Bab 01. Fitnah!
Hari ini, Istana Kekaisaran Lintas Barat sangat sibuk. Putra mahkota Lin Han akan menikah dengan putri Jenderal Gu Huan Ming yang bernama Gu Jia.
Gu Jia bukan sekedar seorang putri seorang jenderal. Dia adalah panglima perang yang tangguh yang tidak pernah gagal dalam menjalankan misinya, satu-satunya wanita yang paling berbakat. Sosoknya anggun namun tegas, pedang ganda selalu terselip di pinggang kanan dan kiri, dan senjata tombak selalu menemaninya, sudah tidak terhitung nyawa musuh mati di senjatanya.
Namun, karena hari ini adalah pernikahannya, maka pedang dan tombak kesayangannya dia simpan, demikian juga dengan zirah perangnya, dan kini berganti pakaian yang serba berwarna merah, pakaian pengantin tradisional.
Akan tetapi, hari pernikahan ini tidak semua orang berbahagia, salah satunya adalah Penasehat Yu Qing Fei yang tidak terima jika Gu Jia menjadi permaisuri Kaisar Lintas Barat selanjutnya. Putrinya yang bernama Yu Wei Wei merasa patah hati dan depresi dengan pernikahan putra mahkota. Yu Qing Fei menaruh dendam pada keluarga jenderal Gu Huan Ming dan berniat menghancurkannya.
"Jika kamu tidak bisa mencintai putriku, maka kamu harus mati! Aku tidak bisa melihatmu hidup ... Bukan tidak mungkin kamu akan memilih wanita yang lain jika aku hanya membunuh Gu Jia!" batin Yu Qing Fei sambil tersenyum miring, dia melihat beberapa orang pelayan membawa nampan berisi barang pribadi milik putra mahkota Lin Han.
"Berikan padaku! Aku akan pergi ke istana pangeran!" pinta Qing Fei mengambil salah satu barang milik Pangeran Lin Han.
"Baik, Tuan."
Pelayan memberikan nampannya pada Qing Fei, lalu menunduk mengundurkan diri.
Yu Qing Fei tersenyum tipis, lalu dia mencari tempat sepi. Kemudian, setelah menemukan tempat yang sepi, tangannya mengeluarkan sebuah benda dari balik baju, dan menuang isinya ke dalam nampan.
"Serbuk beracun ini akan bekerja sangat cepat! Sebelum aku pergi ke istana pangeran Lin Han, aku harus memikirkan sebuah cara!" gumam Yu Qing Fei ketika sebuah ide jahat kembali muncul, lalu dia memutar arah menuju ke istana Putri Gu Jia.
Tidak berselang lama, Yu Qing Fei tiba di istana milik Gu Jia, lalu dia melihat ke arah pelayan pribadi Gu Jia yang akan memasuki istana.
"Pelayan!" panggil Yu Qing Fei pada pelayan tersebut.
Pelayan Gu Jia datang dengan setengah berlari ke hadapan Yu Qing Fei.
"Penghormatan tertinggi untuk Penasehat Yu!" Pelayan memberi hormat dengan menyatukan kepalan tangan kanan pada telapak tangan kirinya.
"Hmm." Yu Qing Fei mengangguk lalu mendorong nampan di tangannya ke hadapan pelayan.
"Tolong antarkan ini ke istana Pangeran Lin Han! Aku ingin menemui Gu Jia dan memastikan semuanya sudah beres!" perintah Yu Qing Fei dan segera berbalik setelah menyerahkan nampan berisi barang milik putra mahkota.
Pelayan itu membungkuk lalu mengantarkan barang milik putra mahkota tanpa merasakan curiga sedikitpun kepada Penasehat Yu Qing Fei.
Sebelum memasuki ruangan Gu Jia, Yu Qing Fei membuang botol racun dengan sisa racunnya di taman depan, dan terhalangi oleh rerumputan. Penjaga istana lengah dan tidak melihat apa yang telah dilakukannya.
