raka akan pergi jauh darinya.
“Apa jadinya kalau kamu pergi dari hidupku Raka? Kamu adalah duniaku, Kamu separuh jiwaku”.
Bahu Ayara sudah naik turun pertanda dia sudah menangis dengan hebatnya.
“Kepada siapa sekarang aku harus berpijak kalau satu-satunya tumpuanku pergi meninggalkanku?” Ayara kembali meraung-raung. Dia hanya seorang yatim piatu dan selama ini Raka lah penyemangat hidupnya.
Jika Raka meminta berpisah tidak mungkin bagi Ayara untuk tetap tinggal disini. Ayara memang memiliki seorang kakak laki-laki yang juga sudah menikah hanya saja Ayara tidak bisa tinggal bersama Kakaknya karena rumah itu hanya cukup ditempati oleh keluarga kecil Kakaknya saja.
Tidak ada tempat Ayara untuk berkeluh kesah lagi semenjak orangtuanya meninggal 2 tahun lalu karena kecelakaan. Ayara hanya mempunyai Raka, hanya Raka yang menjadi sandaran hidup Ayara saat ini.
Tapi kini Raka pun meninggalkannya. Hubungan yang sudah terjalin semenjak 11 tahun lalu harus berakhir karena orang ketiga.
Ayara memukul-mukul perutnya.
“Andai saja aku bisa hamil, Raka tidak mungkin meninggalkan ku. Hu…hu….” Ayara kembali menangis. Kalau bisa mengering, mungkin saat ini air mata Ayara juga akan mengering. Tak terhitung sudah berapa lama dia menangis karena saat ini yang dia bisa lakukan hanya menangis.
Lemah? Tentu saja. Ayara sangat mengakui kalau dirinya sangat lemah. Dia begitu mencintai Raka dan Ayara pun yakin Raka juga mencintainya. Selama 3 tahun menikah Raka sangat perhatian dan tidak pernah mempermasalahkan tentang anak. Maka tidak pernah terlintas di pikiran Ayara kalau Raka akan memiliki wanita idaman lain.
Langit di luar sana yang awalnya cerah kini sudah berubah menjadi mendung, seolah sangat mengerti bagaimana perasaan Ayara saat ini. Posisi Ayara masih terduduk di lantai dengan kedua tangan menutup wajahnya.
“Raka….” Ayara terus memanggil manggil nama Raka seperti orang gila.
“Bodoh… Bodoh kamu Ayara” Ayara membentak dirinya sendiri. Dia merutuki dirinya yang masih saja berharap Raka kembali padanya.
Ingatan Ayara kembali pada kejadian beberapa jam lalu saat Raka mengatakan ingin berpisah.
“Maafkan Aku Ayara tapi pernikahan ini tidak bisa kita teruskan lagi. Aku ingin kita bercerai” ucap Raka dengan tidak ber perasaannya.
Ayara yang saat itu sedang duduk di sofa yang ada di kamar mereka hanya bisa membulatkan matanya. Ayara bahkan berpikir kalau Raka sedang bercanda.
“Kamu ngomong apa sih?” Ayara merespon dengan terkekeh.
“Aku serius Ayara. Aku tidak bisa melanjutkan pernikahan ini” ucap Raka yang saat itu juga langsung memasukkan baju-bajunya ke dalam koper.
Tidak ada angin , tidak ada hujan. Bahkan pertengkaran pun tidak ada. Tadi pagi mereka masih baik-baik saja. Tapi dalam hitungan jamnya Raka langsung meminta berpisah. Tidak bolehkah Ayara terkejut mendengar keputusan mendadak itu? Raka yang katanya menginginkan anak dan memilih menduakannya. Benarkah semua itu? Kenapa selama ini Raka terlihat begitu mencintai Ayara? Apakah itu hanya cinta semu semata?.
Benarkah ada orang yang bisa berpura-pura mencintai seseorang?
Salahkah bila Ayara masih mengharapkan Raka?
Andai saja dari awal Raka tidak memberikan cinta yang begitu besar untuknya, Ayara tidak mungkin akan mencintai Raka sedalam ini.
