Pagi hari telah menunjukkan senyuman cerahnya. Pagi hari, yang selalu menjadi aktivitas bagi orang-orang yang memiliki jadwal pekerjaan yang selalu diharuskan untuk membuka matanya.
Sama seperti halnya gadis dengan setelan piyama berwarna hitam itu, sedang menggeliat akibat sentuhan cahaya yang masuk ke dalam kamarnya melalui jendela yang terbuka. Gadis itu membuka matanya perlahan-lahan agar tidak menimbulkan perih di kedua matanya. Ia pun bangun mencoba menetralkan dirinya, agar tidak pusing.
Setelah itu, langsung mengambil handuk dan diselempangkan di lehernya menuju kamar mandi. Saat hendak memasuki kamar mandinya. Terdengar suara ponsel yang berdering, ia pun menghentikan langkahnya dan menoleh ke benda pipih yang tergeletak di atas mejanya itu.
"Siapa sih, pagi-pagi juga!" gerutu gadis itu. Namun, ia kembali ke tempat tidurnya untuk sekedar melihat siapa yang menghubunginya pagi-pagi begini.
Dan saat melihat nama si pemanggil. Gadis itu pun langsung mendudukkan dirinya di atas ranjangnya dan segera mengambil benda pipih tersebut untuk diangkat.
"Halo!" ucapnya dengan suara sedikit parau.
"Halo, sayang!" terdengar suara laki-laki di seberang dengan panggilan sayang untuk gadis itu.
"Iya, kenapa Tony?" tanya gadis itu merasa jengah dengan panggilan dari pemuda yang gadis itu panggil dengan sebutan Tony.
"Memangnya kenapa, kalau aku panggil sayang? Gak boleh!" ucap laki-laki itu.
Gadis itu menggaruk kepalanya yang terasa gatal. Lantaran sudah tiga harian. Gadis itu tidak mencuci rambutnya. Setelah menggaruk kepalanya itu, ia langsung mencium tangannya. "Ih! Sepertinya aku harus keramas."
"Hah!? Siapa yang kamu suruh keramas, beb!"
Gadis itu menggeleng. "Nggak bukan apa-apa. Yaudah! Aku mau mandi nanti keburu telat ke kampus karena kamu terus ngomong."
Terdengar suara tawa kecil di balik ponsel genggamannya. Gadis itu pun juga terlihat menyunggingkan senyumannya saat suara tawa laki-laki di seberang sana, membuatnya ikut tersenyum. Ia pun langsung ikut diam mendengarkan suara tawa laki-laki itu.
"Ha ha ha! Oh, maaf beb! Yaudah, kalau memang kamu mau mandi. Mandi sana! Baunya juga sudah tercium kesini. Ih!" ucap laki-laki itu menggoda gadis itu yang kini sudah membulatkan matanya.
"Enak aja bau! Aku walaupun gak mandi satu tahun juga nggak bakalan bau, tau gak!" ucap gadis itu membela dirinya.
Terdengar lagi suara tawa dari laki-laki itu. "Yaudah! Terserah kamu aja. Cepat mandi sana, tiga puluh menit lagi aku sampai di depan rumah kamu."
Gadis itu pun tersenyum saat mendengar perkataan laki-laki yang selama ini telah bersamanya sejak SMP itu terlihat begitu perhatian terhadapnya.
"Okey!" ucap gadis itu.
Sambungan teleponnya pun berakhir dengan laki-laki yang di sebut Tony itu yang lebih dulu memutuskan sambungan mereka. Gadis itu pun langsung meletakkan ponselnya kembali ke atas meja dan bangkit dari tempatnya menuju ke kamar mandinya yang sempat tertunda.
Lima belas menit kemudian. Gadis itu sudah selesai dengan baju kasualnya dan segera duduk di kursi meja riasnya. Lalu, memoleskan sedikit make up dan lip tint di bagian akhir, agar tidak terlihat pucat.
"BEB!!"
Saat sedang membereskan semua buku-buku pelajaran ke dalam tasnya. Terdengar suara teriakan dari arah luar. Sontak membuat gadis itu membalikkan badannya dan segera berlari kecil ke arah jendela kamarnya. Dan benar saja teriakan tersebut merupakan laki-laki yang tadi meneleponnya.