"Biarkan aku masuk!" pinta Yu Qing Fei pada penjaga pintu.
"Silakan, Penasehat Yu." Penjaga membuka pintu untuk Yu Qing Fei.
Gu Jia telah siap berangkat ke tempat pernikahan ketika Yu Qing Fei datang. Perasaannya menjadi tidak karuan mengingat Yu Wei Wei pernah mengancamnya sebelum ini.
"Selamat atas kemenanganmu! Putriku telah menderita karena kamu!" ucap Yu Qing Fei kepada Gu Jia yang sedang melihat ke luar jendela.
"Kamu tidak bisa menyalahkanku untuk ini! Kamu pikir aku senang hidup di dalam istana? Aku suka kebebasan!" Gu Jia berkata dengan ketus tanpa membalikkan badannya.
Yu Qing Fei terkesiap saat mengetahui keinginan Gu Jia, seharusnya dia bisa memanfaatkan keadaan ini dengan menyingkirkan Gu Jia saja tanpa membunuh putra mahkota. Sayangnya sudah terlambat, pelayan yang mengantarkan ikat pinggang Pangeran Lin Han pasti sudah sampai di istana pangeran.
"Menakjubkan! Seorang panglima rendahan sepertimu berani menolak seorang putra mahkota! Aku ingin melihat seperti apa kehidupanmu ke depannya!' Yu Qing Fei terlihat berpura-pura tidak terima dengan perkataan Gu Jia.
Gu Jia tidak banyak bicara lagi setelah itu, dan memilih untuk menenangkan dirinya. Sebentar lagi prosesi pernikahan akan segera dimulai. Tidak ada gunanya berdebat dengan Yu Qing Fei yang tidak pernah menyukainya.
Yu Qing Fei mendengus dingin keluar dari istana Gu Jia. Setelah keluar dari istana, dia berhenti sejenak dan kembali berjalan...
Dari kejauhan terdengar suara keributan yang menyerukan kematian putra mahkota. Beberapa pengawal khusus kekaisaran segera bergerak menyisir seluruh istana, mereka memeriksa semua orang yang mengunjungi istana putra mahkota.
Pengawal pribadi Pangeran Lin Han membawa pasukan khusus pergi ke istana Gu Jia. Meskipun jarang bertemu dengan pelayan Gu Jia, pengawal putra mahkota itu ingat dengan jelas jika pelayan yang membawa nampan belum diperiksa...
Gu Jia terkejut ketika pengawal pribadi putra mahkota dan pasukan khusus berdatangan ke istananya. Di belakang mereka mengikuti Yu Qing Fei dengan wajah yang tidak bersahabat. Lalu kepala pengawal menunjukan pelayan yang membawa nampan.
Gu Jia tidak mengerti apa yang terjadi dan terlihat kebingungan saat pasukan khusus menyeret pelayannya. Belum sempat dirinya menanyakan apa yang terjadi, seorang anggota pasukan khusus lain kembali datang ke hadapannya, lalu menunjukkan sebuah benda kepada pemimpinnya.
"Tidak salah lagi. Ini adalah racun yang sama dengan racun yang menyebabkan kematian putra mahkota," ucap pemimpin pasukan khusus mengenali warna serbuk beracun tersebut.
"Ampun, Tuan. Aku tidak tahu apa-apa. Aku hanya ..." Ucapan pelayan Gu Jia terhenti ketika sebuah pedang menusuk punggung dan menembus hingga jantungnya.
Yu Qing Fei membunuhnya karena takut pelayan itu mengungkapkan bahwa dia yang telah menyuruhnya mengantarkan barang pribadi putra mahkota.
"Pengkhianat tidak pantas untuk hidup. Bawa Putri Gu Jia dan seluruh keluarganya ke halaman istana kekaisaran!" perintah Yu Qing Fei kepada pasukan khusus.
