"Papa ada punya kenalan, dia anak teman papa, anaknya ini kerjaan koki terkenal, jika kamu mau sepertinya bagus, selain koki dia juga pemilik restoran terenak di kota ini." ucap papanya Daniel dan Dania bercerita dengan semangat ingin menjodohkan anaknya Dania.
"Bagus itu pa, menurut mama gimana?" tanya Daniel kepada mamanya.
"Mama terserah kepada Dania." jawab mamanya bijak membuat sang anak tersenyum.
"Tapi jika dalam bulan ini dia tidak ada tanda-tanda, maka wajib kita jodohkan dia dengan anak teman papa itu." ucap mamanya membuat Dania tidak jadi senang.
"Ma." rengek Dania.
"Apalagi yang kamu tunggu, tunggu tua baru menikah?" tanya mamanya.
Tanpa mereka sadari sadari bahwa Khalifah sudah menghidangkan beberapa masakan yang ia masak di atas meja makan.
Mereka makan dengan lahap. Mereka juga memuji masakan Khalifah yang tidak pernah gagal dalam rasanya.
Setelah sarapan mereka berbincang - bincang satu sama lainnya.
Semenjak pembicaraan perjodohan itu membuat Dania merasa tidak nyaman. Dia berusaha menemukan jodohnya agar keinginan papanya tidak terlaksana.
Dania memang pernah berpacaran satu kali. Dia putus dengan pacar pertama karena di khianati. Untuk itu dia tidak terlalu percaya dengan yang namanya lelaki.Banyak lelaki yang mendekatinya namun berkali-kali ia tolak.
...****************...
Dania baru saja turun dari tempat kerjanya. Dia ingin mencari makan siang karena lapar sekali.
Biasa ia akan pergi bersama Daniel, namun semenjak menikah lelaki itu lebih sering di antarkan bekal oleh istrinya.
Dania makan di restoran yang tidak jauh dari kantornya.Dania memesan makanan kesukaannya ketika baru saja sampai di mejanya. Tidak terlalu lama dan tidak terlalu cepat juga, akhirnya makanan itu datang.
"Mbak kayaknya salah menu deh." ucap Dania mengoreksi makanan yang di bawakan oleh pelayan.
"Baik Bu, kami cek kembali."
Tidak lama kemudian, sang pelayan kembali datang. Dia meminta maaf karena kesalahan mereka yang salah dalam memberikan pelayanan.
"Maaf Bu, akan kami ganti."
"Ohw tidak masalah, biar saya makan aja jika memang tidak di sengaja, tadi saya takutnya itu pesanan orang lain." ucap Dania mengambil makanan itu kembali.
Sang pelayan tersenyum dengan kebaikan wanita cantik itu. Tidak lama setelah pelayan pergi meninggalkan meja Dania, tiba-tiba seseorang lelaki datang ke meja itu.
Dania yang sedang menyuap makanan, lansung menatap lelaki yang mengguncang keimanannya. Lelaki yang berdiri di hadapannya begitu sangat tampan.
"Maaf menganggu makannya nona, saya sebagai koki restoran ini mewakili restoran untuk meminta maaf atas kesalahan kami, dan sebagai permohonan maaf dari restoran saya, saya menyajikan desert ini khusus untuk nona." ucap Lelaki itu sambil tersenyum.
"Terima kasih, sepertinya enak." ucap Dania.
"Jika tidak terganggu saya akan menemani nona makan siang."
"Baik, saya senang dengan pelayanan di sini, silahkan duduk." ucap Dania yang tentu saja senang. Dia jarang tertarik dengan lelaki namun kali ini jantungnya langsung berdebar kencang.
"Zico."
"Dania."
Dania merasa suka pada Zico pada pandangan pertama. Baginya Zico adalah lelaki yang tampan dan asyik.
"Maaf Dania, kamu udah lama menunggu?" Khalifah baru saja sampai di restoran tersebut.
Zico memperhatikan wanita yang baru saja datang. Wanita yang menggunakan baju muslimah di an sangat bertolak belakang dengan Dania.
"Lumayan sih, ni makananku saja sudah habis." ucap Dania sambil tersenyum.
"Yah udah nggak apa-apa."
Khalifah tidak memperhatikan lelaki yang duduk di hadapan Dania. Ketika dia sampai, dia sudah memanggil pelayan untuk memesan makanan.
Zico memperhatikan Khalifah sejak datang tadi. Wanita sederhana dengan pakaian yang syar'i. Wanita itu tidak secantik wanita yang bernama Dania. Akan tetapi bagi Zico, dia lebih nyaman untuk di pandang.
