NovelToon NovelToon

My Momy My Wonderwoman

Episode 1 .My Momy My wonder woman #Opa Leo

Adinda Aulia Amanda biasa disapa dengan panggilan Dinda.Gadis yang berusia 20 tahun ini kini sedang bekerja di kediamannya Leo Abigail Abraham.

Leo Abigail Abraham adalah seorang laki-laki yang berusia sekitar 60 tahun dan sebagai pebisnis yang bergerak di bidang jasa.Salah satunya adalah di bidang Exspedisi.

Jejak nya diikuti oleh sang cucu yang kini sedang berada diluar negeri untuk mengurusi perusahaan anak cabangnya.Pria yang kini berusia 25 tahun itu akan kembali ke Indonesia setelah 3 tahun merantau dan mendirikan perusahaan anak cabang milik Opa Leo.

Zain Abigail Abraham.Cucu satu-satunya dari keturunan Leo Abigail Abraham.Tampan,cerdas,kaya raya dan pewaris tunggal dari harta Opa Leo.Dari kehidupan Zain yang nyaris sempurna dia adalah seorang pria yang keras kepala.Sesuka hatinya dan semena-mena.

Opa Leo sedang duduk santai di depan teras rumahnya sembari memeluk figura fotonya.Yaitu foto dirinya dan cucunya yang berusia 10 tahun.

"Akhirnya kamu pulang juga Zain,opa kangen sekali denganmu nak."Ucap kakek tua sembari memeluk foto itu dan sedikit berkaca-kaca.

"Assalamualaikum.Loh.. Opa kok menangis?"Tanya seorang gadis itu yang membawa kan secangkir teh hangatnya untuk nya dan diletakkan dimeja.

Sedangkan gadis itu masih berdiri di dekat meja.

Sejenak opa menutup kedua matanya sebelum dia menjawab pertanyaan gadis itu. Kemudian membuka mata dan melepaskan kaca matanya lalu menyeka air matanya yang sedikit mengembun di pupilnya.

Dengan tersenyum dia menatap foto itu.

"Opa sedang kangen sama cucu opa satu-satunya ini."Jawabnya.

"Dinda..."Opa Leo memanggil gadis yang berdiri dihadapannya itu.

"I-iya tuan."Jawab Dinda.

Mendengar jawaban dari Dinda,sang Opa pun menaikkan alisnya dan menatapnya dengan tajam.

"Aishhh.. Dinda.. Bisa enggak Dinda memanggil dengan panggilan Opa?Hah...?"Kata Opa Leo yang kesal .

"M-maaf tuan!Eh,iya maaf Opa."Jawab Dinda dengan nada takutnya

"Din.. Dinda belum terbiasa soalnya."Kata Indah yang terbata.

"Mulai sekarang tolong dibiasakan mengerti."Ucap Opa Leo sembari berdiri beranjak meninggalkannya.

Baru melangkahkan kakinya lima langkah,langkah opa terhenti.Diapun memutar badannya yang dibelakangi Dinda.

"Opa lupa Dinda,nanti cucu opa yang ada difoto itu akan pulang."Ucapnya dan memutar badannya lagi dan meninggalkan Dinda.

"B-baik opa."Jawab Opa dan menengok kebelakang dan didapati tuannya itu tidak ada ditempat.

"Hmmmm.. Opa-opa,"Kata Dinda sembari menggelengkan kepalanya.

Sesaat dia bergeming,

"Cucu Opa?"

"Yang di foto?"Kata Indah sembari mengangkat foto Opa dan cucunya itu.

"Manis🙂"Kata Dinda dan meletakkan foto itu di tempat semula kemudian dia kembali ke dapur.

Sementara itu dikantor,

Opa Leo sedang duduk di kursi kebesarannya sembari menempelkan benda pipih di telinganya.

🧓:Waalaikum salam... Iya Ali,kamu tenang saja Dinda baik-baik saja kok.Anakmu sangat rajin kerja dirumah.

