NovelToon NovelToon

Cinta Dua Vampir

Sebuah Awal

Didalam sebuah gedung perkantoran yang terlihat tidak terlalu ramai..

“Aurora!! Tidak ada orang yang ingin membaca berita tentang sekelompok pemuda yang membersihkan jalanan!!” bentak pria setengah baya yang terlihat sangat berkuasa di kantor itu, dengan setelan jas hitam dia memarahi Aurora tanpa belas kasihan.

Lembaran artikel yang Aurora buat sebagai bahan berita berhamburan karena lemparan pria paruh baya dengan kumis dan alisnya yang tebal serta tatapan matanya yang tajam tampak sangat menyeramkan, kedua alis itu seakan menyatu karena dahinya yang mengkerut menunjukkan kemarahannya.

“Tapi bos, itu berita yang dapat menginspirasi pemuda lain...” belum selesai Aurora berkata, pria yang merupakan bos Aurora itu pun memotongnya.

“Tidak akan ada yang peduli!! Haah... perusahaan ini sedang diujung tanduk, jika pencari berita seperti kamu semua... maka perusahaan ini akan lebih cepat bangkrut” timpal pria itu

“Hah?! Jangan donk bos, aku butuh pekerjaan ini!” dengan panik Aurora menimpali perkataan pria itu

“Aku tahu.. aku tahu.. kamu bisa tetap bekerja disini karena aku sangat mengenal keluargamu, tapi kamu ini cantik... dengan tinggi seperti itu dan juga bentuk badanmu yang bagus, kenapa tidak mencoba mencari pria kaya saja?” tanya pria itu

“Huuuaaaa!! Jangan jual aku bos!!” dengan tangisan Aurora menimpali pertanyaan pria yang menjadi bosnya itu

“Aku tidak bilang akan menjual mu!! Hah... sudahlah, keluar kamu dan cari berita baru untukku” ucap pria itu

“Siap!” sembari berjalan keluar Aurora mulai mencari berita baru yang bisa disampaikan pada bosnya

Ditengah padatnya kota metropolitan, Aurora terlihat berjalan kesana – kemari mencari hal yang mungkin bisa menjadi berita menghebohkan dan mampu membuat perusahaan bertahan dari gempuran media lokal lainnya. Ditengah terik matahari, Aurora terus berjalan kesana – kemari namun tidak juga menemukan berita yang diinginkan.

Perusahaan tempat Aurora bekerja memang sedang mengalami krisis karena serangan dari kompetitor begitu kuat dan inovatif, terlebih tempat itu sudah cukup tua untuk bertahan dengan gaya konvensional mereka. Jelas saja hal itu juga menghambat media mereka sendiri untuk berkembang

Sosok wanita cantik berusia dua puluh empat tahun ini nampak begitu gigih untuk bertanggungjawab atas pekerjaannya, meski begitu selalu saja ada pria – pria kaya yang menawarkan dirinya untuk menjadi istri sampai menjadi simpanan. Yaah... banyak orang yang mempertanyakan mengapa Aurora tidak mengganti pekerjaannya saja menjadi yang lebih cocok untuk kulit putih bersihnya itu, daripada berada di luaran dengan terik matahari yang mungkin akan melunturkan kecantikannya.

Disebuah taman tengah kota yang sejuk dan bersih dari polusi, Aurora yang masih tidak menemukan berita apapun itu memutuskan untuk beristirahat sejenak di kursi taman yang berada tepat dibawah pohon rindang. Setelah duduk dia langsung melepaskan jepit rambut yang mengikat rambut panjang dan hitamnya agar terurai, kini matanya yang berwarna kecoklatan itu dia tatap kan pada langit cerah dengan perasaan sedih.

“Duuh sudah menjelang sore dan aku gak dapet berita apapun~” gumam Aurora

Ditengah kesedihannya, tidak lama Aurora mendengar suara kucing yang mengeong tepat berada di atas kepalanya. Karena penasaran, Aurora pun mencari keberadaan kucing itu dan terlihatlah kucing kecil yang terjebak di ujung dahan pohon.

“Aaa~ kamu terjebak disana ya? Tunggu aku carikan bantuan!” ucap Aurora lalu segera mencoba memberhentikan beberapa pria yang terlihat melewati taman itu juga untuk mencari pertolongan, namun tidak satupun yang peduli dan ingin membantu kucing itu.

Setelah merasa putus asa untuk meminta pertolongan, akhirnya Aurora memutuskan untuk menolong kucing itu sendiri. Dengan dress terusan itu, Aurora terlihat kesulitan untuk memanjat pohon namun itu tidak mengurungkan niatnya menolong kucing kecil yang malang itu, semalang nasib Aurora yang sedang mempertaruhkan karirnya.

“Tu... tunggu... ya kucing kecil... aku hampir sampai...” ucap Aurora yang sudah sangat dekat dengan ujung dahan untuk menyelamatkan kucing kecil

Ketika tangan lentik Aurora hampir meraih tubuh kucing kecil itu, namun dengan agresifnya kucing itu mencakar tangan Aurora dan membuat Aurora terkejut. Terlepas Lah genggaman tangannya dari dahan pohon itu dan membuatnya terjatuh bersama kucing itu, mata Aurora kini melihat cepatnya dia tertarik gravitasi efek jatuhnya dia dari pohon.

“Hah...? mati aku...” gumamnya

Tapi kejadian yang tidak diduga Aurora terjadi, dia diselamatkan oleh pria asing yang datang entah darimana dan bagaimana caranya bisa membopongnya agar tidak sampai jatuh ke tanah begitu juga dengan kucing kecil yang tadi ingin diselamatkan Aurora. Tanpa berkata apapun, pria itu langsung menurunkan Aurora dan kucing itu lalu berlari pergi begitu saja.

“Hei!! Tunggu!!” Aurora berteriak untuk menghentikan pria itu, namun pria itu tidak mau berhenti.

