NovelToon NovelToon

Kita (Bukan) Anak SMA

PROLOG

22 Juli 2015

Namanya adalah Sheila Herfiza. Umur 18 tahun, kelas 12 jurusan IPS. Murid baru yang akan bersekolah di Sekolah Menengah Atas Kusuma Negara di sebuah kota kecil.

Dia sebenarnya murid pindahan dari Ibukota. Setelah satu tahun tinggal kelas dan terpuruk hidupnya, Sheila memulai kembali sekolahnya yang tinggal satu tahun lagi.

Bukan karena orangtua yang pindah bekerja atau pindah domisili hingga harus pindah sekolah juga.

Tapi kepindahan Sheila ke kota ini adalah imbas dari perbuatan sendiri yang memalukan sampai mencoreng muka keluarga dan merusak nama baik diri sendiri.

Bukan tanpa alasan.

Ini semua karena cinta.

Cinta yang buta. Cinta yang membutakannya di usia muda hingga harus menelan pil pahit buah dari putus cinta.

Kedua orangtua dan dua kakak laki-lakinya akhirnya mengungsikan Sheila di kota kecil ini. Tinggal bersama Kakek Nenek agar bisa lebih terkontrol karena mereka berdua sudah pensiun dari bekerja hingga bisa mengawasi Sheila 24 jam.

Berbeda dengan di Ibukota, Mama Papa sibuk bekerja. Kak Abel dan Kak Fiko juga sibuk kuliah. Sehingga Dia lebih sering sendiri hanya ditemani Mbok Marni, asisten rumah tangga yang setia sejak Sheila masih bayi. Sampai Sheila yang polos itu terjerumus pergaulan yang jauh dalam menjalin cinta.

Gara-gara cowok itu. Semua gara-gara dia.

Zein, nama lengkapnya adalah Zeinul Abidin Taher.

Dia adalah kakak kelas Sheila sewaktu masih bersekolah di SMA Pramuka 01.

Pertemuan itu, di hari Senin tepat dua bulan Sheila menyandang status sebagai seorang murid SMA yang selalu diimpikannya ketika masih berseragam putih biru.

Sheila terlambat masuk sekolah beberapa detik saja sampai akhirnya di gelandang Pak Anwar dan berdiri di lapangan upacara menjadi tontonan para murid lain dengan tulisan MURID RESAH menggantung di leher.

Flashback On...

22 Oktober 2012

"Pak Muuul... Tungguuu!!"

Sheila berlari dengan cepat berusaha ingin menerobos gerbang sekolahnya yang akan ditutup.

"Eit, tidak bisa! Kamu telat, Nona! Ini udah jam tujuh teng!" kata Pak Mulyadi dengan senyum mengembang.

Pak Mulyadi adalah penjaga sekolah yang ditugaskan untuk stand bye di pagar depan bangunan Sekolah Menengah Atas Pramuka 01 setiap senin pukul tujuh.

Setiap hari Senin, jam masuk sekolah dimulai lebih pagi yaitu pukul tujuh tepat karena sekolah rutin melakukan kegiatan wajib upacara sekolah.

"Ayolah, Pak! Cuma telat sepuluh detik juga!" imbuh Sheila dengan kata yang merdu merayu.

Ia berusaha menyogok penjaga sekolah dengan dua batang rokok kretek kesukaan Pak Mul dan tersenyum semanis mungkin.

"Maaf, Neng! Ga bisa! Ada Pak Sutan!" bisik Pak Mul lemas. Pak Sutan itu adalah Kepala Sekolah di SMA Pramuka 01.

"Hhh... Terus, nasib saya gimana ini? Mana ada ulangan harian pak Teguh di jam pelajaran pertama! Pleaseee..."

"Ga bisa, Neng! Tunggu dulu aja di situ sampe Pak Anwar mendata murid yang terlambat!"

"Yah!?!..."

Seketika Ia melemah. Hanya bisa melangkah gontai dengan wajah tertunduk.

Niat menjadi murid teladan hingga tamat SMA ternyata kandas karena keteledorannya hari ini.

