NovelToon NovelToon

Dia Juga Anakku

Harus Bertanggung Jawab.

💝💝💝💝💝💝

...Happy reading......

.

.

"Apa! El tidak mau menikahinya, Pa," tolak Elvino pemuda tampan yang masih kuliah semester akhir, jurusan manajemen informatika di fakultas ternama yang bertaraf internasional. Dia adalah anak yang sangat pemalas dan sukanya pergi ke bar untuk mabuk-mabukan bersama teman satu server nya.

Gara-gara perbuatannya itulah Elvino dipaksa oleh orang tuanya menikahi gadis yang ia perkosa satu bulan lalu. Sekarang gadis tersebut tengah mengandung tiga Minggu, dan tidak tahu anak Elvino atau anak kedua sahabatnya.

"Elvino, jangan sampai Papa menyeret mu ke penjara karena kau menjadi laki-laki pengecut, tidak ingin bertanggung jawab atas perbuatan mu sendiri," ucap Tuan Arka ayah nya Elvino.

"Pa... tapi kenapa harus El saja yang bertanggung jawab, bukannya ada Aiden dan Hendra. Mereka juga memperkosa gadis it---"

Plaaak!

"El, apakah kamu tidak malu berkata seperti itu? Dimana otak mu, hah! Bagaimana jika yang di perkosa adalah adik perempuan mu. Apakah kau akan diam saja dan mencari tahu siapa ayah bayi yang ia kandung? Tidak kan," sela Tuan Arka menampar putra sulungnya cukup keras. Saking kerasnya, tangan beliau ikut merasakan kebas.

"Papa, sudah hentikan! Jangan sakiti putra kita," sela ibundanya Elvino menjauhkan putranya agar tidak di pukul lagi.

"Ini, inilah yang membuat Elvino menjadi manja dan tidak ada kerjaan selain mabuk-mabukan. Coba Mama periksa nilai kuliah nya, benar-benar tidak bisa dibanggakan sama sekali," ujar Tuan Arka marah pada istrinya.

"El, Papa tidak mau tahu, nanti malam kita akan mendatangi rumah gadis itu dan melamarnya untuk menjadi istri mu," ucap laki-laki paruh baya itu lagi.

"Pa, keluarga gadis itu saja tidak datang untuk minta tanggung jawab pada anak kita, kenapa Papa malah memaksa El untuk bertanggung jawab?" Risa mamanya Elvino kembali protes. Meskipun tadi sudah mendapatkan amarah dari suaminya.

"Lagian benar kata El, kenapa harus dia saja yang bertanggung jawab. Bukannya Hendra sam---"

"Karena orang yang mengancam Papa memiliki foto dan video saat El melakukannya. Jika kita biarkan, maka bisa dipastikan, dalam satu hari, perusahaan Wijaya akan bangkrut. Apa kalian semua mau hidup di jalanan? Jika mau, maka El tidak perlu menikahi gadis itu," ungkap Tuan Arka yang sebetulnya mendapat ancaman dari seseorang yang tidak dia kenal.

"Apa? Be--benarkah!" seru Risa terbata-bata tidak percaya jika masalahnya serumit itu.

"Iya, benar! Sekarang kalian pilih, mau hidup di jalanan dan dihina. Atau Elvino menikahi gadis itu. Setidaknya sampai anaknya lahir,"

"Maksudnya bagaimana?" kali ini Elvino yang bertanya.

"Iya, kamu cukup nikahi dia sampai anak itu lahir. Setelah nya kalian boleh berpisah, karena Papa sangat yakin jika gadis itu pasti sangat membencimu atas perbuatan biadab kalian," jawab Tuan Arka, sebab dia menyuruh anaknya menikah memang untuk bertanggung jawab saja. Agar orang yang mengancamnya tidak bisa mengambil keuntungan dari hal tersebut.

"El, menurut Mama benar kata papamu, kamu menikah saja sama dia. Kan hanya menikah, Nak. Daripada kita harus tinggal di jalanan," bujuk Risa pada putranya.

"Tapi kita kan belum tentu, gadis itu mau atau tidak. Bagaimana jika mereka malah melaporkan El ke kantor polisi?" jawab Elvino mulai mempertimbangkan usul papanya.

"Soal itu kamu tenang saja, kamu cukup berkata mau. Sisanya biar Sekertaris dan pengacara Papa yang mengurusnya,"

"Pengacara? Kenapa harus ada pengacara? Apakah Papa mau memasukan El ke penjara?" tanya Elvino belum paham.