Dengan segera Aurora berlari mengikuti arah lari pria itu, hingga disebuah lorong antar gedung gelap dan lembab Aurora melihat pria itu masuk kedalam lorong itu. Untuk beberapa saat Aurora hanya dapat diam menatap lorong itu, dia takut untuk masuk kedalamnya namun wajah tampan pria yang dia liat saat membopongnya membuat Aurora ingin melihatnya lagi sekaligus ingin mengucapkan terima kasih.

“Halo?” ucapnya, perlahan kakinya dia arahkan masuk kedalam lorong antar gedung yang gelap dan lembab itu.

Semakin masuk maka seakan matahari semakin tidak mampu untuk menyinari lorong itu, Aurora semakin dipenuhi perasaan takut namun rasa penasarannya pada pria itu membuat tekad Aurora untuk terus melangkah tetap tinggi. Dia melirik ke kenan dan ke kiri mencari keberadaan pria misterius, lalu tiba – tiba ada suara tepat di sebelah telinga kanannya.

“Wanita cantik sepertimu tidak baik berjalan sendiri di lorong gelap dan sempit seperti ini” ucap pria misterius itu yang entah muncul darimana

“Huaaaa!!!” refleks Aurora berteriak sembari berbalik dan hendak menampar pria itu, namun tangan Aurora berhasil ditangkap pria misterius itu.

Ditengah kepanikannya itu Aurora melihat sosok pria yang sempat menolongnya tadi, kulit putih dengan rambut model side part berwarna blonde dan warna matanya yang biru mengesankan sekali pesona bangsawan dalam dirinya, wajahnya sangat maskulin dengan postur tubuh yang tegap dan six pack walau tertutup bajunya yang sangat casual. Hanya mengenakan t shirt polos hitam ketat dengan jaket kulit dan syal yang melingkar dilehernya menjadikan penampilannya sederhana namun berkelas karena ketampanannya.

“Aaah.. maaf, aku pikir... kamu penjahat...” ucap Aurora terbata

“Apa semua orang yang berada disini adalah penjahat?” tanya pria itu menekan

“Aaa maaf... tidak seperti itu maksudku... aku hanya...” belum selesai Aurora berbicara, tiba – tiba pria itu mendekatkan wajahnya dan mengendus tubuh Aurora.

“Hmmm~ baumu lezat... apa kamu terluka?” celetuk pria itu, terkejut lah Aurora dengan celetukan pria misterius didepannya itu.

“Maaf...!! aku harus...” perkataan Aurora pun kembali dipotong oleh pria misterius itu

“Namaku Jerome, Jerome Galant. Siapa namamu nona?” tanya Jerome pada Aurora

“Aaa.. Aurora Varsha, bisa kamu lepaskan tanganku?!” pinta Aurora

Setelah Jerome melepaskan tangannya, dengan sekuat tenaga Aurora berlari pergi dari lorong sempit dan gelap itu. Senyum Jerome menutup pertemuan antara Aurora dengannya, namun ada sesuatu yang seakan sedang di tutupi oleh Jerome dengan senyum liciknya itu.

Aurora terus berlari hingga mendekati rumahnya, dia mendekati tembok pagar tetangganya dan bersandar pada tembok itu sembari mengatur nafas yang terengah – engah. Belum tertata nafasnya, Aurora kembali dikejutkan dengan suara pria yang terdengar serak memanggilnya.

“Aurora?” tanya pria tua itu

“Wuuuaaaaa!! Hah.... hah... ayah!! Ngagetin aja sih!!” bentak Aurora pada ayahnya

“Kamu ngapain disini? Kenapa gak langsung masuk?” tanya Diego ayah Aurora, sebelum menjawab pertanyaan itu Aurora menghela nafasnya sejenak.

“Ayah sendiri tumben keluar rumah, ada apa?” tanya balik Aurora pada Diego

“Ayah baru saja mendapat petunjuk tentang vampir, sudah ayah duga vampir itu memang ada!” terdengar antusias Diego mengatakannya, Aurora kembali menghela nafasnya sejenak terdengar kesal.

“Ooh ayolah, sudah era modern gini mana mungkin makhluk seperti itu masih ada di bumi ini. Kalaupun ada pasti sudah menjadi mumi didalam peti yang terkubur dan tidak ada yang menemukannya, dan jika aku yang menemukannya tentu saja akan ku bakar dibawah terik matahari agar segera punah makhluk penghisap darah manusia itu” Gumam Aurora dalam benaknya.

“Ayah udah dong main vampir – vampiran nya, apa ayah gak capek digosipin tetangga?” tanya Aurora

“Tapi kali ini ayah pasti benar!! Tidak salah lagi, dia memang seorang vampir karena ayah sudah menyelidikinya beberapa hari belakangan ini” timpal Diego dengan penuh semangat

“Ayah... kantor tempat aku bekerja sedang berada diujung tanduk, aku mungkin bisa kena PHK cepat atau lambat. Rumah kita juga akan disita oleh bank, setidaknya bisakah aku memiliki kehidupan normal bersama ayahku?” ucap Aurora terdengar sedih, sejenak Diego dan Aurora pun saling menatap.

“Maaf nak... ayah... sudah merusak masa indah mu...” dengan suara yang bergetar Diego mengatakannya

“Ayah... bukan itu maksudku, aku Cuma ingin ayah berhenti berbicara tentang vampir. Hanya itu saja, lagian kali ini siapa yang akan ayah tuduh sebagai vampir?” tanya Aurora

“Arion Gervaso, CEO perusahaan bernama GERVASO” jawab Diego

“Hah?! Bagaimana cara ayah menyusup dan menyelidiki orang misterius itu?!!” terkejut lah Aurora mendengar jawaban ayahnya, dengan wajah heran Diego menatap Aurora.