"Ini siapa?" tanya Khalifah ketika pelayan sudah pergi dari meja mereka.
"Ohw saya Zico, koki di restoran ini
" jawab Zico sambil mengulurkan tangannya.
Khalifah tidak menyambut uluran tangannya Zico. Dia hanya mengatupkan kedua telapak tangannya sebagai salam dari jauh.
Zico semakin suka melihat Khalifah yang menjaga dirinya sendiri. Sebagai lelaki dia sangat tertarik dengan wanita itu.
"Sederhana,agamis, ini wanita yang aku cari." ucap Zico dalam hati.
"Ini namanya Khalifah." ucap Dania mengenalkan Khalifah kepada Zico.
"Ya sudah, kapan - kapan kita bisa jumpa lagi, aku mau ke dapur dulu." ucap Zico berpamitan kepada mereka sambil meninggalkan kartu namanya.
"Siapa itu? apa kalian ada hubungan?" tanya Khalifah setelah Zico pergi meninggalkan meja mereka.
"Baru juga kenal, tapi gagah kan?"
"Gagah sih, tapi tetap aja gagah Daniel kemana - mana." jawab Khalifah tersenyum.
"Yah Daniel mah pasti gagah, keturunannya bibit unggul." jawab Dania membuat Khalifah tertawa karena secara tidak langsung Dania mengakui bahwa keluarganya bibit unggul.
"Nggak usah terlalu cepat jatuh hati, lagian kamu juga udah mau di jodohkan tau."
"Ah mana mau aku di jodohkan, Apalagi lelakinya nggak jelas."
"Kan kamu belum tau siapa laki - lakinya, bisa jadi dia bagus agamanya, kaya dan tampan." ucap Khalifah.
"Udahlah fa, ragu aku dengan selera papa."
"Selera papa aja ragu, kalau selera papa kamu jelek, maka nggak mungkin papa memilih mama tau."
"Intinya aku sudah bertemu dengan jodohku, aku yakin bahwa Zico adalah jodoh yang di kirim tuhan untuk aku."
...****************...
Dania tersenyum senang saat melihat lelaki yang bernama Zico itu menghubunginya. Sudah seminggu ia menunggu lelaki itu menghubungi yang terlebih dahulu.
Saat itu Zico pernah memberikannya kartu pengenalan diri. Dania sengaja mengirimkan pesan untuk mengucapkan terima kasih.
Dania sengaja melakukannya agar lelaki itu tahu nomornya. Akan tetapi setelah hari itu Zico tidak lagi menghubunginya.
"Akhirnya kamu menghubungi aku lagi, lelaki mana yang bisa menolak pesona aku." ucapnya dengan bangga.
Dania segera merapikan riasannya dan bersiap pergi untuk menemui Zico. Beberapa hari yang lalu, Dania sengaja untuk pergi makan siang di restoran tempat Zico bekerja. Namun ia tidak menemukan di mana keberadaan lelaki itu.
Dania bersiap pergi ke tempat janjian mereka. Kali ini tempatnya agak jauh dari kantornya.
Dania menggunakan baju stelan rok bewarna merah. Roknya yang pendek membuat banyak mata memandangnya. Apalagi warna yang kontras membuat kulit putihnya semakin bersinar.
Dania berjalan dengan gontai melewati banyak karyawan yang bekerja. Semua Mata tertuju kepadanya baik laki - laki maupun perempuan.
"Nona Dania memang cantik tapi sayang bajunya terlalu terbuka." bisik salah satu karyawan wanita.
"Iya, sayang sekali dipajang untuk semua orang."
"Dia begitu cantik, nah kamu jika pakai baju gitu baru nggak cocok." jawab salah satu karyawan cowok merasa senang melihat Dania ketika melewatinya. Ketika Dania melewatinya seakan stress di tempat kerja hilang seakan melihat pemandangan yang indah.
"Beda sekali tuan Daniel dengan nona Dania, tuan Daniel alim sedangkan nona Dania parah."
"Udah - udah menggosip terus, ayo kerja, jika tuan Daniel dan nona Dania dengar bisa di pecat." tegur salah seorang karyawan.
Merekapun bubar setelah Dania sudah keluar dari kantor. Dania melajukan mobilnya sambil senyum-senyum. Baginya ini adalah hari yang indah.
Dania agak kesal karena perjalanan menuju restoran tersebut agak macet karena memang jam makan siang. Dania agak menggerutu ketika dua kali kena lampu merah di lampu merah yang sama.
"Haduww merah lagi, aku harus tepat waktu agar pada hari pertama bertemu agar pandangannya ke aku baik." ucap Dania mencoba menenangkan dirinya.