8 Tahun berpacaran dan 3 tahun menikah apakah waktu yang sebentar? Selama ini Raka tidak pernah dekat dengan wanita manapun. Benarkah hanya karena selama 3 tahun belum memiliki anak Raka tega menduakannya?.
Benarkah rasa cinta Raka sudah hilang atau memang dari awal cinta itu tidak pernah ada?.
Bersambung...
Ayara bersusah payah bangun setelah sekian lama bersimpuh dilantai. Menangisi seseorang yang seharusnya tidak dia tangisi.
Ayara berjalan memasuki kamarnya. Ketika melihat ranjangnya, ingatannya kembali pada kenangan manis saat wedding anniversarynya 3 bulan lalu.
"Happy Anniversary sayang" bisik Raka di telinga Ayara istrinya.
Ayara menggeliatkan tubuhnya. Rasanya baru saja dia memejamkan matanya setelah malam panas dan menggelora yang dia lakukan bersama Raka suaminya, tapi kini dia sudah harus bangun kembali.
“Happy Anniversary juga sayang” balas Ayara dengan suara seraknya. Tidak terasa pernikahan mereka sudah menginjak usia 3 tahun. Pernikahan yang nyaris sempurna karena mereka begitu saling menyayangi dan mencintai. Hanya satu yang kurang dari pernikahan mereka yaitu kehadiran anak yang tentu sangat dinantikan keduanya.
Raka dan Ayara menikah di usia yang terbilang muda yakni sama-sama berusia 23 tahun. Raka yang saat itu baru saja lulus menjadi pegawai negeri sipil langsung meminang kekasihnya yang sudah dipacarinya sejak SMA. Ayara yang saat itu bekerja sebagai admin di salah satu perusahaan konstruksi yang cukup terkenal tanpa pikir panjang langsung menerima lamaran Raka.
Kini usia pernikahan mereka sudah menginjak angka 3 tahun, rasa sayang dan cinta mereka tetap sama walau belum ada anak di tengah-tengah mereka.
Raka mencium kening istrinya yang masih betah bergelung di bawah selimut.
“Bangun dulu yuk, Aku sudah masak untuk sarapan kita” ucap Raka setengah berbisik.
Ayara langsung mendelik, dia mengira sudah bangun kesiangan karena sang suami sudah menyiapkan sarapan untuknya.
“Masih jam setengah enam” ucap Raka yang seolah mengerti kepanikan istrinya.
Raka dan Ayara memang sering berbagi tugas. Bila Ayara yang memasak maka Raka yang membersihkan rumah. Begitu pula bila Ayara yang mencuci baju maka Raka yang menyetrikanya. Ayara sangat beruntung mendapatkan suami seperti Raka yang mau menerima dia apa adanya dan mau ikut mengerjakan pekerjaan rumah. Bila Ayara sakit maka Raka akan libur bekerja dan mengurusnya bagaikan seorang Ratu. Ayara tidak bisa membayangkan bila hidup tanpa Raka karena dia begitu bergantung pada suaminya.
Ayara memeluk tubuh suaminya dengan begitu erat.
“Suamiku memang sempurna” bisik Ayara di telinga Raka.
Raka tertawa kecil.
“Benarkah?” ucap Raka pura-pura tidak percaya.
Ayara pun menganggukkan kepalanya dengan cepat.
Raka kembali tertawa.
“Ayo bangun dan mandi, nanti Aku antar ke kantor” ucap Raka.
“Kamu tidak mengajar?” tanya Ayara terheran. Pasalnya hari ini bukan hari libur. Bila Raka mengantar Ayara bekerja itu akan memakan waktu dan Raka bisa terlambat mengajar. Raka adalah guru Matematika di salah satu SMK di kota A.
“Tidak, muridku sedang kunjungan ke hotel” jawab Raka.
Ayara senangnya bukan main. Andai saja Ayara bisa mengajukan cuti mendadak dia pasti mengambil cutinya saat ini juga dan memilih menemani suaminya di rumah.
“Sayangnya aku tidak bisa cuti” ucap Ayara sendu.
