NovelToon NovelToon

Seimbang

Pembukaan.

Seimbang"

"Hanya karena aku tinggi bukan berarti kita tak sejajar"

Aku masih tak mengerti mengapa Riki tetap ingin melanjutkan hubungan seperti ini. Aku mulai goyah tak mampu menerima kritikan dari setiap orang. Terlebih lagi dari keluarga Riki sendiri.

"Kenapa harus putus?" Tanya Riki matanya menatapku dalam.

"Aku gak mau! kamu lebih segalanya dari ku, Aku merasa tak pantas untuk memiliki mu Riki. Cukup!" Ucap Dania bersikeras ingin memutuskan hubungannya dengan Riki.

"Bagaimana bisa kau memutuskan hubungan ini? Kita sudah 10tahun menjalin hubungan, Ayolah jangan seperti ini?" Ucap Riki kata yang keluar dari mulutnya itu terdengar sangat tulus. Tangan Riki mendekat menggenggam tangan Dania.

"Aku, tak kuat harus menerima segala hinaan dari mereka, terlebih Keluarga besarmu." Ucap Dania. Keluarlah cairan bening dari sudut pelupuk mata Dania itu.

"Hey, jangan menangis! Aku akan menemanimu melawan mereka semua. Aku lebih memilih kehilangan mereka daripada harus kehilangan kau Dania" Segera Riki mengusap air mata yang mulai jatuh membasahi pipi Dania. Mereka berpelukan di taman. Dania memeluk erat tubuh laki-laki yang amat Ia cintai.

**

Dia adalah Dania Azahra adalah seorang karyawan swasta di Perusahaan Properti milik keluarga Baskoro. Kehidupannya berjalan dengan normal seperti orang biasa.

Riki Agung Wiguna adalah kekasih Dania. Mereka sudah menjalin hubungan sejak SMA. Dulu Riki adalah seorang bad boy yang sering membuat kerusuhan. Keluarganya hancur karena Sang Ayah berselingkuh dengan wanita lain. Sang Ibu juga tak perduli, mereka hidup tanpa saling mengasihi satu sama lain.

Kehidupan Riki berubah ketika bertemu dengan Dania. Berbeda dengan Riki, Dania memiliki keluarga yang pengertian. Mereka saling membantu dan menyelesaikan masalah bersama. Berat sama di jinjing, ringan sama di pikul itulah pepatah yang tepat untuk keluarga Dania Azahra.

Riki berubah menjadi pribadi yang lebih baik. Kuliah di sebuah Universitas terkenal dan menjadi Seorang CEO dalam kurun waktu dua tahun.

Riki dan Dania berencana akan menikah. Tetapi Tante Siska menolak keras. Tante Siska beranggapan Dania tidak pantas menjadi istri Riki karena status sosialnya rendah. Padahal kesuksesan Riki ada ikut campur tangan dari Dania. Bapak Anggoro dan Ibu Atmika adalah orangtua Riki Agung Wiguna. Mereka tak menentang tetapi secara garis besar tak menerima. Bapak Anggoro tak tertarik atas kisah asmara putra semata wayangnya. terlebih lagi Ibu Atmika yang sibuk traveling keliling Dunia. Hubungan Keluarga yang tidak ada ikatan batin itu membuat Tante Siska semakin berani ikut campur urusan asmara Riki. Tante Siska sangat membenci Dania yang Ia anggap sebagai penghalang.Tak hanya itu, Tante Siska sengaja membuat cerita bohong tentang Dania yang dianggap materialistis, dan hanya menginginkan kekayaan Riki saja. Padahal Tante Siska lah yang jahat dan berencana merebut Perusahaan milik keluarga Riki.

Sayangnya Riki mempunyai rival, cinta pertama Dania saat SMA yang bernama Dion Wiguna Baskoro kembali datang di kehidupan Mereka saat ini. Dion yang sukses pulang ke Indonesia untuk menjalankan Perusahaannya. Ternyata Dion adalah Pemilik Perusahaan dimana Dania bekerja. Dion meninggalkan Dania demi mengejar cita citanya kuliah di Luar Negeri hingga akhirnya membuat hubungannya dengan Dania harus berakhir. Berbeda dengan keluarga Riki. Justru Keluarga Dion sangat menerima kehadiran Dania sebagai kekasih Dion. Akankah hati Dania goyah? Ataukah Dania bertahan dengan hubungannya bersama Riki?

Bab 1. Berpisah dengan cinta pertama.

Hai namaku Dania Azahra. Aku adalah putri kedua dari Bapak Burhan dan Ibu melati. Aku mempunyai Kakak laki laki bernama Erick Wijaya.

Kehidupan SMAku sangat indah. Aku memiliki kekasih bernama Kak Dion

Cakra Baskoro. Kakak kelas yang berbeda dua tahun denganku. Biasanya Kak Dion selalu datang ke kelas saat jam istirahat tetapi sudah hampir lima belas menit Kak Dion belum juga datang.