Pasukan khusus mematuhi perintah Yu Qing Fei karena bukti sudah jelas bahwa pelayan Gu Jia yang telah meracuni putra mahkota. Mereka bersiap untuk membawa Gu Jia dan meminta seluruh keluarganya juga turut dibawa, sebab si pelayan tanpa perintah dari Gu Jia tidak mungkin berani berbuat kejahatan.
"Aku tidak mengatur pembunuhan ini, dan aku bukan pelakunya!" jelas Gu Jia mengatakan hal yang sebenarnya tanpa perlawanan.
Sebenarnya, sangat mudah baginya untuk melumpuhkan pasukan khusus yang membawanya, tetapi dia tidak ingin semakin dianggap pengkhianat. Melakukan perlawanan tidak akan berakibat baik dan diam pun memiliki artian yang sama.
"Diam! Bukankah kamu baru saja mengatakan padaku jika tidak menginginkan pernikahan ini? Aku sangat yakin jika kamu telah sejak lama mengincar nyawa putra mahkota!?" bentak Yu Qing Fei kepada Gu Jia.
"Pria ini sepertinya memiliki peran penting dalam kematian putra mahkota. Bukti yang ada mengarahkan kesalahan padaku pasti miliknya... Tetapi, aku tidak bisa mengelak lagi!" batin Gu Jia sambil memejamkan matanya saat ditangkap oleh pasukan khusus.
Tidak berselang lama, keluarga besar Gu telah berada di istana kekaisaran, dan saat ini acara pernikahan menjadi berkabung atas kematian putra mahkota kekaisaran.
Kedua orang tua Gu Jia dan kakak laki-lakinya menatapnya sendu. Meskipun tidak ada kata yang terucap tetapi mereka sangat yakin jika mereka tidak bersalah.
Penasehat Yu Qing Fei terus berbicara kepada Kaisar Lintas Barat dan menyudutkan Gu Jia dan keluarganya. Dia membuat cerita palsu yang mengatakan jika Jenderal Gu Huan Ming berniat untuk merebut tahta.
Gu Jia yang masih mengenakan pakaian pengantin, dia berlutut di hadapan kaisar, dan pandangan tertuju Yu Qing Fei yang melontarkan berbagai fitnahan kepadanya. Walaupun difitnah, dia tidak berusaha untuk membelah diri atas tuduhan ini, karena apapun yang akan dikatakan tidak akan berguna.
"Tidak ada hukuman yang pantas untuk kalian semua selain kematian...!" Kaisar Lintas Barat terlihat sangat marah, dia menoleh ke arah Yu Qing Fei dan kembali berkata, "Siapkan eksekusi!" Perintahnya.
Penasehat Yu Qing Fei memberi kode kepada pasukan khusus kekaisaran untuk menghukum Gu Jia beserta keluarganya, termasuk ayahnya sebagai seorang jenderal.
"Yang Mulia, kami tidak bersalah!" seru Nyonya Gu dengan berderai air mata.
Gu Jia yang sedari tadi diam segera berdiri dan maju ke hadapan Kaisar Lintas Barat. Apa yang dilakukannya membuat para penjaga waspada.
"Aku tidak membunuhnya! Sungguh!" teriak Gu Jia yang akhirnya angkat bicara, dia tidak ingin keluarganya menjadi korban kebiadaban Yu Qing Fei.
Namun, segera beberapa pengawal kaisar menendang perut Gu Jia hingga terpental ke belakang. Kemudian, Gu Jia dibawa oleh prajurit khusus ke tempat eksekusi, di mana lokasi adalah tempat terbuka, atau tepatnya berada di pusat ibukota.
"Ibu, Ayah, Adik... Semuanya... Maafkan aku!" ucapan terakhir Gu Jia sebelum anak panah menghujani tubuhnya.