"Gak usah teriak-teriak! Tony Aku gak budek!" teriak gadis itu dari arah jendela kamarnya.
"Yaudah maaf. Cepat turun! Nanti telat lagi kaya kemarin." ucap Tony yang tak kalah berteriak.
"Iya, tunggu sebentar." ucap gadis itu. Dan setelah itu ia pun langsung masuk untuk mengambil tas serta ponselnya yang masih tergeletak di atas mejanya. Lalu memasukkan benda pipih tersebut ke dalam tasnya.
Lalu, ia pun segera keluar dari kamarnya. Dan menuruni anak tangga dengan terburu-buru. Sehingga terdengar suara wanita paruh baya yang terlihat khawatir akan gadis itu.
"Sayang, jangan lari-lari begitu! Nanti kamu jatuh." ucap wanita paruh baya itu yang sedang duduk di meja makan bersama laki-laki paruh baya yang mungkin itu adalah suaminya.
"Iya, loh! Pelan-pelan saja dong nak. Kenapa sih harus terburu-buru begitu." kali ini suara laki-laki itu terdengar saat gadis itu sudah berada di antara mereka.
"Maafkan Jessica ma, pa. Jessica memang lagi terburu-buru karena memang hari ini ada kelas pagi. Mana dosennya pak Rahmat lagi. Dosen yang paling galak seantero kampus, jadi kalau sampai Jessica telat, bisa-bisa Jessica kena hukum nyuci kamar mandi lagi." ucap gadis yang bernama ia panggil dengan sebutan Jessica itu dengan panjang lebar.
"Iya, udah kalau begitu cepat sarapannya. Nanti telat!" ucap sang mama.
Jessica pun menggeleng cepat. "Nggak usah ma! Jessica bawa saja ke kampus."
"Yaudah! Kalau begitu mama siapin dulu." ucap wanita paruh baya itu. Dan langsung menyiapkan beberapa roti dengan polesan selai coklat untuk sang anak. Lalu, meletakkannya ke dalam wadah.
"Nih, bekalnya sudah mama siapin. Ingat! Jangan lupa kalau sudah sampai kampus di makan!"
"Iya, ma. Jessica bakal makan kok. Tenang saja," sahut gadis itu yang sudah menghabiskan segelas susu hangat yang sang papa sodorkan kepadanya saat sang mama menyiapkan bekal untuknya.
"Yaudah, kalau begitu. Ayo kita berangkat!" ujar sang papa. Hendak bangkit. Namun, Jessica segera menahannya.
"Eh, nggak usah pa!" ucap gadis itu dengan menahan bahu sang papa
Laki-laki yang berperawakan tinggi dan tegas itu melirik ke arah sang istri. Lalu, menatap wajah anak perempuannya itu dengan kening yang mengernyit. "Kenapa nggak usah?"
"Iya, soalnya Tony sudah ada di depan pah, mah." ujar Jessica. sembari meraih bekal yang diberikan oleh mamanya itu ke dalam tasnya.
Kedua orang tuanya saling bertatapan dan langsung mengangguk paham. Karena kedua orang tuanya juga sudah tau hubungan sang anak dan laki-laki yang bernama Tony itu seperti apa. Jadi, kedua orang tuanya hanya mengangguk, karena sudah percaya terhadap laki-laki itu.
"Yaudah kalau begitu, hati-hati di jalan. Dan ingat! Bilang kepada pacarmu itu untuk tidak ngebut-ngebut saat berkendara." ucap sang papa memberi nasehat.
"Iya, nak. Jangan ngebut-ngebut loh!" ujar sang mama menimpali.
Jessica pun langsung menganggukkan kepalanya. "Iya. Pah, mah. Tony yang pernah ngebut-ngebut kok saat bareng sama aku."
"Baguslah kalau begitu. Papa bisa lega melepaskan kamu pergi bersama pacarmu itu." ucap sang papa dan mendapat anggukan kepala dari istrinya.
"Iya pa. Kalau begitu, Jessica berangkat dulu ya." pamit gadis itu sembari mencium tangan kedua orang tuanya.