"Aakk! Pa, Papa kenapa malah menarik telinga El, sih!" anak muda itu megaduh kesakitan, karena telinga nya di tarik oleh ayahnya.

"Makanya, saat disuruh sekolah itu. Belajar yang benar. Agar tidak bodoh seperti dirimu." ucap Tuan Arka benar-benar tidak tahu lagi harus seperti apalagi menasehati putranya.

"Tapi Mama juga tidak tahu kenapa ada pengacaranya, Pa?" sambung Risa nyengir kuda.

"Huh! Anak dan ibunya sama saja," kata Tuan Arka meminum kopinya lebih dulu. Baru setelah itu dia menjelaskan pada anak dan istrinya.

"Ma, Elvino, begini. Jika El menikahi gadis itu, tidak mungkin kita lepas tangan. Tentu harus ada perjanjian. El dan dia harus menikah kontrak, sampai anak mereka lahir. Setelah itu mereka akan berpisah. Meskipun itu bukan anak El, tapi kita akan tetap memberikan kompensasi. Semua itu membutuhkan pengacara," papar beliau dengan jelas.

"Berarti El hanya perlu menikahi dia saja, 'kan?" tanya Elvino mulai paham.

"Iya, cukup menikahi dia saja sampai bayi yang dia kandung lahir. Tapi kalian tetap harus tinggal bersama, nanti jika kamu setuju kita akan membuat perjanjian bersama dengan gadis itu. Agar dia juga mendapatkan keadilan,"

"Nak, terima saja, lagian ini salah kalian juga yang mabuk tiap malam. Jadi seperti ini kan," ucap Risa mengelus bahu Elvino.

"Eum... baiklah, El mau. Tapi El tidak mau pernikahannya di ketahui oleh orang-orang," jawab Elvino akhirnya setuju juga.

"Tenang saja, pernikahan kalian memang akan di sembunyikan. Alias tertutup dari umum," Tuan Arka tersenyum, sebab dia tidak perlu takut jika perusahaannya akan bangkrut.

BERSAMBUNG...

.

.

PENGENALAN TOKOH DAN VISUAL NYA.☺️

Elvino Atma Wijaya.

umur 22 tahun.

Adelia Putri.

Umur 19 tahun.

Hendra Ilyas.

Umur 22 tahun.

Aiden Azriel.

Umur 22 tahun

Jangan lupa untuk memberikan dukungannya, ya Terima kasih 🙏🙏😘

Barang Buat Lamaran.

💝💝💝💝💝💝

...HAPPY READING......

.

.

Malam harinya, pukul tujuh malam. seluruh anggota keluarga Wijaya sudah bersiap-siap untuk berangkat ke rumah Adelia Putri. Gadis yang sudah di perkosa oleh Elvino. Setelah perdebatan dan rundingan tadi siang. Akhirnya meskipun dengan terpaksa, El menerima juga permintaan ayahnya untuk menikahi gadis yang mukanya saja Elvino sendiri tidak ingat.

Sebab pada saat kejadian naas malam itu, dia mabuk berat, begitu pula dengan kedua sahabatnya. Hendra dan Aiden malahan pingsan tidak sadarkan diri sampai pukul sembilan pagi.

Tok!

Tok!

"Masuk!" titah Elvino dari dalam kamarnya.

Ceklek!

Suara pintu yang dibuka dari luar, oleh seorang gadis remaja umur lima belas tahun bernama Raya Raditya Wijaya.

"Kak," panggil Raya hanya berdiri di depan pintu masuk.

"Heum, apa?

"Kakak, cepatlah! Papa dan Mama sudah menunggu sejak tadi," desak Raya adik kandung Elvino yang sudah menginjak remaja. Gadis cantik itu berbanding terbalik dengan kakaknya. Dia adalah anak yang sangat pintar dan menuruti perintah dari kedua orang tuanya.

"Iya, tunggu saja di bawah, sebentar lagi Kakak akan turun," jawab Elvino yang tengah bersiap-siap.

"Baiklah, tunggu di bawah bersama mama dan papa," ucap si cantik Raya. Menutup kembali pintu kamar sang kakak.

"Huh!" Elvino menghela nafas berat karena dia begitu terpaksa untuk menikahi gadis yang sudah menjadi korban atas perbuatannya.

"Semoga aja ceweknya nggak jelek- jelek banget," ucap El pada pantulan dirinya di depan cermin meja rias. "Aku yang tampan ini harus menikahi gadis yatim piatu yang asal-usulnya saja belum tahu. Benar-benar sial banget, 'kan," rutuknya seakan semua itu bukan karena kesalahannya yang mabuk-mabukan.