Setelah Gu Jia tewas, semua keluarga besarnya dibawa ke suatu tempat tertutup, yaitu berada di lubang pembakaran. Ya, keluarga besar Gu akan dieksekusi dengan cara dibakar hidup-hidup.
Bab 02. Menuju Ke Masa Depan.
Kaisar Lintas Barat memberikan hukuman yang berbeda kepada keluarga Gu Jia dengan membakar mereka hidup-hidup. Seluruh keluarga Jenderal Gu mati secara mengenaskan di hari itu juga.
"Yang Mulia, bagaimana dengan mayat Gu Jia?" tanya salah seorang pengawal.
Kaisar Lintas Barat terlihat berpikir sejenak.
"Menguburkan mayat Gu Jia, sama halnya dengan memberi ampun... Kematiannya harus menjadi peringatan bagi semua orang yang ingin berkhianat!" batinnya.
"Letakkan mayat Gu Jia di atas bukit Pembebas Jiwa. Pada masa lalu, bukit itu menjadi tempat penghakiman Para Dewa. Penduduk Kekaisaran Lintas Barat akan menjadikan ini sebagai peringatan untuk mereka!" Kaisar Lintas Barat berbicara dengan lantang di hadapan semua orang.
Penasehat Yu Qing Fei tersenyum penuh kemenangan, Jenderal Gu merupakan ancaman baginya, sebab rencana pemberontakan yang dilakukannya selalu saja berhasil digagalkan.
Sejak lama Yu Qing Fei mengambil keuntungan pribadi dengan melakukan korupsi. Beberapa negara bagian rutin memberinya upeti kepadanya di luar pajak yang ditetapkan oleh pemerintah.
Tubuh Gu Jia digotong oleh beberapa orang pengawal. Mereka membawanya ke atas Bukit Pembebas Jiwa dan meninggalkannya begitu saja.
Saat matahari terbenam seseorang datang ke atas Bukit Pembebas Jiwa dengan membawa peralatan untuk sembahyang. Dia adalah Yushi, pelayan setia Gu Jia.
"Nona, aku sangat sedih melihatmu seperti ini!"
Dengan berlinang air mata Yushi mencabut anak panah yang menancap di tubuh Gu Jia satu persatu. Baju berwarna merah menyala yang digunakannya tidak bisa menyembunyikan darah yang mengalir dari bekas lukanya.
Anak panah hampir selesai dicabut, tinggal satu buah saja yang menancap tepat di jantung hingga menembus ke belakang punggung Gu Jia.
Masih dengan kesedihannya, Yushi berusaha menguatkan hatinya untuk mencabut anak panah. Namun, tiba-tiba saja langit malam bercahaya terang dan bergerak turun ke tubuh Gu Jia.
Yushi melompat ke belakang dengan ketakutan. Tubuhnya gemetar saat cahaya terang itu membuat tubuh Gu Jia terangkat ke udara. Semula cahaya berwarna putih lalu perlahan berubah menjadi merah darah.
Hawa panas menyelimuti sekeliling Bukit Pembebas Jiwa. Cahaya merah di tubuh Gu Jia merupakan inti api murni yang membuat jiwanya bangkit kembali. Dewa turun memberikan berkatnya dan menjadikan Gu Jia hidup kembali dengan seluruh ingatannya.
"Gu Jia! Atas kebaikan yang telah kamu lakukan aku memberimu kehidupan kedua. Kami ingin membawamu ke alam Dewa tetapi kamu masih memiliki takdir yang belum terselesaikan. Bisa dikatakan kamu akan abadi hingga kamu bertemu dengan cinta sejatimu yang akan mencabut anak panah di jantungmu. Setelah itu, kamu terbebas dan bisa tinggal di alam Dewa."
Suara Dewa hanya bisa didengar oleh Gu Jia. Pelayan yang sedari tadi bersamanya sama sekali tidak mendengarnya.
