Maria bukanlah anak yang kaya seperti teman-temannya. Ia adalah anak yang lebih pendiam dan sedikit berbeda. Bukan karena sifatnya yang memang seperti itu, tapi karena Maria tahu jika dirinya tak bisa berteman dengan teman-temannya yang berada di kelas atas.
Ia hanyalah anak yang di kalangan bawahan dan tak sama seperti mereka. Oleh karena itu ia tak ingin terlalu dekat dengan teman-temannya untuk menghindari segala Bullyan yang akan datang kepada dirinya.
Sedangkan sang ibu pun harus menjadi buruh di salah satu orang kaya di kota mereka. Tapi, Maria sama sekali tak pernah malu dengan kondisinya.
"Mama!" teriak Maria yang baru berumur 15 tahun menyambut ibunya pulang bekerja.
Ibunya tersebut yang melihat kehadiran Maria pun tersenyum lebar dan merentangkan tangan untuk menyambut sang anak yang tersayang tersebut.
Maria dengan senyum merekah masuk ke dalam pelukan sang ibu. Pelukan yang selama ini menguatkan dirinya dan membuat dirinya tak bisa lepas dari orang tuanya.
"Maria! Kau menunggu ibu lagi?" Maria pun mengangguk layaknya orang yang polos.
"Kenapa kau menunggu Mama? Mama bisa pulang tanpa kau tunggu."
"Aku hanya merindukan mu Ma. Aku tak sanggup melihat kau terus bekerja di luar. Apakah besok aku boleh membantu mu?"
Sang ibu seketika ciut. Ini yang tak ia inginkan, jika sang anak ikut bekerja, karena apa? Karena Maria terlalu cantik dan ia khawatir untuk membawa ke luar.
Kareja kecantikan yang dimiliki oleh Maria akan menjadi petaka bagi dirinya. Maria yang masih tergolong kecil belum mengerti akan hal itu.
Ia terlalu polos untuk dunia luar yang begitu memberikan. Sedangkan Maria hanya bermain di gang nya saja dan tak pernah pergi ke luar.
"Aku tidak yakin membawa mu pergi."
Maria mengercutkan bibirnya dan menghela napas panjang. Ia kira ibunya tak ingin membawa dirinya. Entahlah kenapa ibunya seperti itu.
"Kenapa Mama? Aku ingin ikut dja membantu mu."
Masalahnya di rumah majikannya itu begitu mengerikan. Ia tak memiliki kuasa. Di sana sering dijadikan tempat party dan jika mereka tahu ada Maria mungkin mereka akan menginginkan Maria. Dan karena itu pulalah ia tak ingin membawa Maria.
"Maaf sayang. Dunia luar terlalu mengerikan. Aku tak ingin kau terjerumus ke dalam dunia tersebut. Cukup tinggu aku di rumah. Aku lebih senang seperti itu dari pada kau membantu ku dan malah membuat ku kerepotan."
Maria pun menunduk sedih dan kemudian masuk ke dalam rumah reot nya yang tak terurus.
Sang ibu yang melihat wajah Maria yang seperti itu tak sampai hati. Tapi mau bagaimana lagi memang ia tak bisa membawa anaknya ke situ.
"Maria! Aku tak ingin melihat mu dijadikan tebusan hutang ku. Selama ini aku bekerja di sana untuk menebus hutang ku. Aku berusaha menyembunyikan mu dari mereka agar mereka tidak dapat mengetahui keberadaan mu dan malah meminta mu. Aku bukanlah orang yang tega melepaskan anaknya demi hutang," ucap sang ibu dengan air mata yang sedikit menetes. Menyadari hal itu ia langsung menghapus air matanya.
Ia pun masuk ke dalam rumah dan melihat jika di dalam sana sang anak tengah memasak. Melihat hal itu hatinya sedikit lega.
"Semakin hari kau semakin tumbuh dan kau juga semakin cantik. Aku harap nasib mu akan baik. Kau harus bisa mengangkat derajat orang tua mu. Maka dari itu jangan sia-siakan harapan mereka," ucap sang ibu dan Maria hanya tersenyum lebar. Ia pasti akan melakukan hal tersebut.
