NovelToon NovelToon

Benci Jadi Cinta

Episode 01

"Aku tidak mau menikahi siapapun Ma, Pa"

Itu adalah kalimat yang terus di ucapkan laki-laki yang bernama lengkap Marvel Louis.

Anak satu-satunya dari pasangan Regan dan Eliza itu tumbuh menjadi seorang playboy yang sering bergonta-ganti pasangan. Awalnya Regan dan Eliza tidak percaya dengan rumor yang beredar kalau anaknya adalah seorang casanova, namun Regan sudah menyaksikannya sendiri.

"Kalau kamu tidak mau menikah dengan wanita pilihan kami, maka dengan berat hati Papa akan mencabut semua hak waris kamu" ancam Papa Regan, ia sudah geram dengan tingkah putranya itu.

Marvel menarik napas panjang, "Memangnya apa yang papa dan mama inginkan sehingga begitu ingin aku menikah"

"Mama ingin menggendong cucu darimu nak" jawab Mama Eliza dengan nada lembut.

"Kan Mama bisa bikin anak lagi sama Papa"

"Kamu tau sendiri, Mama tidak bisa hamil lagi semenjak melahirkan kamu"

"Ya sudah kita adopsi anak aja" jawab Marvel begitu enteng.

"Jaga bicaramu Marvel" sahut Papa Regan.

Marvel menatap wajah kedua orang tuanya, yang ia lihat kedua orang tuanya begitu serius.

"Mama sudah menemukan wanita yang tepat untuk menjadi istri kamu, dia wanita yang baik" ucap Mama Eliza seraya menatap wajah putranya itu.

"Jangan terlalu percaya Ma, apa mama sudah yakin kalau dia wanita yang baik, bisa jadi dia hanya mengincar harta ku saja" balas Marvel lagi.

"Cukup Marvel, Papa sudah bosan melihat gaya playboy kamu, jangan kamu pikir papa tidak tau tentang petualangan kamu setiap malam bersama wanita yang berbeda" bentak Papa Regan, ia menatap tajam putranya itu lalu kembali berucap "apa kamu bangga di kenal sebagai pria playboy" lanjut Papa Regan lagi.

"Papa semua rumor itu tidak benar, aku tidak menjalin hubungan dengan siapapun" Marvel berusaha menyangkal semua tuduhan itu.

Namun Papa Regan berdiri lalu mengambil sesuatu didalam laci lalu melemparkannya kearah Marvel. Membuat Marvel meringis dan melihat kearah kertas yang berserakan di lantai. Wajahnya langsung memucat saat melihat semua itu, karena itu adalah foto dirinya bersama wanita yang berbeda-beda.

"Apa kamu ingin menyangkal lagi Marvel dan mengatakan pada Papa kalau itu adalah foto palsu" Papa Regan menarik napas panjang, ia bingung bagaimana caranya menghadapi sikap putranya itu.

Di luar sana banyak sekali yang menggosipkan tentang Marvel, membuat emosi dan amarah Papa Regan selalu naik setiap saat.

"Pokoknya kamu harus menikah dengan perempuan pilihan kami, kalau kamu tidak mau Papa akan menghentikan jabatan kamu sebagai CEO, karena kamu tak pantas menyandang status itu" Papa Regan kembali berdiri dari duduknya, ia hendak meninggalkan pertemuan yang sebenarnya tak begitu penting.

"Papa tunggu keputusan kamu besok pagi, kalau kamu menolak jangan salahkan papa kalau papa mencabut semua pasilitas yang kamu miliki"

Sekarang Papa Regan sudah benar-benar pergi, tinggalah Mama Eliza dan Marvel.

Wanita paruh baya yang sering di panggil mama itu kembali menghela napas panjang, Entah apa kesalahannya mendidik Marvel sehingga putranya itu menjadi seorang Casanova.

"Turuti saja nak, apa kata papa dan mama.. Semua ini demi kebaikan kamu juga" ucap Mama Eliza dengan lembut.

"Kebaikan apa sih ma ? Kan mama tau kalau Marvel tidak mau menikah, lalu bagaimana mama bisa mengatakan kalau ini demi kebaikan ku"

Mama Eliza menggelengkan kepalanya, entah dari mana pikiran itu bisa merasuki pikiran Marvel, yang tidak mau menikah padahal sudah bergonta-ganti pasangan.

"Ya sudah kalau kamu tetap tidak mau menikah, mama akan mendukung papa kamu mencabut semua pasilitas yang sudah di berikan" Ucap Mama Eliza yang terpaksa mengancam Marvel juga.