“Mudah saja, ayah hanya membawa beberapa peralatan bersih – bersih kantor lalu masuk kedalamnya dan memasang beberapa kamera dan mic kecil. Lalu ayah beberapa kali masuk kedalam kantor Arion untuk menguping apa yang dibicarakannya, tidak sulit kok” jawab Diego dengan santainya seakan menemui Arion adalah hal yang sangat mudah

Arion adalah orang paling sulit untuk ditemui oleh siapapun dan kalangan para wartawan sangat tahu tentang hal itu, Arion terkenal dingin dan terkesan sombong. Disisi lain, perusahaan Arion yang bergerak di bidang otomotif selalu membuat inovasi – inovasi yang sangat hebat dan ini selalu membuat perusahaan media tertarik untuk menjadi yang pertama memberitakan produk baru dari Arion.

Sudah banyak perusahaan media yang ingin mewawancarainya namun tidak satupun yang diterima, Arion selalu menolak dan mengatakan jika produknya tidak memerlukan iklan dan pemberitaan karena konsumennya akan selalu suka apapun yang dikeluarkan oleh perusahaan GERVASO.

Tower GERVASO adalah tempat ketiga yang sulit ditembus wartawan setelah rumah presiden dan tempat militer, namun begitu ringannya Diego menjelaskan cara menyusup membuat Aurora yang telah menjadi wartawan selama empat tahun menjadi merasa bodoh. Dia kalah saing dengan pencari berita amatiran seperti ayahnya, Aurora pun meratapi kebodohannya dengan cara membenturkan dahi di pagar tembok tetangganya.

“Baik!! Aku akan menyusup dengan cara yang ayah lakukan!!” penuh semangat Aurora mengucapkannya, Diego yang bingung hanya bisa bertepuk tangan memberi semangat kepada putri semata wayangnya itu.

Dengan penuh semangat Aurora kembali berlari menuju tower GERVASO, disana Aurora sudah membeli beberapa peralatan bersih – bersih kantor dan tidak lupa mengenakan baju yang biasa dipakai oleh petugas kebersihan kantor.

Langkah pertamanya harus melewati empat penjaga gedung, Aurora berjalan melewati empat penjaga itu seakan dia memang sudah terbiasa melakukannya walau jantungnya berdegup kencang. Namun dia berhasil melewati penjaga itu begitu saja, kini Aurora melangkah menuju lift.

“Haah.. lantai berapa ya Arion berada?” gumamnya ketika pintu lift sudah terbuka, begitu masuk kedalam lift hal yang membuat Aurora terkejut pun dia lihat di tombol lift.

Ada satu tombol lift yang bertuliskan “Arion Room”, dengan senyum kecut dan gelengan kepala saat itu Aurora menekan tombol itu. Ruangan itu terletak dipuncak tower, butuh waktu yang cukup lama hingga akhirnya Aurora sampai dilantai yang dituju. Namun begitu pintu terbuka Aurora dikejutkan dengan sepuluh penjaga yang seakan menunggu kedatangan Aurora.

“Penyusup sudah tertangkap, kami sudah broadcast semua petugas kebersihan untuk tidak masuk hari ini. Hanya

penyusup yang tidak tahu dengan isi broadcast kami” ucap Danielson

Aurora melemparkan ember berisi air sabun kepada dua penjaga yang ingin menangkapnya, tangannya pun menekan tombol lantai dasar dan menekan tombol agar pintu tertutup. Ditengah kepanikannya Aurora untuk sementara berhasil kabur, namun dia tahu jika dia tidak dapat kabur semudah itu.

Beberapa saat pintu lift terbuka, Aurora segera berlari dan dikejar oleh beberapa penjaga yang sudah membuntutinya. Hingga sampai diluar gerbang tower GERVASO, Aurora ingin menyebrang namun karena keteledorannya... Aurora tidak melihat jika ada truck barang yang sedang melaju cepat akan menabraknya.

Dua Pria Asing

Ditengah jalan Aurora terlihat akan tertabrak oleh sebuah truk barang, truk itu mengerem dengan sangat keras namun jarak antara truk dengan posisi Aurora sudah tidak memungkinkan lagi untuk selamat. Aurora pun memejamkan kedua matanya seakan dia sudah pasrah jika ini adalah hari terakhirnya untuk hidup, namun hingga beberapa saat Aurora tidak juga merasakan tertabrak oleh truk itu.

Ketika membuka mata, betapa terkejutnya Aurora sudah duduk dipinggir jalan bersama dua pria yang saling menatap dengan penuh kebencian. Untuk beberapa saat Aurora yang masih syok hanya bisa bengong terdiam tanpa mempedulikan apa yang baru saja terjadi padanya, ditengah kebingungannya itu supir truk berlari mendekati Aurora dan dua pria asing yang berada dipinggir jalan.

“Nona, kamu baik – baik saja?!” tanya supir truk dengan panik

“Hah? Aaah ii.. iya.. aku baik – baik saja” jawab Aurora terbata

“Huuh syukur deh, tapi kamu bisa bergerak sangat cepat begitu... bagaimana caranya? Apa kamu seorang atlit lari?” tanya supir truk itu penasaran, Aurora hanya menanggapi dengan suara tawa kecut.

Setelah saling minta maaf dan memaafkan dengan supir truk, Aurora kini bingung dengan kedua pria asing yang terus saling menatap namun hanya terdiam. Aura permusuhan begitu terasa dan semakin membuat Aurora kebingungan cara untuk memulai obrolan, namun seketika Aurora mengingat salah satu pria yang sedang saling menatap itu.

“Jerome?” tanya Aurora memecah keheningan

“Kamu masih mengingatku ya” jawab Jerome pada Aurora, senyum hangat Jerome pun membuat Aurora kehilangan rasa takutnya pada Jerome setelah pertemuan keduanya yang sempat tidak baik itu.

“Kamu mengenal gembel ini?” tanya pria satunya kepada Aurora, dengan segera Aurora mengalihkan pandangannya menatap pria dihadapan Jerome.

Sosok pria tampan dengan mata hijau dan berkulit pulit, berbadan tinggi dan juga tegap. Memiliki pandangan mata yang sangat dingin, bibirnya sangat tipis membuatnya terlihat dingin namun seksi, ketampanannya melebihi dari ketampanan Jerome. Setelan Jas nya membuat pria itu semakin mempesona dengan model rambut ala Ceo muda pada umumnya.