Gadis itu pun segera pergi dari hadapan kedua orang tuanya. Menuju ke arah pintu masuk dengan cepat agar sang kekasih tidak menunggunya terlalu lama. Dan benar saja, saat gadis itu sampai di gerbang rumahnya. Laki-laki itu nampak berkacak pinggang sembari memasang wajah datar.
"Lama banget sih! Aku nunggunya jadi es batu di sini yank!" ucap laki-laki itu dengan memasang wajah yang sedikit kesal yang di buat-buat.
Gadis itu tersenyum saat melihat laki-laki di depannya yang memasang wajah seperti itu. Yang terlihat lucu di mata gadis itu.
"Menggemaskan sekali." gumamnya pelan. Namun, dapat terdengar olehnya laki-laki itu.
"Apa? Kamu bilang apa barusan, menggemaskan?"
"Nggak kok! Yaudah! Kita berangkat." ucap gadis itu sembari menaiki motor yang di pakai oleh laki-laki itu.
Tony pun juga tak mengatakan apa-apa saat sang kekasih sudah naik dan duduk di belakangnya dengan memeluk tubuh laki-laki itu dari belakang. Dan ia pun segera menghidupkan motornya dan melesat pergi meninggalkan pekarangan rumah gadis itu.
.
.
.
...Terimakasih buat kalian semua atas sempatnya sudah mampir ke novel aku yang amburadul ini. Maaf, Jika novel ini masih gak jelas ya! Mohon Dimaafkan, karena saya juga masih pemula untuk belajar membuat novel. Meskipun novelku sangatlah membosankan! Sekali lagi mohon dimaafkan ya....
...Untuk itu jangan lupa untuk tinggalkan like ya, bagi yang berbaik hati. Sekali lagi terimakasih banyak sudah mampir. 🙏...
Episode Sebelumnya..
Jessica pun langsung menganggukkan kepalanya. "Iya. Pah, mah. Tony yang pernah ngebut-ngebut kok saat bareng sama aku."
"Baguslah kalau begitu. Papa bisa lega melepaskan kamu pergi bersama pacarmu itu." ucap sang papa dan mendapat anggukan kepala dari istrinya.
"Iya pa. Kalau begitu, Jessica berangkat dulu ya." pamit gadis itu sembari mencium tangan kedua orang tuanya.
Gadis itu pun segera pergi dari hadapan kedua orang tuanya. Menuju ke arah pintu masuk dengan cepat agar sang kekasih tidak menunggunya terlalu lama. Dan benar saja, saat gadis itu sampai di gerbang rumahnya. Laki-laki itu nampak berkacak pinggang sembari memasang wajah datar.
"Lama banget sih! Aku nunggunya jadi es batu di sini yank!" ucap laki-laki itu dengan memasang wajah yang sedikit kesal yang di buat-buat.
Gadis itu tersenyum saat melihat laki-laki di depannya yang memasang wajah seperti itu. Yang terlihat lucu di mata gadis itu.
"Menggemaskan sekali." gumamnya pelan. Namun, dapat terdengar olehnya laki-laki itu.
"Apa? Kamu bilang apa barusan, menggemaskan?"
"Nggak kok! Yaudah! Kita berangkat." ucap gadis itu sembari menaiki motor yang di pakai oleh laki-laki itu.
Tony pun juga tak mengatakan apa-apa saat sang kekasih sudah naik dan duduk di belakangnya dengan memeluk tubuh laki-laki itu dari belakang. Dan ia pun segera menghidupkan motornya dan melesat pergi meninggalkan pekarangan rumah gadis itu.
****
Keduanya pun sampai di kampus mereka, saat tiga puluh menit menempuh perjalanan. Jessica yang turun terlebih dahulu sembari mencoba melepaskan helm yang di pakainya.
"Ini kenapa helmnya gak bisa di buka sih?!" ucap gadis itu sembari berusaha melepaskan helm tersebut. Namun, tak tetap saja tidak bisa.
Tony yang sedang merapikan jaket jeans yang dikenakannya, menoleh ke samping di mana sang kekasih sedang mencoba melepaskan helm yang digunakannya tak kunjung lepas. Laki-laki itu berinisiatif untuk membuat gadis itu.