Setelah Dewa menyampaikan pesannya, Gu Jia berdiri di udara dengan tubuh yang berbeda. Dia berubah menjadi Phoenix Api yang terbang melayang di atas Bukit Pembebas Jiwa. Suaranya melengking memecah keheningan malam.
Saat melihat pelayan setianya duduk berlutut, dia datang menghampirinya dengan tubuh yang kembali seperti semula, tapi masih tetap terselimuti api dengan punggung memiliki sayap. Gu Jia ingin memberinya penghargaan.
"Terima kasih telah setia kepadaku, Yushi!" ucap Gu Jia.
"Aku akan menjadi pelayanmu seumur hidup dan akan mengikutimu kemanapun engkau pergi, Nona." Yushi menyatukan kedua tangannya untuk memberikan penghormatan, dia tidak berani sedikitpun melihat wajah Gu Jia yang terselimuti api
Gu Jia mengangguk.
"Aku akan membalaskan dendam kepada orang-orang yang telah memfitnahku!" Gu Jia mengepalkan kedua tangannya, seketika api menyelimuti tubuhnya makin panas.
Yushi mundur beberapa langkah untuk mengurangi hawa panas yang keluar dari tubuh Gu Jia. Dia tahu saat ini majikannya bukanlah manusia.
"Aku merasakan hawa siluman yang kuat dari tubuh Nona Gu Jia!" batin Yushi menatap Gu Jia dengan perasaan takjub.
Telapak tangan kanan Gu Jia membuka ke atas. Di sana muncul sebuah benda bulat kecil seukuran kelereng. Benda berbahan kristal yang memiliki permukaan yang halus.
"Simpan ini! Aku akan menemukanmu di manapun kamu berada." Gu Jia mengulurkan tangannya untuk memberikan benda itu.
"Baik, Nona." Yushi tidak tahu tentang kegunaan benda yang mirip kelereng di tangannya. Dia mengamatinya sebentar sebelum menyimpannya.
Gu Jia kembali mengangguk dan tubuhnya tiba-tiba lenyap dari hadapan Yushi. Pemandangan ini membuat gadis yang sebaya dengan Gu Jia itu merasa takut, tangannya terus memegangi dada yang berdetak kencang.
"Nona Gu memang bukan manusia lagi sekarang, tetapi aku sangat yakin jika dia tidak akan menyakitiku!" gumam Yushi, lalu berjalan menepi dan membuat perapian di tepi sebuah tebing yang curam.
Malam begitu gelap membuatnya tidak memiliki tujuan untuk pergi. Suasana yang gelap bisa saja menyesatkan langkahnya. Setelah membuat perapian, Yushi melihat ke arah ibukota.
Berbeda dengan Yushi yang masih terjebak di atas Bukit Pembebas Jiwa, Gu Jia telah berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat yang berbeda untuk menemukan musuhnya.
Semua musuhnya mati dengan cara yang mengenaskan, Gu Jia membunuh mereka dengan cepat sebelum orang-orang di sekeliling menyadari kemunculannya.
Terakhir, Gu Jia membunuh Yu Qing Fei lalu menggantung mayatnya di sebuah tiang di depan istananya.
"Seluruh dendamku telah terbalaskan, aku bisa pergi dengan tenang dari sini!" ucap Gu Jia setelah menggantung Yu Qing Fei, lalu dia bergegas menyelinap pergi dengan senyum kemenangan di wajahnya.
Sesampainya di atas Bukit Pembebas Jiwa, dia mendapati Yushi tengah duduk dengan tangan kiri memeluk lutut dan tangan kanan bergerak-gerak membuat api di hadapannya tetap menyala.
Kedatangan Gu Jia yang tiba-tiba membuatnya terkejut tetapi dia berusaha untuk membiasakan dirinya.
"Maaf jika kemunculanku yang tiba-tiba mengejutkanmu!" Gu Jia mengambil tempat duduk tepat di hadapan Yushi.