"Ini udah mau habis jam istirahatnya kok Kak Dion belum datang sih?" Aku mulai gusar melihat jam ditanganku.

"Kringg."

"Yah! Kan udah masuk!" Hingga akhirnya bell berbunyi tanda jam istirahat telah berakhir. Tetapi Kak Dion tak kunjung datang.

"Kenapa ya? Gak biasanya Kak Dion kayak gini?" Ucapku sedih.

Mau tak mau aku kembali masuk kedalam kelas. Melanjutkan jam mata pelajaran selanjutnya. Sesekali aku melihat kearah luar berharap Kak Dion datang memberi kabar.

***

"Tik. Tok . Tik. Tok."

Jarum jam berputar mengelilingi rotasi jam itu sendiri. Aku masih cemas. Padahal Bu Lia sedang menerangkan beberapa sejarah Pancasila tetapi fikiranku malah fokus pada Kak Dion.

"Tringgg."

Suara bell berbunyi waktu sekolah telah berakhir.

Aku berjalan keluar kelas dengan tak bersemangat. Melangkahkan kakiku dengan malas. "Ahh. Apa mungkin aku tak sengaja membuat kesalahan? Sehingga Kak Dion marah padaku?" Aku menepuk kedua pipiku yang cubby ini. Berjalan sendirian dan berbicara sendiri. Yah! Aku seperti orang yang tak waras.

"Daniaaa!!"

"Kak Dion?" Aku menoleh kebelakang melihat Kak Dion berlari kearahku.

"Hai. Aku cari kamu ke kelas udah gak ada. Cepet banget jalannya." Sungut Kak Dion marah padahal akulah yang seharusnya marah padanya.

"Kakak sendiri kenapa tadi gak ke kelas?" Aku masih berjalan membuang tatapanku ke arah lain.

"Aku tadi ada perlu. Kamu tahu gak? Aku ada berita bagus." Ucap Dion.

Ku lihat Kak Dion mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya. Aku mulai fokus menatap Kak Dion. Rasa penasaranku timbul dan ingin tahu.

"Taraaaa!! Aku dapet beasiswa kuliah di Luar Negeri." Ucap Dion dengan mata yang berbinar.

Aku seharusnya senang tapi justru merasakan sesak dalam dadaku. "Oh baguslah!" Ucapku singkat.

"Kamu kok gitu?" Tanya Kak Dion sepertinya kecewa melihat reaksi datarku.

"Selamat Kak, semoga sukses."

"Dania! Kamu kenapa?" Kak Dion menarik tanganku. Meminta penjelasan lebih atas reaksi tidak suka yang sengaja ku tunjukkan padanya.

"Aku.. aku.. bingung. Kakak kalo kuliah disana pasti kita akan LDR. Aku benci LDR! Aku gak bisa menjalani hubungan seperti itu Kak!" Ucapku apa adanya.

"Kenapa? Sekarang kan teknologi canggih Dania. Gak seperti dulu." Kak Dion menjelaskan semuanya tetapi aku tetap tak senang.

"Kita putus saja!" Aku juga tak menyangka harus mengucapkan kata kata yang sebenarnya tak ingin ku ucapkan pada Kak Dion.

"Apa? Putus?" Tanya Kak Dion tak percaya.

"Ya! Maaf Kak. Lebih baik sekarang Kakak fokus mengejar cita cita Kakak. Semoga Kakak sukses. Aku pulang dulu!".

Aku meninggalkan Kak Dion tanpa memberikan kesempatan pada Kak Dion untuk berbicara. Aku tak mau menjadi penghalang Kak Dion untuk mengejar cita citanya. Apalagi Kak Dion sudah bersusah payah untuk mendapatkan beasiswa itu sejak dulu. "Maafkan aku Kak Dion!" Ucapku lirih air mata berlinang dari sudutnya. Aku masih tak percaya hubunganku yang hangat telah berakhir.

"Hiks.. hiks. Hiks."

Aku duduk menangis sendirian ditaman. Sibuk menghapus air mataku yang tak hanya membasahi pipi. Baju dan dasi juga basah karena kugunakan untuk mengusap air mata yang jatuh itu.

Tiba tiba aku mendengar suara gaduh dari gerbang taman.

"Itu kan Kayak Riki si anak Badung kelas sebelah. Dan yang ngroyok itu kan Anak SMA 46? Ada apa tuh? jangan jangan mau tawuran?" Aku mulai tertarik mengintip mereka dan mendekat bersembunyi dibalik semak.

"Elo sini maju! Jangan beraninya keroyokan." Ucap Riki yang sedang dikepung beberapa orang.