"Tenang saja Mama. Aku pasti akan melakukan hal tersebut kepada mu. Aku adalah anak yang peduli kepada mu. Kau tak perlu khawatir."
Ia pun tersenyum lebar. Inilah anaknya yang selama ini ia inginkan, peduli kepadanya, tidak hanya kepada orang lain.
"Aku merasa bangga memiliki mu. Aku harap kau tetap patuh setiap hari seperti ini kepada ku agar aku bisa tenang di sana. Jangan pernah ingin ikut dengan ku yang bisa saja membuat ku jantungan," ucap sang ibu yang sama sekali tak bisa dimengerti oleh Maria.
Ia sungguh bingung kenapa ibunya bisa berkata seperti itu. Tapi, sudahlah lebih baik ia tak mencari tahu apa yang seharusnya tak ia ketahui.
"Mama! Ini makanan untuk mu. Aku tahu kau sangat lelah, dan karena itu pula aku tak tega melihat mu terlalu lelah," ucap Maria sembari menghidangkan makanan di atas meja.
"Terima kasih. Kau memang anak ku yang terbaik. Tetaplah seperti ini."
Ia ohm menyantap makanan yang diberikan oleh sang anak dengan lahap. Memang perutnya sangat lapar hingga membuat dirinya tak berdaya saat pulang tadi.
Di rumah majikannya ia tak sempat makan, karena memang tak ada gaji yang ia hasilkan di sana karena ingin menebus hutangnya. Maka dari itu ia memanfaatkan saat pulang untuk bekerja paruh waktu untuk mendapatkan uang agar sang anak tidak merasa curiga.
Begitu besar pengorbanan sang ibu untuk anaknya. Ia fela melakukan apapun demi kebahagiaan sang anak.
_____________
Malam-malam ibu Maria selalu saja merintih kesakitan. Tapi, suaranya selalu ia tahan agar tidak terdengar oleh sang anak.
Ia tak ingin anaknya itu akan khawatir kepadanya. Sebab ia selama ini selalu terlihat baik-baik saja dan tak ada terjadi apapun kepadanya.
Padahal setiap hari ia menyimpan tangis karena lelahnya hidup. Ia sakit-sakitan tapi sang anak tak menyadari hal itu.
Jika sampai Maria tahu, mungkin ia tak akan membiarkan sang ibu untuk bekerja lagi.
Rupanya, malam ini Maria mengetahui apa yang tengah ibunya rasakan. Ia mendengar suara rintihan itu sama sekali tak tega.
Hati kecilnya meringis dan tak ingin melihat ibunya seperti itu lagi. Maria pun masuk ke dalam kamar sang ibu dan langsung mengambil alih memijat punggung sang ibu.
"Kenapa Mama tidak pernah bilang jika kau seperti ini? Aku sungguh sangat mengkhawatirkan mu. Kau selalu saja tak ingin aku tahu padahal jika aku tahu tentang kondisi mu itu lebih baik lagi agar aku bisa membantu mu," ucap Maria dengan suaranya yang sedikit kesal kepada sang ibu yang selalu saja berpura-pura baik-baik saja. Padahal, Maria tahu sendiri bagaimana ibunya.
Sang ibu cukup terkejut ketika sang anak tahu kondisinya. Ia pun bungkam seribu bahasa saat dimarahi oleh Maria.
"Aku tak ingin membuat mu khawatir."
"Kenapa kau selalu mengatakan hal itu? Lebih baik aku khawatir dan mengobati mu dari pada aku khawatir tapi tak bisa mengobati mu yang akibatnya nanti kau akan lebih parah lagi.
________
TBC
JANGAN LUPA LIKE DAN KOMEN SETELAH MEMBACA. TERIMA KASIH SEMUANYA YANG SUDAH MEMBACA DAN KOMEN.
Pagi-pagi sekali Maria pun pergi ke sekolah seperti biasanya. Ia akan menimba ilmu di tempat sekolahnya untuk menaikkan derajat orang tuanya.