“Aaa.. maaf, anda siapa?” tanya Aurora

“Pertanyaan macam apa itu? Seharusnya kamu mengenali orang yang kamu mata – matai dengan baik” tanya Arion dengan dingin dan menekan, terkejutlah Aurora karena dia langsung berhadapan dengan orang yang ingin menangkapnya.

“Aaa... tuan Arion?! Maafkan aku, itu bukan ulahku memata – matai anda! Saya hanya ingin mewawancarai anda!” jawab Aurora dengan nada panik

“Apa bagusnya mewawancarai pria penyendiri ini, lebih baik mewawancarai pemulung dipinggir jalan karena dia punya lebih banyak cerita” ejek Jerome pada Arion

“Akan sangat bagus jika bisa mewawancarai pria tersukses di kota ini!” timpal Arion masih dengan gaya bicaranya yang dingin dan terkesan sombong

“Eeeh... maaf, apa kalian saling kenal?” tanya Aurora menyela pertengkaran diantara Arion dan Jerome, secara bersamaan Arion dan Jerome menatap mata Aurora.

Berada di antara dua pria tampan yang seperti sedang beradu kesombongan tentu saja membuat Aurora risih namun semakin mengulik rasa penasarannya.

“Kamu bercanda? Mana mungkin aku mau kenal dengan orang bodoh seperti dia?” ucap Arion dan Jerome bersamaan, seketika itu mereka berdua kembali saling menatap.

“Apa katamu? Siapa yang bodoh?” ucap mereka berdua kembali bersamaan, keduanya pun mulai adu mulut saling serang kata – kata kasar dan merendahkan.

“Aduh aduuh... kenapa pria tampan seperti ini bisa bersikap seperti anak kecil sih?” ucap Aurora dalam hati

Sosok Arion yang dingin itu mendadak berubah seperti kekanak – kanakan, pemandangan yang membuat Aurora semakin bersemangat untuk mendapatkan informasi tentang Arion. Akan menjadi berita yang menghebohkan jika media mengetahui sisi lain seorang Arion.

“Eeh baiklah... karena aku tidak ada urusan, aku akan pamit pulang dulu. Kalian selesaikan urusan kalian berdua, bye bye...” celetuk Aurora dan hendak bergegas pergi, namun kedua tangannya digenggam oleh Arion dan Jerome.

“Tunggu!” ucap Arion dan Jerome bersamaan

"Dia milikku!! Lepaskan tanganmu darinya!!” secara bersamaan Arion dan Jerome kembali mengatakannya

“Cukup!!!” teriak Aurora lalu menarik kedua lengannya agar genggaman Arion dan Jerome terlepas, Aurora langsung berbalik dan menatap keduanya bergantian.

“Pertama, aku tidak tahu kenapa tiba – tiba kalian memperebutkan aku!! Aku bukan milik kalian!! Kedua, aku hanya ingin pulang!! Oke? Hanya pulang... paham kan? Baik...” ucap Aurora sembari melangkah mundur beberapa langkah menjauhi keduanya

Dirasa mulai agak jauh, dengan segera Aurora berbalik lalu berlari meninggalkan Arion dan Jerome disana. Untuk sejenak Arion dan Jerome terlihat heran dan bingung menatap Aurora yang berlari meninggalkan keduanya seperti itu, tidak lama keduanya kini tertawa kecil bersama.

“Aku yang akan mendapatkannya, aku yang pertama bertemu dengannya tadi siang” celetuk Jerome

“Aku ingat perjanjian kita, namun dia berbeda. Aku tahu kenapa kamu mengincarnya, aku pun bisa mencium bau darah suci itu” timpal Arion

“Sekali kau sentuh dia, maka aku akan membunuhmu” ancam Jerome, namun Arion terlihat tidak takut sama sekali dengan ancaman itu.

“Kamu pikir aku takut? Alasan aku menerima genjatan senjata itu hanya karena aku tidak ingin membuang waktuku bermain – main denganmu” ancam balik Arion kepada Jerome, keduanya kembali saling tatap dengan begitu tajam.

Aurora Versha, gadis cantik itu adalah satu – satunya manusia pemilik darah suci. Aroma tubuhnya sangat menarik perhatian Arion dan Jerome yang sedang berburu gadis pemilik darah suci demi mempertahankan ras vampir mereka yang terancam punah. Memiliki keturunan dari gadis berdarah suci akan membuat ras mereka abadi.

Pertemuan ketiganya secara tidak sengaja merupakan keberuntungan yang Arion dan Jerome tunggu sejak ratusan tahun silam. Genjatan senjata antara keduanya pun dimulai demi mendapatkan Aurora. Dengan helaan nafas Jerome pergi meninggalkan Arion, tidak lama Denilson mendekati Arion.

“Denilson, cari wanita tadi. Informasi yang aku dapat hanya dia bekerja sebagai wartawan, jangan sampai Jerome mendapatkannya lebih dulu dari aku. Aku percayakan tugas ini padamu” ucap Arion lalu berjalan menyebrang untuk kembali masuk kedalam tower GERVASO.

Pagi hari yang cerah, Aurora terbangun dari tidurnya yang nyenyak setelah kelelahan menghadapi dua pria aneh bernama Arion dan Jerome. Setelah meregangkan tubuhnya di atas kasur, Aurora terlihat akan keluar kamar. Namun baru juga membuka pintu, Aurora melihat empat orang dengan setelan jas hitam menunggunya.

“Apa ini?” gumam Aurora, jantungnya berdetak kecang dan keringat dingin mulai keluar dari dahi dan punggungnya.

“Selamat pagi nona Aurora, saya Denilson tangan kanan tuan Arion” ucap Denilson

“Maafkan aku!! Aku tidak bermaksud untuk memata – matai tuan Arion!! Jangan jebloskan aku kepenjara, kasihan ayahku jika aku dipenjara!!” ucap Aurora dengan memohon sembari menangis kepada Denilson

“Ada apa ini? Kenapa wanitaku menangis seperti itu?!” bentak Arion kepada keempat pria yang menunggu Aurora

didepan kamarnya

Keempat pria itu langsung membungkukkan badan memberi hormat pada Arion, Aurora kembali dikejutkan dengan kehadiran tidak diduga itu.