Sheila, murid kelas 10 dan baru saja merasakan indahnya jadi murid SMA seketika harus menunduk malu berdiri di pajang pak Kepala Sekolah selama upacara.

Ada tujuh orang murid yang bernasib naas sepertiku. Salah satunya adalah si Zein itu.

Dia sudah kelas 12, tapi sudah tiga kali langganan di strap di lapangan karena terlambat datang ke sekolah setiap hari senin.

Minggu lalu, posisi Sheila sama seperti murid-murid lain yang berdiri memandang murid bermasalah yang berdiri di tengah lapangan upacara. Salah satunya adalah Kak Zein itu. Tapi Minggu ini, justru Ia sendiri yang jadi 'murid bermasalah' itu.

Malu hati juga terbayang ejekan nakal kakak-kakaknya seandainya tahu kelakuan Sheila saat ini di sekolah.

Kedua kakak laki-lakinya berkuliah di fakultas hukum dan fakultas kedokteran dengan nilai di atas rata-rata serta kehadiran total nyaris seratus persen.

Tapi Sheila, baru kelas sepuluh dan baru dua bulan jadi anak SMA langsung mendapatkan cap MURID RESAH karena kecerobohannya yang bangun kesiangan.

Gara-gara Alina teman sebangku yang sudah meracuni game online di otak Sheila dan semalam mereka terlalu asyik tanding sampai tidur sangat larut hingga beginilah jadinya.

Yang menyebalkan itu adalah hukumannya. Murid yang terlambat harus menjadi pekerja sosial selama satu jam pelajaran. Dan hukumannya antara lain membersihkan toilet, menyabuti rumput ilalang di lapangan olahraga dan beres-beres peralatan olahraga raga di ruang olahraga.

Sheila ternyata ditempatkan di bagian ruang alat-alat olahraga. Membersihkan sebuah ruangan berukuran 10 x 12 meter yang sudah usang dan berdebu dengan buku-buku LKS Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan dari jaman jebot berdua dengan cowok bernama Zein itu.

Cowok keren yang dingin. Juga galak dan bahasanya toxic meskipun dengan cewek pendiam seperti Sheila.

"Heh?! Itu sapunya yang bener! Lo ga pernah kerja ya di rumah?!"

Hah? Ini cowok ganteng, style model cover boy dengan body tinggi tegap khas anak-anak basket yang gagah perkasa, tapi ternyata omongannya mirip preman pensiun yang ga bisa bedain mana cewek mana cowok ya?! Gumam Sheila dalam hati.

Sheila yang tadinya terpukau oleh pesona ketampanan Zein, kini perlahan luntur dan illfeel setelah tahu kepribadiannya yang minus.

"Ck. Telinga Lo bolot ya?"

"Dih?! Lo sendiri bisa juga khan nyapu? Mata Lo lamur ya? Ga keliatan ya kalo gue lagi apa?" tukas Sheila melawan kesemena-menaan Zein.

Jadi cowok koq ga banget deh! Tampang keren, gue kira ucapannya akan manis menyenangkan. Ternyata. CK. Nyebelin banget!

Terlihat wajah Zein nampak berbeda. Mungkin kaget mendengar jawaban Sheila yang balik nge-gas.

"Apa? Berani lawan cewek?" tambah Sheila makin esmosi.

"Engga! Itu tuh tulisan MURID RESAH Lo terbalik!"

"Bodo amat!" balas Sheila lagu dengan nada tinggi.

Hilang lenyap rasa suka pada wajah tampan Zein yang songong. Berganti menjadi rasa benci dan sebel yang kian membludak.

Anehnya, Zein malah tersenyum walau agak sinis.

"Apa Lo?! Lo pikir karena wajah Lo ganteng, gue akan kalah sama Lo?"

"Eh, gue ini kakak kelas Lo ya!? Jangan songong melebihi batas."

"Terus, karena Lo kakak kelas jadi bisa seenaknya semena-mena sama adek kelas, gitu?"

"Cih! Lo lagi PMS ya? Baperan juga emosian!"

