LUCDEW 1
"Ehem," suara deheman itu menghentikan adegan ciuman yang dilakukan oleh sang bos dan kekasihnya.
Lucian Kingsford menghentikan ciuman mesranya pada sang kekasih ketika asistennya sudah berada di dekat pintu masuk.
"Rapat sudah siap, Tuan," kata Allez.
Lucian menyahut singkat dan menyuruh Allez ubruk menunggunya di ruangan meeting
Lalu Allez pun keluar dan Lucian kembali memandang kekasihnya itu.
"Kau akan menunggu?" tanya Lucian.
"Ya, aku tak ada kegiatan hari ini dan aku akan menunggum di sini sampai selesai," sahut Nancy tersenyum.
"Oke, tunggulah di sini," jawab Lucian dan kemudian berbalik keluar.
"Lucian, jangan terlalu lama," kata Nancy sebelum Lucian pergi.
Lucian hanya mengangguk dan Lucian tersenyum.
Nancy kemudian duduk di sofa lalu membuka ponselnya. Dia bahagia bisa bersama dengan Lucian meskipun ia tahu Lucian adalah seorang playboy yang tak pernah lama menjalin kasih dengan wanita mana pun.
Dan Nancy bertekad akan menundukkan Lucian bagaimana pun caranya agar Lucian tak meninggalkannya dan mencari wanita lain lagi.
Nancy ingin dirinya menjadi wanita terakhir dalam hidup Lucian dan akan membuatnya mencintainya serta menikahinya.
*
*
Dew tampak memandang sendu pada putra semata wayangnya yang kini terbujur tak berdaya di atas ranjang rumah sakit.
Tangan dan kakinya terbalut gips karena kemarin anak laki laki tampan itu tertabrak mobil ketika sedang menaikinya sepedanya dalam keadaan marah.
"Maafkan Mommy, Luca," ucap wanita muda itu dengan suara lirih.
Tampak dari belakang, seorang wanita memasuki ruangan perawatan itu.
"Hei, bagaimana keadaannya?" tanya Helen -- sahabat Dew.
"Tubuhnya melemah dan dia tak mau makan apa pun," jawab Dew pelan.
"Dan ini masih tentang masalah kemarin?" tanya Helen.
"Ya, apa yang harus kulakukan, Helen? Aku benar benar tak ingin mengemis pada keluarga pria itu. Kami tak saling mengenal dan akan sangat lucu jika aku tiba tiba datang kepada mereka dan mengatakan bahwa Luca adalah keturunan mereka," sahut Dew yang tampak putus asa.
"Kau tahu kan bahwa pemikiran Luca tak seperti anak anak pada umumnya. Dia hanya ingin mencari ayah kandungnya. Dia sudah berada di titik terendah di mana ia sudah tak kuat lagi dihina hanya karena tak memiliki seorang ayah. Pahami perasaannya. Kau tak mengemis pada mereka, tapi kau hanya memperjuangkan kebahagiaan Luca. Jika kau tetap keras kepala dengan pendapatmu maka kau akan di cap sebagai ibu yang egois di mata Luca, Dew. Ikuti keinginannya. Dia hanya ingin bertemu ayahnya. Tak lebih," kata Helen.
"Bagaimana jika pria itu tak menerimanya? Itu akan menyakiti hati Luca," sahut Dew.
"Setidaknya kau bisa jujur padanya pada akhirnya. Tak ada lagi yang kau tutupi darinya. Dan Luca pasti akan merasa lebih lega karena setidaknya ia tahu bahwa ia memiliki seorang ayah dan keluarga besar," jawab Helen.
"Aku masih takut menghadapinya, Helen. Kami benar benar tak saling mengenal. Dan malam itu benar benar ..."
"Sudahlah, sekarang pikirkan kesehatan Luca. Pertemukan dia dengan ayahnya. Hanya itu yang dia mau, Dew. Bawa pria itu kemari agar Luca bisa menemuinya," kata Helen.
"Aku tak tahu di mana alamat rumahnya," sahut Dew.
"Are you kidding? Siapa yang tak mengenal keluarga Kingsford? Aku akan mencarinya di internet," jawab Helen.
"Aku masih belum siap menghadapi keluarga besar itu, Helen. Pengaruhnya sangat besar dan bagaimana jika mereka justru melenyapkan Luca?" sahut Dew.
"Keluarga Kingsford memiliki reputasi yang baik meskipun mereka berkuasa," jawab Helen.