"Awas aja, aku akan membuat dia tersiksa selama menjadi istriku. Semua ini salah dirinya yang pakai acara hamil," Elvino terus saja mengerutuk seperti para ibu-ibu kompleks. Setelah mengambil kunci mobil dan dompetnya. El pun keluar dari kamar menyusul keluarganya yang sudah menunggu di ruang keluarga.

"Adikmu saja yang perempuan sudah siap sejak tadi. Tapi kenapa dirimu lama sekali?" hardik Tuan Arka langsung berdiri begitu melihat kedatangan putra sulungnya. Elvino tidak menjawab dan terkesan cuek dengan perkataan sang ayah. Sebab ayahnya itu selalu marah-marah. Tidak sama seperti mamanya yang selalu berkata lemah lembut, meskipun El sudah melakukan kesalahan.

"Pa, Raya ikut kakak, ya?" ucap Raya saat mereka tiba di garasi mobil yang di dalam mobil tersebut sudah ada beberapa bingkisan dan seperangkat barang-barang untuk lamaran Elvino terhadap Adelia.

Kedua orang tua El, memang sudah beberapa kali bertemu dengan Adelia. Pertemuan pertama mereka saat gadis itu dirawat intensif selama hampir satu Minggu. Sebab selain mengalami trauma, Adelia juga cindera akibat dia melawan saat hendak di perkosa. Makanya gadis tersebut pingsan tidak tahu apa yang terjadi lagi setelah El yang menodai dirinya lebih dulu.

"Iya, kamu memang harus berangkat bersamanya. Sebab jika tidak ditemani, Papa takut dia akan kabur dari lamaran ini," jawab Tuan Arka seraya membuka pintu mobil untuk istrinya. Setelah itu lelaki paruh baya yang sudah berumur empat puluh empat tahun itu ikut menyusul masuk kedalam mobilnya sendiri.

"Ck, sebetulnya aku anak papa atau bukan, sih," decak Elvino membuka pintu mobil untuk dirinya sendiri. Sebab sang adik sudah masuk lebih dulu.

Braak!

Suara pintu mobil yang di tutup oleh El.

"Kakak tidak boleh bicara seperti itu, jelas-jelas Kak El anaknya papa sama Mama," ucap Raya yang lebih sering menasehati Elvino.

"Adek kan nggak tahu rasanya dimarahi setiap hari, makanya bisa bicara seperti itu," jawab El membela dirinya. Tanpa berpikir apa yang membuat orang tuanya bisa marah setiap hari.

"Ya, ya... terserah Kakak saja," ujar Raya yang merasa masih waras. "Kak, Kakak beruntung loh, karena papa menjodohkan Kakak sama Kak Adel. Raya sudah melihat fotonya dari ponsel mama dan ternyata orangnya sangat cantik," Raya sengaja mengalihkan topik pembicaraan. Agar tidak memperburuk mood kakanya. Bila hal tersebut terjadi, bisa-bisa apa yang sudah direncanakan oleh orang tua mereka akan gagal total.

"Ah, mau secantik apapun, Kakak tetap tidak akan menyukainya," dusta Elvino. Padahal di dalam hatinya lagi bertanya-tanya. Benarkah gadis bernama Adelia itu cantik? Begitulah kiranya pikiran Elvino.

"Wah, serius nih, awas ya, jika Kakak sampai jatuh cinta," seru Raya ragu pada jawaban sang kakak.

"Iya, Kakak beneran! Lagian selera Kakak bukan gadis biasa-biasa saja," El menjawab yakin. Sebab sejauh ini dia memang selalu memacari gadis modis dan kaya raya seperti keluarga Wijaya.

Selain tukang mabuk dan pemalas. Elvino terkenal sebagai cowok Playboy kelas kakap. Hampir semua wanita cantik di universitas tempat ia menimba ilmu pernah El pacari. Selain memiliki wajah tampan, Elvino adalah anak pengusaha terkenal. Siapa juga yang tidak mau menjadi kekasihnya.

"Huem! Tapi Raya harap semoga Kakak bisa menyukai Kak Adel. Walaupun belum pernah bertemu dengannya, tapi kata mama, dia wanita yang sangat baik," sambil mengikuti mobil orang tua mereka dari belakang. Dua saudara kandung itu mengobrol bersama, untuk menghilangkan rasa jenuh. Sebab dari rumah kediaman Wijaya, ke rumah paman Adelia memang cukup jauh. Mungkin sekitar empat puluh menit, bila menaiki kendaraan roda empat.