Itulah ambisi dari seorang Maria. Dari dulu ia tak pernah menyerah akan cita-citanya. Bahkan ia adalah anak yang pintar di sekolah itu dan disenangi oleh banyak guru.
Tapi, karena hal itu ia pun juga kerap kali mendapatkan ejekan dari para siswa yang lain yang iri dengki kepadanya. Tapi, Maria tetap lapang dada dan berusaha untuk sabar dengan sikap mereka yang memang sangat semena-mena.
"Maria! Kenapa kau duduk di sini? Apakah ada yang menggangu mu?" Ya memang Maria saat ini tengah duduk di kursi taman sambil melamun.
Ia sedang memikirkan tentang kerasnya kehidupan yang sudah dirasakan olehnya. Ia heran dengan hal tersebut kenapa bisa terjadi pada dirinya yang masih remaja ini.
"Aku lelah dengan keadaan ku. Aku ingin kembali ke rumah dan membantu ibu. Tapi, Mama ku itu tak pernah ingin jika aku hendak membantunya. Entah kenapa," ucap Maria kepada teman-temannya.
Ia pun menarik napas panjang dan kemudian menundukkan kepalanya. Dunia terlalu kejam memang.
"Aku tidak tahu jika hidup mu begitu sangat lika liku. Aku juga sama seperti mu. Tapi entahlah, aku harap bisa secepatnya keluar dari masalah ini."
Maria menatap ke arah Jeslyn dengan kening berkerut. Ia masih tak mengerti padahal Jeslyn adalah anak orang kaya tapi kenapa ia memikirkan masalah hidup juga? Bukannya orang kaya selalu bahagia?
Harta lah yang menjadi tolak ukur kebahagiaan seseorang menurut Maria. Karena harta lah yang membuat dirinya juga menderita.
Jeslyn pun menepuk pundak Maria. Ia terlalu polos sehingga tak bisa mengetahui jika orang kaya juga memiliki masalah.
"Orang kaya itu orang tua kita. Tapi tetap saja ada masalah. Seperti broken home, misalnya. Karena ayah dan ibu ku selalu bekerja dan reris meninggalkan ku sehingga membuat ku menjadi anak yang kekurangan kasih sayang orang tua."
Menyadari hal itu Maria pun kini mulai paham. Anak itu menarik napas panjang dan menatap ke depan.
"Di dunia ini semua karena uang. Jika tidak karena uang pasti juga karena pasangan," ucap Maria yang sedikit tahu tentang hubungan percintaan.
Jeslyn pun menatap ke arah Maria. Ia tersenyum lebar dan melihat wajah Maria yang sangat cantik di atas rata-rata orang di sini.
"Kau begitu cantik Maria! Kau tahu aku yakin Maria jika diri mu akan menjadi orang yang sukses. Karena, orang cantik selalu dimenangkan. Tidak adil memang."
Maria pun berkerut. Bisa-bisanya temannya itu berpikir demikian. Ia tahu cantik tapi untuk teori yang itu tidaklah juga benar.
"Apa yang kau katakan? Belum tentu. Aku saja tak mengerti memanfaatkan kecantikan ku."
Jeslyn pun tersenyum miring. Senyuman itu hanya bentuk bercandaan saja.
"Kau ingin tahu?"
Maria antusias mengangguk. Mungkin saja ia bisa memanfaatkan kecantikan yang dimilikinya hingga ibunya tak perlu lagi repot untuk menjadi tulang punggung.
"Katakan seperti apa? Aku ingin tahu dan agar bisa membantu ibu ku."
"Ternyata kau benar-benar sangat penasaran rupanya. Baiklah, aku akan memberi tahu mu, yang pertama kau bisa menggunakan kecantikan ku itu untuk menggoda bos ibu mu agar gaji ibu mu dinaikkan."
Mata Maria pun membulat. Ia langsung mendorong tubuh Jeslyn dengan kesal. Bisa-bisanya seorang Jeslyn memberikan rencana seperti itu.
"Apa yang kau katakan itu? Aku benar-benar merasa jijik akan hal tersebut," ucap Maria sambil mengerucutkan bibirnya.