Tony turun dari motornya dan menghampiri sang kekasih. Menarik bahu gadis itu dengan kedua tangannya agar menghadap ke arahnya.
Jessica yang lebih kecil dari kekasihnya itu. Otomatis mendongakkan kepalanya saat tangan laki-laki itu mengangkat dagunya untuk menghadap ke arahnya. Jessica yang menatap wajah tampan Tony seakan tak percaya bahwa laki-laki itu adalah kekasihnya. Kekasih yang telah menemaninya selama hampir enam tahun bersamanya.
Di mana sosok laki-laki yang kini membantunya, adalah incaran para gadis-gadis cantik saat SMP hingga sekarang. Namun, sosok laki-laki tampan yang berdiri tepat di hadapannya itu. Justru memilihnya sebagai kekasihnya.
....
"Jessica.. jadilah pacarku." ucap Tony dengan mantap saat laki-laki itu menyatakan perasaannya kepada gadis yang terlihat terkejut atas pengakuan dari laki-laki itu.
"A-apa? Pacar?" tanya gadis itu yang merupakan gadis yang tak lain adalah Jessica. Ia nampak terkejut dengan pengakuan laki-laki itu padanya.
Jessica menatap ke sekelilingnya. Dimana para siswa dan siswi SMP Negeri 1 itu meneriaki adegan mereka yang berada di tengah-tengah lapangan. Yah, gadis itu mendapat hukuman dari sang guru atas keterlambatannya. Ia pun mendapat hukuman berdiri di tengah lapangan dengan menghadap tiang bendera dibawah teriknya matahari.
Disaat-saat panasnya terik matahari yang menusuk kulit putihnya. Tiba-tiba datanglah seorang laki-laki dengan membawa jaket untuk menutupi wajah gadis itu dari teriknya matahari.
Jessica yang melihat laki-laki itu hanya terdiam. Dan mencoba menelisik keseluruhan yang ada dari laki-laki yang ada di sampingnya. Mulai dari menatapnya dari ujung kaki sampai ujung gundukan nya. Eh! Sampai ke ujung kepalanya dengan tatapan heran.
"Kamu sedang apa di sini?" tanya gadis itu dengan mengernyitkan dahinya.
"Bantuin kamu." ucap laki-laki itu singkat.
"Bantuin aku?"
Laki-laki itu pun mengangguk. "Iya! Aku lagi bantuin kamu. Emang kamu gak liat aku lagi berusaha melindungi kulit kamu dari paparan sinar matahari yang terik ini?"
Jessica yang menatap wajah laki-laki itu. Mengalihkan pandangannya ke arah jaket yang menutupinya dari silaunya cahaya UV itu. "Kamu, gak perlu bantuin aku. Aku juga gak butuh!"
"Kamu gak butuh! Tapi aku mau, gimana dong?" ucap laki-laki itu dengan santainya.
Jessica pun mengernyitkan dahinya. Lalu, menggeleng-gelengkan kepalanya, sehingga gadis itu membiarkan laki-laki yang berdiri di sampingnya itu membantunya. Gadis itu juga sempat melirik ke arah tag nama laki-laki itu.
'Tony Kusuma?' batin gadis itu. Dan kembali mendongakkan kepalanya menatap tiang bendera sesuai instruksi dari sang guru. Ia juga tidak ingin jika sang guru melihatnya tidak melakukan tugasnya malah akan bertambah hukumannya.
"Kenapa kamu bisa mendapat hukuman?" tanya laki-laki yang bernama Tony itu. Laki-laki itu masih dengan posisinya yang membantu memayungi gadis itu dengan jaketnya.
"Terlambat!" ucap gadis itu singkat.
"Eum begitu rupanya." ucap Tony sembari mengangguk kecil.
Setelah beberapa saat kemudian. Bel sekolah pun berbunyi. Para mahasiswa berhamburan keluar dari kelasnya dan terlihat sudah ada beberapa siswa perempuan yang berkerumun di sekitar lapangan itu. Bukan karena ingin melihat Jessica yang mendapat hukuman. Melainkan karena para siswa perempuan itu melihat wajah laki-laki yang berdiri di sampingnya.