🧔:#$&-++(

🧓:Iya.. Ali Kamu tenang saja dia pasti baik-baik saja.Ya sudah lekas sembuh Ali.Assalamualaikum.

Opa Leo yang mematikan pembicaraannya.

"Tuan,tuan muda Zain 1 jam lagi akan tiba."Ucap asisten Ferdi kepada Opa Leo yang berdiri didepan Opa Leo.

"Terimakasih Ferdi.Sampaikan kepada dia untuk segera menuju rumah."Titahnya.

"Kenapa tidak tuan yang menyampaikannya?"Kata Ferdi yang berbalik bertanya.

deg...

Opa Leo menatap tajam asisten Ferdi.Asisten Ferdi pun menelan salivanya.

"M-maaf tuan."Ucap asisten Ferdi.

"Kamu kayak enggak tau saja Ferdi.Nanti kalau saya yang nelfon pasti dia enggak mau mm engangkatnya."Ucap Opa Leo.

Ya,Opa Leo dengan cucunya itu sudah lama memang tidak akur Dimata asisten Ferdi.Karena Opa Leo terus-terusan memaksa cucunya itu untuk menikah.

Sementara itu dikediaman Opa Leo.

Brak.. Brak.. Brak...

Dari dalam rumah Dinda yang sedang membersihkan meja makan mendengar suara pintu yang di gedor-gedor paksa.

"Astagfirullah.. Siapa pula itu?Bertamu kok enggak memiliki attitude seperti itu.Hmmm"Gumam Dinda sembari berjalan ke arah pintu.

Brakk.. Brak.. Brak...

Suara gedoran pintu itu semakin keras.

"Iya.. Sabar dong,Astagfirullah..."Dinda menarik tuas pintu.

Ceklek....

"Haaiss... Lama sekali buka pintunya!"Pekik laki-laki itu dan mau nyerobot masuk dan dihalangi oleh Dinda yang memasang badan ditengah-tengah daun pintu.

"Eh,... Tunggu tunggu.."Kata Dinda yang mendorong pelan dada bidang laki-laki itu.

"Apa an sih!"Laki-laki itu mengibaskan tangan Dinda yang berusaha mendorongnya.

"Tuan siapa?Main nyelonong masuk dirumah orang begitu saja"Tanya Dinda sembari melipat kedua tangannya didada.

Lalu laki-laki itupun menaikan alisnya dan mendekat kearah Dinda.

Tap.. Tap.. Tap..

Suara sepatu itu yang terdengar di kesunyian Dinda yang ditatap tajam oleh laki-laki itu.

"Stop!" Seru Dinda.

"Zain Abigail Abraham."Jawab Zain sembari mendekatkan keningnya ke kening Dinda dengan tatapan intens.

Dinda yang ditatap nya secara intens itu terus mendorong dada bidang laki-laki itu dan sedikit mundur.

"Astagfirullah..."Ucap Dinda dan melihat Zain yang mulai masuk kedalam rumah.

"Hey... Tunggu."Teriak Indah sambil menarik lengan kanan Zain dengan kasar.

"Astaga... "Gerutu Zain sambil mengepalkan tangan kirinya dan memutar tubuhnya menatap tajam Dinda.

"Apa lagi sih?"Bentak Zain.

"Kamu siapa?"Tanya Dinda yang mengulangi pertanyaannya .

"Kamu ini ya?Kan sudah aku jawab tadi.Zain Abigail Abraham.Itu namaku."Kata Zain dengan nada tingginya.

"Iya aku tau nama kamu.Maksud ku kamu ada keperluan apa disini?"Tanya Dinda lagi sambil menarik lengan Zain yang kuat.

"Lepasin enggak?"Pekik Zain.

"Enggak!"

"Sebelum kamu jawab pertanyaanmu,aku tidak akan melepas tanganmu."Jelas Dinda.

"Mana tau kamu itu pencuri."Tambah Dinda lagi.

Zain yang mendengar perkataan nya itupun mulai emosi.

"Mbok... Mbok.. Mbok Sumi.Ish lepasin tanganku."Teriak Zain sambil mengibas tangan Dinda.