"Mereka masih di New York. Itu artinya kau harus ke New York besok, Dew. Aku akan menjaga Luca di sini," kata Helen memegang tangan Dew.
Dew memegang kepalanya dan beberapa kali mengusap air matanya yang selalu akan keluar.
Helen selalu memberikan saran agar Dew melakukan hal itu untuk kebahagiaan Luca.
Lalu Helen memeluk Dew dan memberikan semangat serta dukungannya pada wanita yang wajahnya terlihat lelah karena rasa frustasinya itu.
"Kau pasti bisa menghadapinya, Dew. Kau wanita yang sangat kuat. Kau hidup sendirian di usia 18 tahun dengan bayi di dalam perutmu. Jadi apa lagi yang kau takutkan? Kau sudah mengalami semua hal terburuk di dalam hidupmu. Jadi pergi ke New York adalah hal yang kecil bagimu," kata Helen memberikan semangat pada Dew.
Dew hanya mengangguk dan saja mencoba berpikir lebih tenang lagi.
*
MORNING DEW JENSEN, seorang wanita muda berumur 26 tahun yang memiliki putra berumur hampir 8 tahun bernama Luca.
Terjebak satu malam bersama seorang pria yang tak dikenalnya di sebuah hotel setelah berpesta bersama kakak tirinya yang bernama Leticia.
Dew yang kala itu mabuk dan meminum semacam narkoba, membuat dirinya tak terkendali dan melakukan hubungan semalam dengan pria asing.
Dan pria asing itu adalah tamu yang kebetulan sedang menginap di hotel yang ada di kota Dew tinggal.
Setelah malam panas itu, pria itu memberikan sejumlah cek besar di meja nakasnya dan meninggalkannya karena menganggap Dew adalah wanita panggilan.
Ketika Dew akhirnya hamil, Dew pun mencari tahu tentang pria itu melalui informasi tamu hotel di mana malam itu mereka bercinta bersama.
Hingga akhirnya Dew mengetahui bahwa pria yang tidur dengannya bukanlah pria sembarangan dan itu membuatnya mundur untuk memberitahukan tentang kehamilannya pada Lucian.
Gadis 18 tahun itu akhirnya terusir dari rumahnya sendiri karena Leticia mengatakan bahwa Dew menjual dirinya selama ini dengan banyak pria hingga akhirnya hamil dan tak tahu siapa yang menghamilinya.
*
*
NEW YORK
"Aku ingin bertemu Nyonya Beau Kingsford," ucap Dew pada petugas keamanan di depan gerbang mansion keluarga Kingsford.
"Siapa nama anda?" tanya pria itu dengan sopan.
"Namaku Morning Dew Jensen. Ada yang ingin aku bicarakan dan ini sangat penting," kata Dew sedikit gugup.
"Bisa melihat kartu tanda pengenal milik anda?" tanya pria itu lagi.
Lalu Dew pun mengambil kartu nama itu dari tas nya kemudian memberikannya pada petugas security.
Pria itu melihatnya lalu mengembalikannya lagi.
"Silahkan ikuti aku. Nyonya sedang berada di taman samping," kata pria itu.
Lalu Dew melangkah di belakang pria itu dan berjalan menuju langsung ke area taman samping lewat luar.
Dew melihat dua orang pria dan wanita tampak duduk sembari bercengkerema di sofa taman yang terlihat mewah.
Dew semakin gugup dan menggenggam tangannya erat erat.
"Nyonya, ada yang ingin bertemu dengan anda," kata security itu.
Lalu wanita paruh baya yang masih sangat cantik itu melihat ke arah Dew dan tersenyum ramah. Begitu juga dengan pria di sebelahnya yang tak lain adalah Tuan besar River Kingsford.
"Apakah aku mengenalmu, Sayang?" tanya Beau yang beranjak berdiri dan mendekati Dew.
"Tidak, a-aku ... N-namaku Dew dan aku ingin mengatakan sesuatu pada anda," jawab Dew gugup hingga akhirnya Beau memegang tangan yang kini terasa dingin.
"Tak perlu gugup. Katakan ada apa?" tanya Beau yang semakin penasaran.
"Aku memiliki anak dari Lucian Kingsford -- putra anda," jawab Dew yang tentu saja membuat River dan Beau terkejut hingga River beranjak berdiri dari tempat duduknya.
LUCDEW 2
(Cara baca nama DEW : DU)
Beau masih menatap serius ke arah Dew dan mempelajari mimik wajahnya, apakah Dew sedang berbohong atau tidak.