Dia tidak mau marah atau badmood karena takut jika make up nya luntur. Dia berpikir jika harus senyum terus agar otot wajahnya lemas tidak tegang.
"Aku harus banyak - banyak senyum." ucapnya sambil tersenyum memandang kaca spion dalam mobilnya.
"Aku memang cantik, nggak mungkin Zico nggak tertarik sama aku." ucapnya dengan bangga.
Mobil melaju dengan kecepatan sedang. Hati Dania sedang berbunga - bunga mengendarai mobil tersebut.
Mobil Dania berhenti di sebuah restoran. Dania turun dari mobil dengan anggun. Dia berjalan menuju dalam restoran.
"Maaf ko, apakah kamu dari tadi datangnya?" tanya Dania tersenyum manis.
"Nggak juga sih, ini juga belum pesan apa - apa." jawab Zico.
Ziko melambaikan tangannya untuk memanggil pelayan. Seorang pelayan wanita pun datang menghampiri mereka. Zico dan Dania memesan makanan kesukaan masing-masing.
"Kamu apa kabarnya?" tanya Zico membuka pembicaraan.
"Baik seperti yang kamu liat hari ini." jawab Dania tersenyum.
"Sebelumnya mohon maaf jika telah mengganggu kamu, saya memang sengaja mengajak kamu makan ke sini, karena ada yang ingin saya bicarakan secara lansung." ucap Zico membuat Dania tersenyum.
"Dia pasti mau nembak aku, haduw ini mah terlalu cepat." ucap Dania senang dalam hati.
"Tidak apa-apa, selagi aku bisa aku akan datang." jawab Dania.
"Saya boleh minta tolong kamu nggak?"
"Apa? selagi aku bisa akan aku bantu."
"Saya sedang suka seseorang, tapi saya ragu untuk mengungkapkannya." ucap Zico terputus.
Dania mendengar ucapan Zico semakin yakin bahwa lelaki yang duduk di depannya akan menembaknya.
"Saya suka sama teman kamu Khalifah, apa kamu bisa membantu saya agar bisa dekat dengan Khalifah?"
Pertanyaan dan pernyataan Zico membuat Dania kaget. Dia tidak menyangka bahwa kata-kata itu yang bakalan keluar dari mulut Zico.
"Khalifah?" tanya Dania tidak bisa menyembunyikan kekagetannya.
"Iya, Khalifah teman kamu kemaren." jawab Zico tersenyum senang.
"Apa yang membuat kamu menyukai Khalifah?" tanya Dania ingin tau.
"Dia wanita sholehah, aku suka wanita yang bisa melindungi dirinya sendiri, dia bisa menjaga Marwah dirinya dengan memakai baju yang sesuai akidah."
Dania semakin terpojok mendengar jawaban yang diberikan oleh Zico. Ucapan Zico bertolak belakang dengan apa yang dia gunakan.
"Berarti saya ini wanita yang aneh ya? Saya bertolak belakang dengan Khalifah." ucap Dania mencoba tertawa padahal hatinya sakit.
Lelaki yang dia suka menyukai Khalifah yang merupakan kakak iparnya. Padahal Dania tau bahwa Khalifah tidak secantik dirinya.
"Kok kamu bicara begitu? Saya tidak bilang begitu loh." ucap Zico merasa tidak enak hati.
"Tapi sepertinya saya tidak bisa membantu kamu." ucap Dania.
"Kenapa?" tanya Zico penasaran.
"Maaf saya baru ingat, ternyata siang ini saya ada janji dengan klien, dan maaf sekali lagi saya tidak bisa bantu kamu untuk lebih dekat dengan Khalifah, dan untuk alasannya karena dia telah menikah." jawab Dania berdiri dari kursinya.
Hatinya terasa sakit saat tau wanita yang di sukai Zico adalah kakak iparnya. Dia menahan air matanya agar tidak turun saat itu juga.
Ziko bingung sendiri melihat Dania meninggalkannya sendirian. Dia merasa ada yang aneh dengan sikap wanita itu.
Dania kesal kepada papa dan mamanya yang masih berniat menjodohkannya. Dia sudah berkali-kali menolak perjodohan itu. Namun kedua orang tuanya tetap bersikukuh untuk menjodohkannya dengan klien bisnisnya.
Sedangkan Daniel lebih setuju dengan papanya. Karena pernah mendengar tentang pemilik waralaba terbesar itu. Akan tetapi dia tidak pernah bertemu dengan anak lelakinya.
Setau Daniel beliau adalah lelaki Sholeh. Maka dia yakin bahwa anaknya juga tidak jauh dari kata Soleh. Dia berharap agar calon Dania nanti bisa membimbingnya ke arah yang lebih baik.