"Siapa sih wanita itu ma ? Kenapa mama dan papa yakin banget kalau dia wanita yang baik"

"Kamu akan tau setelah kamu memberikan jawabannya"

Mama Eliza beranjak berdiri, sebelum pergi ia menepuk bahu Marvel kemudian berkata "tolong jangan kecewakan mama dan papa lagi nak" pesannya kemudian.

Marvel menatap kepergian sang mama dengan tatapan sendu, bingung harus bagaimana. Menerima pernikahan ini atau tidak padahal kata menikah adalah kata paling menjijikan bagi Marvel.

Setelah kepergian Mama Eliza, tak berapa lama ponsel Marvel bergetar, laki-laki itu segera menyambar ponsel yang terletak di atas meja.

Erwin Calliing..

Itu adalah sahabat Marvel sesama playboy, melihat sang sahabat menelpon Marv langsung menggeser menu hijau di layar ponselnya.

"Hei apa kamu tidak akan ke bar malam ini ? Aku sudah menunggu mu disini" begitu kata Erwin saat panggilan sudah tersambung.

"Tentu saja aku akan kesana, sebentar lagi aku akan berangkat"

"Ku kira kamu sudah taubat" terdengar tawa menggelegar diseberang sana membuat Marvel kesal. Beruntung Erwin jauh kalau dekat mungkin saja ia sudah mencekik laki-laki itu.

"Siapkan apa yang aku butuhkan !! Aku akan segera kesana"

Setelah mengatakan itu Marvel langsung mematikan sambungan telepon. Sebelum beranjak ia menarik napas dalam-dalam kemudian ia hembuskan dengan pelan.

Saat melewati ruang keluarga ia melihat kedua orang tuanya sedang duduk berdua disana seraya menonton televisi.

"Mau kemana lagi kau ?" Tanya Papa Regan pada Marvel.

"Keluar sebentar Pa"

"Ke klub lagi ?"..

"Hanya nongkrong saja"

"Ciihh.. Kau pikir papa akan percaya hah"

Namun semua itu tak di dengarkan lagi oleh Marvel, karena kini ia sudah pergi meninggalkan rumah. Persetan dengan kemarahan sang papa akan ia pikirkan nanti. Yang penting sekarang ia bisa bersenang-senang malam ini.

\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=

Setiba di klub semua orang sudah tau siapa Marvel, dia adalah pelanggan setia disini. Marvel berjalan memasuki ruangan VIP dan sepanjang perjalanannya banyak wanita yang menatapnya seperti orang kelaparan. Membuat Marvel berdesis.

"Wanita itu mudah dan mereka hanya di gunakan untuk bersenang-senang" gumam Marvel kemudian membuka pintu ruangan VIP.

Disana ia disambut oleh Erwin dan beberapa wanita yang sudah duduk disana.

"Akhirnya kau datang juga" ucap Erwin seraya menyemburkan kepulan asap rokok.

Marvel menyambar bungkus rokok diatas meja kemudian menarik satu batang isinya. Seorang wanita yang duduk tepat di sebelah Marvel langsung menyalakan korek dan membakar ujung rokok tersebut.

"Mana mungkin aku tidak datang, malam ini aku sangat pusing"

"Apa orang tuamu masih ingin kamu menikah"

"Iya, padahal kau tau aku tidak suka menikah"

"Hahahaha" Erwin justru tertawa terbahak-bahak, ia tahu betul bagaimana kehidupan Marvel. Tak pernah terbayangkan oleh Erwin bagaimana kehidupan Marvel jika benar-benar menikah.

"Sialan kau" Marvel melempar bungkus rokok pada temannya itu.

"Kenapa gak kamu tolak saja"

"Sudah aku tolak tapi papa malah mengancamku"

"Memangnya apa ancamannya ?"

"Papa akan mencabut jabatanku sebagai CEO, ya kali aku akan miskin mendadak kalau jabatanku di cabut"

Erwin mengangguk membenarkan.

Tak berapa lama wanita yang duduk di samping Marvel berdiri dan langsung duduk di pangkuan laki-laki tampan itu. Paha nya yang putih mulus membuat Marvel menelan salivanya berkali-kali.

"Kami pergi dulu" ucap Marvel sembari merangkul wanita yang tadi duduk di pangkuannya.

"Ok, selamat bersenang-senang" balas Erwin.