"Alah banyak bacot Lo! Mentang mentang anak Direktur!bilang sama Papa Lo itu. Gak usah ganggu istri orang lagi. Asal Lo tau! Gue gak sudi punya Papa Tiri kaya Papa Lo!" Ucap Laki laki itu.

"Bangsattt! Gak usah bawa bawa Gue! Lo bilang sendiri aja sama si Tukang Selingkuh itu! Gue gak ada urusan sama Dia!" Ucap Riki membalas.

"Alah. Gayaan Lo. Paling Lo juga sama kayak Dia. Secara bibit Lo aja dari Dia." Ucap orang itu lagi.

"Diem gak Lo!" Ucap Riki tak terima.

Kulihat Riki mulai menyerang dan anak SMA itu juga membalas. Riki yang kalah jumlah tentu saja tak sanggup melawan mereka semua.

"Aduhh gimana ya ini?" Ucapku bingung. Untung saja aku melihat ada bapak bapak yang sedang lewat.

"Pak.. pak. Pak. Maaf mengganggu. Itu ada yang tawuran!" Ucapku memberitahu. "Oh mana Dek? Dasar anak bandel, bukanya sekolah yang bener malah tawuran aja kerjaanya." Bapak itu menghampiri mereka dan melerai. "Woy! Berhenti gak? Tak laporin Ke Polisi nih!" Ancam Bapak itu.

"Ehh kabur. Kabur." Ucap mereka kabur dan Riki masih terkapar akibat di hujami beberapa pukulan.

"Kamu gak papa?" Tanyaku pada Riki.

"Apaan sih sok kenal banget!"

"Dih, dasar! Udah dibantuin juga."

"Lagian siapa suruh Lo bantuin Gue! Gak ada yang suruh!" Ucap Riki kasar aku tak mau meladeninya. Dan segera bangkit pergi meninggalkan Riki. Tetapi...

"Brukk."

Riki jatuh pingsan aku mulai panik. Untung lah jarak rumahku tak terlalu jauh. Aku memanggil Ayah untuk menolong Riki.

"Ayahh!! Temen Dania ada yang pingsan!" Ucapku memanggil Ayah.

"Dimana Nak?" Ayah sedang sibuk menyiapkan arang untuk berjualan. Tangan Ayah penuh dengan noda hitam.

"Itu ditaman Yah!" Kutarik tangan Ayah dan ku ajak menolong Riki.

"Astaga! Dia habis dikroyok ya?" Tanya Ayah padaku. "Iya. Habis dihajar rame rame tadi Yah." Ucapku menjelaskan.

"Ayo. Bantu Ayah bawa temen kamu!" Aku membantu Ayah memapah badan Riki.

Kami membaringkannya di tempat tidur kamar tamu.

"Dania ambil air hangat!" Perintah Ayah padaku. Ku ambil air hangat dari dalam termos dan kutuangkan dalam baskom.

"Cuurrr."

"Ayah ini!"

Dengan lembut Ayah mengusap luka Riki.

"Auch." Rintih Riki.

"Maaf ya Nak! Sakit ya!"

"Sedikit!" Ucap Riki canggung.

Aku melihat Riki agak terkejut saat menatap Ayah. Namun seketika berubah tenang. Dengan telaten Ayah membersihkan luka dan menutup luka itu dengan plaster di kotak P3k milik kami.

"Kamu boleh istirahat dulu Nak, Dania ayo bantu Ayah!"

Aku pergi meninggalkan Riki dikamar agar Ia tak merasa risih.

Aku dan Ayah sedang menata ayam ungkep di dalam box. Ayahku menjalani usaha penjual ayam bakar 99. Ayahku adalah keturunan ke 3 setelah kakekku. Citarasa Ayam bakar yang dijual kedai Ayahku sangat berbeda. Hingga kami sudah banyak memiliki pelanggan setia.

"Maaf sudah merepotkan. Saya pulang dulu. Terimakasih sudah mau menolong dan memberikan tempat untuk istirahat." Ucap Riki sambil membungkukkan kepalanya.

Aku baru tahu jika Riki memiliki sisi yang lembut. Yang kutahu Ia selalu membuat Onar di Sekolahan. Bahkan Ia selalu menjadi langganan hukuman bagi Guru BP.

Aku melihat Riki pergi meninggalkan rumahku sampai Ia tak terlihat lagi.

Bab 2. Kehidupan yang baru

Rintik hujan yang turun membuatku enggan pergi meninggalkan kasur empuk kesayanganku ini.

Aku masih bersembunyi dibalik selimut tebal bercorak Doraemon, kartun favoritku.

Aku mendengar langkah kaki seolah sengaja datang ke kamarku.

"Tok."

"Tok."

"Tok."

"Dania! Ini udah jam setengah enam loh! Kamu gak sekolah?" Suara Ibu yang lembut membuatku terpaksa berdiri.

