"Kak Byan, nanti antar Putri pulang ya," teriak Putri ketika melihat Byan yang baru datang.
"Selalu minta antar kakak, minta antar sama cowok mu sana." jawab Byan sambil menyimpan tas nya ke atas sofa.
"Oh jadi kakak sudah ngga mau nganterin aku? Ya sudah aku mau pulang sendiri saja kalau gitu." jawab Putri.
"Biar kita berdua saja yang antar, kita berdua kan selalu ada buat sahabat nya." jawab Galih.
"Kita kan memang sahabat dan sekaligus sudah seperti saudara, kalau kak Byan ngga mau nganterin kak Putri pulang, biar kita yang antar saja, benar ngga Lih." ucap Glen saudara kembar Galih.
"Benar sekali brother." jawab Galih sambil mengangkat jempol nya ke atas.
"Kalian baru anak SMA sudah mau ngantar-ngantar cewek, belajar yang benar." ucap Byan dengan nada sedikit tinggi.
"Memang nya kenapa kak? kita klan bersahabat, sudah sepantas nya kita saling tolong menolong dan saling menjaga, lagian juga kak Putri sudah seperti saudara bagi kita." jawab Glen.
"Iya-iya, nanti kakak antar pulang, pokok nya kamu jangan pergi sama cowok lain selain kakak, sekarang kakak mau makan dulu, lapar." jawab Byan sambil pergi ke ruang makan.
Byan dan putri ini sahabatan dari kecil mengikuti jejak kedua orang tua nya yang dari dulu bersahabat hingga kini.
Tapi entah perasaan apa yang tumbuh di hati Byan, sehingga dia sampai ngga rela dan ngga ikhlas kalau Putri dekat dengan seorang pria lain selain diri nya.
"Kak Dira, kakak senior kita yang tadi tampan ya?" tanya Putri.
Putri dan Dira ini beda sepuluh bulanan, tapi Ayu dan Nisa memutuskan untuk mereka selalu bersama dan satu sekolahan
Karena Putri usia nya di bawah Nadira, maka Putri selalu menghormati Dira dengan panggilan kakak, sebenar nya Dira merasa risih di panggil kakak sama Putri dengan alasan hanya beda beberapa bulan saja.
Tapi Putri tidak mau, karena dirinya di didik sama kedua orang tua nya harus selalu menghormati orang yang usia nya di atas dirinya.
"Iya tampan tapi sayang dingin seperti es, kaku seperti kanebo kering dan datar seperti jalan tol." jawab Nadira.
"Widih, komplit amat sudah kayak bakso mas paijo saja." jawab Glen yang ikut nimbrung pembicaraan Putri dan Nadira.
"Tapi itu akan menjadi tantangan para wanita dan berpikir keras gimana cara nya menaklukan pria seperti itu." ucap Putri sambil tersenyum.
"Ambil saja buat kamu Put, aku ngga mau, aku tuh ya mau nya sama cowok yang baik dan romantis seperti papah." ucap Nadira.
Anak-anak Raka tidak tahu saja awal pertemuan mereka bagaimana dan seperti apa, yang mereka tahu Raka adalah sosok seorang ayah dan sosok seorang suami yang baik, bertanggung jawab dan romantis.
"Beneran nih? Ngga nyesel kan kalau kakak senior tampan itu jadi milik Putri." ucap Putri menggoda Dira.
Byan yang baru selesai makan pun mendengar apa yang di bicarakan oleh Putri.
"Kalian ini ngerjain tugas apa mau ngomongin cowok sih? Kalau kalian hanya untuk membicarakan cowok kalian pada pulang sana." ucap Byan sambil berjalan menghampiri mereka.
"Dua-dua nya kak, kan biar kita ngga jenuh juga, masa ngerjain tugas mulu, kan kita juga butuh hiburan." jawab Putri.
Byan pun terdiam lalu mengambil ponsel di saku celana nya dan pura-pura sibuk dengan ponsel nya, padahal dia ingin tahu apa yang sedang di bicarakan mereka.