Lah? Dia tahu kalau gue mau datang bulan koq? Emang rasanya ga enak banget.

"Kenapa? Jangan mikir kalo gue kayak dukun ya!? Tuh, rok bagian belakang Lo, ngaca dulu sana, liat di kaca lemari itu!"

Ehh?? Apaan sih maksudnya???

Anehnya Sheila menurut.

Dan kepo maksimal langsung spontanitas melihat ke arah kaca lemari di ruangan itu.

Hah?!? Beneran datang bulan!!! Huaaa...

Ditengoknya lagi wajah Zein yang tersenyum puas.

Pucat pasi Sheila, memerah seketika wajahnya karena rok seragam sekolahnya tiba-tiba terdapat setitik noda merah dari hasil PMS nya yang baru datang tanpa pemberitahuan. Dan Sheila tak punya persiapan sama sekali.

Gadis yang berusia 15 tahun kala itu langsung ambil langkah seribu berlari menuju kamar mandi untuk membersihkan noda darah di rok bagian belakangnya dengan diiringi suara tawa Zeinul Abidin Taher.

*BERSAMBUN**G*

LIKE, KOMENTAR DAN FAVORITNYA, PLEASE🙏🙏🙏😇 AUTHOR DOAKAN YANG KASIH LIKE JADI KAYA, YANG KOMENTAR JADI SELALU BAHAGIA, YANG FAVORIT TAMBAH BERKAH REZEKINYA🙏🙏🙏AAMIIN...⚘💜

KBAS 1

"Hahaha..., udah Non, bertelurnya di kamar mandi?" ledek Zein melihat wajah Sheila yang kembali muncul di balik pintu.

Sheila tidak menjawab.

Diam seribu bahasa. Tak mau memperpanjang rasa malunya karena bocor di hari pertama menstruasi sampai di ledek oleh Kakak kelasnya yang senga' tingkat dewa.

Wajahnya cemas hingga berkali-kali menoleh ke arah rok belakangnya yang nodanya masih ada meskipun sudah dicuci.

Puk

Zein melemparkan jaket jeansnya pada Sheila.

"Tutupi, biar basah dan nodanya ga keliatan!" kata Zein sembari keluar dari ruang alat-alat olahraga.

Tinggalkan Sheila yang termangu sendirian.

Dih?! Dasar cowok aneh! Tadi gahar banget. Sekarang... Gumam Sheila seorang diri.

Tapi dia merasa tertolong berkat jaket milik Zeinul Abidin Taher yang diikatnya dipinggang untuk menutupi noda darah halangannya.

Sheila juga memandang ke seluruh ruangan olahraga.

Sudah bersih. Ternyata cowok itu rajin juga mau nyapuin dan nge-pel ini semua sendirian tanpa bantuan gue. Hehehe... Alhamdulillah.

Sheila keluar ruangan. Kembali mengunci pintunya dan kembali ke ruang guru piket untuk mengembalikan kunci.

"Sudah selesai dibereskan semua?" tanya pak Anwar pada Sheila.

"Sudah, Pak!" jawab Sheila.

"Ya sudah. Kamu bisa kembali ke kelas! Dan jangan ulangi lagi terlambat masuk sekolah terutama di hari Senin jam upacara!" nasehat Pak Anwar tegas.

"Iya, Pak!"

Sheila masuk ke kelasnya setelah jam pelajaran pertama habis padahal masih pelajaran Biologi, jam pelajaran pak Teguh.

Tok tok tok

"Selamat pagi, Pak!"

"Hm. Apa ini masih pagi?"

"Pagi menjelang siang, Pak!" jawab Sheila dengan wajah tertunduk.

"Baru dua bulan masuk sekolah, sudah berani jadi MURID RESAH!" omel Pak Teguh membuat kepala Sheila semakin tertunduk, malu.

Merah padam wajahnya. Tak berani menatap wajah-wajah teman sekelas yang melihat Sheila seolah hendak menelan dirinya bulat-bulat.

"Keluar saja dulu. Yang lain sedang ulangan. Kamu tidak bisa ikut ulangan untuk hari ini dan juga susulan di jam pelajaran saya berikutnya kecuali kamu membawa tanda tangan permintaan maaf dan janji tak ulangi lagi dari orang tuamu."