"Jadi kau tak ingin? Yasudah nikmati saja hidup mu yang akan terus seperti itu. Bayangkan, Jika bos mu menjadikan kau seorang istri. Pasti sangat mewah hidup mu dan ibu mu tak perlu lagi bekerja."
"Saran mu bukanlah sebuah solusi. Ah, kau malah membuat kepala ku makin pusing," ucap Maria dengan menopang kepalanya di tangannya.
Ia pun menghembuskan napas panjang dan memejamkan matanya. Ini sudah terlalu sangat lelah dan ia pikir mungkin sudah saatnya untuk masuk ke dalam kelas.
"Jeslyn aku akan masuk ke kelas ku dulu."
"Baiklah. Jangan lupa saran ku tadi," ucap Jeslyn sambil mengedipkan matanya dengan genit.
Maria yang melihat hal itu cukup kesal dan ingin sekali untuk menempeleng kepala Jeslyn.
"Anak itu benar-benar melunjak jika seperti itu."
___________
Seperti biasanya setelah pulang sekolah ia akan pulang ke rumahnya dan membersihkan rumah senantiasa menunggu sang ibu yang pulang bekerja di malam hari.
Maria benar-benar merasa bersalah kepada sang ibu yang begitu penuh perjuangan untuk mendapatkan kebahagiaan sang anak. Ia harap dirinya bisa membalas semua kebaikan sang ibu.
Maria berganti pakaian terlebih dahulu lalu kemudian ia pun menggunakan baju sederhana.
Setelah itu ia pun membersihkan rumah dan memasak bahan makanan yang seadanya untuk membantu ibunya agar pulang bekerja makanan Sudja tersedia di atas meja.
Kemudian anak itu juga memanfaatkan waktunya untuk belajar. Setelah bosan di rumah, Maria pun pergi ke luar dan lari ke arah bukit untuk menikmati keindahan rumahnya dari atas bukit tersebut.
Di sana ia bertemu dengan banyak anak-anak yang tengah bermain. Maria yang melihat hal itu cukup senang dan tak bisa mengalihkan pandangannya dari keindahan tersebut.
"Wow sangat luar biasa di sini. Aku benar-benar tak menyangka akan ada tempat seindah di sini. Memang kampung ku adalah surganya," ucap Maria yang hanya tahu tentang kampungnya saja dan tak tahu jika di luar sana lebih indah lagi dari apa yang pernah ia kira.
Anak itu sayangnya terlalu polos untuk ke dunia luar yang sangat kejam.
"Kau terlalu lebay Maria! Makanya kau sesekali keluar dari kampung di sini agar kau bisa melihat betapa indahnya dunia."
Maria menatap ke arah teman kecilnya yang juga tengah berada di bukit. Maria pun menghela napas panjang dan menatap ke arah depan dengan pandangan sedih.
"Aku pikir juga seperti itu. Hanya aku yang terlalu lebay. Tidak seperti kalian yang selalu pergi ke luar kota."
Temannya itu tersenyum miring.
"Maka dari itu kau sesekali pergi ke dunia luar dan tidak hanya mengurung diri di sini."
"Aku tidak bisa karena aku bukanlah anak orang kaya sama seperti kalian. Aku hanyalah anak biasa dan mengharapkan hidup ku sama seperti kalian," ucap Maria dengan raut wajah sedih.
"Teruslah berjuang Maria."
Maria pun mengangguk dan lalu menangis. Ia berusaha untuk bersembunyi agar tak ketahuan telah menangis. Cukup memalukan jika ia ketahuan telah menangis.
"Aku benar-benar anak yang sangat menyedihkan."
__________
TBC
JANGAN LUPA LIKE DAN KOMEN SETELAH MEMBACA. TERIMA KASIH SEMUANYA YANG SUDAH MEMBACA.
Maria pun menghidupkan lilin. Hanya dia di sini yang tak memiliki listrik karena memang tak bisa membayar tagihan listrik yang sangat banyak. Maria tak pernah marah dengan kondisi itu kepada ibunya.