"Ha... ha... Mama kita setiap ketemu orang yang ramah, selalu dia bilang baik. Jadi kamu jangan percaya begitu saja," tawa El merasa lucu. Sebab Risa ibunya memang seperti itu.

"Tapi menurut Raya, Kak A---"

"Apakah ini rumahnya?" sela Elvino setelah melihat mobil orang tua mereka berhenti di depan sebuah rumah sederhana.

"Benar, sepertinya iya!" jawab Raya bersiap untuk turun, karena kedua orang tua mereka juga sudah keluar dari mobil dan terlihat pula ada pasangan suami-istri yang menyambut ramah.

"Ayo Kak, ini rumah Kak Adel. Coba lihat barang-barang bawaan kita sudah dibawa keluar oleh sopir papa," ajak gadis remaja itu tidak sabar ingin bertemu dengan calon kakak iparnya.

"Iya, kamu duluan. Kakak akan menyusul setelah kalian masuk," ucap El tiba-tiba jantungnya berdegup kencang tidak karuan.

"Baiklah, tapi awas ya jika Kakak sampai kabur!" ancam Raya keluar dari mobil dan ikut bersalaman dengan orang yang menyambut kedatangan keluarga mereka.

"Selamat malam, Om, selamat malam Tante," ucap Raya menyalami keduan pasangan tersebut.

"Malam juga, Nak. Ternyata selain cantik, kamu juga sangat ramah," puji Tante dari Adelia yang bernama Mona. Wanita itu adalah adik ipar dari almarhum ayahnya.

"Terima kasih, Tan," jawab Raya tersenyum.

"Ray, kenapa kakakmu tidak keluar?" tanya Tuan Arka menoleh kearah mobi putranya yang berjarak sekitar lima belas meter. Sebab jika langsung masuk ke pelataran rumah Adel, tidak muat. Halaman rumah tersebut sangatlah kecil.

"Masih di mobil, Pa. Katanya kita di suruh duluan masuk. Nanti Kakak akan menyusul,"

"Astaga, maaf, maafkan kami, Tuan, Nyonya! Saya sampai lupa mengajak kalian masuk, karena begitu kaget dengan barang bawaan kalian," ujar Mona merasa malu. Tamu yang akan melamar keponakan mereka bukanlah sembarangan, jadi tentu ada rasa malu dan takut secara bersamaan. Meskipun semua ini atas perbuatan biadab Elvino, tetap saja jika bagi orang miskin seperti keluarga Adelia, tidak berani untuk berbuat kurang ajar dan tidak sopan.

*BERSAMBUNG*...

Tatapan Membunuh.

💝💝💝💝💝💝💝

...HAPPY READING......

.

.

"Huh! Kenapa aku jadi gugup, sih!" sudah berulangkali Elvino menarik nafas dalam-dalam lalu ia hembuskan. Guna menenangkan hatinya yang terasa nano-nano. Entah mengapa dia begitu gugup untuk masuk ke rumah sederhana. Namun, seperti rumah horor bagi seorang Elvino Raditya Wijaya.

"El, tenanglah! Kamu bukan mau bertemu hantu. Anggap saja di dalam hanya ada nenek -nenek dan kakek lansia," ucapnya menenangkan hatinya sendiri.

"Tenang, tenang!" setelah bisa menguasai kegugupan jantung yang bertalu-talu. Elvino keluar dari mobil dan berjalan sangat tampan bak seorang model papa atas. Padahal dia hanya akan masuk sebuah rumah sederhana dan lebih parahnya lagi. El harus melepas sepatu yang ia pakai. Sebab bukan kediaman mewah Wijaya yang masuk rumah boleh membawa alas kaki.

"Astaga! Kenapa kamu harus menikah dengan orang miskin El? Ini nih salah satu yang bikin kesal. Mau masuk rumah saja harus berjongkok terlebih dahulu." ujarnya terus saja mengoceh. Sehingga melupakan rasa gugup yang ia rasakan tadi.

"El, kenapa kamu hanya diam saja? Ayo masuk!" ucap Tuan Arka melihat putranya berdiri di depan pintu masuk seperti orang yang lagi minta sumbangan.

"Agh... i--iya," jawab El terbata. Ternyata jiwa premannya hilang begitu saja karena akan berhadapan dengan Adelia dan keluarganya.