Tapi Beau melihat kejujuran di mata Dew dan itu terlihat juga dari sikap panik Dew.
"Bagaimana kau bertemu dengan Lucian?" tanya River.
"A-anda bisa menyelidikiku dan aku berkata yang sebenarnya. Aku berkata jujur dan tak berbohong," kata Dew dengan suara bergetar.
"Kami tak mengatakan kau berbohong. Jawab pertanyaanku tadi," jawab River.
"Aku bertemu dengan Lucian di sebuah hotel dan sedikit terjadi kesalahpahaman di sana hingga kami bersama satu malam," kata Dew.
"Jadi sebelumnya kalian tak saling mengenal?" tanya Beau.
Dew menggeleng.
"Duduklah dulu lalu ceritakan semuanya," kata Beau menggandeng tangan Dew.
"Bisakah kalian memanggil Lucian juga. Aku akan menceritakannya jika dia juga berada di sini agar aku tak akan bercerita berkali kali," kata Dew.
"Lucian ada di kamarnya. Aku akan memanggilnya. Kebetulan seminggu ini dia tidur di sini," kata Beau.
"Biar aku yang meneleponnya," kata River sedikit geram dengan ulah anak bungsunya yang paling tengil itu.
Lalu River menelepon sang putra bungsu dan menyuruhnya untuk segera ke taman sampinv
Lalu Beau melambaikan tangannya pada pelayan hingga pelayan itu berlari menghampirinya.
Beau menyuruh pelayan itu membuatkan minuman untuk Dew.
Sepuluh menit kemudian, Lucian tampak berjalan dari arah dalam kamarnya dan hanya mengenakan celana panjang hitamnya tanpa memakai bajunya.
"Ada apa, Dad?" tanya Lucian yang kemudian melihat ke arah Dew yang tak dikenalnya.
"Kau ingat siapa dia?" tanya River to the point.
Lucian melihat ke arah Dew, tapi Dew tak berani melihatnya.
"Aku tak mengenalnya," sahut Lucian santai karena ia memang tak mengenal Dew.
"Lucian, lihatlah dia," kata Beau pada Dew dan membuat Dew mendongak ke atas dan melihat sosok tampan itu lagi.
Lucian tampak banyak berubah terutama tubuh atletisnya yang terlihat semakin hot dibanding 8 tahun yang lalu. Tapi wajah Lucian sangat mirip dengan Luca hampir 80 persen.
"Aku tak mengenalmu. Siapa kau?" tanya Lucian.
"Lucian!! Keterlaluan sekali jika kau tak mengenal wanita yang kau hamili!!" bentak River.
"What??? Aku tak pernah sembarangan berhubungan dengan wanita, Dad. Dia pasti berbohong," sahut Lucian yang tentu saja terkejut dengan apa yang dikatakan sang Daddy.
"Di mana kita bertemu?" tanya Lucian.
"Di Hampton inn Ohio," jawab Dew pelan dan menunduk.
"Ya, kau berbohong. Aku tak ke Ohio sudah sangat lama. Jadi aku tak mungkin menghamilimu, Nona," kata Lucian.
"Berapa bulan kehamilanmu, Sayang?" tanya Beau menengahi masalah ini.
"Aku tidak hamil," jawab Dew.
"Apa maksudmu? Kau bilang tadi kau memiliki anak dari Lucian," sahut River.
"Ya, itu benar. Anakku sudah berumur 7 tahun. Aku dan Lucian bertemu 8 tahun yang lalu saat dia ke Ohio," jawab Dew.
"What???? Tak masuk akal. Mengapa kau baru menemuiku sekarang? Kau sedang ingin memerasku?" tanya Lucian emosi.
"Karena Luca sedang berada di rumah sakit sekarang. Itulah mengapa aku menemuimu!!" Sahut Dew emosi.
"Apa?? Jadi cucu kami ada di rumah sakit? Apa yang terjadi padanya?" tanya Beau khawatir.
"Mom, itu belum tentu anakku! Aku bahkan lupa dengan wanita ini," Sahut Lucian yang masih tak terima.
Lalu Dew mengeluarkan sebuah foto dari tas nya dan memperlihatkannya pada Lucian yang ada di depannya.
"Kau boleh lupa padaku, tapi Luca memiliki wajah yang sama sepertimu," jawab Dew.
Lucian melihat foto Luca dan memang wajah Luca sangat mirip dengannya.
"Banyak orang memiliki wajah yang mirip," kata Lucian yang masih kekeuh.