Mbok Sumi pun datang setelah mendengar suara yang memanggilnya.

"Aden..???"Mbok Sumi yang kaget syok berdiri sembari menutup mulutnya dengan tangan kanannya.

"Mbok.. Dia pembantu baru kah disini?"Tunjuk Zain ke arah Dinda dengan raut wajah kesal.

Mbok Sumi pun tersenyum tipis.

"Kasih tau dia.Siapa aku disini."Kata Zain yang kesal lalu mengibaskan tangan Dinda dan pergi ke lantai atas.

"Hey...."Teriak Dinda.

"Dinda.. Dinda.. Oh Dinda udah biarkan dia naik."

"Kesel deh,siapa dia mbok?"Tanya Dinda penasaran dari tadi.

"Dia itu Zain Abigail Abraham."

"Iya Dinda sudah tau mbok namanya.Maksud Dinda dia itu tamu kah atau temannya Opa atau saudaranya gitu?"

"Cucu tuan Leo!"Jawab pendek mbok Sumi.

"Hah??Apa mbok?"

"Cucu tuan Leo Dinda..."Jawab mobk Sumi lagi.

deg...

"Mati aku..."Kata Dinda sembari menepukjidat.

Episode #2 Merasa Kesal.

Zain berjalan menuju ke lantai atas dan membuka pintu kamarnya yang sudah 3 tahun tidak ditempatinya.

Ceklek....

Zain membuka pintu dan berlalu tanpa menutup pintu.

Dia mulai memasuki kamarnya dan membanting tas ransel yang berada di pundaknya di ranjang.Serta dia juga melempar sepatu yang telah dibukanya ke sembarang arah.

Dia merebahkan punggungnya di ranjang.

"Huft...."Hela nafas pendeknya.

Dia menatapi langit-langit kamarnya dan mulai mendudukkan bokongnya di sisi ranjang.

"Sial banget hari ini.Huft dasar!"Gerutu Zain yang kemudian dia membuka kaos kaki nya dan mulai melemparnya ke sembarang arah.

Plek...

Salah satu kaos kaki yang dilemparnya mengenai wajah Dinda.

"Astagfirullah orang satu ini."Batin Dinda dan meraih kaos kaki yang berada dimukanya.

Dengan santainya Zain pun bersiul sembari melepas kaos kaki yang satunya dan lagi-lagi dilempar ke sembarang arah.Dan memunggungi Dinda.

Zain pun mulai memutar badannya dan terkejut melihat Dinda yang sedang memungut kaos kakinya di daun pintu.

"Haii... You what are you doing here?"Tanya Zain sembari menaikkan satu alisnya dengan terkejut.

Dinda yang mendengar suara itu pun seketika mendongakkan kepala dan berdiri sambil mengambil kaos kaki tersebut.

Dinda pun menarik nafasnya dan mengeluarkannya pelan.

"Maaf tuan,saya hanya mau menyampaikan kalau makan siang nya sudah siap."Jawab Dinda yang menunduk sembari memungut sepatu yang berserakan milik tuannya itu dan meletakkan di tempat yang seharusnya.

Zain hanya terdiam memperhatikan gadis itu.

"Permisi tuan,"Kata Dinda sembari beranjak melangkahkan kakinya dan memutar badannya.

"Tunggu!"Panggil Zain.

Zain berjalan kearah Dinda yang memunggunginya.Lalu dia memutar badan Dinda dengan sedikit kasar.

Zain pun menatap Dinda dengan tatapan biasa dan datar.

"Asisten baru?"Tanya Zain sembari salah satu tangannya di masukan di saku kanannya.

Dinda hanya mengangguk terdiam dan menunduk.

"Siapa nama kamu?"Tanyanya lagi.

"D-Dinda tuan."Jawab Dinda terbata.

"Sudah berapa lama kerja disini?"Tanya Zain sembari berjalan memutari dan memandangi Dinda dari bawah kaki hingga ujung kepala.

"E-empat bulan Tuan."Jawab Dinda lagi sembari menunduk.