Jessica juga dapat mendengar para perempuan itu membicarakan tentang dirinya. Hal itu tentu membuat Jessica tidak nyaman. Dan melirik ke arah laki-laki itu. Ia pun menjauh dari laki-laki itu, sehingga laki-laki itu menatapnya bingung.
"Kenapa?" tanya laki-laki yang bingung.
"Sebaiknya, kamu pergi deh dari sini!" ucap Jessica dengan sembari melirik ke arah para perempuan yang berdiri agak jauh dari tempatnya.
Tony yang mengikuti arah pandang gadis itu hanya menurunkan tangannya. Dan menghampiri Jessica dan memegang kedua lengan gadis itu. Otomatis teriakan dari para perempuan yang ada di sana membuat para siswa yang lain pun ikut melihat ke arah mereka.
"Kamu ngapain?" tanya Jessica yang terlihat mengernyitkan dahinya bingung dengan apa yang dilakukan oleh laki-laki itu.
"Jessica.. jadilah pacarku."
"A-apa? Pacar?" tanya gadis itu yang merupakan gadis yang tak lain adalah Jessica. Ia nampak terkejut dengan pengakuan laki-laki itu padanya.
"SAYANG!" teriak laki-laki itu. Sehingga membuat Jessica terlonjak kaget.
"TONY!! Apaan sih! Sakit telinga ku." ucap Jessica kesal sembari mengusap-usap telinganya yang berdengung akibat teriakan sang kekasih.
"Iya, habisnya. Orang dari tadi panggil-panggil juga, malah bengong. Aku tau kalau pacarmu ini ganteng, jadi gak usah diliatin terus." ujar Tony yang membanggakan dirinya sendiri.
"Dih! Ia kali ganteng." Jessica pun pergi meninggalkan Tony yang masih tertawa di tempatnya dengan helm yang masih ia pegang saat membantu Jessica.
"Jessica tunggu!" teriaknya. Dan mengejar sang kekasih saat gadis itu sudah agak jauh.
"Sayang... tunggu napa."
"Ih! Apaan sih kamu."
.
.
.
...Terimakasih buat kalian semua atas sempatnya sudah mampir ke novel aku yang amburadul ini. Maaf, Jika novel ini masih gak jelas ya! Mohon Dimaafkan, karena saya juga masih pemula untuk belajar membuat novel. Meskipun novelku sangatlah membosankan! Sekali lagi mohon dimaafkan ya....
...Untuk itu jangan lupa untuk tinggalkan like ya, bagi yang berbaik hati. Sekali lagi terimakasih banyak sudah mampir. 🙏...
Episode Sebelumnya..
"Kenapa?" tanya laki-laki yang bingung.
"Sebaiknya, kamu pergi deh dari sini!" ucap Jessica dengan sembari melirik ke arah para perempuan yang berdiri agak jauh dari tempatnya.
Tony yang mengikuti arah pandang gadis itu hanya menurunkan tangannya. Dan menghampiri Jessica dan memegang kedua lengan gadis itu. Otomatis teriakan dari para perempuan yang ada di sana membuat para siswa yang lain pun ikut melihat ke arah mereka.
"Kamu ngapain?" tanya Jessica yang terlihat mengernyitkan dahinya bingung dengan apa yang dilakukan oleh laki-laki itu.
"Jessica.. jadilah pacarku."
"A-apa? Pacar?" tanya gadis itu yang merupakan gadis yang tak lain adalah Jessica. Ia nampak terkejut dengan pengakuan laki-laki itu padanya.
"SAYANG!" teriak laki-laki itu. Sehingga membuat Jessica terlonjak kaget.
"TONY!! Apaan sih! Sakit telinga ku." ucap Jessica kesal sembari mengusap-usap telinganya yang berdengung akibat teriakan sang kekasih.
"Iya, habisnya. Orang dari tadi panggil-panggil juga, malah bengong. Aku tau kalau pacarmu ini ganteng, jadi gak usah diliatin terus." ujar Tony yang membanggakan dirinya sendiri.