"Iyah, Bu. Ini Dania udah bangun dari tadi kok." Ucapku berbohong. Aku masih mengumpulkan separuh nyawaku yang belum terkumpul. "Hoamhh." Mulutku masih menguap bahkan mataku enggan membuka.

Ku langkahkan kakiku menuju kamar mandi yang terletak di luar kamar, tak lupa membawa handuk ku sampirkan ke pundak.

"Selamat Pagi Putri Ayah! Semangat donk." Ucap Ayah, aku hanya membalas sapaan Ayah dengan senyuman dan terus berjalan ke kamar mandi.

"Hah, segarnya!" Ucapku mengusap rambutku dengan handuk kering. Aku mencium aroma masakan Ibu yang wanginya menusuk sampai kedalam hidung.

"Heumhh.. Ibu masak nasi goreng yah?" Aku ingin segera duduk di meja makan tapi Ibu mendorong badanku."Ey. Pakai bajumu dulu lah. Baru sarapan!" Sentak Ibu halus. Aku menatap penuh harap tapi sepertinya Ibu tak perduli."Ayo cepat! Keburu dihabisin Ayah lho." Gertakan Ibu langsung membuatku berlari. "Ibu tolong jaga nasi goreng milikku!"

Aku mendengar Ayah dan Ibu sedang menertawakan tingkahku. "Tenang saja. Ibu akan jaga khusus untuk putri Ibu tercinta." Ucapan Ibu membuat hatiku tenang.

Aku langsung menggunakan baju seragam sekolah secepat kilat.

"Heummh. Waktunya makan!" Ku ambil sendok dan memakan nasi goreng itu dengan lahap. Aku melihat Kak Eric ikut duduk. "Makan sendirian aja. Kakaknya dilupain!" Celoteh Kak Eric sengaja menggodaku.

"Hehehe. Maaf aku buru buru."

Kami sekeluarga sarapan bersama. Suasana yang hangat disambut sinar matahari yang hangat pula.

Aku berangkat di antar Kak Eric. Kebetulan jam mata Kuliah Kak Eric hari ini dimulai jam 7. Biasanya aku hanya jalan kaki karena jarak antar rumah dan sekolah tidaklah jauh.

"Makasih ya Kak!" Aku mengecup tangan Kak Eric.

"Hati hati! Jangan pacaran muluk kamu!" Ucap Kak Eric.

"Ye. Sapa juga yang pacaran. Aku udah putus tau!"

"Eh! Serius kapan?"

Aku tak berniat menjawab pertanyaan Kak Eric, sengaja ku tinggalkan Kak Eric dipintu gerbang. "Da dahh. Hati hati Kak."

"Dasar, bocah bikin penasaran aja." Kak Eric kembali menghidupkan mesin motornya dan meninggalkan Sekolah dengan dipenuhi rasa penasaran.

Sesaat aku mulai lupa dengan permasalahan cinta yang baru saja usai. Dengan percaya diri ku langkahkan kakiku berjalan memasuki kelas.

Dari arah ruangan Kantor Guru ku lihat Kak Dion sedang berjalan dengan Aji teman sekelasnya.

Aku membuang muka. Dan tetap meneruskan langkahku.

"Loh, itu kan Dania! Kok diem aja ketemu Lo?" Aku mendengar kak Aji sedang bertanya pada Kak Dion. Mereka berjalan tepat dibelakangku.

"Iya, hemh! Kita udah putus kemarin!" Suara Kak Dion terdengar sendu. Aku tak tega harus mendengarkan percakapan ini. Sengaja aku mempercepat laju langkahku meninggalkan mereka berdua.

*

*

"Serius Lo putus sama Dania? Kenapa?" Tanya Aji menatap serius Dion.

"Hah!" Dion mengehela nafas pendek.

"Gara gara. Gue mau kuliah ke Luar Negeri Ji, dia gak bisa kalo harus LDR." Dion menatap sedih gantungan kunci di tasnya pemberian Dania.

"Ya, ampun gitu doang putus. Masak udah nyerah?" Ucap Aji tak terima.

"Aku sih ngrasa Dania sengaja putusin aku. Biar aku bisa fokus kuliah disana. Aku tau niat dia baik. Apalagi Dania tau masalah ekonomi keluargaku jauh dari kata mampu." Dion tak menyangkal keputusan Dania memanglah yang terbaik bagi hubungan mereka berdua.

"Ya iya sih. Omongan Lo ada benernya juga. Udah gak usah sedih! Bentar lagi kan ujian. Kita harus fokus buat dapetin nilai bagus kan."

Aji menepuk bahu Dion, memberi semangat pada sahabatnya itu.

Begitulah kisah asmara Dania dan Dion yang harus berakhir. Setelah acara kelulusan Dion pergi kuliah di Luar Negeri dan Dania menjalani kehidupannya yang baru.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!