"Tidak masalah, Nona. Lama-lama aku pasti akan terbiasa!" jawab Yushi yang menyembunyikan rasa gugupnya dan mencoba bersikap biasa.
"Hmm.! Aku akan membuat makam palsu di sini agar tidak ada yang curiga jika mengetahui mayatku menghilang!" pikir Gu Jia yang tidak ingin menyusahkan beberapa orang yang masih setia kepadanya.
Saat ini Gu Jia memiliki kemampuan yang membuatnya mampu melakukan apapun tanpa harus bersusah payah.
"Kamu di sini sebentar ...!" pinta Gu Jia kepada pelayannya agar tidak mengikutinya.
Kemudian, dia berjalan menuju tempat dia terbaring sesaat lalu. Kemudian, tangan kanannya mulai bergerak-gerak untuk membuat gundukan tanah baru yang terlihat asli...
Setelah semuanya beres, Gu Jia menancapkan sebuah pancang kayu di makam itu, dia tersenyum saat membaca namanya di papan kayu yang memanjang itu, dia melihat Yushi yang ternyata mengikutinya.
"Bagaimana menurutmu, Yushi?" tanya Gu Jia meminta pendapat Yushi.
"Ba-bagus, Nona!" jawab Yushi dengan tangan kanan menggaruk-garuk tengkuknya saat merasa bingung.
"Sudahlah! Kita pergi sekarang!" Gu Jia memegang tangan Yushi dan membawanya melintasi jarak dan waktu.
Kedua mata Yushi menjadi buram saat melewati lorong dimensi yang tidak tahu arah tujuannya, tapi dia yakin jika Gu Jia tidak akan melukainya...
Mereka pergi ke belahan dunia yang lain untuk memulai kehidupan barunya. Tempat baru yang memiliki peradaban yang berbeda dengan tempat tinggal mereka sebelumnya.
Sebagai seorang penjelajah waktu, Gu Jia harus menyesuaikan identitasnya dan mengganti namanya setiap kali melintasi jaman. Dalam kurun waktu tiga ratus tahun keadaan terus mengalami perubahan.
Yushi terlihat tua meskipun masih bertahan hidup hingga saat ini. Setahun sekali Gu Jia memberikan darahnya untuk membuat Yushi agar terus memiliki umur yang panjang.
Hari ini tahun 2020 Masehi. Gu Jia tinggal di Jakarta dengan identitas baru bernama Shiena, seorang wanita yang bekerja sebagai agen rahasia. Usia yang tertera di dalam kartu identitas adalah 23 tahun dengan pendidikan sarjana.
Bab 03. Tuan Sean.
Suara sepatu pantofel yang beradu dengan lantai memecah keheningan di sebuah gedung. Seorang pengusaha muda berwajah culas muncul dengan gayanya yang arogan.
Pegawai yang dilewatinya menunduk hormat tanpa berani untuk menatap wajahnya. Para pegawai sesekali mencuri pandang dan diam-diam mengaguminya.
Jas yang dikenakannya membalut kemeja putih dengan dasi bercorak. Penampilannya terlihat sangat rapi dan mendekati sempurna mendukung ketampanan wajahnya.
Hari ini, dia membuat janji dengan seorang agen rahasia untuk membantu urusannya. Salah satu anggota agen rahasia itu akan datang untuk menyusun rencana bersamanya.
"Dave! Seseorang dari Panah Emas akan datang. Jangan membuat dia menunggu dan segera antarkan untuk menemuiku jika dia tiba!" perintah pengusaha muda itu.
"Baik, Tuan Sean."
Tanpa berkata-kata lagi pengusaha muda yang bernama Sean itu pun pergi meninggalkan pengawalnya. Segera dia memasuki ruangannya setelah seseorang membukakan pintu untuknya.
Tidak ada kata untuk bersantai baginya. Meskipun banyak karyawan yang membantu tetapi perusahaannya yang banyak membuatnya harus bekerja ekstra. Di usianya yang menginjak tiga puluh tahun dia belum memiliki pasangan.