Beau mengambil foto itu dari tangan Lucian dan melihat foto Luca.
"Jadi namanya Luca?" tanya Beau.
Dew mengangguk dan mulai menceritakan kecelakaan yang dialami oleh Luca.
"Kami bertengkar dan dia keluar dari rumah dalam keadaan marah lalu tertabrak mobil. Keadaannya memburuk karena dia tak mau makan dan bahkan tak mau makan sebelum aku memepertemukannya dengan ayahnya," kata Dew.
Dew juga menceritakan bahwa dirinya dan Luca sering bertengkar karena masalah itu.
"Aku membesarkannya dengan baik, tapi kurasa dia masih tak puas dengan hanya memilikiku saja," lanjut Dew.
Dew juga mengatakan bahwa Luca bersikeras ingin bertemu ayahnya. Dan wanita itu juga meminta maaf jika membuat keributan di dalam keluarga Kingsford.
Tapi Beau memahami hal itu bahwa Dew melakukan hal ini karena Luca. Dew terlihat tulus dan tak berpura pura dengan wajah sendunya.
Beau kemudian memeluknya dan Lucian tampak terpaku dengan apa yang diceritakan Dew.
"Aku ingin tes DNA," kata Lucian.
Dew melihat ke arah Lucian.
"Ya, kau boleh melakukan apa pun agar kau percaya bahwa Luca adalah anak kandungmu," kata Dew.
"Berapa umurmu?" tanya Beau menangkup wajah lelah Dew.
"26 tahun," jawab Dew.
Beau tampak prihatin mendengar hal itu karena itu artinya Dew hamil ketika masih berusia 18 tahun dan itu membuat Beau meneteskan air matanya.
"Daddy tak pernah mengajarimu untuk tidur dengan seorang gadis belia, Lucian," ucap River.
"Pasti ada kesalahan di sini. Aku tak pernah berkencan dengan gadis remaja," jawab Lucian.
"Kau masih mengelak?" sahut Beau marah.
"Aku terlalu bingung dengan hal mendadak ini, Mom. Kejadiannya sudah 8 tahun yang lalu. Tentu saja aku lupa," jawab Lucian.
"Di mana Luca sekarang?" tanya Beau.
"Di Texas. Kami tinggal di sana," jawab Dew.
"Baiklah, kita ke sana sekarang juga. Lucian siapkan pesawat kita," kata River tegas.
Lucian masih terdiam dan memandang ke arah Dew sembari mengingat sosok Dew. Tapi Lucian benar benar lupa dengan wajah Dew yang mungkin sudah berubah karena 8 tahun sudah berlalu.
"Kau bisa tes DNA di rumah sakit tempat Luca dirawat," kata Dew pada Lucian.
Lucian pun terdiam dan akhirnya mengikuti perintah kedua orang tuanya untuk bersiap berangkat ke Texas pagi ini juga.
Sebelum berangkat ke Texas, mereka berempat makan pagi terlebih dulu.
Dew terlihat sangat canggung dan Beau berusaha membuatnya nyaman.
"Siapa nama panjangmu?" tanya Beau di sela sela makan pagi mereka.
"Morning Dew Jensen," jawab Dew pelan.
"Nama yang indah dan cantik, secantik wajahmu," kata Beau.
"Terima kasih," sahut Dew yang masih menunduk dan bahkan tak berani menatap ke arah Lucian yang masih belum menerima situasi ini.
"Bagaimana keadaan fisik Luca?" tanya River.
"Tangan dan kakinya patah. Kemarin dia baru dioperasi," jawab Dew.
"Oh my ... Aku sangat memahami perasaanmu. Kau pasti sangat kalut. Kau tinggal bersama orang tuamu?" tanya Beau.
"Aku tinggal sendiri," jawab Dew.
"Apa? Jadi selama ini kau tinggal sendirian?" tanya Beau kaget.
Dew mengangguk.
"Aku tak ingin menjual cerita sedihku. Tapi aku memang tinggal sendiri sejak aku hamil karena ayahku mengusirku. Jangan mengasihaniku karena ini sudah berlalu," sahut Dew.
Beau tak sanggup berkata apa pun lagi dan tak terasa air matanya menetes karena ia membayangkan gadis sekecil itu sudah harus menganggung beban hidup yang berat.
"Seharusnya kau datang pada kami lebih awal, Sayang," kata Beau mengusap tangan Dew.