Inilah kehidupan yang di jalani oleh Marvel, ia tidak ingin terikat dengan wanita manapun, karena kalau dia menginginkan **** ia bisa pergi ke klub dan wanita itu akan menawarkan dirinya sendiri.

Episode 02

Sibuk setiap hari adalah jadwal seorang wanita cantik yang bernama lengkap Laura Valencia. Sebagai seorang dokter ia bahkan melupakan makan siangnya, harinya penuh sesak karena pekerjaan.

Setelah melakukan operasi terakhir rasanya tenaga Laura terkuras habis, yang ia inginkan adalah tidur di dalam kamar tanpa di ganggu siapapun. Ia mulai mengemasi barang-barangnya untuk segera pulang.

"Udah mau pulang dok ?" Tanya Suster Ara dengan ramah.

"Iya, saya duluan" balas Laura dengan senyuman.

Laura berjalan keluar dari rumah sakit, menuju mobilnya yang terparkir tak terlalu jauh. Ia membuka pintu mobil lalu segera menyambar sebungkus roti untuk makan siang sekaligus makan malamnya. Ia mengunyah roti tersebut sembari duduk di kursi kemudi.

Rencannya setelah tiba di rumah ia akan segera tidur untuk mengembalikan tenaga yang terkuras habis. Setelah menghabiskan roti tersebut Laura mulai menjalankan mobilnya.

Menjadi seorang dokter adalah impian Luara dari kecil, ia bersumpah tepat di hari kepergian sang ibu kalau ingin menjadi dokter, dan Laura bahagia karena bisa mewujudkan mimpinya.

Setiba di rumah Laura langsung memarkirkan mobilnya di garasi, Ia mengernyit heran saat melihat sebuah mobil berwarna hitam berada disana.

"Mungkin Ayahku sedang ada tamu" gumam Laura kemudian memasuki rumah yang menjadi tempat tinggalnya selama ini.

Laura berjalan menuju kamarnya, namun langkahnya terhenti saat seorang Art mendekatinya.

"Ada apa bi ?" Tanya Laura pada Bibi Nur.

"Tuan besar menyuruh non pergi ke ruangannya" jawab bibi Nur.

"Memangnya ada apa bi ? Aku sangat lelah hari ini"

"Tidak tahu non, bibi hanya menjalankan tugas"

"Huuuuu" Laura menarik napas panjang, apa lagi yang akan di lakukan Ayahnya, semenjak sang Ayah menikah lagi ia sudah tak merasakan kasih sayang seorang Ayah lagi.

"Baiklah bi aku akan segera kesana" Luara akhirnya pasra, mungkin ia akan kembali di omeli karena sesuatu yang tidak jelas.

Laura berjalan menuju sebuah ruangan, ia mengetok pintu 3 kali.

"Masuk..."

Sebuah perintah yang mengharuskan Laura membuka pintu ruangan tersebut. Ternyata sang Ayah tidak sendiri dia sedang ada tamu dan mungkin saja yang memiliki sebuah mobil mewah di depan tadi.

"Ada apa Yah ??" Tanya Laura.

"Duduklah dulu ! Ayah mau bicara hal penting" perintah Arhan.

Laura menurut ia duduk di sebuah kursi yang sedari tadi kosong. Matanya melirik seorang wanita paruh baya yang sedari tadi menatapnya dengan senyuman.

"Laura perkenalkan ini adalah tuan Regan dan Nyonya Eliza" Arhan memperkenalkan dua orang yang sedari tadi membuat Laura bertanya-tanya.

Laura tersenyum, ia menganggukan kepalanya dengan sopan.

"Kau cantik sekali" puji Eliza

"Terima kasih tante" balas Laura.

"Senang bertemu denganmu"

"Maaf ini ada pertemuan apa ya ?" Laura kembali bertanya.

"Dasar anak tak berguna, kenapa kau selalu menanyakan hal itu" gumam Arhan namun masih bisa di dengar oleh Laura.

Laura hanya bisa terdiam ia sudah terbiasa mendengar ucapan menyakitkan dari sang Ayah. Mungkin saja Arhan sudah tak menginginkan dirinya lagi di rumah ini.

"Jangan bicara seperti itu Tuan Arhan, kau tau putrimu ini sangat cantik" balas Papa Ergan yang ternyata mendengar juga apa yang di katakan oleh Ayah Arhan.