Raka pun mengelus puncak kepala istrinya dengan sayang.
“Tidak apa-apa, nanti pulang kerja kita langsung dinner ya. Merayakan Anniversary kita” ucap Raka dengan tersenyum manis. Senyum yang dari awal pertemuan mereka selalu bisa membius Ayara.
Ayara mencium gemas pipi suaminya.
“I Love You sayangku” ucapnya sambil terus mencium seluruh wajah Raka.
Raka pun hanya terkikik saja.
“Muah…Aku mandi dulu” ucap Ayara sambil sekali lagi menghadiahi ciuman di pipi Raka.
Raka hanya geleng-geleng kepala. Istrinya memang kekanakan padahal usia mereka tidak jauh berbeda. Raka hanya lebih dewasa 1 bulan dari Ayara tapi sikap Raka jauh lebih dewasa dari istrinya.
…
Ayara dan Raka sudah duduk di meja makan menikmati sarapan yang Raka buat pagi-pagi sekali. Dia sengaja ingin memanjakan istrinya yang kelelahan karena melayaninya semalaman.
“Enak sayang, sering sering ya masaknya” ucap Ayara sambil tertawa kecil.
Raka pun hanya tertawa saja. Raka memang suami idaman. Bisa masak, pengertian dan penyayang. Tak heran mereka bisa menjalin kasih hampir sebelas tahun. Delapan tahun berpacaran dan 3 tahun menikah. Selama itu pula mereka sangat harmonis dan selalu romantis.
Selesai makan Raka kemudian mengantar istrinya bekerja. Setelah menikah Ayara resign dari tempatnya yang lama dan kini bekerja sebagai asisten manager di The La Fanya manajemen villa. Perusahaan yang mengelola beberapa villa yang dimiliki oleh orang-orang berbeda dengan sistem profit sharing dan sistem kerjasama lainnya. Ayara sangat menyukai pekerjaannya yang sekarang dan sangat nyaman dengan partner kerjanya juga hingga dia enggan untuk ikut mengambil pekerjaan seperti suaminya yang menjadi pegawai negeri. Padahal Ibu Raka sudah beberapa kali meminta Ayara untuk ikut tes CPNS agar bisa menjadi pegawai negeri seperti Raka. Untung saja Raka selalu mendukung keputusan istrinya, menurutnya pekerjaan itu adalah kenyamanan. Bila sudah nyaman maka semuanya menjadi lebih indah.
“Sudah sampai” ucap Raka saat sudah sampai di depan kantor dua lantai milik The La Fanya. Gedung yang begitu mewah dan estetik.
Cup.
“Terima kasih ya Sayang”.
Ayara mengecup pipi suaminya sebelum turun dari mobil.
Raka tertawa geli. Dia juga mencium pipi istrinya dengan gemas.
“Nanti jam lima aku jemput” ucap Raka sambil membelai pipi istrinya.
Ayara mengangguk sambil tersenyum sangat manis.
…
Ayara sudah mandi dan mengganti bajunya. Dia juga berdandan sambil menunggu kedatangan suaminya. Senyum Ayara sudah terkembang karena akan berkencan dengan Raka suaminya. Hal itu tentu tak luput dari perhatian rekan kerjanya. Sangat jarang Raka mengantar jemputnya bekerja karena kesibukan masing-masing. Saat liburan sekolah pun Raka jarang mengantar jemput karena dia lebih memilih membantu Ayara mengerjakan pekerjaan rumah. Raka memang suami yang sangat sempurna bagi Ayara.
“Ciehh cieehh… kayak pengantin baru saja” ledek Chiko rekan kerja Ayara. Chiko adalah satu-satunya pria lajang di kantor tersebut. Usianya 2 tahun lebih dewasa dari Ayara.
“Kamu ini sirik aja” ucap Cindy membela Ayara.
Ayara hanya tertawa saja menimpali.
“Aku iri lho sama kamu Ayara. Kalau Mas Danu suami aku, boro-boro mau bantuin urus rumah. Aku minta tolong jagain anak sebentar saja susahnya minta ampun” keluh Cindy.