Deg

Tentu saja jantung Sheila berdebar kencang.

Ultimatum yang Pak Teguh berikan membuatnya semakin down kena mental.

Matanya mulai berkaca-kaca. Bagaimana mungkin si anak baik, manis dan cantik yang selama ini selalu berusaha untuk rajin belajar rajin sekolah menengah pertama tiba-tiba mendapat cap buruk dengan menyandang titel MURID RESAH di dua bulan sejak sekolah menengah atas.

Sheila terpaksa harus keluar kelas kembali dengan hati hancur dan jiwa anjlok parah.

Dia bingung dengan keadaannya hari ini.

Hanya bisa terisak menangis di pojokan aula depan lapangan basket yang sepi karena murid-murid yang lain tengah belajar dalam kelas.

"Hei, MURID RESAH NO.3! Ngapain Lo duduk sendirian disini? Cari Warsih apa Ilham?"

Sheila menoleh.

Ternyata, Zein.

Wajah tampannya tersenyum senga', memamerkan deretan gigi putihnya yang seperti bintang iklan pasta gigi yang berseliweran setiap setengah jam sekali di televisi.

Cowok tengil itu duduk disebelah Sheila.

Gayanya santai sekali.

Bahkan kedua kakinya pun dinaikkan ala-ala lesehan.

"Diusir dari kelas ya?" tebaknya dengan wajah santui.

Sheila yang baru pertama kali mengalami peristiwa menyesakkan ini hanya bisa menatap wajah Zein dengan tatapan sebal.

"Elo sama gue itu beda ya!?" tukas Sheila kesal.

"Tapi Lo sama gue dalam posisi yang sama saat ini. Iya khan?"

"Cih, beda. Lo udah sering, gue ini adalah yang pertama dan terakhir!"

"Hehehe...! Janji anak baik rupanya!"

Sheila menghela nafas kesal.

Ia melengos tak ingin lagi melihat wajah Zein yang membuatnya semakin jengkel.

Tetapi kemudian,

Grep

Tangan Zein menarik dagunya.

"Kenapa? Males liat muka gue? Aneh!"

"Dih? Suka-suka gue dong!"

Sheila segera bangkit dari duduknya, namun ditahan oleh Zeinul Abidin Taher.

"Mau kemana? Jangan berkeliaran di luar ketika jam pelajaran sedang berlangsung. Apalagi kalo Lo mau nongkrong di kantin. Bisa-bisa, Lo kena skor pak Kepsek!"

Sheila menelan saliva. Lalu Ia kembali duduk dengan wajah tegang menunduk.

"Lo kaget ya karena baru pertama kali ngalamin ini?"

"Lo pasti kebalikannya kan?"

"Hehehe...! Lo pikir gue ujug-ujug jadi anak nakal gitu?!"

Lagi-lagi Sheila menghela nafas.

"Hhh... Gue mau hapus aplikasi game online deh ahhh!"

Sheila baru teringat pada permainan mobile legend-nya yang semalam menyebabkan dirinya bergadang.

Diambil hapenya, lalu Sheila segera menghapus aplikasi permainan online yang membuat jadi seperti ini.

Tiba-tiba Zein mengambil handphone Sheila. Ia segera mengetik nomornya dan melakukan panggilan telepon.

Zein sibuk mengetik sesuatu di ponsel Sheila, kemudian mengembalikannya kepada yang punya.

"Dih? Si tampan? Pede' amat nih orang!?" ledek Sheila setelah melihat ketikan nama yang dibuat Zein di kontak hapenya. Ia tanpa sadar tertawa lebar.

"Lo tuh lebih cantik kalo tersenyum!"

Sheila melongo mendengar perkataan Zein yang menggelitik pendengaran serta hatinya.

"Ish! Beneran! Jangan bilang gue gombal, apalagi buaya yang lagi ngerayu! Gue ga gampang puji orang!" selorohnya membuat Sheila tersenyum sembari menggaruk pelipisnya.