"Laura, kau tahu kan kalau perusahaan Ayah di ambang kebangkrutan" Ucap Ayah Arhan dan di angguki oleh Laura. Memang benar perusahaan sang Ayah sedang tak baik-baik saja tapi apa hubungannya dengannya, kenapa Arhan ingin membahas ini dengannnya, bukankah selama ini saat Laura bertanya Arhan akan selalu membentak.

"Dan tuan Regan ingin menyelamatkan perusahaan Ayah, akan tetapi ada syaratnya" Arhan kembali berucap membuat Laura semakin kebingungan.

"Syaratnya adalah kamu harus menikah dengan anaknya"

Apa-apaan ini ?

Laura begitu terkejut mendengarnya, itu artinya sang Ayah ingin menjualnya hanya untuk menyelamatkan perusahaan.

"Iya nak, menikahlah dengan putra kami. Dan kami akan menyelamatkan perusahaan Ayahmu" sahut Regan kemudian.

"Kenapa harus aku Yah, kenapa bukan kak Lala saja dia kan sudah cukup umurnya untuk menikah" balas Laura.

"Lala bukan anak kandung Ayah. Jadi tidak bisa"

Laura melirik kearah sang Kakak, terdapat amarah disana yang dapat Laura lihat. Mungkin saja sang Kakak tidak terima mendengar ucapan Arhan.

"Maaf aku tidak bisa, apalagi menikah dengan orang yang tidak aku kenal" Laura berdiri dari duduknya hendak melangkah keluar. Namun suara Arhan membuat Laura berhenti.

"Kalau kamu tidak mau maka jangan memanggilku dengan sebutan Ayah lagi" bentak Arhan.

Laura terhenyak, matanya mulai berkaca-kaca mendengar ucapan sang Ayah. Itu sangat melukai hatinya.

"Tapi Ayah...."

"Tidak ada tapi-tapian, kamu harus menurut sama Ayah kalau kamu memang menyayangi Ayah"

Laura kembali mendekat, ia bersimpuh dihadapan Regan dan Eliza berharap kedua orang itu berubah pikiran untuk menikahkan anaknya dengannya.

"Saya mohon om, tante izinkan kakak saya saja yang menikah dengan putra anda" ucap Laura kemudian.

Eliza mengelus kepala Laura dengan lembut "maaf sayang kami tidak bisa, kalau perusahaan Ayahmu ingin di bantu maka kamu yang harus menikah dengan anak kami"

"Apa tidak ada pilihan lain ?"

Serempak Regan dan Eliza menggeleng, membuat Laura menarik napas panjang. Ia belum menginginkan menikah, ia masih ingin mengejar karir untuk menjadi wanita sukses.

Tapi dirinya tak mungkin membuat perusahaan sang Ayah bangkrut, Laura ingat betul bagaimana sang Ayah membangun perusahaan itu dengan susah payah.

"Kami akan memberikan kamu waktu sampai besok pagi" Regan menatap kearah Laura.

"Tidak bisakah sampai minggu depan ?" Laura meminta penawaran

"Lebih cepat kamu memberi jawaban maka lebih cepat juga kami akan membantu perusahaan Ayahmu"

Laura bergeser dari duduknya saat melihat Regan dan Eliza berdiri. Mungkin saja kedua orang itu akan pulang.

"Tuan Arhan kami mau pulang dulu, saya tunggu kabar baiknya besok pagi" ucap Regan.

"Baik tuan Regan, anda jangan khawatir putri saya pasti mau menikah dengan putra anda".balas Arhan kemudian.

"Itu yang saya inginkan"

Laura menatap kepergian Regan dan Eliza, laki-laki macam apa yang akan di nikahkan dengannya, dan kenapa harus di jodohkan seperti ini, apa laki-laki itu tidak bisa mencari seorang istri.

Ah entahlah, Laura tak mau menebak terlalu lebih, ia cukup berdoa semoga ada jalan supaya perusahaan sang Ayah bisa di selematkan tanpa harus dirinya menikah.

"Pikirkan semua ini Laura" Lily ibu tirinya Laura berkata. "Apa kamu tega membiarkan ayahmu jatuh miskin"

Laura hanya melirik sinis, ia tahu betul bagaimana sifat ibu tirinya itu, Lily hanya ingin harta Arhan saja

"Pokoknya besok pagi Ayah sudah mendapatkan jawaban ! Dan ingat kamu harus memberi jawaban yang baik itung-itung sebagai balas budimu karena Ayah sudah menyekolahkan kamu hingga menjadi seorang dokter" sahut Arhan.