Ada kisah buruk dalam hidupnya yang membuatnya membenci seorang wanita. Ayahnya selalu terlihat bersedih setelah kepergian ibunya yang tidak tahu dimana kabarnya hingga saat ini. Setelah dia dewasa dia sedikit banyak tahu tentang pahitnya kehidupan.
Shiena datang sebagai perwakilan dari Panah Emas. Wajahnya yang cantik dan elegan membuat kaum hawa terpesona olehnya. Dalam perjalannya menuju ke ruangan Sean, dia menjadi pusat perhatian pegawai di kantor itu.
"Selamat siang!" sapa Shiena pada Dave yang berjaga di depan ruangan Sean bersama seorang pria lain.
"Gila! Bagaimana bisa seorang top model menyasar ke kantor ini!" Dave membuka kaca matanya sambil berdecak dalam hati.
Rekannya pun terbengong saat menatap wanita cantik yang berdiri di hadapannya. Mereka tidak tahu jika wanita yang terlihat anggun itu adalah seorang agen rahasia yang jago dalam ilmu bela diri.
"Selamat siang! Ada yang bisa kami bantu?" tanya Dave.
Shiena tersenyum.
"Aku ingin bertemu dengan direktur perusahaan ini. Ada hal penting yang ingin kami bicarakan."
Dave tidak berkedip menatap Shiena. Wanita yang mengenakan blus dan celana panjang berwarna hitam itu benar-benar menyihirnya. Sangat sayang untuk memintanya pergi tetapi Boss-nya pasti tidak akan menemuinya.
"Maaf, jika tidak membuat janji sebelumnya kami tidak bisa membiarkan siapapun untuk masuk," jelas Dave.
Meskipun terlihat sangat cantik tetapi Shiena bukanlah seorang yang penyabar, terutama dalam urusan pekerjaan. Waktunya sangat berharga sehingga dia tidak ingin menyia-nyiakannya dengan mengobrolkan hal yang tidak penting.
Tangan kanan Shiena merogoh sesuatu di dalam kantong celananya lalu mengeluarkannya. Sebuah token bergambar panah emas ditunjukkannya pada Dave dan rekannya. Mereka terbelalak melihatnya.
"Si-silakan masuk, Nona. Tuan Sean sudah menunggu Anda!" Dave segera memberi jalan pada Shiena sedangkan rekannya membukakan pintu untuknya.
Shiena melangkah dengan anggun dan penuh percaya diri memasuki ruangan Sean. Suara langkah kakinya membuat Sean yang semula fokus dengan berkas di tangannya menoleh kepadanya.
Kening Sean berkerut. Dia berpikir jika Dave salah mengenali orang. Berbagai pertanyaan memenuhi pikirannya dan menduga-duga tentang siapa wanita yang berdiri di hadapannya itu.
Shiena telah berdiri di depan meja Sean dan membungkuk memberinya hormat.
Ekspresi wajah Sean terlihat seperti orang yang terkejut tetapi dia berusaha untuk menyembunyikannya.
"Tidak sopan memandangi seseorang lebih dari lima detik tanpa berkedip. Apakah Anda tidak mempersilakan aku untuk duduk?" tanya Shiena.
Sean segera sadar akan dirinya. Dengan sedikit canggung dia menggerakkan tangannya untuk mempersilakan Shiena datang.
"Dari mana wanita aneh ini datang? Semoga saja dia tidak membawa mala petaka dalam hidupku!" Sean bergumam dalam hati.
"Mr. Pho memintaku untuk datang kemari dan membicarakan tentang tugas yang Anda berikan. Saya berharap Anda tidak membuang waktu saya untuk membahas hal yang tidak penting!" ucap Shiena sambil menatap tajam ke arah Sean.