"Ehh, Lo jurusan apa? IPA pa IPS?" tanya Sheila mencoba mencari topik pembicaraan yang lain.

"Lo? Jurusan apa nantinya?"

"Malah tanya balik! Jawab dulu napa pertanyaan gue?!"

"Hahaha... Lo ini ga ada manis-manisnya ya jadi cewek! Hahaha... tapi gue koq malah suka ya? Njirrr, hahaha..."

"Hilih! Ternyata beneran buaya buntung yang cari untung! Kang rayu Lo!"

"Hahaha... hahaha... "

"Sttt!!! Jangan ketawa keras-keras, tar pak Anwar yang lagi jadi guru piket denger!"

Sheila menutup mulut Zein tanpa sadar.

Dan mata Zein seketika membulat menatap netra Sheila yang hitam bersinar tepat di depannya.

BERSAMBUNG

LIKE, KOMENTAR DAN FAVORIT YA GAESS, PLEASE🙏🙏🙏AUTHOR DOAKAN, YANG KASIH LIKE JADI KAYA, YANG KOMENTAR SELALU BAHAGIA, YANG TEKAN TOMBOL FAVORIT SEMAKIN BERLIMPAH REZEKINYA🙏🙏🙏AAMIIN...⚘💜

KBAS 2

Begitulah awal mula kedekatan Sheila Herfiza dengan Zeinul Abidin Taher tiga tahun lalu.

"Hhh..."

Sheila menghela nafas panjang.

Ini adalah hari pertama Sheila masuk sekolah SMA KUSUMA NEGARA di kota ini.

Matanya menerawang. Memandang dinding tembok gedung sekolahan yang masih teramat asing bagi Sheila.

Gedung sekolah selalu membuat pikirannya melayang memikirkan Zein yang kini hilang entah kemana.

Setahun hidupnya limpung tanpa Zein yang menghilang bak ditelan bumi.

Zein... Kemana sih Lo? Kenapa Lo tinggalin gue begitu aja tanpa kabar berita bahkan lupakan semua yang udah terjadi di antara kita!

Sheila menunduk.

Tali sepatu ketsnya lepas satu. Membuat Ia segera membungkuk hendak membetulkannya.

Duk.

Seseorang menabrak Sheila hingga mereka nyaris terjatuh ke lantai. Untungnya itu tidak terjadi.

"Maaf, maaf! Gue ga sengaja!"

Sheila terpana. Seorang pemuda tampan dengan setelan pakaian sekolah lengkap berdiri di depannya.

Senyumnya tipis tapi manis. Dengan kedua jemari tangan disimpan di kedua saku celananya. Terlihat seperti murid yang berprestasi karena gayanya begitu santai percaya diri serta atribut sekolah lengkap tidak seperti murid cowok yang lainnya.

Sheila mengangguk pelan.

Ia tak ingin berurusan terlalu lama dengan cowok tampan yang ada di depannya. Sepertinya trauma dekat dengan lawan jenis masih begitu menghantui hidup Sheila.

"Ehh, kamu anak baru ya?"

Tapi si cowok malah mengajak Sheila berbincang.

Sheila seperti biasa, diam dengan raut wajah datar. Hanya tatapannya yang tajam dan anggukan kepala lalu berjalan pergi.

"Hei, ruang kantor kepala sekolah bukan ke arah sana! Tapi ke arah itu!" katanya lagi dengan suara lebih keras.

"Terima kasih!" jawab Sheila singkat.

"Sama-sama!"

Sheila tidak menghiraukan pemuda itu. Dia menurut, tapi tidak ingin berinteraksi lebih jauh. Ia sengaja menutup diri bahkan itu sudah terjadi sejak setahun lalu. Tepatnya sejak Zein pergi meninggalkannya.

Pemuda yang dua tahun lalu tamat SMA dan menjadi kekasih backstreet nya tanpa diketahui Mama Papa serta kedua kakak lelakinya. Itu adalah murni kesalahan Sheila sebagai anak perempuan.