"Itukan memang sudah menjadi tugas Ayah untuk menyekolahkan aku"

"Jangan membantah terus Laura, atau kamu mau Ayah tampar lagi"

Laura menggeleng dengan cepat, ia tidak ingin menerima pukulan Arhan lagi. Sudah cukup ia selama ini menerima semua itu.

Episode 03

Keesokan harinya...

Marvel meregangkan tubuhnya saat merasakan sinar matahari menyilaukan mata, ia menyipit karena rasa silau yang ia rasakan. Perlahan namun pasti mata Marvel mulai terbuka, ia mengamati setiap interior kamar dan tersadar kalau saat ini ia masih berada di dalam kamar hotel.

Marvel merasakan kalau tubuhnya belum mengenakan apapun, ia menoleh dan mendapati wanita yang ia ajak untuk bercinta semalam masih terlelap dalam tidurnya.

Ia melempar selimut lalu bergegas kekamar mandi, membersihkan diri supaya pikirannya lebih fress.

Usai mandi Marvel kembali kekamar, ia melihat wanita itu masih tidur terlelap, hingga tak berapa lama wanita itu membuka matanya, ia menatap kearah Marvel lalu tersenyum sangat manis.

"Kau sudah bangun sayang" tanya Shopi seraya bangun dari tidurnya lalu berjalan kearah Marvel.

"Hemmmm" jawab Marvel dingin.

"Kamu mau kemana ? Kok udah rapih ?" Shopi memainkan kancing kemeja yang di kenakan Marvel, namun dengan cepat Marvel menepis tangan Shopi.

"Jangan menyentuhku, kareena aku tidak akan menidurimu untuk yang kedua kalinya, pantang bagiku meniduri seorang wanita untuk kedua kalinya"

Shopi menjauh, ia kesal karena benar kata orang-orang kalau susah sekali menaklukan seorang Marvel.

"Sana pakai bajumu dan lekaslah pergi" ucap Marvel lagi kemudian menyerahkan beberapa lembar uang yang entah jumlahnya berapa pada Shopi "ini bayaranmu"

Shopi segera mengambil uang itu, lalu mengenakan pakaiannya, bahkan ia tak merasa malu sedikitpun saat berganti pakaian di hadapan Marvel..

\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=

Di kantor....

Setelah dari hotel ternyata Marvel langsung menuju kantornya tanpa pulang kerumah terlebih dahulu. Ia membaca sebuah berkas yang baru saja di serahkan oleh sekretarisnya.

Tak berapa lama Marvel melempar berkas tersebut, membuat Ratih sang sekretaris terkejut.

"Kau bisa kerja tidak ? Ini apa yang kau berikan padaku" bentak Marvel dengan suara menggema.

Ratih menunduk tak berani menatap wajah tuannya itu, tubuhnya bergetar hebat karena mendengar bentakan Marvel.

"Ampuni saya tuan, saya janji akan memperbaikinya" ucap Ratih terbata-bata.

"Bawa berkas itu menjauh dari hadapanku, dan perbaiki semuanya.. Kalau sampai masih seperti itu jangan harap kau masih bisa bekerja denganku"

"Baik tuan"

"Saya tunggu sampai jam makan siang"

Ratih menganggukan kepalanya, kemudian membawa berkas tersebut keluar dari ruangan Marvel. Ia bahkan menarik napas panjang karena sedari tadi menahan napas saking takutnya.

Didalam ruangan Marvel merutuki kebodohan pegawainya, ini masih sangat pagi untuknya marah-marah, namun kesalahan sekretarisnya itu tak bisa di toleransi apalagi Marvel paling tidak suka yang namanya kesalahan walau itu sekecil apapun.

Tok---tok--tok.

Baru saja Marvel hendak mendudukan diri di kursi kebesarannya, seseorang sudah mengetok pintu.

"Siapa lagi sih yang datang... Menganggu saja" gumamnya kemudian kembali berkata "masuk" perintahnya.

Tak berapa lama pintu terbuka dengan lebar. Marvel terkejut saat melihat Regan datang kekantor pagi-pagi sekali.

"Ada apa Pa ? Tumben pagi-pagi Papa udah kesini ?" Tanya Marvel

Regan belum menjawab ia langsung duduk di hadapan meja kerja Marvel "papa mau menanyakan keputusanmu, bukankah pagi ini kau harus memutuskan semuanya"

Sial....