Dania yang sekarang memang belum ada perubahan. Dia memang sudah menjadi mualaf mengikuti papa dan mamanya. Akan tetapi Dania masih saja memakai baju - baju yang tidak layak pakai. Belum lagi wanita itu sering clubbing malam bersama teman - temannya.
Malam ini Dania masih di kamar. Dia sangat malas untuk berdandan. Dia sengaja agar lelaki itu menolaknya.
Mamanya kaget saat melihat anaknya keluar kamar memakai baju kaos besar dan celana pendek.
"Kamu ini memakai baju apa sih? macam tidak di ajarkan berpakaian bagus, macam tidak di didik sama orang tua." komen mamanya melihat anaknya sudah duduk di ruang tengah.
"Biar aja ma, toh ini di rumah sendiri."
"Tapi tetap ada adabnya jika ada tamu, ganti sana baju kamu, pakai baju yang terbaik."
"Ah udahlah ma, baju ini aja."
"Dania, ganti baju kamu." perintah papanya yang sejak tadi hanya mendengar perdebatan antara anak dan ibunya.
Dania tidak berani menjawab ucapan papanya. Dania langsung berjalan kamarnya yang ada di lantai 2. Dia berjalan dengan ogah - ogahan. Dia tau jika papanya sudah marah bisa panjang urusannya.
Tidak lama kemudian Dania turun kembali menggunakan baju stelan set long Tunik. Akan tetapi dia tetap saja tidak menggunakan jilbab.
Dania sengaja berdiri di ruang tamu agar bisa melihat wajah lelaki yang akan di jodohkan dengannya. Dia juga tidak sabar untuk menolak lelaki yang akan di jodohkan dengannya.
Tiba-tiba sebuah mobil hitam masuk kedalam pekarangan rumahnya. Dania sengaja keluar menuju teras lansung melihat siapa yang akan keluar.
"Dania masuk." panggil mamanya yang geram dengan sikap anaknya wanitanya.
Dania berjalan masuk kedalam rumah padahal ia belum sempat melihat siapa lelaki yang akan di jodohkan dengannya.
"Semua di larang." ucapnya kesal.
"Assalamualaikum." terdengar salam dari rombongan yang datang.
"Waalaikumsalam, masuk." Dania mendengar suara papanya menjawab salam rombongan itu
Dania langsung berjalan menuju ruang tamu. Dia tidak sabar bertemu dengan lelaki itu.
"Zico." ucap Dania kaget melihat Zico berada di ruang tamu.
Lelaki itu juga tidak kalah kaget melihat Dania. Bahkan lelaki itu belum sempat duduk bersama orang tuanya.
"Dania."
"Kalian sudah kenal?" tanya papa Dania sambil tersenyum senang.
"Kenal, tapi aku tidak mau di jodohkan dengan dia pa." jawab Dania yang memang kesal dengan Zico karena tau bahwa lelaki itu menyukai Khalifah kakak iparnya.
"Dania." tegur papanya.
Sedangkan papa Zico hanya tersenyum melihat tingkah anak gadis sahabatnya. Berbeda dengan Zico hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah wanita itu.
"Dania hanya bicara apa adanya pa, yang dia sukai itu Khalifah pa."
"Khalifah?" tanya papanya semakin bingung.
"Duduk dulu aja, kita bicarakan baik-baik." ucap mama Dania kesal melihat sikap anaknya yang menurutnya kurang attitude.
"Apakah benar nak Zico ini suka sama Khalifah."tanya mamanya Dania tidak sabar untuk memastikan karena ia tidak ingin anaknya mempunyai suami yang mencintainya menantunya.
"Iya Tante." jawab Zico dengan jujur.
"Nah sekarang papa dan mama dengar kan." ucap Dania puas karena lelaki itu akhirnya mengaku.
"Tapi sebenarnya alasan Dania menolak aku bukan hanya itu Tante, om." ucap Zico berhenti sejenak lalu menatap Dania.
Dia merasa harus mengungkapkan apa yang sebenarnya terjadi. Dia tidak ingin di sudutkan sendiri di sini.
"Dania juga sudah punya seorang kekasih."
"What? Kamu ngomong apa? jangan ngarang di depan papa dan mama aku." jawab Dania kaget mendengar jawaban Zico.
"Aku tidak ngarang, aku melihat lansung Dania sedang jalan sama pacarnya, pacarnya kalau tidak salah adalah bosnya sendiri."
"Bosnya sendiri?" tanya papa dan mamanya berbarengan.