Sheila tidak seharusnya menutupi hubungan percintaannya dengan Zein hingga berakhir tragis seperti ini berhubungan terlalu intim tanpa pengawasan orang tua.

Tok tok tok

"Permisi, Saya Sheila Herfiza, murid baru pindahan dari Ibukota, Bu!"

"Oh iya. Masuk, Sheilla. Saya sudah memeriksa kelengkapan dokumen kepindahanmu. Duduk dulu, nanti saya antar ke kelas barumu!"

"Terima kasih, Bu!"

Bu Minarni. Kepala Sekolah SMA KUSUMA NEGARA, yang ternyata adalah teman sekolah Mamanya dahulu.

"Bagaimana kabar Mamamu? Masih sibuk keliling kota sepertinya ya?" tanya Bu Minarni dengan senyuman.

"Begitulah, Bu!" jawab Sheila juga dengan bibir tersenyum.

"Sedari dulu Mama kamu memang seorang pelaku seni arsitektur yang aktif, Sheila! Hehehe... Makanya beliau selalu ditunjuk sebagai arsitek handal untuk melakukan sesuatu proyek besar bangunan gedung bertingkat perkantoran, masjid juga gedung taman wisata. Perempuan hebat dia!"

Betul. Saking hebatnya Mama sampai tak pernah punya waktu untuk melihat tumbuh kembang gue sampe akhirnya kebobolan hamidun di luar nikah tahun lalu!

Sheila tersenyum dengan wajah menunduk.

"Ayo, Ibu tunjukkan kelasmu!"

Sheila bergegas mengikuti langkah Bu Minarni, Kepala Sekolah SMA KUSUMA NEGARA dengan dada berdebar.

Sebuah kelas bertuliskan KELAS 12 IPS 3 yang akan menghantarkan Sheila menjadi murid kelas dua belas dan akan menjadi alumni jika lulus nanti.

"Selamat pagi anak-anak!"

"Selamat pagi, Buuu..."

Suasana lengang. Hanya pasangan mata murid-murid kelas yang memandang Sheila serta Bu Minarni penuh seksama.

Seorang guru pria tersenyum sembari mempersilakan Bu Minarni untuk memulai percakapan.

"Ada teman baru di kelas kalian. Pindahan dari Ibukota. Silahkan perkenalkan dirimu, Sheila!"

Sheila terlihat gugup. Padahal semalaman Ia sudah mempersiapkan mental serta diri untuk melakukannya pagi ini. Bahkan Kakeknya sudah memberinya wejangan untuk tenang di hari pertama sekolah.

"Hai semuanya. Nama saya, Sheila Herfiza. Umur 18 tahun, pindahan dari Ibukota. Mohon bantuannya dan salam kenal semuanya."

Suara Sheila nyaris tidak dapat keluar saking gugupnya. Tapi syukurlah, semua berjalan dengan lancar.

"Hai Sheilaaa! Salam kenaaal..."

Semua murid serempak menyapa Sheila. Mirip sekumpulan anak TK tapi manis dan menghangatkan hati.

"Silakan duduk, Sheila! Itu ada kursi kosong di samping Anggara. Oh iya, saya Pak Viktor, guru bahasa Indonesia."

Sheila mencium punggung tangan pak Viktor kemudian Bu Minarni yang pamit kembali ke ruang kantornya.

Gadis itu berjalan menuju kursi kosong di samping seorang anak cowok yang menatapnya tak berkedip.

"Ternyata kita sekelas!" sapanya lembut sembari mengangkat tasnya yang ada di kursi kosong yang akan Sheila tempati.

Sheila tersenyum tipis, kemudian duduk dengan tenang.

"Lanjutkan kembali pelajaran! Kalian bisa berkenalan nanti di jam istirahat!"

Semua kembali hening. Rupanya Pak Viktor termasuk golongan guru yang tegas dan killer dimata para murid.

"Ini. Buku panduan LKS nya pakai dulu bersama ku!" bisik Anggara pada Sheila.

Anggara adalah anak cowok yang tadi menabraknya.

"Terima kasih!"