"Dih! Ia kali ganteng." Jessica pun pergi meninggalkan Tony yang masih tertawa di tempatnya dengan helm yang masih ia pegang saat membantu Jessica.
"Jessica tunggu!" teriaknya. Dan mengejar sang kekasih saat gadis itu sudah agak jauh.
"Sayang... tunggu napa."
"Ih! Apaan sih kamu."
****
"Sayang.. tungguin loh! Kamu jalannya cepat banget sih." ucap Tony saat sudah dapat mengejar langkah kekasihnya.
"Iya, makanya dipercepat jalannya, biar bisa mengimbangi." ucap Jessica yang terus berjalan menuju kelasnya.
"Aku sudah cepat loh ini. Kamunya saja yang-"
"Yang apa?" ucap Jessica cepat memotong ucapan Tony. Tony pun tersenyum sembari menggelengkan kepalanya.
"Nggak kok! Nggak ada sayang. Hehehe."
Dan ketika keduanya sedang asyik saling mengobrol saat menunggu kelasnya. Tony tidak sengaja menabrak seorang laki-laki yang sedang berjalan berlawanan dengannya, sehingga laki-laki itu terjatuh ke lantai.
BRUK!!!!
Tony dan Jessica yang melihat itu langsung menolong orang tersebut dengan membantunya untuk bangun. Namun, saat hendak memegang lengan orang yang terjatuh itu. Tony membulatkan matanya dan segera menarik tangan Jessica yang sudah memegang lengan kiri laki-laki itu.
"Jessica, ayo!" ucap Tony pada gadis itu sembari menarik tangannya dengan cepat. Sehingga gadis itu merasakan sakit karena tarikan cepat dari sang kekasih.
"Auw! Tony! Kamu ngapain sih, sakit tau!" kesal Jessica dan melepaskan tangan laki-laki itu.
"Maaf sayang. Aku tidak sengaja." ucap Tony merasa sangat bersalah.
"Oh! Jadi kamu yang menabrak ku?" ucap laki-laki yang di tabrak oleh Tony. Namun, sang lawan bicaranya hanya diam sambil tersenyum kecil pada sang kekasih yang berada di depannya.
"Ck! Biasanya orang yang tidak sengaja menabrak seseorang itu, harusnya langsung meminta maaf. Tapi kenapa kamu hanya diam saja dan gak ngucapin apa-apa?" sambungnya lagi.
Tony yang sedang mengusap-usap tangan Jessica yang terlihat memerah itu. Langsung memalingkan wajahnya mencoba untuk mengontrol emosinya agar tidak meledak. Tony pun yang sudah mengepalkan tangannya menatap ke arah laki-laki yang kini sudah berada di depannya.
Jessica yang melihat tangan sang kekasih hanya terdiam. Gadis itu bingung dengan sikap kekasihnya tiba-tiba berubah. Dan gadis itu juga dapat melihat raut wajah yang memancarkan ketidaksukaannya terhadap laki-laki di depannya itu.
"Kenapa cuma diam saja? Kamu masih punya mulut, kan?" laki-laki itu terus menyuarakan ejekannya.
Jessica yang hanya diam saja sejak tadi langsung menghampiri laki-laki berkulit putih itu dengan senyumannya yang ditampilkannya. "Maafkan pacarku ya, dia tidak sengaja melakukannya. Jadi... Maafkan dia."
"Jessica! Apaan sih, kamu! Kamu sama aku itu gak pantas meminta maaf kepadanya." ucap Tony yang langsung menarik tangan gadis itu. Dan menatap tajam pada laki-laki itu.
Namun, bukannya takut. Laki-laki yang baru saja di tabrak nya itu justru tersenyum remeh. Dan membalas tatapan Tony yang tak kalah tajam.
"Jadi... kamu gak mau meminta?" ucap laki-laki itu.
Tony yang mengepalkan tangannya mencoba menarik nafas dan menghembuskan nafasnya secara perlahan. "Maaf."
"Maaf?" laki-laki itu lagi-lagi membuat Tony terlihat mengeratkan rahangnya.