Ayara hanya tersenyum tipis. Bila ada pembahasan tentang anak dia akan kembali mengingat ketidaksempurnaan pernikahannya dengan Raka.
Dan kini ternyata karena alasan anak Raka tega menduakannya. Ayara tersenyum kecut ketika mengingat memory tiga bulan lalu.
Tanpa sadar air matanya kembali menetes.
"Jangan menangis Ayara, kamu harus kuat. Kamu tidak boleh lemah".
Niat hati ingin menyemangati diri sendiri yang ada Ayara malah semakin tidak bisa menekan laju air matanya.
"Apa yang akan terjadi padaku bila kamu pergi dari hidupku Raka?".
Ayara mendudukkan tubuhnya di pinggiran ranjang dan kembali menangis. Tidak ada yang dia lakukan selain menangis, bahkan mengisi perutnya, padahal seharian ini dia belum makan sama sekali.
Lemah. Lemah sekali kamu Ayara !.
Bersambung...
Malam telah tiba, tidak ada hal apapun yang Ayara lakukan seharian ini selain menangis. Ayara kemudian bangun dari duduknya dan berjalan dengan tatapan kosong menuju kamar mandi.
Tanpa melepas pakaian yang dia kenakan, Ayara langsung saja mengguyur tubuhnya dibawah shower. Ayara kembali menangis. Inilah yang terjadi bila kita terlalu bergantung pada orang lain. Kita akan merasa begitu kehilangan ketika sudah tidak bersama lagi.
Belum ada satu hari Raka meninggalkannya tapi kepergian Raka begitu terasa bagi Ayara. Separuh hatinya telah pergi dan Ayara kehilangan dunianya.
Hampir satu setengah jam Ayara berdiri di bawah guyuran air. Dia berhenti saat kulitnya sudah mulai berkerut karena kedinginan.
Seperti tidak memiliki gairah hidup dia mengeringkan tubuhnya, memakai pakaian dan naik ke atas ranjang. Dia miringkan tubuhnya ke kiri , ke tempat dimana biasanya Raka tertidur dengan lelapnya.
Melihat tidak ada Raka disebelahnya membuat Ayara lagi-lagi menangis.
"Kenapa aku selemah ini setelah kamu pergi dari hidupku Raka?".
Bersusah payah Ayara menghentikan laju air matanya, tapi tetap saja tidak bisa. Dia bahkan menggigit bibir bawahnya agar berhenti menangis tapi isakan itu tetap saja terdengar.
Walau sisi lain Ayara terus memaki maki dirinya yang lemah, mengatakan dirinya bodoh karena menangisi Raka tapi sisi lainnya terus saja mengingat kenangan baik selama sebelas tahun ini.
Hingga tengah malam Ayara tidak bisa menutup matanya. Dia sudah tidak menangis lagi tapi tatapannya sangat kosong. Dadanya berdebar begitu hebat. Kecemasan-kecemasan terus menghantui dirinya.
Apakah aku bisa hidup tanpa Raka?
Apakah aku bisa melewati ini semua?
Banyak sekali pertanyaan dalam diri Ayara hingga tidak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 6 pagi dan Ayara harus bersiap-siap bekerja.
Matanya yang bengkak karena semalaman menangis dan tidak tidur serta kepalanya yang sedikit berputar. Selain menangis Ayara juga tidak ingat dengan yang namanya makan.
Saat hendak bangun dari tempat tidur, dia sudah terjatuh lagi. Tenaganya sudah sangat habis dan kepalanya semakin berdenyut. Tidak mungkin dengan keadaan seperti ini dia bisa bekerja.
"Sayang... Aku sakit" ucap Ayara sambil menangis. Dia kembali mengingat kenangan saat masih bersama Raka dulu.
...----------------...
Pagi itu Ayara terbangun karena perutnya begitu bergejolak. Setengah berlari dia memasuki kamar mandi dan muntah-muntah. Raka yang mendengar istrinya muntah-muntah di kamar mandi segera menyusul.
“Kamu kenapa sayang?” tanya Raka terdengar khawatir.