LUCDEW 3
Jarak yang ditempuh dalam perjalanan panjang itu sekitar 7 jam dengan menaiki pesawat pribadi milik keluarga Kingsford.
Dew tak banyak bicara dan hanya bicara jika Beau atau River bertanya padanya.
Lucian bahkan sama sekali tak mengajaknya bicara. Dew paham dengan hal itu karena mungkin ini bagaikan bom yang mengguncang hidup Lucian pagi ini.
Setibanya di Texas, mereka langsung menuju ke rumah sakit di mana Luca dirawat. Mereka berempat masuk ke dalam kamar perawatan Luca di mana ada Helen yang menjaganya di sana.
"Syukurlah kau sudah sampai. Dia mengigau sejak tadi dan tubuhnya demam tinggi," kata Helen.
"Benarkah? Lalu bagaimana keadaannya sekarang?" tanya Dew yang terlihat sangat khawatir dengan hal itu.
"Sudah stabil," jawab Helen.
Lalu Beau dan River berdiri di samping Luca yang masih tampak tertidur. Wajahnya sedikit lebam di bagian pipi dan Beau mengusap pelan kening dan kepalanya.
"Semoga dia segera membaik," bisik Beau.
"Aku akan bicara dengan dokternya," kata Lucian yang seperti menghindari pertemuan ini karena masih banyak keraguan di dalam benaknya.
Dew melihat ke arah Lucian yang berjalan keluar. Mereka bagaikan orang asing yang tak saling mengenal meskipun dulu pernah menghabiskan malam panas berdua hingga menghasilkan seorang anak tampan bernama Luca.
"Dia masih mencerna situasi ini. Jangan khawatir, dia pasti akan menerimanya," kata Beau pada Dew.
Dew pun mengangguk. Lalu Dew melihat ke arah Helen dan menyuruhnya pulang.
Beau pun mengucapkan terima kasih pada Helen karena telah menjaga sang cucu.
*
*
"Aku ingin mengajukan tes DNA pada Luca. Tolong proses secepatnya," kata Lucian pada dokter yang menangani Luca.
"Baik, Tuan," jawab dokter itu.
"Berapa lama hasilnya keluar?" tanya Lucian.
"Dalam 24 jam saja," jawab sang dokter.
"Baiklah, aku menunggunya," kata Lucian.
"Bagaimana dengan keadaannya?" tanya Lucian lagi.
"Pemulihannya akan membutuhkan waktu yang lama karena kaki dan tangannya patah," jawab Dokter.
Lalu Lucian bertanya banyak hal tentang keadaan Luca agar ia tahu apa yang harus dilakukannya untuk bisa membuat Luca segera sembuh dan membaik kembali.
*
*
Luca mengerjapkan matanya dan mata sendu itu tampak sayu. Dew sedih melihatnya. Putranya yang biasanya aktif terlihat lemah dan tak semangat.
"Hei, Boy," sapa Lucian yang ada di sebelah Dew.
"Dia ayahmu. Ini kan yang kau inginkan, Sayang?" Lirih Dew sembari mengusap pipi sang putra tampannya.
Lucian tersenyum melihat anak laki laki di depannya yang wajahnya sangat mirip dengannya itu.
"Daddy," bisiknya yang kemudian menangis hingga tak bisa menahan suara sesenggukannya.
"Hei, kau tak boleh menangis, Sayang. Bukankah mommy sudah membawakan daddy kemari? Mommy selalu mengajarkanmu agar tak mudah menangis," sahut Dew sembari mengusap air mata Luca.
Lalu Lucian memegang lengan Dew dan meminggirkannya agar ia bisa berhadapan dengan Luca.
Pria itu lalu memeluk sang putra dan entah mengapa hatinya tersentuh dengan hal sensitif ini.
Beau pun tampak tak bisa menahan tangisnya dan River memeluknya.
Lalu Luca tampak menikmati pertemuan dramatisnya itu dengan sang Daddy. Luca mengatakan bahwa Lucian tak boleh meninggalkannya lagi.
"Kau akan selalu bersamaku," jawab Lucian yang masih memeluk Luca.
Luca kemudian melepas pelukannya dan mengusap wajah Lucian serta mengamatinya dengan seksama.
"Daddy harus datang ke sekolahku dan mengatakan pada mereka bahwa aku punya Daddy," kata Luca.
Kata kata itu benar benar menusuk hati Lucian karena dia bisa membayangkan apa yang dihadapi Luca selama ini dengan predikat sebagai anak yang tak punya ayah.