Marvel mengumpat kesal dalam hati. Ia sama sekali tidak mengingat prihal keputusan yang harus ia katakan pagi ini. Dan sekarang sang Papa sudah menagih

"Pa aku tidak mau menikah, usia ku masih terlalu muda untuk hal itu. Aku ingin fokus keperusahaan dulu" ucap Marvel berharap Regan akan berubah pikiran.

"Pilihanmu ada dua menikah atau keluar dari perusahaan ini. Kalau kamu menolak untuk menikah itu berarti kamu harus keluar dari perusahaan ini" balas Regan dengan serius.

Marvel mengusap wajahnya dengan gusar, kenapa harus menikah adalah pilihannya, padahal ia paling membenci hal itu karena ia sudah mendapatkan kebahagiaan bersama dengan para wanita yang menawarkan dirinya secara suka rela pada Marvel.

"Baiklah aku mau Menikah, tapi bisakah aku bertemu dengan wanita pilihan papa dan mama"

Regan menyunggingkan senyumnya, ia sudah yakin Marvel tidak akan mau keluar dari perusahaan apalagi harus meninggalkan jabatannya sebagai seorang CEO.

Kemudian Marvel mengeluarkan sebuah foto di saku jasnya, lalu meletakkan di atas meja.

"Namanya Laura Valencia, dia seorang dokter spesialis bedah. Dia gadis yang cantik dan sopan" jelas Regan.

Marvel hanya menatap sekilas foto wanita cantik yang baru saja di serahkan sang Papa. Tak sedikitpun ia tertarik dengan wanita itu, karena baginya ia sudah terbiasa melihat wanita cantik bahkan melebihi foto wanita di hadapannya.

"Bisakah aku bertemu dengannya ?".Marvel kembali mengajukan pertanyaan.

"Tentu saja, Papa dan Mama yang akan mengatur pertemuan kita"

Setelah mengatakan hal itu Regan berdiri dari duduknya, ia menepuk pundak Marvel dengan pelan.

"Terima kasih karena sudah memenuhi keinginan Papa dan Mama"

Marvel menjawab dengan anggukan, ia menatap kepergian sang papa kemudian kembali menarik napas panjang.

Setelah kepergian Regan, Marvel menghubungi orang kepercayaannya. Ia ingin mengetahui seperti apa sosok wanita yang akan di jodohkan dengannya.

"Hallo, tumben kau menghubungi ku di jam segini ?" Ucap Rino setelah panggilan terhubung.

"Aku mau meminta bantuan padamu" balas Marvel

"Sudah ku duga, kau pasti ingin meminta bantuan jika sudah menelfon ku"

Marvel memiringkan sudut bibirnya, ternyata Rino bisa menebak apa yang ingin ia lakukan.

"Katakan apa yang bisa ku bantu" kembali suara Rino yang terdengar.

"Aku ingin kau menyelediki seorang wanita yang bernama lengkap Laura Valencia, nanti fotonya akan aku kirim juga"

"Wah-wah.. Ada apa gerangan kau sampai memintaku mencari info tentang seorang wanita ? Bukankah kau tak peduli hal ini"

"Aku akan di nikahkan dengannya, makanya aku ingin kau mencari informasi seperti apa wanita itu"

"What ? Kau mau menikah ? Apa aku tidak salah dengar ?"

"Aku di jodohkan bodoh, kalau bukan karena terpaksa mana mau aku menikah apalagi dengan wanita yang tidak aku kenal"

Dapat Marvel tebak kalau di seberang sana Rino sedang menahan tawanya karena mendengar kalau dirinya akan menikah. Tapi itu tak Marvel hiraukan karena yang terpenting ia bisa mendapatkan informasi tentang seseorang yang akan menyandang status sebagai istrinya nanti.

"Ok, aku akan mencari tau siapa wanita itu, aku juga tidak akan membiarkan kau menikah dengan asal wanita, bisa saja kan dia seorang pelacur juga"

"Terima kasih, bayarannya akan segera aku transfer"

"Sip, aku janji akan segera mendapatkan informasi semuanya"

Tak berapa lama panggilan terputus, Marvel menyandarkan punggungnya. Kedua tangannya ia lipat di depan dada. Mendadak kepalanya menjadi pusing karena masalah ini.

"Kenapa di dunia ini harus ada yang namanya pernikahan ?".gumamnya kemudian.

Sampai saat ini ia masih menanyakan pada dirinya sendiri apa tujuan seseorang untuk menikah.. Kalau hanya ingin mengejar karena menginginkan anak ia bisa mengadopsi di panti asuhan.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!