"Eh, kak Dira tahu ngga nama kakak tampan itu?" tanya Putri pada Dira.
"Tahu lah, kakak kan selalu cepat tahu kalau masalah nama cowok tampan, tapi sayang kalau nama dia sudah kakak coret dari daftar pencarian jodoh." jawab Dira.
"Kok di coret sih kak, padahal ya dia itu keren, cool dan juga tampan, apalagi kalau sudah pakai motor gede nya itu, ah aku ingin sekali di bonceng seorang pria pakai motor gede gitu." ucap Putri yang tanpa sadar telah membuat hati Byan panas.
"Tapi kalau yang bonceng nya pria dingin dan datar seperti kak Nathan aku males Put." ucap Dira.
"Siapa dek? Nathan?" ucap Byan pada Nadira adik nya.
"Iya kak, Nathan yang senior itu yang seangkatan kakak deh kayak nya." jawab Nadira.
"Oh kalau dia mah memang sahabat kakak dari awal pas masuk, Nathan memang seperti itu sikap nya kalau sama perempuan, tapi ada satu wanita yang pantang menyerah mengejar-ngejar dia." ucap Byan.
"Siapa kak?" tanya Dira dan Putri bersamaan.
"Segitu penasaran nya kalian berdua." jawab Byan sambil menatap mereka berdua.
"Ya iya lah kak kita penasaran, pengen tahu aja cewek mana yang sampai pantang menyerah gitu untuk mendapatkan cowok dingin kayak Nathan." jawab Dira.
"Cintya, dia teman sekelas nya Nathan, dan dia juga adalah wanita tercantik di kelas nya.
"Jadi penasaran secantik apa sih dia." ucap Putri.
"Tapi kalau menurut kakak sih cantik kan kalian berdua daripada Cintya." jawab Byan.
"Ah, itu mah modus nya kak Byan saja." jawab Glen dan Galih.
"Apa sih kalian ini, modus apaan, orang sama adik sendiri." jawab Byan.
"Iya sama kak Dira memang adik sendiri tapi kalau sama kak Putri, kan bisa saja modus, benar ngga Glen?" tanya Galih.
"Bener banget Glen, dan di lihat-lihat kak Byan sama kak Putri ini cocok lo untuk jadi pasangan." jawab Glen.
"Kalian ini apaan sih." ucap Putri dengan wajah yang sudah memerah.
Byan pun menjadi salah tingkah atas ucapan Glen, "Ngga mungkin lah, kita kan sahabat dari kecil." ucap Byan.
"Ngga apa-apa, kan banyak yang dari sahabat menjadi sepasang kekasih bahkan menjadi sepasang suami istri." ucap Galih.
"Kalian ini kenapa jadi bahas aku ma kak Byan? Kita kan lagi ngomongin kak Nathan." ucap Putri.
"Tau nih, dasar kembar sama tapi tak serupa kau." ucap Byan sambil melempar Glen dan Gilang dengan tisu.
Glen dan Galih pun tertawa terbahak-bahak melihat wajah dan sikap grogi nya Byan.
"Sudah lah kak, ayo antar aku pulang." ucap Putri sambil berdiri, tapi sayang kaki nya ngga stabil hingga membuat Putri terjatuh keatas pangkuan Byan.
Mata Byan dan mata Putri pun saling menatap, ada getaran-getaran aneh di hati mereka berdua.
"Kenapa jantungku berdebar dikala aku menatap mata kak Byan." gumam bathin Putri sambil terus menatap mata Byan.
"Kenapa perasaan aku jadi aneh begini." gumam bathin Byan sambil menatap balik mata Putri.
"Ekhem." Raka pun berdehem ketika melihat Byan dan Putri saling menatap dengan Putri yang duduk di atas pangkuan Byan anak nya.
"Papah, mamah." ucap Byan kaget.
"Om, tante." ucap Putri sambil berdiri dari pangkuan Byan.
"Apa yang sudah kalian lakukan barusan?" tanya Ayu sambil menatap mereka berdua.