"Selamat ma--malam, Om. Tante," ucapnya lagi menyalami Mona dan suaminya. Meskipun ini adalah pertemuan kedua kaki antar El dengan paman dan bibi Adelia, tetap saja pemuda itu merasa gugup.

"Iya, selamat malam, silahkan duduk!" ucap Hasan paman Adelia. Laki-laki yang sudah gadis itu anggap seperti ayahnya sendiri. Hasan dan Mona istrinya begitu menyayangi Adel. Mereka tidak pernah pilih kasih terhadap keponakan dan anak kandungnya.

Adelia bekerja atas keinginan gadis itu sendiri, sebab ia sangat ingin kuliah. Dia sadar diri jika paman dan bibinya orang tidak mampu. Sudah diberi makan dan tempat tinggal secara gratis saja dia sudah berterima kasih.

"Iya, Om," jawab Elvino duduk di sofa singgel. Namun, sebelum benar-benar duduk, El sempat menatap ke sekeliling mereka. Untuk melihat gadis bernama Adelia yang akan ia nikahi. Terkesan aneh memang, sebelum dilamar calon istrinya sudah ia hamili lebih dulu. Akan tetapi dia hanya melihat dua gadis remaja perempuan dan laki-laki, yang seumuran dengan Raya adiknya.

"Kemana gadis itu? Apakah dia tidak akan keluar? Aku begitu penasaran dengan wajahnya. Jangan-jangan dia adalah nenek tua yang statusnya saja yang masih gadis."

Gumam El pada dirinya sendiri. Sekarang dia sedikit tenang, walaupun masih dirundung rasa penasaran akan sosok Adelia.

"Bu, coba panggil Adel," titah Hasan pada sang istri, karena semenjak kejadian itu keponakannya lebih tertutup, tidak mau bertemu dengan orang yang baru dikenalnya.

"Baik, Yah." sahut Tante Mona berdiri dari duduknya. "Nyonya, sebentar ya, Saya akan panggil Adel," ucapnya lagi sebelum meninggalkan ruang keluarga.

Keluarga Adelia memang sempat marah atas perbuatan biadab yang dilakukan oleh Elvino. Namun, hanya waktu itu saja, sebab yang namanya musibah, maut dan takdir, siapa bisa mencegah nya. Meskipun orang miskin, tapi Pak Hasan tidak mau mengambil keuntungan dari musibah yang menimpa keponakan satu-satunya itu.

Keputusan beliau mau menerima lamaran dari Tuan Arka. Selain yang memperkosa Adel adalah Elvino. Pak Hasan tidak mungkin juga membiarkan keponakannya hamil diluar nikah. Walaupun tetangga sekitar tahu bahwa kehamilan Adel karena dia diperkosa bukan karena pergaulan seperti gadis di luar sana.

Tok!

Tok!

"Adel, Adel, ini Tante," panggil wanita tersebut mengetuk pintu kamar sang keponakan.

"Iya Tante, sebentar Adel buka pintunya," sahut gadis itu berjalan mendekati pintu. Rasanya jika tidak memikirkan untuk bertemu dengan Tuan Arka dan istrinya. Adel sangat malas untuk keluar dari kamar.

Ceklek!

"Astaga, Nak! Kenapa belum menganti baju mu?" seru Tante Mona melihat Adel masih mengunakan baju tidur berlengan panjang. Dia sudah mandi, tapi tidak memakai gaun yang dikirim oleh calon ibu mertuanya.

"Tante... Adel di sini saja," keluhnya penuh permohonan.

"Kenapa? Bukannya kita sudah membahasnya dua hari lalu?" dengan penuh kesabaran Tante Mona menarik sang keponakan masuk kedalam kamar dan diajak duduk dipinggir ranjang tempat tidur. Beliau sangat mengerti seperti apa hancurnya kehidupan gadis itu. Bukan hanya diperkosa, tapi hamil pun tidak tahu anak laki-laki yang mana.

"Tante," lirih Adel langsung memeluk Tante Mona sambil menagis pilu. Adailah dia masih memiliki orang tua sendiri, maka Adel akan menolak pernikahan tersebut. Namun, karena tidak ingin menyusahkan sang paman. Mau tidak mau, Adelia harus menerimanya. Sudah cukup selama ini dia menyusahkan sang paman dan istrinya.

"Ada apalagi, huem? Nak Elvino dan keluarganya datang dengan niat baik. Jangan takut, mereka tidak akan menyakitimu," ucap Tante Mona merenggangkan pelukan mereka dan menatap muka Adel. Guna menyakinkan gadis itu.