“Tuan... Arion? Kenapa kamu bisa ada disini?!” tanya Aurora dengan suara yang begitu terkejut, Arion hanya tersenyun dan kembali berbalik akan meninggalkan Aurora disana.

Pria yang terkenal dingin bagi Aurora itu kini berada dihadapannya, tentu saja hal itu membuat Aurora Versha sang gadis pemilik darah suci itu semakin ketakutan juga bingung. Dipenjarakan karena ketahuan memata – matai seorang Arion, memenuhi pikiran Aurora. Wajahnya yang cantik itu terlihat panik juga ketakutan.

“Hei! Aku bicara padamu!” teriak Aurora

“Nanti setelah kamu sudah rapih, kita akan bicara” ucap Arion

Perkataan Arion menyadarkan Aurora jika penampilannya sangat berantakan karena baru terbangun dari tidurnya, Aurora berlari menuju kamar mandi untuk merapihkan diri. Selagi menunggu Aurora merapihkan diri, Arion dan keempat pengawalnya duduk diruang tamu bersama Diego.

Tidak lama Aurora masuk kedalam ruang tamu dengan perasaan campur aduk, Aurora sangat memahami kenapa Arion mau repot – repot untuk datang kerumahnya itu. “Pasti karena mic dan kamera ayah, apa yang akan dia lakukan pada keluargaku?” tanya Aurora dalam hati.

“Tuan Arion, kami mengakui jika mic dan kamera itu adalah milik kami. Aku memohon maaf untuk itu dan...” belum selesai Aurora berkata, Arion memotongnya.

“Aku tidak masalah dengan itu setelah tahu yang memasang adalah ayahmu, Aurora” timpal Arion

“Lalu... apa yang membuatmu datang kesini?” tanya Aurora terheran.

“Kamu, aku datang kesini khusus untuk menemuimu” jawab Arion

“Aku? Ada perlu apa?” tanya Aurora lagi

“Pertama, aku tahu kamu bekerja untuk siapa. Jadi aku akan mempersilahkanmu untuk mewawancaraiku secara eksklusif” jawab Arion

“Eeh!! Yang benar? Boleh aku...” belum selesai kalimat senang Aurora, deham Diego pun terdengar. Sejenak Aurora tersadar jika tidak akan ada sarapan gratis didunia ini, Aurora mengernyitkan dahinya lalu menatap Arion dengan tajam.

“Tidak akan ada yang gratis kan? Apa yang kamu mau?” tanya Aurora dengan tegas.

“Aku ingin kamu menjauhi Jerome” jawab Arion dengan tegas, Aurora pun terkejut dengan permintaan Arion.

“Ini berkaitan dengan alasanku yang kedua, Jerome memukuli pengawalku setelah kamu pergi meninggalkan kami semalam dan membuat mereka masuk rumah sakit. Orang liar seperti itu sangat sulit untuk dikendalikan jadi aku jebloskan dia ke penjara, aku tidak ingin kamu terjebak oleh wajah tampannya. Kamu terlalu polos menjadi wanita, aku hanya ingin melindungimu” ucap Arion meneruskan kalimatnya, Aurora terlihat tidak mempercayai apa yang Arion katakan.

“Maaf menyela, tapi mungkin wajah memarku ini akan menjadikan bukti jika yang dikatakan tuan Arion adalah kebenaran” timpal Denilson sembari memberitahu lebam – lebam di mata dan pipinya, Aurora pun melihat lebam - lebam itu dan perlahan kembali menatap Arion.

“Ta... tapi.... itu tidak mungkin... Aku sulit untuk... percaya hal itu” terbata Aurora saat mengatakannya, Denilson mendekati Aurora dan memberikan sebuah handphone dengan rekaman video cctv yang menampilkan pertengkaran Jerome dan delapan pengawal Arion termasuk Denilson.

“Wajah tampan memang mudah untuk mengelabuhi orang polos sepertimu, menurutku lebih baik kamu fokus untuk menyelamatkan perusahaan tempat kamu bekerja. Kamu bisa menemuiku kapan saja di tower GERVASO” ucap Arion lalu berdiri dari duduknya

Setelah berpamitan pada Diego dan Aurora, rombongan Arion pun pergi dari rumah Aurora. Namun Aurora merasa Diego bertingkah aneh saat itu, setelah mengantar rombongan Arion didepan rumah saat itu tanpa berkata apapun Diego langsung masuk kedalam rumah menuju kamar miliknya. Bukan seperti Diego yang Aurora kenal, dia biasanya akan banyak bicara dan bertanya pada Aurora.

Namun Aurora lebih mengkhawatirkan keadaan Jerome, dia pun memutuskan untuk pergi menuju kantor polisi dan menanyakan tentang dimana Jerome ditahan. Setelah mendapatkan informasi itu, Aurora langsung menemui Jerome dipenjara kepolisian.

Beberapa saat menunggu diruang tunggu jenguk tahanan, Aurora melihat Jerome dikawal polisi untuk bertemu dengan dirinya. Betapa terkejutnya Jerome melihat orang yang ingin menemuinya adalah Aurora, garis senyumnya pun langsung terangkat seketika dan tatapan matanya sangat memperlihatkan seberapa senangnya dia.

“Kamu tidak punya alasan untuk sebahagia itu, tahu” celetuk Aurora kesal, namun Jerome menanggapi celetukan kesal Aurora dengan suara tawanya.

“Apa kamu tahu aku dipenjara dari Arion?” tanya Jerome, Aurora hanya terdiam lalu menganggukkan kepalanya untuk menjawab pertanyaan Jerome.

“Bagus, kamu lebih percaya siapa?” tanya Jerome menekan Aurora, sejenak Aurora terdiam lalu menghela nafasnya.