Glen, Galih dan Dira hanya diam, mereka ngga mau ikut campur urusan Byan dan Putri walau mereka tahu kedua nya tanpa sengaja.
"Maaf om, tante, itu semua salah paham, tadi Putri mau pulang tapi pas berdiri kaki Putri keseleo dan akhir nya jatuh dan duduk di pangkuan kak Byan." jawab Putri sambil menunduk.
"Apa yang dikatakan Putri semua nya benar pah, mah, tadi Putri tidak sengaja jatuh ke pangkuan Byan." ucap Byan membantu menjelaskan kepada orang tua nya.
"Baik kalau memang itu tidak sengaja, tapi kalau papah melihat kalian seperti tadi papah akan langsung menikahkan kalian." jawab Raka.
"Iya om, kalau begitu Putri pulang dulu om, tante." ucap Putri lalu mencium telapak tangan Raka dan Ayu.
"Iya nak, salam sama ayah dan ibu kamu ya." ucap Ayu sambil tersenyum.
"Iya tan, nanti Putri sampaikan." jawab Putri.
"Kak Dira, Glen, Galih aku pulang dulu ya." ucap Putri sambil mengambil tas nya.
"Mah, Pah, kakak antar Putri pulang dulu ya." ucap Byan.
Raka dan Ayu memang sudah tahu tentang persahabatan yang mereka jalani, karena dari kecil mereka selalu bersama, tapi untuk kali ini mereka curiga kalau diantara Byan dan Putri memiliki perasaan yang lebih dari sahabat.
"Glen kakak pinjam motor nya dulu ya." ucap Byan sambil mengambil kunci motor yang Glen simpan di atas meja.
Glen, Galih dan Dira pun saling menatap heran, biasa nya juga kalau di suruh naik motor Byan selalu ngga mau dengan alasan panas dan banyak debu yang menyentuh kulit nya.
"Tumben kak, ngantar Putri nya pakai motor?' tanya Ayu sambil menatap heran.
"Biar cepat mah." jawab Byan singkat.
"Kalau gitu Putri pulang dulu ya." ucap Putri lalu melangkah pergi meninggalkan rumah Nadira.
"Ni, pakai helm nya." ucap Byan sambil memakai kan nya kepada Putri.
"Makasih kak." ucap Putri sambil tersenyum kaku.
Semenjak kejadian di sofa tadi mereka merasa sedikit canggung dan grogi.
"Tumben kakak mau nganterin aku pakai motor?" tanya Putri sambil naik keatas motor Glen.
"Katanya kamu ingin merasakan di bonceng pakai motor? Dari pada kamu di bonceng sama Nathan mending aku yang bonceng." jawab Byan lalu menyalakan motor nya.
"Kakak cemburu dengan kak Nathan ya?"tanya Putri yang sudah duduk di belakang Byan.
"Ngapain cemburu? Ngga level." jawab Byan sambil mulai melajukan motor nya.
Putri duduk tanpa berpegangan sama Byan, Byan pun sedikit kesal karena Putri tidak peka.
Byan pun sedikit menyunggingkan bibir nya, dia punya ide agar Putri mau berpegangan pada dirinya.
Byan pun sedikit menarik pedal gas dan membuat jalan motor itu sedikit kencang hingga membuat Putri kaget dan melingkarkan kedua tangan nya ke pinggang Byan.
"Kak, jangan kencang-kencang." teriak Putri sambil memeluk erat tubuh Byan.
"Nah gitu dong, kalau naik motor itu harus pegangan." ucap Byan sambil tersenyum.
"Kak pelanin ngga? Kalau ngga di pelanin aku ngga mau diantar sama kakak lagi." ancam Putri.
Byan pun seketika memelankan jalan motor nya.
"Bisa ngga kak jalan nya itu ngga usah kencang-kencang, sedang saja." ucap Putri.
"Bisa ngga Put kalau lagi di bonceng di motor itu kamu pegangan yang benar?' tanya Byan dengan sedikit kesal.