"Sekarang ayo ganti bajunya, biar Tante bantu," ucap wanita paruh baya itu lagi.

"Tidak, Adel tidak mau keluar, cukup Tante dan paman saja yang menemui mereka," tolak Adel tiba-tiba berubah pikiran. Tangannya tiba-tiba mengeluarkan keringat dingin dan tubuhnya gemetaran.

"Adel, jangan takut, ada paman dan Tante. Kami tidak akan membiar siapapun menyakitimu," ujar Tante Mona yang sudah tidak dihiraukan lagi oleh Adel. Dia meringkuk kearah kepala ranjang. Sama seperti seseorang yang lagi berusaha melindungi diri.

"Pergi, pergi!" teriak Adel kembali histeris.

"Adel, Adel tenanglah! Ini Tante, Nak," melihat Adel seperti itu akhirnya Tante Mona keluar dari kamar untuk memberi tahu suaminya.

"Bu, mana Adel?" tanya Paman Hasan melihat istrinya hanya keluar seorang diri.

"Eum... Adel ada di kamarnya, dia tidak mau keluar dan sekarang lagi menagis seperti waktu itu," tutur beliau dengan muka khawatir.

"Apa! Bagaimana bisa," seru Paman Hasan merasa heran, karena sebelumnya dia sudah menanyakan pada Adelia dan keponakannya menjawab bersedia untuk di nikahi.

"Entahlah, saat aku masuk dia masih memakai baju tidurnya, dan saat disuruh menganti gaun yang Nyonya Risa belikan dia malah menangis histeris," papar beliau juga bingung tidak tahu kenapa.

"Mona, izinkan Saya berbicara dengannya, apa boleh?" imbuh Nyonya Risa berdiri untuk membujuk calon menantunya.

"Silahkan Nyonya, biasanya dia tidak seperti itu, kecuali saat habis kejadian," kata Tante Mona mempersilahkan. Lalu Nyonya Risa pun mengikuti Tante Mona untuk melihat keadaan Adelia.

"Apakah dia mengalami trauma, gara-gara perbuat kami?"

Tanya El didalam hatinya.

Sementara itu di dalam kamar.

"Adel, hei... ini Mama Risa, Nak. Jangan takut, diluar tidak ada siapa-siapa," ucap Nyonya Risa menyentuh pundak Adel. Sehingga membuat gadis itu menoleh kearah beliau.

"Jangan takut, tidak ada hal buruk apapun. Tenang ya, jangan seperti ini, ada Mama dan Tante mu," ucap Nyonya Risa kembali menenangkan.

"Tante Mona, Mama," lirih Adel menyapu air matanya sendiri.

"Iya, ada Tante Mona dan Mama, jangan takut ya. Kamu harus bisa melawan mereka, ada Mama yang akan menghukum mereka semua, Oke!" ujar Nyonya Risa tersenyum melihat betapa cantik calon menantunya itu. Tidak heran jika dalam keadaan mabuk putranya sampai memperkosa Adel.

"I--iya," Adel mengaguk pelan.

"Sekarang kamu harus keluar dan menganti baju lebih dulu. Agar paman mu bisa menyelesaikan masalah ini," bujuk Tante Mona kembali membahas pakaian.

Namun, Adelia kembali mengelengkan kepalanya. Entah kenapa mendengar kata pakaian tiba-tiba dia merasa tidak suka.

"Tapi---"

"Mona, sudah tidak apa-apa. Adel tidak perlu mengganti baju nya. Dia sudah cantik meskipun hanya memakai baju tidur seperti ini," sela Nyonya Risa berdiri dari sisi ranjang dan mengulurkan tangannya untuk membantu Adelia turun dari atas tempat tidur.

"Ayo, kita keluar, kamu harus berani. Semuanya akan baik-baik saja," entah dorongan dari mana. Adel menerima uluran tangan tersebut dan mengikuti Tante Mona dan calon ibu mertuanya.

Begitu melihat kedatangan Adelia, semua yang ada di ruang keluarga menoleh, termasuk Elvino.

Deg!

El menelan Saliva nya sendiri setelah menatap gadis yang di gandeng oleh mamanya.

"Apakah dia gadis itu? Kenapa matanya sangat menakutkan?"

Gumam Elvino membuang pandangan matanya. Melihat tatapan seperti membunuh dari Adelia, tiba-tiba El merasa bergidik ngeri.

BERSAMBUNG...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!