“Video rekaman cctv itu sudah sangat jelas jika kamu memukuli pengawal Arion” jawab Aurora

“Yaah... sudah aku duga kamu akan menjawab seperti itu” timpal Jerome dengan nada sedih

“Tapi... aku merasa jika itu bukan kamu... ada yang janggal tapi aku tidak tahu apa itu...” celetuk Aurora, mendengar celetukan itu membuat Jerome terkejut seakan mendapatkan kepercayaan dari Aurora jika itu bukan dirinya.

“Kamu yang mau repot – repot menolongku dan kucing ditaman itu... aku tidak percaya kamu tega memukuli mereka tanpa alasan, aku rasa... kamu punya hati yang lembut... jadi...” belum selesai Aurora berkata, tangan Jerome yang diborgol itu tiba – tiba menyentuh dagu Aurora dan seakan akan menciumnya.

“Dengarkan aku, kamu jangan terlalu bodoh menjadi seorang wanita. Aku bisa saja melakukan itu dan percayalah itu adalah aku, apa yang ditawarkan Arion adalah sebuah keuntungan untukmu. Jadi teruskanlah hidupmu seperti biasa, jangan libatkan dirimu diantara aku dan Arion. Apa kamu paham, wanita?” tegas Jerome mengatakannya

Merasa Jerome melakukan hal yang tidak pantas, petugas yang menjaga Jerome pun langsung memukul kepala dan tubuh Jerome bertubi – tubi. Meski Aurora mengatakan jika dia tidak apa – apa, tapi tetap saja petugas itu memukuli Jerome lalu menyeretnya hingga menuju kembali ke sel miliknya.

Satu minggu berlalu sejak Jerome dan Aurora bertemu, terlihat Jerome sedang duduk di kasur dalam selnya. Tidak lama seorang petugas penjaga sel mendatangi dan membuka pintu sel Jerome, dalam diam Jerome menatap petugas itu.

“Seseorang membayar tebusanmu, kamu boleh keluar sekarang” ucap petugas itu, Jerome pun terkejut mendengarnya.

“Siapa yang membayarkan tebusan untukku?” tanya Jerome dalam hati.

Siasat Vampir Tampan dan Sombong

Begitu Jerome berjalan keluar dari ruang sel menuju lobby kantor polisi, disana dia melihat Aurora sedang menunggunya. Dalam hati Jerome berkata “Aurora? Apa kamu yang membayar tebusan ku?”, tidak lama seorang petugas polisi mendekati Aurora dan memberikan beberapa lembar kertas.

“Nona Varsha, ini berkas yang harus di tanda tangani beserta sejumlah uang tebusan yang harus nona bayarkan” ucap polisi itu kepada Aurora

Benar dugaan Jerome jika Aurora lah yang membayarkan uang tebusan untuknya, dengan wajah masih terlihat kaget itu Jerome berjalan mendekati Aurora yang sedang membaca isi dari dokumen pembebasan Jerome.

“Kenapa kamu membayar tebusan ku?” tanya Jerome

“Untuk membalas budi karena kamu menyelamatkanku saat aku terjatuh dari pohon” jawab Aurora lalu menandatangani berkas pembebasan Jerome

“Ahaha... kamu bercanda? Aku tidak bisa menerima alasan seperti itu, kamu sedang kesulitan uang kan?” tanya Jerome, sejenak Aurora terdiam lalu menatap mata Jerome.

Dengan kemampuannya dapat membaca pikiran tentu saja hal yang mudah bagi Jerome untuk menebak isi kepala Aurora. Tindakan gadis cantik itu membuat Jerome merasakan getaran yang sulit dijelaskan oleh dirinya. Pesona dan kebaikan Aurora membuat Jerome kembali berfikir tentang rencananya mendekati Aurora hanya untuk menjadikan Aurora penerus ras nya.

“Kamu... tahu darimana aku kesulitan keuangan?” tanya Aurora penasaran, Jerome kembali tertawa lalu menyentuh dahinya dengan tangan.

Tindakan kecil dari Jerome membuat Aurora salah tingkah dan malu, namun Aurora mencoba menyembunyikan semua perasaannya dari Jerome. Walau tidak yakin hal itu akan berhasil.

“Ayolah, gaji wartawan tidak besar. Lagian kantormu bukan kantor yang bonafit, kamu pasti menghabiskan banyak uang untuk ini kan” jawab Jerome dengan tawa kecil yang menyertai akhir kalimatnya, Aurora kembali menatap berkas itu dan melihat sejumlah besar uang yang harus dia keluarkan hari itu.

“Haah.... ini memang bukan uang yang sedikit, tapi aku tahu jika kamu tidak melakukan kejahatan yang dituduhkan. Tapi itu bukan masalah, berkat Arion aku mendapatkan banyak bonus dari kantor” ucap Aurora

“Apa yang Arion tawarkan?” tanya Jerome

Arion.... Tentu saja Jerome sangat paham jika semua ini ada sangkut pautnya dengan wewenang vampir sombong dan sok berkuasa satu itu. Jerome sangat memahami dan mengenal dengan sangat baik cara Arion dalam bersaing dengan dirinya. Namun dihadapan Aurora, Jerome mencoba bersikap seolah - olah tidak mengetahui apapun agar Aurora tidak mencurigai dirinya yang mampu membaca pikiran.

“Hak eksklusif untuk mewawancarainya kapan pun, aku bisa menjual berita itu dengan harga tinggi. Awal aku tahu jika berita itu bisa dijual dengan harga tinggi... jujur saja aku kaget, tapi lama kelamaan aku terbiasa dan saldo rekeningku tiba – tiba terasa begitu banyak” jawab Aurora, setelah kalimat itu Aurora menatap Jerome.

“Tapi aku ada dititik ini karena kamu menyelamatkanku ketika aku jatuh dari pohon, rasanya aku jadi orang jahat kalau tidak menebus mu atas perbuatan yang aku yakin kamu tidak melakukannya. Aku aneh ya?” ucap Aurora meneruskan kalimatnya, senyumnya yang terlihat tulus itu membuat Jerome terpaku.