"Oh... Its okay.. Its okay."Jawab Zain dengan enteng dan merebahkan tubuhnya di ranjang.

Dindapun hanya terdiam masih berdiri mematung ditempatnya.

Zain yang melihatnya pun merasa kesal.

"Hey.. Kenapa masih berdiri mematung disitu?Pergi kesana."Ujar Zain yang mengusir Dinda dengan ketus.

"I-iya tuan.Tuan jangan lama-lama ya soalnya sebentar lagi Tuan Leo pulang dan menunggu tuan di meja makan untuk makan siang."

"Hmmmmm...."Jawab Zain sembari memutar bola matanya yang malas.

Setelah mendengar jawaban dari tuan mudanya Dinda bergegas mengundurkan diri dari kamar Zain dan menutup pintu.

"Astagfirullah hal adzim..."Ucap Dinda dengan lirih yang berdiri didepan pintu kamar Zain sembari menggelengkan kepalanya dan memegang dadanya yang sedang sedikit kesal dibuat oleh tuan mudanya itu.

Tak berapa lama Opa Leo sudah tiba dirumah dan langsung duduk di meja makannya.

"Opa??"Kaya Dinda yang sedikit terkejut dan berjalan ke arah meja makannya.

"Opa sudah lama disini?"Tanya Dinda sambil menuangkan minum air putih di gelas tuannya.

"Hmmmm...."Opa Leo hanya mendehem.

"Dimana Zain?"Tanya Opa Leo.

"Masih diatas Opa sebentar lagi turun."Jawab Dinda.

Tak berapa lama kemudian yang ditunggu-tunggu Opa sudah menuruni anakan tangga.Dan berjalan menghampiri sang Opa.

"Opa...??I Miss you..."Ucap Zain sembari memeluk Opa.

"Opa juga kangen sama kamu Zain."Balas Opa yang memeluk Zain dengan erat.

Dinda yang melihatnya juga merasa haru,kini dia lebih memilih meninggalkan Opa dan cucunya itu.Dan menuju ke dapur.

Didapur...

"Mbok Sumi.. Tuan Leo sayang betul ya dengan tuan Zain."Ucap Dinda.

"Iyalah Dinda,den Zain kan cucu satu-satunya Tuan Leo."Ucap mbok Sumi dan menatap Dinda dengan tatapan penuh penasaran dan tersenyum.

"M-mbok.. Kenapa menatap Dinda seperti itu?"Tanya Dinda penasaran.

"Enggak!"Jawab mbok Sumi sambil tersenyum.

"Ihh.. Mbok.."Decak Dinda sedikit kesal.

"Memang Dinda enggak naksir sama tuan Zain nih?"Tanya mbok Sumi asal.

"Haduh mbok.. Mbok ini aneh loh,kita itu beda jauh mbok.Dari segi apa pun.Udah ahk mbok,"Jawab Dinda sembari meraih piring diwastafel dan mencucinya.

"Tapi kalau takdir berkata lain?Mana bisa kita untuk menolak??"

"Ya enggak mungkinlah mbok,"Kilah Dinda lagi.

Saat Dinda sedang mencuci piring di wastafelnya.

Dia mendengar suara teriakan laki-laki yang tak asing ditelinga ya.

"Dinda... Dinda.. Dinda.. Dinda..."Teriak Zain yang nyaring.

"Astagfirullah hal adzim...!"Kata Dinda dengan sedikit menekan.

"Nah.. Tu dipanggil.Entar marah-marah lagi."Seru Mbok Sumi.

"Dinda.. Dinda.. Dinda.. Dinda..."Teriak nya lagi.

"Astagfirullah orang ini dikira Dinda tuli apa."Gerutu Dinda dan mencuci tangannya yang berbalut busa sabun.

"Sudah-sudah sana temuin."Kata mbok Sumi.

Dindapun berjalan menuju ke arah meja makan.

"I-iya tuan..."Jawab Dinda menunduk tergagap.

"Kemana aja sih kamu hah?"Tanya Zain dengan sedikit kesal.