"Aku merasa aneh dengan pria ini. Sejak tadi dia melihatku dengan cara yang berbeda. Apakah dia sudah mengenalku sebelum ini?" Shiena bertanya-tanya dalam hati.
Sean terperanjat saat mendengar penjelasan Shiena. Meskipun dia belum bisa menguasai dirinya sepenuhnya, Sean berusaha untuk bersikap tenang.
Beberapa rencana telah dia susun dalam agenda yang tersimpan dalam sebuah file dokumen. Sean membuka laci meja kerjanya dan menyodorkan dokumen itu pada Shiena tanpa banyak bicara. Mulutnya seperti terkunci dan susah sekali untuk bicara. Kesombongannya tiba-tiba menguap begitu saja dan membuatnya terlihat seperti seorang yang terkena sihir.
Shiena segera mengambil berkas dari Sean dan mempelajarinya. Tangannya mengambil sebuah pena dan menandai poin-poin yang perlu untuk dikoreksi atau sekedar ditanyakan pada Sean.
Dalam pekerjaannya, Shiena terkenal sebagai seorang yang sangat cerdik dan teliti, sekalipun dia tidak pernah gagal dalam misinya. Semua ini juga tidak terlepas dari kemampuan supra naturalnya yang tidak dimiliki oleh manusia lainnya.
Setelah selesai dengan berkasnya, Shiena menunjukkan beberapa poin untuk ditanyakan pada Sean. Mereka berbicara dengan serius meskipun sedikit kurang komunikatif. Sean hanya mengucapkan kata-kata yang penting saja.
Pembicaraan mereka akhirnya selesai dan Shiena telah mendapatkan semua informasi yang dia butuhkan dalam penyelidikannya.
Sean terlihat bingung ketika Shiena tiba-tiba menyodorkan ponselnya ke hadapannya.
"Aku butuh nomor ponsel kamu," ucap Shiena.
Sean mengangguk lalu menekan angka-angka di ponsel Shiena. Setelah selesai dia segera mengembalikan ponsel itu pada pemiliknya.
"Sepertinya tidak ada lagi yang perlu dibahas. Aku permisi," pamit Shiena.
"Terima kasih atas kerjasamanya." Sean mengulurkan tangannya untuk bersalaman.
Tanpa ragu Shiena membalas uluran tangan Sean.
Sean merasakan sesuatu yang aneh ketika tangan mereka bersentuhan. Tubuhnya seperti diselimuti oleh gelombang yang meluncur dari tangan Shiena. Terlihat kesedihan yang terpendam dalam sorot mata Shiena yang tegas.
Sama halnya dengan Sean, Shiena pun merasakan sesuatu yang aneh pada dirinya. Baru pertama kali dia bertemu dengan Sean tetapi dia merasa sangat akrab dengannya.
"Aku merasa lemah di hadapan pria ini. Jika tidak segera pergi aku takut akan mengalami hal yang buruk!" Shiena segera melepaskan tangannya dan pergi meninggalkan ruangan Sean.
Dave dan rekannya tidak berani lagi untuk menggoda Shiena, terlebih lagi dia keluar dari ruangan Sean dengan wajah yang serius.
"Apakah aku pernah bertemu dengan wanita ini? Sepertinya aku merasa tidak asing di saat-saat terakhir pertemuan ini!" Sean berjalan mondar-mandir di ruangannya setelah kepergian Sheina.
Setelah merasa lelah, dia kembali duduk di kursi kebesarannya. Tangannya membuka laci lalu mengeluarkan sebuah benda. Sean menyimpan sehelai bulu burung berwarna merah yang ditemukannya di waktu kecil.
Sean kecil pernah menyelamatkan seekor burung berwarna merah yang sedang terluka. Setelah sembuh dia melepaskannya di alam bebas. Namun, saat terbang menjauh bulunya jatuh sehelai di kaki Sean. Untuk mengenangnya, Sean menyimpan bulu itu hingga saat ini.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!