"Iya Tante, aku tau orangnya tapi lupa namanya."
"Assalamualaikum." terdengar salam dari luar.
Zico lansung tersenyum ketika melihat Daniel masuk. Tapi senyumnya hilang ketika melihat Khalifah bergandengan tangan dengan lelaki itu.
"Dia lelakinya." ucap Zico menunjuk Daniel.
Semua yang ada di ruangan itu tertawa terbahak-bahak. Bagaimana mereka tidak tertawa jika Zico mengira Daniel pacar Dania.
Zico bingung ketika semua di ruangan itu tertawa. Dia merasa ada yang salah dengan ucapannya.
Sedangkan Daniel masih belum mengerti dengan apa yang terjadi. Dia memang sudah terbiasa jika di anggap pacarnya Dania.
"Zico kamu itu cocok jadi pelawak ya, dia memang mirip dengan aku, dan aku memang sejak dulu manja dengan dia, iya kan bang." ucap Dania berjalan memeluk Daniel.
"Mereka itu kembar ko, kenapa kamu bisa berpikir bahwa Daniel adalah pacarnya Dania." ucap papa Zico.
"Dan wanita ini adalah istri Daniel." ucap mama Dania membawa menantunya duduk karena masih belum paham keadaan di ruang tamu itu.
Zico kaget mendengar ucapan yang baru saja di dengarnya. Dia baru menyadari wajar Dania sampai marah kepadanya karena dia menyukai kakak iparnya.
"Jadi bagaimana? Semua sudah clear." ucap papa Zico.
"Saya tidak mau pak jika anak bapak mencintai menantu saya, ini bisa menyakiti hati anak saya." ucap mama Zico.
Daniel dan Khalifah kaget mendengar ucapan mamanya. Daniel tidak terima istrinya di sukai oleh lelaki lain.
"Khalifah adalah wanitaku, jadi saya minta tolong jangan pernah menyukai istriku atau kamu berhadapan dengan aku." ucap Daniel memberikan peringatan kepada lelaki itu.
"Sorry bro, aku juga tidak akan mencintai wanita yang sudah menikah,aku tidak tau dia menikah waktu itu, mungkin pertama kali bertemu, aku hanya kagum dengannya yang pandai menjaga dirinya dengan pakaian yang tertutup, itu saja."
"Jadi maksud kamu aku tidak pandai menjaga dirinya sendiri?" tanya Dania kesal mendengar penjelasan lelaki itu.
"Sudah Dania, Zico benar, wanita yang menutup auratnya memang cenderung bisa menjaga dirinya sendiri, dia tidak mengumbar kaki mulus kepada semua lelaki." ucap papanya.
"Pa mereka hanya bisa melihat tanpa bisa menyentuh, jadi kenapa jadi ribet begini."
Untuk masalah baju, Daniel hanya diam tanpa ikut campur. Karena dia sendiri sudah berkali-kali menasehati kembarannya itu. Namun tidak ada hasil sampai sekarang.
"Mohon maaf semua, karena tadi sampai lupa bawa air, mungkin kita lansung makan malam aja." ucap mama Dania menyadari kesalahannya.
"Oh iya,mungkin memang ada baiknya kita makan dulu." jawab papa Zico.
"Ayo Jeng." ajak mama Dania kepada mama Zico yang sedari tadi hanya diam.
Dania merasa kesal karena kedua keluarga belum memutuskan apa - apa.
Mereka makan sambil berbincang-bincang. Dania bahkan mencari waktu yang tepat untuk mencoba bertanya kembali. Dia belum menyerah sama sekali.
Daniel dan Khalifah makan hanya beberapa suap. Setelah itu mereka mohon pamit ke kamar Daniel karena Khalifah sedang tidak enak badan.
"Jadi gimana? Karena peristiwa tadi, sepertinya perjodohan ini dibatalkan?" hanya Dania berharap sangat.
"Sepertinya om masih berharap kamu sebagai menantu om, kamu sangat sempurna untuk menjadi menantu om, menurut pak Robert gimana?" tanya papa Zico.
"Saya setuju karena kesalahan tadi hanya salah paham." jawab papa Dania.
"Papa." ucap Dania kecewa.
Saat di ruang tamu, Dania mencoba mengirimkan pesan kepada Zico.
[ Kamu tolak perjodohan ini,aku tidak sudih menikah dengan kamu.]
Zico yang membaca pesan ini hanya geleng-geleng kepala.
"Harusnya aku yang nolak dia, geer aja dia." ucao Zico semakin geram.
Setelah perbincangan selesai,di antara mereka sepakat mengenai perjodohan kedua pasangan itu
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!