Ia pun paham dengan dirinya yang memang tak ditakdirkan seperti teman-temannya yang lain seorang anak yang kaya.
"Mama! Kenapa kau hari ini sangat malam sekali pulang?" tanya Maria sambil menemani sang ibu makan.
Ibunya tersebut hanya tersenyum tipis sembari memasukkan makanannya ke dalam mulutnya. Hari ini ia benar-benar lelah dan sangat membutuhkan istirahat.
"Entahlah. Hari ini sangat banyak pekerjaan dan aku tak bisa pulang cepat."
Maria memasang wajah sedih. Ia tak sanggup melihat ibunya seperti ini, rasanya ia ingin membantu ibunya saja, tapi sang ibu yang tak pernah ingin jika ia membantunya.
"Kenapa kau selalu melarang kami membantu mu. Padahal kamu gak ingin melihat kau bahwa dengan apa yang kau jalani. Aku harap kau bisa sehari saja tidak merasakan lelah."
Sang ibu pun menghela napas panjang. Maria tak begitu tahu jika hidupnya saat ini benar-benar amat menyedihkan. Bahkan untuk sekali saja berisitirahat itu sangat sulit.
"Maria! Kita adalah orang yang terlahir di golongan bawah. Kau tak berhak untuk meminta ibu mu berisitirahat. Jika aku beristirahat maka kita tidak akan bisa makan hari ini. Apakah kau tak ingin melihat ku dan kau mati kelaparan?"
"Tentu saja tidak."
Maria pun mulai dilanda kebingungan jika sudah seperti ini. Ia tak tahu harus melakukan apa, ingin membantu sang ibu tapi mamanya sendiri yange melarang dirinya melakukan hal tersebut.
Pada akhirnya Maria pun menyerah dan mungkin kehidupannya memang sudah ditakdirkan seperti ini dan tak akan bisa berubah lagi. Tapi Maria sungguh ketakutan jika hal yang paling ia takutkan terjadi pada hidupnya, yaitu ibunya akan tiada karena terus kelelahan bekerja.
"Mama, kau benar-benar aku tidak ingin membantumu? Sedikit saja Aku ingin membantumu. Tidak harus aku pergi ikut bekerja denganmu. Mungkin aku akan membantumu untuk berjualan di kampung ini?" tanya Maria berharap jika ibunya akan mengizinkan apa yang ingin ia lakukan itu.
Ia sudah terlalu muat kepada dirinya sendiri yang tidak bisa berbuat apapun. Sang ibu yang bernama Jennifer itu pun sedikit berpikir. Memang ada benarnya juga, walaupun sedikit tidak rela mungkin kali ini ya bisa mengizinkan Maria untuk berjualan.
"Apakah kau yakin dengan keputusanmu itu? Aku sangat tidak yakin jika kau bisa melakukan hal tersebut. Lagi pula berjualan di sini tidak akan pernah laku. Di sini adalah lingkungan orang kaya dan hanya kita orang miskin. Yang ada itu hanya akan memberikanmu rasa lelah dan juga kerugian karena sama sekali tidak ada orang yang akan membelinya Maria."
Maria pun menangis. Lantas ia harus melakukan apa jika semuanya tidak boleh ia lakukan?
"Kenapa kau tidak ingin membiarkan aku pergi untuk membantumu juga? Aku sangat ingin membantumu tapi kau selalu mengatakan jika kau tidak ingin dibantu olehku. Ada apa dengan dunia luar? Kenapa sangat kejam? Mama! Aku harap bawa aku ke tempat kerjamu agar aku bisa membantumu Mama."
"Sekali aku katakan tidak bisa maka tidak akan bisa Maria! Kau tidak tahu jika kau sudah tahu bagaimana kejamnya dunia luar mungkin kau tak ingin lagi ikut denganku dan sangat menyesal."
Ia sangat marah mendengar keinginan anaknya tersebut. Ia langsung masuk ke dalam kamar dan meninggalkan Maria yang menangis sesugukan.
_________
Pada besoknya, pagi-pagi sekali Jennifer keluar dari rumahnya untuk pergi ke tempat tuanya. Karena memang ia harus bekerja dengan cepat untuk membersihkan tempat party yang dilakukan oleh Tuhannya malam tadi.