Mereka tidak lagi berinteraksi. Hanya fokus menatap guru bahasa Indonesia yang sedang menerangkan pelajaran tentang majas-majas serta contohnya.

Sheila cukup bersyukur. Ternyata teman sebangkunya adalah murid yang lumayan serius dalam pelajaran. Sehingga dirinya tidak terlalu ribet apalagi terusik oleh teman baru yang berbeda jenis kelamin itu.

Anggara hanya mengajaknya bicara setelah tiga jam pelajaran pak Viktor usai dan waktu istirahat pertama tiba.

"Mau ke kantin?" tanya Anggara ramah.

Sheila menggeleng.

"Tidak, terima kasih!" jawabnya lagi-lagi dengan jawaban singkat membuat Anggara faham kalau anak baru yang kini jadi teman sebangkunya itu tidak terlalu respek dengannya.

Anggara pergi ke luar tanpa bicara lagi. Sama seperti beberapa murid lain yang berhamburan keluar kelas mencari jajanan untuk mengganjal perut yang lapar.

Sheila hanya duduk manis di tempat duduknya tanpa ada niatan untuk bermanis-manis kenalan dengan teman-teman barunya.

"Hai! Kamu pindahan dari Ibukota, ya?"

Seorang gadis manis menghampiri Sheila dan langsung memberinya pertanyaan.

Sheila mengangguk.

"Kenapa pindah ke kota ini? Padahal lebih enak tinggal di Jakarta pastinya khan?"

Iya. Itu benar, Nona! Karena di Jakarta orang tidak terlalu kepo kayak Lo yang sepertinya sedang mengorek-ngorek alasan gue pindah ke sini. Iya khan? Hm.

Sheila tersenyum.

"Tidak juga." Jawabnya singkat.

"Masa' sih?"

Kini Sheila tertawa.

"Hei Sheila, kenalan dong! Namaku Jun!" kata seorang anak cowok yang baru saja masuk ke kelas dengan tangan membawa sekotak susu.

"Dih! Junaidi nama Lo, koq jadi Jun?!" timpal cewek yang tadi mengajak Sheila berbincang lebih dulu.

"Hehehe... Rese' kau, Cil! Kenapa sih, suka banget potekin hatiku?!"

"Ya kali namamu itu chef Juna atau Arjuna padahal Junaidi Kusnaedi!"

"Yassalam, malah diperjelas! Cilla! Aku bisa memperkenalkan diri sendiri, woooi!"

"Hahaha... Nge gas kau, Jun!"

Sheila tersenyum melihat interaksi kedekatan kedua teman barunya itu.

"Kau ini seorang introvert ya?" tebak Cilla langsung to the point pada Sheila.

"Jangan tunjukin diri kamu yang seorang anak paranormal deh, Cil! Eh, Sheila! Dia itu anaknya om Deni Darko, tau!?"

"Om Deni Darko. Sekalian aja gue titisan Mama Laurent! Junaidi Kusnaedi!!!"

"Hahaha...! Lagian kau sok tebak kepribadian si Sheila. Dia itu lagi gugup dan cemas pastinya di awal pertama masuk sekolah. Iya khan, Sheila?"

"Iya, betul. Hehehe..."

Sheila membenarkan ucapan Junaidi.

Ia tidak bisa mengabaikan kedua teman baru yang berusaha keras untuk baik kepadanya yang meskipun diawal berniat tidak ingin ramah pada siapapun.

Sheila tidak ingin kejadian di sekolahnya terdahulu terulang lagi karena kecerobohannya berteman dan memberikan hati serta perasaan pada sembarang orang.

Zein! Lo dimana? Kenapa sekarang Lo buat gue jadi orang yang berbeda?

BERSAMBUNG

LIKE, KOMENTAR JUGA FAVORIT, PLEASE🙏🙏🙏AUTHOR DOAKAN SEMOGA YANG KASIH LIKE JADI KAYA, YANG KOMENTAR SELALU BAHAGIA HIDUPNYA, YANG FAVORIT-IN SEMAKIN BERLIMPAH REZEKINYA🙏🙏🙏AAMIIN...⚘💜

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!