Laki-laki itu kemudian menghampiri Tony dan menepuk pundak laki-laki itu. "Kata maaf yang keluar dari mulut kamu tidak akan bisa berkata dengan ikhlas!"
Laki-laki itu sempat melirik ke arah Jessica yang berdiri di belakang punggung Tony. Dan entah kenapa, gadis itu di buat terdiam sejenak saat laki-laki itu tersenyum hangat kearahnya. Padahal sejak awal laki-laki itu hanya menunjukkan senyuman yang membuat orang yang melihatnya akan emosi.
Tetapi sangat berbeda saat melihat gadis itu. Senyumannya tentu terlihat sangat tulus dan hangat. Dan itu juga membuat Jessica yang melihatnya terdiam. Cukup mengherankan bagi gadis itu.
"Percuma aku ngomong sama orang yang gak guna kaya kamu!" ucap Tony dengan menghempaskan tangan laki-laki itu yang berada di pundaknya.
Jessica melihat ke arah laki-laki yang kini sudah tersenyum remeh seperti yang di lihatnya pertama kali. Dan itu sangat berbeda dengan senyuman yang dilontarkan laki-laki itu padanya. Sangat berbeda seratus delapan puluh derajat dan itu membuat gadis itu bingung.
"Gak guna? Benarkah?" tanya laki-laki itu sembari tertawa terbahak-bahak. Dan tawa yang keras itu membuat orang yang berada di sekitar mereka, mengalihkan pandangannya ke arah mereka bertiga dan itu membuat gadis itu merasa tidak nyaman.
"Memangnya kamu berpikir kamu berguna? Berguna sebagai apa? Ngebully orang-orang? Atau berguna untuk tante-tante cantik yang-"
"Tutup mulutmu ya!" ucap Tony memotong cepat ucapan laki-laki itu. Tony pun hendak memukul wajah laki-laki di hadapannya itu. Namun, Jessica dengan cepat menahan tangan kekasihnya.
"Tony! Aku mohon kontrol emosi kamu. Ini kampus, lagipula kamu tidak harus meladeni nya." cegat Jessica. Dan menggenggam erat tangan sang kekasih agar tidak terlepas kendali.
Jessica pun mengalihkan pandangannya pada laki-laki yang berdiri di depannya. Lalu, gadis itu menarik nafasnya panjang. "Maafkan Tony karena sudah menabrak dirimu. Aku tau dia salah! Tapi aku juga tau kalau dia tidak sengaja melakukannya. Jadi... aku mewakilinya untuk meminta maaf kepadamu. Maafkan atas semua kata-katanya yang mungkin membuatmu kesal. Aku mohon maafkan dia."
"Sayang!"
"Diam!"
Laki-laki berkulit putih itu terdiam saat gadis itu mengatakan hal itu. Laki-laki itu juga menatap wajah gadis itu yang terlihat juga menatapnya. Beberapa saat kemudian laki-laki itu pun mengalihkan pandangannya ke arah lain. Dan benar saja saat ini banyak pasang mata yang sedang melihat ke arah tempat ia berdiri. Banyak juga yang sedang berbisik-bisik yang entah apa yang mereka katakan.
"Okey! Aku maafkan! Itu karena kamu yang memintanya. Jadi... itu hanya pengecualian saja." ucap laki-laki itu dan kembali tersenyum hangat ke arah Jessica saat mereka saling pandang. Sehingga membuat gadis itu lagi-lagi dibuat kebingungan.
Lalu, laki-laki itu pun pergi meninggalkan keduanya tanpa menatap ke arah Tony yang terlihat mengeratkan rahangnya. Dan tanpa menunggu lama Jessica menarik tangan Tony agar pergi dari sana.
.
.
.
...Terimakasih buat kalian semua atas sempatnya sudah mampir ke novel aku yang amburadul ini. Maaf, Jika novel ini masih gak jelas ya! Mohon Dimaafkan, karena saya juga masih pemula untuk belajar membuat novel. Meskipun novelku sangatlah membosankan! Sekali lagi mohon dimaafkan ya....
...Untuk itu jangan lupa untuk tinggalkan like ya, bagi yang berbaik hati. Sekali lagi terimakasih banyak sudah mampir. 🙏...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!