“Mual sayang” jawab Ayara yang sudah begitu lemas.
Raka kemudian menuntun Ayara menuju kamar mereka.
“Kamu gak usah kerja ya?” bujuk Raka karena Ayara terlihat tak berdaya.
Ayara pun menganggukkan kepala. Saat itu juga Raka keluar dari kamar. Entah apa yang dia lakukan.
10 Menit kemudian Raka sudah kembali dengan semangkuk bubur ayam yang sepertinya dia beli di depan gang rumah mereka. Setiap pagi memang ada Bapak-Bapak yang berjualan bubur ayam disana. Selain bubur Raka juga membawakan minuman racikan Ibunya. Kunyit, jeruk nipis, jahe dan madu. Setiap Raka tidak enak badan Ibunya pasti membuatkan itu untuk Raka dan sekarang Raka membuat minuman itu untuk Ayara.
Dengan telaten Raka menyuapkan Ayara bubur ayam tersebut hingga habis tak bersisa. Setelahnya dia juga membantu Ayara minum.
“Masih mual?” tanya Raka.
Ayara pun menganggukkan kepala.
“Mau ke dokter?” tanya Raka pula.
Ayara kemudian menggeleng. Rasanya dia hanya masuk angin saja tidak perlu sampai ke dokter.
Tiba-tiba saja Ayara teringat kalau sudah telat datang bulan. Matanya sudah berbinar. Ayara sangat berharap kalau sekarang dia sedang mengandung.
Dia elus-elus perutnya berharap di dalam sana sudah ada buah hatinya.
“Kenapa?” tanya Raka yang kembali terlihat khawatir.
“Apa mungkin aku hamil? Tamu bulananku sudah terlewat 5 hari” jawab Ayara tersenyum.
Mendengar itu Raka pun ikut berbinar.
“Bagaimana kalau kita tes saja? Kamu masih punya testpack kan?” tanya Raka yang terdengar begitu antusias.
Ayara pun menganggukkan kepalanya. Raka kemudian membantu Ayara bangun dan segera saja menggunakan pregnancy test untuk mengetahui apakah Ayara benar hamil atau tidak.
5 Menit menunggu ternyata hasilnya adalah garis satu. Ayara seketika murung melihat hasilnya. Ternyata dia tidak hamil. Melihat Ayara yang nampak murung langsung saja Raka memeluk istrinya.
“Tidak apa-apa, mungkin Tuhan masih ingin kita berpacaran” ucap Raka berusaha menghibur Ayara. Bukannya terhibur dia malah menjadi menangis.
“Sst.. jangan nangis ya” Raka kembali menenangkan istrinya. Raka kemudian mengangkat tubuh istrinya dan kembali membaringkannya di kasur.
Hari itu Raka tidak bekerja dan memilih menjaga Ayara yang sedang sakit serta menghibur istrinya yang kecewa karena ternyata dirinya belum diberi kepercayaan untuk menjadi seorang Ibu.
...----------------...
"Raka...sekarang aku sakit lagi. Tidak ada yang membuatkan minuman hangat, tidak ada yang membuatkan aku bubur, tidak ada yang merawat ku seharian. Aku sendiri Raka...hu....hu...." Ayara kembali menangis bila dia mengingat tentang Raka. Tentang bagaimana perhatiannya Raka dulu padanya. Tapi kini semua tidak sama lagi. Raka telah pergi dan memilih menjalin hubungan dengan wanita lain.
"Raka...Aku begitu terpuruk setelah kepergianmu. Bagaimana dengan mu? Apakah kamu bahagia dengan dia?".
Ayara tersenyum muak.
"Bolehkah aku memberikan predikat orang paling jahat padamu? Orang yang tidak bisa bersabar. Apakah memang hanya karena belum diberikan momongan kamu semudah itu berpaling? Atau itu hanya alasan saja karena kamu sudah tergoda pada dia?".
Ayara menutup wajahnya dengan kedua tangan dan kembali menangis.
"Aku bosan menangis Raka... Aku ingin tersenyum lagi...hu...hu....".
Bersambung...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!