Pertemuan dramatis itu membuat semuanya tampak terbawa perasaan dan meskipun begitu Dew senang karena bisa mengabulkan permintaan putranya.
Luca sudah mau makan dan minum obat. Dan itu membuat Dew lega.
Apalagi saat ini, Beau dan River tampak sangat memperhatikan Luca. Itulah yang terpenting baginya saat ini.
*
*
Keesokan harinya, Lucian tampak membaca hasil tes DNA yang baru diterimanya siang itu.
Dan hasilnya, 99 persen Luca adalah darah dagingnya. Entah apa yang kini dirasakan oleh Lucian karena ini benar benar menjadi hal yang menggemparkan bagi dirinya.
Bagaimana tidak? Tiba tiba dia memiliki seorang putra yang usianya hampir 8 tahun.
Hidupnya tak akan lagi bisa bebas. Prioritasnya berubah karena Luca adalah putra semata wayangnya kini.
"Apakah aku akan pindah ke New York?" tanya Luca yang hari itu tampak sumringah.
"Tentu saja. Kau akan tinggal bersama nenek dan kakek juga di sana," jawab Beau sembari menyuapi sang cucu.
Lalu Luca melihat ke arah Dew.
"Mommy, kita akan pindah ke New York. YEEAAYY ...," ucap Luca bahagia.
"Kau senang, Boy?" tanya River sembari mengacak rambut sang cucu.
"Sangat, Kakek. Aku tak akan sendirian lagi," jawab Luca dengan senangnya.
CEKLEK
Lucian tampak masuk ke dalam kamar dan Luca melihatnya.
"Daddy, nenek bilang aku akan pergi ke New York," kata Luca semangat.
Lucian tersenyum dan mendekati sang putra.
"Ya, tentu saja. Kita akan tinggal bersama," jawab Lucian.
"Setelah aku sembuh, aku ingin piknik bersama mommy dan daddy. Seperti temanku yang lain," kata Luca.
"Ya, nanti kita piknik. Jadi kau harus cepat sembuh, Boy," sahut Lucian.
"Hei, kau tak mengajak nenek dan kakek juga?" tanya Beau berpura pura mencebik.
"Tentu saja aku akan mengajak nenek dan kakek," sahut Luca yang hatinya sedang sangat gembira.
Lalu Luca melihat ke arah jari Lucian yang tepat berada di atas tangannya.
"Mengapa Daddy tak memakai cincin seperti mommy?" tanya Luca yang memang sangat detail dalam melihat sesuatu.
"Apa maksudmu, Boy?" tanya Lucian.
"Kalian Mommy dan Daddy ku. Bukankah seharusnya memiliki cincin yang sama?" Tanya Luca dan kemudian melihat ke arah jari Beau dan juga River yang memiliki cincin sama.
Ya, Dew selalu menggunakan cincin di jari manisnya agar tak terlalu banyak pertanyaan dari banyak pria yang ingin mendekatinya.
Dew lebih nyaman memakai cincin itu meskipun itu bukanlah cincin pernikahan. Dan Dew lebih suka dipandang sebagai wanita yang sudah menikah dari pada wanita single.
"Look!! Seperti Nenek dan Kakek yang memakai cincin yang sama," kataLuca.
"Begini, Sayang. Mungkin cincin Daddy hilang," ucap Dew yang berjalan mendekati Luca.
Lalu Luca pun mengangguk dan tampak menyampaikan pidato panjangnya pada Lucian agar tak menghilangkan cincin itu lagi.
Luca juga mengatakan bahwa Sang Daddy harus membeli cincin yang baru.
"Kata Mommy, Daddy yang menyimpan foto pernikahan kalian. Aku ingin melihatnya," kata Luca lagi yang membuat Lucian dan Dew semakin bingung dan pusing.
"Ini lah yang aku hadapi selama bertahun tahun," bisik Dew ketika Lucian melihat ke arahnya.
"Sekarang giliranmu untuk menjawabnya," lanjut Dew.
"Bagaimana jika kita adakan pernikahan lagi agar ada fotomu di sana, Sayang?" Celetuk Beau.
"Mom??" sahut Lucian.
"Ya ... ya ... Aku ingin fotoku juga ada di dalam pernikahan Mommy dan Daddy. Apakah bisa, Nek?" tanya Luca.
"Tentu saja bisa. Nanti kakek yang mengaturnya," jawab River.
Lucian dan Dew sama sama berada dalam situasi yang sulit karena harus mengikuti kemauan Luca, putra semata wayang mereka.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!