Tuannya adalah orang yang sangat bebas. Tapi apa masalahnya? Ini adalah Amerika serikat, dan hal seperti itu sudah wajar terjadi.
Maria pun menghilang nafas panjang saat secara diam-diam Ia pun ikut bangun pagi-pagi dan melihat jika orang tuanya pergi.
Lantas timbul ide di kepalanya untuk mengikuti sampai tempat kerjanya. Mungkin hal itu ia bisa melihat bagaimana pekerjaan ibunya tersebut dan mungkin saja ia bisa membantu pekerjaan ibunya itu.
Maria memutuskan hari ini ia tak akan masuk sekolah. Ia pun berjalan mengendap-endap mengikuti sang ibu.
Di luar gang, ia melihat ada bis yang berhenti di depan ibunya. Maria lantas menunggu selanjutnya dan ikut dibeli belakang tersebut untuk pergi ke tempat tujuan yang sama seperti sang ibu.
Hal baik lagi yang memihak kepada Maria adalah ternyata bis yang ia tumpangi juga memiliki arah yang sama dengan bis yang membawa ibunya tersebut.
Maria sedikit bersyukur akan hal itu. Iya Bun meminta berhenti ketika melihat ibunya telah berhenti di depan.
Ia pun turun dan berjalan menjaga jarak dengan ibunya. Maria sangat bingung saat sang ibu masuk ke dalam komplek yang sangat mewah. Baru kali ini Maria melihat rumah-rumah yang sangat besar lebih dari yang ada di dalam rumah gangnya.
Dan baru kali ini pula Maria melihat dunia luar. Bermain sampai depan gangnya saja dan tak pernah lagi berjalan lebih dalam lagi ke luar.
Maria sedikit takjub dengan pemandangan yang sangat indah. Benar apa yang dikatakan oleh teman-temannya ketika ia di bukit kemarin. Ia terlalu lebay sehingga tidak bisa mengetahui jika dunia luar lebih dari ini.
"Wow, benar-benar sangat indah. Aku tak menyangka jika ada pemandangan yang seperti ini. Jika seperti ini mungkin sudah lama aku akan keluar dari gang."
Maria pun tersenyum lebar dan terus mengikuti ibunya. Hingga ibunya pun masuk ke dalam komplek yang sangat penuh dengan perumahan orang kaya.
Ketika itu mata Maria langsung membulat. Karena di komplek ini semuanya terlihat besar. Maria tak bisa meneguk ludahnya dengan sempurna.
"Apakah yang saat ini aku lihat adalah nyata?" tanya Maria kepada hatinya sendiri. Ia sungguh tak menyangka dengan apa yang ada di depannya ini.
"Aku berada di surga," ucap Maria hingga ia pun sadar jika mamanya masuk ke dalam rumah yang paling besar di sini.
Maria pun ikut masuk secara diam-diam. Tentu saja kehadirannya pasti akan dicegat oleh sang satpam.
"Mau ke mana? siapa kau? Orang sepertimu tidak boleh masuk," ucap itu yang sangat mengejutkan Maria.
Dan baru kali ini Maria tahu jika satpam sangat galak. Walaupun satpamnya di sekolah juga galak tapi ini lebih dari itu.
"Apakah aku tidak boleh masuk?" tanya Mariah satpam tersebut.
"Ini adalah tempat untuk melakukan party. Dan di sini juga adalah tempat untuk melakukan transaksi."
"Transaksi seperti apa?" tanya Maria bingung.
"Ada apa kau datang kemari?"
"Aku hanya ingin membantu ibu ku bekerja."
Satpam itu saling pandang dengan satpam lainnya lalu menganggukkan kepala. Karena seolah-olah ia telah menemukan berlian yang sangat indah, tampaknya bosnya pasti akan sangat senang.
_________
TBC
JANGAN LUPA LIKE DAN KOMEN SETELAH MEMBACA. TERIMA KASIH SEMUANYA YANG SUDAH MEMBACA.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!