"M-maaf tuan..ta.."

"Buatkan saya kopi?Jangan terlalu manis tapi yang sedang saja.Jangan terlalu pahit ataupun tidak ada rasa.Ukuran kopi dan gula harus memakai takaran sendok teh harus sesuai and balance okay?"

"B-baik tuan."Ucap Dinda dan hendak berbalik.

"Eh woiii... Belum selesai!"Kata Zain yang sedikit kasar.

"Zain!"Pekik Opa.Dan Zainpun terkejut.

"Opa?Why?"Tanya Zain yang sedikit menaikan alisnya

"Namanya Dinda Zain.Panggil dia dengan nama yang baik ya.."Jelas Opa.

"Terserah Zain dong Opa.Dia kan cuma asisten rumah tangga disini."Kata Zain yang menyolot.

"Pembantu!"Tambah Zain.

"Zain!"Pekik Opa.

"Kenapa Opa?Opa marah Zain memanggil dia pembantu?"Kata Zain yang ketus kepada Opanya dan beranjak berdiri.

Dinda hanya terdiam mematung melihat perdebatan diantara kakek dan cucunya itu.

"Mau kemana kamu?"Tanya Opa dengan nada tingginya.

"Mau jalan!Muak.."Ucap Zain sembari melangkah kan kakinya berjalan ke pintu keluar sambil menatap Dinda dengan tatapan kesal dan benci.

Dinda yang merasa ditatap dengan tajam oleh Zain seketika menundukkan kepalanya.Sekilas Zain langsung pergi.

Opa Leo yang melihatnya pun menggelengkan kepalanya dan memegangi dadanya yang tiba-tiba terasa sesak.

Dinda yang melihat sang Opa yang tidak baik-baik itu bergegas menghampirinya.

"Opa?"Seru Dinda sambil menopang tubuh Opa agar tidak terjatuh.

"Mbok.. Mbok.. Tolong."Kata Dinda penuh dengan kepanikannya.

"Opa duduk dulu ya disini,Dinda mau memanggil asisten Ferdi agar mengantar Opa ke dokter."Ucap Dinda.

"Enggak usah Dinda.Opa baik-baik saja kok."Ucap Opa.

"Tapi Opa."Kata Dinda yang khawatir.

"Opa mau istirahat Dinda tolong bantu Opa untuk beristirahat di kamar."Ujar Opa.

Mendengar permintaan Opa,Dinda langsung membantu Opa.

Episode 3 # Opa Sakit

Akhirnya Dinda meminta bantuan asisten Ferdi untuk memapah Opa ke kamarnya.Setelah itu Dinda memberikan obat kepada Opa yang biasa di minumnya.

"Opa istirahat ya... Dinda mau ke dapur dulu."Ucap Dinda dan sambil membereskan bekas makan dan minum Opa Leo di meja makan.

Setelah nya Dinda langsung beranjak pergi menuju pintu keluar kamar.

Sementara Ferdi masih berdiri disisi ranjang Opa Leo.

"Apa sebaiknya saya mencari Tuan Zain?"Tanya asisten Ferdi.

"Tidak perlu Ferdi."Ucap Opa Leo.

"Kalaupun dicari pasti dia juga tidak akan perduli dengan saya."Tambah Opa Leo yang lirih sembari memegangi dada nya.

"Tuan?"Tanya asisten Ferdi yang sedikit panik.

"Saya baik-baik saja Ferdi."Jawab Opa Leo.

"Ferdi,tolong jemput Ali dan Istrinya untuk datang kemari."Titah Opa Leo.

"Baik Tuan,"Ucap asisten Ferdi mengangguk.

"Pergilah.."Titah Opa Leo.

Asisten Ferdipun melakukan perjalanan ke luar kota yang kira-kira memakan waktu kurang lebih tiga atau empat jam an untuk menjemput Ali dan Istrinya.

Ali adalah satu-satunya sahabat Opa Leo yang anaknya bekerja di rumah Opa Leo menjadi asisten rumah tangganya.