"Kan ini aku juga pegangan kak." jawab Putri.
"Iya kamu pegangan pas aku jalan nya kencang, tadi aja kamu ngga pegangan." ucap Byan.
"Terus mau kakak ini sebenar nya apa sih." teriak Putri yang kesal dengan peraturan dari Byan.
"Naik motor aja ribet." gumam Putri.
"Apa Put?" tanya Byan.
"Ngga, ngga apa-apa, ayo jalan lagi." jawab Putri.
Byan pun menjalankan kembali motor nya dengan kecepatan sedang, Putri pun dengan erat memeluk pinggang Byan membuat bibir Byan terus menyunggingkan senyuman nya.
*
*
"Ada yang bisa menjelaskan pada mamah dan papah kenapa tadi Putri duduk di atas ppangkuan Byan?" tanya Ayu.
"Kan tadi sudah di jelaskan sama Putri mah, dan itu memang benar kalau Putri tadi kaki nya keseleo dan terjatuh tepat di pangkuan nya kak Byan." jawab Nadira.
"Terus kenapa tiba-tiba Byan mau mengantarkan Putri pakai motor?"tanya Raka.
"Nah kalau itu kita ngga tahu om, kita saja heran mendengar pas kak Byan mau ngantar putri pakai motor." jawab Glen.
"Ya sudah kalau gitu mamah sama papah masuk kamar dulu ya." ucap Ayu sambil berdiri dan di ikuti oleh Raka.
"Iya mah." jawab Nadira.
"Iya tante." jawab Glen dan Galih bersamaan.
Semenjak anak-anak nya dewasa Raka dan Ayu sering keluar rumah bersama, kemana pun Raka pergi Ayu wajib ikut, karena Raka sudah ngga bisa jauh dari Ayu.
Karena sering nya Ayu diajak ke kantor dan meeting, kini Ayu pun paham dengan kerjaan suami nya, dan kadang dia membantu kerjaan Raka suaminya.
"Mas, seperti nya Byan menyukai Putri deh." ucap Ayu sambil melepaskan jas dari tubuh suami nya.
"Ya, biarkan saja lah Yang, kan mereka juga sudah dewasa, biar mereka menikmati masa muda nya saja dulu." jawab Raka sambil sedikit melonggarkan dasi nya.
"Bukan gitu mas, aku takut nya mereka kebablasan, apalagi mereka itu selalu bersama, aku ngga mau kalau nanti nya mereka melakukan hal diluar batas." jawab Ayu.
"Ya sudah kalau gitu kita nikahkan saja mereka, biar ke kita nya juga tenang kalau mereka sudah halal." jawab Raka.
"Ya ngga bisa gitu juga mas, mereka kan masih kuliah, masa kita nikah kan, apalagi Putri baru masuk kuliah nya, apa Nisa dan Fadil akan mengizinkan?" tanya Ayu
"Gimana kalau kita bicarakan masalah anak-anak sama Fadil dan Nisa." jawab Raka.
"Ide baik juga sih, ya sudah nanti kita cari waktu luang buat bertemu Nisa dan Fadil." jawab Ayu.
"Sepakat kan kita membicarakan anak-anak nya nanti?" tanya Raka sambil tersenyum penuh arti.
"Maksud mas?" tanya Ayu yang belum paham.
"Sekarang giliran kita untuk bersatu, udah lama kan Yang kita ngga itu." ucap Raka sambil memeluk Ayu dari belakang lalu mencium leher jenjang Ayu.
"Masih sore mas, nanti malam saja." jawab Ayu sambil berusaha tidak mengeluarkan suara yang membuat suami nya langsung menerkam nya.
"nanti malam beda lagi Yang, sekarang ya sekarang, nanti ya nanti." ucap Raka sambil terus menyusuri area leher Ayu.
Ayu pun hanya pasrah dengan keinginan suami nya itu, mereka memang sudah ngga muda lagi, tapi jiwa mereka melebihi anak muda.