“Sudahlah... kita impas sekarang, jadi jaga dirimu baik – baik” dengan tegas Aurora mengatakannya

Setelah menyelesaikan semua administrasi, Aurora dan Jerome keluar dari gedung kantor polisi itu. Di depan kantor Aurora dan Jerome terlihat akan berpisah, senyum Aurora kepada Jerome membuatnya terpesona.

“Jaga diri ya, setelah ini aku tidak tahu bisa membantumu apa lagi. Sampai jumpa...” celetuk Aurora lalu berbalik hendak meninggalkan Jerome, namun baru beberapa langkah Jerome menggenggam lengan Aurora.

“Jerome? Ada apa?” tanya Aurora ketika berbalik dan menatap mata Jerome

Ditatap pria tampan yang sama untuk ketiga kalinya membuat degup jantung gadis cantik itu masih tidak menentu, Aurora yang sebelum bertemu dengan Jerome hanya menikmati hidupnya dengan mencari berita membuatnya jarang mempunyai teman dekat apalagi lawan jenis. Dia bekerja keras agar bisa membayar hutang - hutang ayahnya yang tega menggadaikan sertifikat rumah mereka.

“Aku akan membantumu mencari berita lain sebagai bentuk rasa terima kasihku padamu, izinkan aku melakukannya” jawab Jerome

“Benarkah?!” tanya Aurora dengan antusias sembari menggenggam kedua tangan Jerome, Jerome yang merasa Aurora akan menolaknya pun dibuat kehabisan kata – kata dengan penerimaan yang tanpa pikir panjang itu.

“Hah?! Ooh ya iya, tentu saja. Aku akan bantu kamu mencari berita” ucap Jerome, lalu Aurora mengajak Jerome untuk bersalaman. Mendapatkan gestur itu membuat Jerome kembali terpaku menatap Aurora, dalam diamnya itu dia terpesona akan kecantikan Aurora dan senyumnya yang menawan.

“Dengan ini kamu akan menjadi asisten wartawan untukku, jangan pikir aku akan memberimu gaji karena bayaranku pun tidak banyak. Tapi tenang saja, aku akan membelikan kamu makan dan minuman tiga kali sehari” ucap Aurora, tawa kecil Jerome terdengar dan dengan keyakinan Jerome menyambut jabat tangan Aurora.

“Setuju! Tiga kali sehari, tidak boleh kurang” ucap Jerome, walau dalam hatinya berkata vampir tidak butuh makanan manusia.

“Sepakat!!” timpal Aurora

Sejak hari itu Aurora dan Jerome menjadi sering bertemu, berita – berita yang ditulis oleh Aurora semakin bervariatif berkat bantuan Jerome. Mereka berdua sering melakukan perjalanan bersama untuk mencari berita dan Aurora mulai jarang mendatangi Arion dikantornya, hal itu tentu saja membuat Arion marah.

Seminggu sudah berlalu dan seminggu itu pula Aurora tidak mendatangi Arion sama sekali, tidak seperti sebelum – sebelumnya ketika Jerome di tahan, Aurora malah semakin aktif namanya tercantum di koran yang ditulisnya.

Di kantor dalam tower GERVASO, Arion membuang koran yang diterbitkan oleh media tempat Aurora bekerja. Dia begitu marah melihat Aurora kini bisa mencari berita selain tentang dirinya, namun tidak sulit bagi Arion untuk mengetahui darimana asal berita yang didapatkan Aurora.

“Jerome!!” bentak Arion begitu marah

“Tuan Arion tenang saja, aku punya rencana lain untuk memutus hubungan nona Aurora dengan Jerome” celetuk Denilson

“Katakan” timpal Arion

“Bagaimana jika tuan Arion membeli perusahaan media tempat nona Aurora bekerja, lalu tuan angkat nona Aurora menjadi direktur utama disana. Dengan kekayaan dan kekuatan ekonomi perusahaan Gervaso, tidak akan ada pengaruh apa perusahaan itu akan berkembang atau malah diam ditempat” usul Denilson, sejenak Arion terdiam dan mengangguk beberapa kali.

“Aku akan memanfaatkan waktu itu untuk merebut hati Aurora, dengan kemam..” belum selesai Arion berkata, Denilson memotong.

“Tuan maaf memotong, lupakan tentang kemampuan itu. Anda harus merebut hati nona Aurora secara alami” timpal Denilson, Arion pun tersenyum.

“Denilson, aku tugaskan kamu untuk membuat perjanjian jual beli perusahaan tempat Aurora bekerja. Berikan aku laporan dalam satu minggu ini” perintah Arion kepada Denilson

“Siap tuan Arion!” seru Denilson

Seminggu berlalu dan berita yang dibuat oleh Aurora dibantu Jerome semakin menarik pembaca, perusahaan tempat Aurora bekerja pun semakin berkembang pesat. Hingga di suatu hari ketika Aurora dan Jerome hendak masuk kedalam kantor untuk menyerahkan berita yang didapatnya hari itu, mereka berdua bertemu Denilson di lobby kantor.

“Aaa... kamu asisten Arion kan?” tanya Aurora

“Nama saya Denilson, saya akan sangat senang jika nona Aurora mengingat nama itu” jawab Denilson dengan sopan

“Sedang apa disini?” tanya Aurora kembali

“kebetulan nona Aurora datang, anda sedang ditunggu oleh bos anda dan tuan Arion diruang direktur utama” jawab Denilson, secara bersamaan Aurora dan Jerome pun terkejut.

“Jadi itu yang kalian rencanakan, dasar kumpulan orang licik” celetuk Jerome tiba – tiba, Aurora yang bingung dengan celetukan itu hanya bisa terdiam sembari menatap mata Jerome yang menunjukkan kebenciannya kepada Denilson.

“Silahkan nona Aurora masuk keruang direktur utama” ajak Denilson

Aurora pun berjalan untuk masuk kedalam ruangan direktur utama diikuti oleh Jerome, namun baru beberapa langkah Denilson langsung menghalangi agar Jerome tidak mengikuti Aurora untuk masuk.