Sebelum-belumnya Dinda hanya membantu ayahnya Ali untuk memetik daun teh dipuncak milik Opa Leo yang dipercayakan nya oleh Ali dan istrinya untuk merawat dan menjaganya.

Opa Leo tertarik menjodohkan Dinda dengan Zain cucunya.Karena Dinda memiliki kepribadian yang baik dan juga anak yang Sholeh.

Opa Leo juga berharap Dinda bisa mengubah sikap dan sifatnya Zain yang keras kepala batu menjadi pribadi yang lebih baik lagi.

1... Jam..

2... Jam..

3... Jam..

Dan akhirnya asisten Ferdi sampai didepan rumah pak Ali.

Tok... Tok.. Tok...

Kretttt

Suara pintu rumah yang sudah tua itu.

"Asisten Ferdi??"Ucap Bu Ali yang terkejut melihat kedatangannya pak Ali.

Bu Ali adalah istri dari pak Ali yaitu Ayah dari Dinda.

"Pak Ali ada Bu?"Tanya asisten Ferdi.

"Ada asisten Ferdi,mari masuk dulu."Ucap Bu Ali.

Setelah semua duduk diruang tamu dan Bu Ali sudah membawakan minum dan singkong gorengnya,barulah asisten Ferdi mengutarakan maksud dan tujuannya datang jauh-jauh dari kota.

"Jadi begini pak Ali,maksud dan kedatangan saya kesini ingin memberitahukan kabar bah..."

"Apa Dinda membuat masalah asisten Ferdi?"Potong pak Ali dengan sedikit penasaran.

"Oh.. Tidak.. Tidak.. Selama ini Dinda baik-baik aja kok pak Ali.Pak Ali dan Bu Ali jangan khawatir dengan itu."

"Terus tujuan asisten Ferdi datang kemari ada apa ya?Apalagi ini sudah senja."Tambah Bu Ali.

"Pak Ali dan Bu Ali,tuan Leo Abigail Abraham sedang sakit.Beliau meminta saya untuk menjemput Pak Ali dan Bu Ali.

"Sakit?"Ulang pak Ali dan asisten Ferdi menganggukkan kepalanya.

"Baiklah kalau seperti itu,Bu ayo kita berkemas kita kunjungi Leo serta kita jenguk Dinda yang bekerja disana."Titah pak Ali kepadai istrinya.

"Baik pak."Jawab Bu Ali sembari beranjak berdiri dari kursi dan berlalu meninggalkan ruang tamu.

Sementara itu,

Zain yang dari tadi siang pergi setelah makan siang lebih memilih pergi ke club untuk menenangkan dirinya.

Pria yang tampan dan berusia 25 tahun itu kini memilih duduk sendiri sembari menghisap rokoknya.

Banyak wanita-wanita yang mendatanginya untuk menawarinya minum.Awal mula Zain menolaknya dan karena hari ini dia sedang begitu kesal sekali dengan Dinda akhirnya dia terpaksa mulai meminum sedikit wine yang sudah berada didepannya dan ditemani dua wanita pemandu club.

"Ayo.. Minum lagi,"bujuk ke dua wanita-wanita itu yang sudah menumpahkan wine itu digelas.

Zain pun mulai meminum nya lagi,kini sudah 2 gelas wine yang sudah diminumnya.Dia pun membari uang ke wanita-wanita itu dan menyuruhnya untuk pergi.

Setelah ke dua wanita itu pergi,Zain malah meneguk Wine itu hingga habis.

"Sania.. "Rancau Zain yang sedikit mabuk dan berdiri dari duduknya dengan sedikit sempoyongan.

"Sania... Oh Sania... Teganya dirimu melukai aku,"Rancau Zain lagi sembari berjalan menuju lorong-lorong club dengan sempoyongan.

Ini bukan kali pertama Zain mabuk.Zain Abigail Abraham memang orang yang sangat keras kepala dan sangat menyakitkan apabila dia sedang ngobrol dengan orang lain.Selalu memandang rendah dan angkuh kepada orang.