"kalian sadar ngga, kalau kak Byan seperti nya menyukai kak Putri deh, lihat saja tingkah nya sekarang, dia posesif pada kak Putri terus dia mau dengan suka rela naik motor setelah kak Putri tadi bilang kalau dia ingin di bonceng pakai naik motor gede ." ucap Glen.
"Iya benar, aku juga menyadari nya, apalagi pas kak Putri terjatuh di pangkuan nya kak Byan tadi, pandangan mereka itu seperti pandangan yang bukan biasa lo." jawab Galih.
"Ya kalau menurut kakak, ngga apa-apa kalau mereka jadi pasangan kekasih, toh Putri selain cantik dia juga baik, apalagi orang tua dia dan orang tua kita sahabatan." jawab Dira.
"Terus gimana sama kakak senior tampan yang kakak bicarakan tadi? Apa kakak menyukai nya?" tanya Glen.
"Kak Nathan? Ogah kakak harus suka sama orang yang dingin dan datar seperti itu, ngga ada romantis-romantis nya jadi cowok." jawab Dira.
"Yakin, kakak ngga bakalan suka sama kak Nathan?" tanya Galih.
"Yakin lah, kakak benci sama orang seperti dia, dia itu seperti sombong yang ngga mau melirik sedikit pun." jawab Dira.
"Glen kita taruhan yuk?" bisik Galih.
"Taruhan apa?" tanya Glen dengan pelan.
"Menurut kamu kak Dira dan kak Nathan bakal jadi sepasang kekasih ngga?" tanya Galih.
"Kalau menurut aku sih ngga mungkin terjadi, karena kak Dira seperti nya sangat membenci kak Nathan banget." jawab Glen.
"Gini saja, kalau kak Dira jadian sama kak Nathan berarti uang saku dari papah setengah nya buat aku, kalau ngga jadian uang saku aku buat kamu setengah nya gimana?" ucap Galih.
"Oke, siapa takut." jawab Glen dengan rasa percaya diri nya.
"Kalian lagi bisik-bisik apaan sih, awas ya kalau ngomongin kakak." ucap Dira sambil menatap Galih dan Glen.
"Ngga, kita cuma lagi ngomongin tugas besok yang belum kita kerjakan kok." jawab Galih.
"Jadi kalian belum mengerjakan tugas buat besok?" tanya Dira.
"Kan buku nya ketinggalan kak, jadi nanti malam saja kita kerjakan." jawab Glen.
"Awas ya kalau ngga di kerjakan, kakak laporkan sama om Andre." ucap Dira.
"Iya kak, pasti kita kerjakan kok." jawab Galih.
*
*
Motor yang dikendarai Byan dan Putri pun masuk ke halaman rumah besar nya Fadil, lalu menepikan nya.
"Akhir nya sampai juga." ucap Putri sambil turun dari motor.
Byan pun dengan sigap membuka dan melepaskan helm dari Putri.
Kembali mata mereka beradu membuat kedua nya sedikit salah tingkah dan grogi.
Fadil dan Nisa yang sudah berada di rumah pun melihat interaksi kedua nya.
"Bu, lihat deh mereka, seperti nya mereka saling menyukai." ucap Fadil.
"Seperti nya sih iya Yah, tapi mereka kan bersahabat dari kecil Yah, apa itu mungkin terjadi?" tanya Nisa.
"Bisa saja bu, tapi ya kita serahkan pada mereka berdua, tapi kalau memang mereka saling mencintai ayah sangat bahagia sekali, Byan anak yang baik, tanggung jawab, penyayang dan kita juga tahu keluarga mereka, daripada sama pria yang ngga jelas yang belum kita ketahui bibit bebet bobot nya." jawab Fadil.
"Ibu juga setuju Yah, tapi kita ngga boleh memaksa Putri, biar dia sendiri yang memilih, karena yang akan menjalani nya nanti adalah Putri bukan kita." jawab Nisa ambil terus melihat kearah Putri dan Byan.