“Minggir” ucap Jerome dengan nada yang mengancam

“Maaf, hanya nona Aurora yang diperkenankan untuk masuk” tolak Denilson dengan tegas

“Aku ingin masuk bersama Jerome karena dia adalah asistenku, jadi tolong izinkan Jerome ikut” pinta Aurora kepada Denilson, dengan berat hati Denilson pun mempersilahkan Jerome ikut masuk kedalam ruangan bersama Aurora.

Didalam ruangan itu, Aurora melihat bos nya duduk berhadapan dengan Arion tanpa berkata apapun. Aurora merasakan ada keanehan pada bosnya itu, bos yang selalu cerewet dan marah – marah itu mendadak menjadi bos yang pendiam. Namun pemikiran itu segera pecah ketika suara deham Arion terdengar, Arion berjalan mendekati Aurora dan berhenti tepat dihadapannya.

“Aurora, aku membeli perusahaan ini dan secara resmi aku menunjuk mu untuk menjadi direktur utama perusahaan menggantikan pria itu. Dengan ini kamu tidak perlu lagi sibuk mencari berita, kamu bisa bersantai di kantor dan menggaji dirimu sendiri” ucap Arion, terkejut lah Aurora mendekat perkataan Arion.

Pria dingin itu tidak hanya menunjukkan kekuasaannya dengan uang yang dia miliki, tetapi tindakannya dengan memposisikan Aurora menjadi direktur utama membuat Aurora merasa bahwa seorang Arion adalah pria dingin yang angkuh, sombong dan semena – mena.

“Hah?! Benarkah?!! Tapi bagaimana mungkin?” tanya Aurora dengan nada yang begitu terkejut, Arion pun tertawa karena melihat senyum Aurora kepadanya.

“Tentu, aku tidak bercanda untuk itu. Setelah ini...” belum selesai Arion berkata, Jerome memotongnya.

“Jika begitu izinkan aku menjadi sekertaris mu, Aurora” timpal Jerome dengan senyum sinis menatap Arion, ekspresi Arion yang semula senang kini berubah menjadi penuh kebencian menatap Jerome.

“Tentu saja, aku per...” belum selesai Aurora berkata, Arion memotongnya.

“Gembel sepertinya tidak mungkin menjadi sekertaris mu, dia tidak memiliki ilmu menjadi sekertaris” timpal Arion terdengar marah, Aurora langsung mengalihkan pandangannya menatap Arion yang nampak marah pada Jerome.

“Katakan saja dengan jujur, kamu hanya ingin aku menjauh darinya kan?” tanya Jerome terdengar begitu menekan Arion, tangan Arion langsung meremas kerah jaket bomber Jerome.

“Aku mengatakan yang sebenarnya, gembel sepertimu memang tidak akan mengetahui tugas – tugas seorang sekertaris profesional” amarah Arion semakin tidak terkontrol, ketika itu Aurora kembali dibuat bingung dengan apa yang sebenarnya terjadi diantara Arion dan Jerome.

“Hentikan!! Tuan Arion, kalau kamu mau aku menjadi direktur utama disini, maka setidaknya aku berhak menentukan siapa sekertaris ku! Dan Jerome! Berhenti bersikap tidak sopan pada tuan Arion! Kalian ini sebenarnya sudah saling kenal kan? Aku sudah menduga ini sejak pertama kali kita bertemu!” bentak Aurora untuk meredakan suasana panas diantara Arion dan Jerome, tangan Arion kini dia lepaskan dari kerah jaket bomber Jerome.

“Terserah kamu saja, tapi kamu akan kerepotan jika kamu memilih gembel ini menjadi sekertaris mu” celetuk Arion lalu kembali berjalan mendekati kursi direktur untuk duduk disana, sejenak Aurora terdiam lalu memikirkan apa yang baru saja dikatakan oleh Arion.

“Ini tentang tanggung jawab, aku membeli perusahaan ini tidak murah. Aku hanya ingin kamu memiliki tim yang baik dan membuat perusahaan ini berkembang, tidak ada yang salah dengan itu kan?” tanya Arion sembari duduk dan memandangi mata Aurora, namun tiba – tiba Jerome menarik lengan Aurora dengan kasar hingga membuat tubuh Aurora berputar untuk memunggungi Arion.

“Kau?!!” bentak Jerome tiba – tiba kepada Arion, Aurora sampai tersentak kaget mendapatkan perlakuan itu.

“Jerome!! Apa yang kamu lakukan?!” bentak Aurora

“Dia tadi sedang ber...” jawaban Jerome pun menggantung sejenak sembari menatap mata Aurora

“Ber? Apa?” tanya Aurora bingung

“Lupakan, baik Arion. Kamu menang kali ini, tapi ini tidak akan selesai sampai disini. Jangan sampai aku melihatmu menggunakan kelicikan untuk memaksanya, atau perjanjian darah kita akan berakhir hari itu juga” ancam Jerome lalu keluar dari ruangan itu

Dejavu, perseteruan antara Arion dan Jerome dihadapan Aurora membuatnya bingung harus bersikap seperti apa. Kejadian kali ini semakin membuat Aurora yakin jika diantara Arion dan Jerome memang memiliki permasalahan sebelumnya.

“Jerome!! Tunggu!! Apa yang kamu katakan?!!” dengan berteriak Aurora mengatakannya agar Jerome tetap berada disana, namun Jerome tidak mempedulikan perkataan Aurora dan terus berjalan keluar lalu menutup pintu.

“Aurora, biarkan saja dia. Mungkin dia hanya kesal padaku” celetuk Arion kepada Aurora, perlahan Aurora berbalik dan menatap Arion.

Keanehan demi keanehan dirasakan oleh Aurora sejak kemunculan Arion, ada sesuatu yang ditutupi oleh Arion dan Jerome membuat Aurora kini menjadi waspada kepada Arion. Namun kebaikan Arion lah yang membuat Aurora bingung harus bersikap seperti apa dihadapan Arion, karena baginya apa yang selama ini dilakukan Jerome seakan sedang membuatnya berada diposisi aman.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!