"Sania..."Dia selalu merancang menyebut-nyebut nama Sania.

Sania adalah mantan kekasihnya di Luar Negeri yang sudah menghianatinya dengan Luis Putra Dewantara.Teman kuliah Zain disaat berada diluar negeri.

Zain sangatlah bucin dengan Sania saat itu,melihat Sania dan Luis berkhianat di apartemen Sania,membuat Zain semakin sakit hatinya.

Bahkan dia melihat mereka berdua Sania dan Luis sedang bercinta dan sehingga membuat Sania hamil.Dari situlah Zain menerima permintaan Opa untuk pulang ke negaranya.

"****!!I hate you Sania.. I hate You... "Rancau Zain yang berjalan sempoyongan di malam hari itu.

Brak... Brak... Brak...

Suara gedoran pintu yang nyaring itu mengagetkan Dinda yang sedang membuat teh untuknya.

"Astagfirullah... Siapa malam-malam begini gedor-gedor pintu seperti itu."Gerutu Indah sembari berjalan menuju ke arah suara pintu yang sedang digedornya itu.

Brak... Brak... Brak...

"Iya.. Sabar.."Kata Dinda yang meraih tuas pintu.

Ceklek...

"Hay... Sania... ??"Rancau Zain dengan sempoyongan sambil kedua tangannya memegang daun pintu untuk menopang tubuhnya agar tidak terjatuh.

"T-tuan?"Dinda tergagap.

"Hoekkkk..."Zain memuntahkan isi perutnya di baju Dinda.

"Astagfirullah.. Tuan Zain mabuk."Ucap Dinda sembari menutup hidung nya karena tidak sanggup mencium bau alkohol.

"Sania... Oh Sania..."Rancau Zain yang menggeloyor masuk kedalam rumah dengan sempoyongan.

Dinda yang melihatnya langsung menggelengkan kepalanya dan mengikuti Zain dari belakang takut kalau tuan mudanya itu menabrak ataupun salah jalan.

Zain pun mulai menaiki anak tangga masih dengan rancauannya dan sesekali dia bersiul.

Sampailah dia di depan kamarnya.

"Aissh.. Susah sekali sih membuka pintu ini."Gerutu Zain sambil mau memasukan kuncinya yang tak kunjung masuk kedalam lubangnya.

Dindapun menggelengkan kepalanya dan mencoba meraih kunci tersebut dan membukanya.

"Oh.. Sania.. "Ucapnya sambil menggeloyor masuk ke dalam kamarnya dan merebahkan tubuhnya.

"Dasar enggak waras.."Gerutu Dinda yang melihat tuannya itu tidur terlentang diatas ranjang dengan masih memakai jacket jeans dan bersepatu.

"CK!"Dinda yang mencebikan mulutnya melihat tuannya yang tertidur.

Dinda pun mendekat ke arah ranjang tuannya dia memberanikan dirinya untuk membuka sepatu dan jacket jeans dengan tujuan agar Zain bisa tidur nyenyak.

Setelah selesai membuka sepatu Zain,Dinda beranjak berdiri namun tangan Zain tiba-tiba menarik tangan Dinda hingga Dinda terjatuh di atas tubuh Zain.

Dindapun menahan bobot tubuhnya dengan kedua tangannya yang menopang di dada Zain.

"Sania..."Rancau Zain dengan mata yang terpejam nya sembari memeluk Dinda.

"Tuan saya Dinda."Ucap Dinda yang berusaha meloloskan diri.

"Sania...."Ucap Zain dengan mata yang sudah sulit terbuka dan mengendorkan pelukannya ke Dinda dan tertidur.

Pelan-pelan Dindapun turun dari atas tubuh Zain,agar Zain tidak menerkamnya.Sesaat Dinda mencium wangi parfum tuannya itu.

"Astagfirullah,huft...."Ucap Dinda menutup kamar Zain.

Sementara karena malam sudah begitu larut,asisten Ferdi memutuskan untuk mencari penginapan dan beristirahat.Mengingat perjalanan dari desa begitu macet sangat menguras tenaganya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!