"Mampir dulu kak." ajak Putri setelah Byan melepas helm nya.
"Lain kali saja Put, soalnya Glen dan Galih menunggu motor nya balik." jawab Byan.
"Lagian kakak sih pakai acara pinjam motor segala, biasa nya juga pakai mobil nganterin Putri." ucap Putri.
"Kan katanya kamu mau di bonceng pakai motor." ucap Byan.
"Ya iya sih, tapi kan ngga pinjem juga kak." ucap Putri.
"Ya sudah kalau gitu kakak pulang dulu ya? Salam sama om dan tante." Byan pun pamit.
Putri pun masuk ke dalam rumah setelah Byan sudah pergi dan tidak kelihatan lagi dari pandangan nya.
"Baru pulang nak?" tanya Nisa ibu nya Putri.
"Iya bu, tadi habis dari rumah nya tante Ayu dulu." jawab Putri sambil mencium telapak tangan Nisa dan Fadil.
"Kak Farel kemana mah?" tanya Putri.
"Paling juga di kamar nya lagi istirahat soalnya habis tugas di jalanan tadi.." jawab Nisa.
Farel anak pertama mereka mengikuti jejak nya menjadi seorang polisi.
"kamu barusan dianterin siapa nak?" tanya Fadil pura-pura ngga tahu.
"Putri diantar kak Byan Yah, diajak mampir katanya lain kali saja, dan titip salam buat ayah dan ibu." jawab Putri.
"Tumben naik motor, biasa nya naik mobil?" tanya Fadil.
"Tadi kan kita kumpul sama Glen dan Galih juga yah, nah kata kak Byan biar cepet jadi pinjam motor nya kak Glen." jawab Putri.
"Kalau gitu Putri ke kamar dulu ya Yah, bu." ucap Putri.
"Iya nak." jawab Nisa sambil tersenyum.
"Tak terasa ya Yah, anak-anak kita sudah pada dewasa." ucap Nisa sambil bersandar di pundak Fadil.
"Iya, dan sekarang ayah berharap mereka segera memberikan cucu buat kita, biar rumah kita ini ramai ngga sepi seperti sekarang, ayah mau pas ayah pensiun nanti mereka sudah memberikan cucu buat kita." jawab Fadil.
"Tapi Putri baru masuk kuliah yah, mana mungkin dia menikah, sedangkan Farel, ayah tahu sendiri dia itu seperti masih menutup hati nya setelah di tinggal pacar nya selingkuh dengan sahabat nya." ucap Nisa.
"Ya ngga apa-apa kok bu, kalian juga dulu nikah pas kuliah." ucap Fadil.
"Iya dan akhir nya bukan kuliah yang ada di kuliahin mulu sama suami kita masing-masing." jawab Nisa.
"Ya tapi kan kamu sampai selesai juga kuliah nya." ucap Fadil.
"Ya tapi banyak sekali aturan nya yang buat aku pusing tujuh keliling." jawab Nisa.
"Bu mau pusing lagi ngga?" tanya Fadil dengan tatapan ganjen nya.
"Ngga, sekarang waktu nya ibu istirahat bukan untuk selalu pusing." jawab Nisa.
"Tapi kan yang ini pusing nya bikin ketagihan bu." ucap Fadil.
"Memang nya ada ya Yah pusing yang buat kita jadi ketagihan?" tanya Nisa.
"Ada lah, ni ya Ayah bisikin." ucap Fadil sambil membisikan sesuatu ke telinga Nisa istri nya.
"No, ayah, ini masih siang, kalau tiba-tiba Putri memanggil-manggil ibu seperti waktu itu gimana? Ibu ngga mau kepergok lagi yah? Untung waktu itu ibu bisa cari alasan, kalau sekarang Putri sudah dewasa dan sudah mengerti jadi ibu ngga mau." jawab Nisa.
"Kalau sekarang ngga mau berarti nanti malam mau dong." ucap Fadil sambil memainkan mata nya.
"Kita lihat saja nanti malam." jawab Nisa.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!