Reva terus berlari saat kedua pria berbaju hitam itu mengejarnya. Dengan nafas yang terengah, ia terus menyusuri gelapnya malam.
Bahkan Reva tak lagi mempedulikan penampilannya yang begitu berantakan dengan baju yang sudah terdapat robekan di beberapa bagian.
"nona keluarlah!" teriak pria berbaju hitam itu
"nona, jika kami menemukanmu, kami akan memberikanmu pada tuan kami. Nona tau kan bagaimana tuan kami kalau sedang marah? jadi cepat keluarlah sebelum tuan kami kehilangan kesabaran" teriak mereka lagi
Reva terus bersembunyi di bawah semak semak dengan tenang. Saat ia tak mendengar lagi teriakan dan langkah sang penjaga itu, ia pun berdiri karena kakinya yang sudah terasa pegal karena berjongkok sejak tadi.
Namun naasnya, saat ia berdiri, ternyata kedua penjaga itu masih berdiam diri di sana. Hingga akhirnya mau tak mau Reva langsung di seret oleh penjaga itu dan di berikan kepada bos nya.
plak!!
"dasar anak sialan kamu! apa kau mau menyusahkan ku lagi hah?!"
"ibu.. ku mohon, jangan jual aku bu" pinta Reva sembari bersujud di kaki sang ibu
"stop mengeluarkan air matamu itu! karena aku tidak akan terpengaruh sedikitpun karenanya"
"ibu.. aku akan lakukan apa saja untuk ibu, aku akan bekerja keras untuk ibu, aku akan memberikan semua gajiku untuk ibu, tapi aku mohon, batalkan niat ibu untuk menjualku bu.. aku mohon"
"Selama ini aku sudah cukup bersabar untuk menerimamu sebagai bagian dari hidupku! kau terlalu menyusahkanku sejak kecil. Kau itu anak pembawa sial Reva. Kau harus melayaninya! kau harus menghasilkan uang yang banyak untuk melunasi hutang ayahmu"
"ibu, aku janji akan melunasi semuanya. Aku janji. Tapi tidak dengan cara seperti ini bu" Reva terus memeluk kaki ibunya
Namun semua yang Reva lakukan tak kunjung membuat hati ibu melemah. Ia bahkan malah semakin geram dengan Reva. Sang ibu lantas menghempaskan kakinya dengan keras hingga membuat tubuh kecil Reva pun terpental.
"bawa dia!" perintah sang ibu kepada dua pengawal yang menangkap Reva tadi
Dan dengan cepat, Reva langsung di bawa ke salah satu kamar yang pastinya di dalam sudah ada sang bos yang menantikan kehadiran Reva.
Sementara sang ibu, ia tidak peduli sama sekali dengan nasib dan masa depan Reva. Ia hanya sibuk menghitung uang hasil menjual keperawanan Reva pada pak tua yang haus akan perempuan.
Awalnya sang ibu tidaklah begitu tega pada Reva. Meski tak juga sayang, Ibu tiri itu tak juga menyiksanya.
Namun semenjak kematian sang ayah, Reva tak lagi di perlakukan layaknya seorang anak. Ia hanya disuruh bekerja demi memenuhi kebutuhan keluarga. Terutama kebutuhan ibu tiri dan kakak tiri Reva.
Dan saat ada pihak bank yang datang dan mengatakan bahwa ayah Reva memiliki utang piutang dengan jaminan rumah dan beberapa tanah kosong miliknya jelas membuat sang ibu begitu syok.
Ia tidak mau kehilangan semua itu. Ibu terlalu mencintai harta peninggalan ayah Reva hingga ia tak mau kehilangan semuanya.
Hingga suatu pikiran menjual keperawanan sang putri tirinya tiba tiba melintas diotaknya saat ada penawaran dengan upah besar dari seorang mucikari kepadanya.
Awalnya ia ingin mengorbankan putri kandungnya, namun sayangnya putri kandung itu tidaklah lagi perawan. Dan putrinya menyarankan untuk mengorbankan Reva.
"Tidak apa apa bu.. kita jual saja keperawanan Reva, lumayan kan hasilnya? mm.. lagi pula ini juga untuk melunasi hutang ayahnya kan?" ucap Kakak tiri yang terus membayangi otak sang ibu
"wah.. benar benar uang yang sangat banyak sayang" sang ibu yerus membolak balik lembaran uang yang ada di dalam tas miliknya
"benar kan bu.. dengan uang ini kita bisa bayar cicilan hutang ayah.. dan kita juga bisa shopping"
"ya ya.. idemu sangat brillian sayang"
"siapa dulu dong.. Salsa" sahut Salsa sang kakak tiri dengan membusungkan dadanya sombong
"aku yakin, saat ini bocah pembawa sial itu pasti sedang menikmati setiap sentuhan dari pak tua bangka"
"hahahaha.." Kedua anak dan ibu itu dengan teganya tengah bahagia dan tertawa diatas penderitaan Reva.
*
Sementara di sudut ruang yang temaram, Reva tengah menangis di bawah gulungan selimut tebal. Ia begitu jijik dengan tubuhnya. Ia sangat menyesali takdirnya untuk malam ini.
Reva benci, apa yang ia jaga selama ini harus hilang begitu saja karena direnggut oleh pak tua bangka itu.
"sudahlah gadis manis, jangan menangis lagi, semua sudah terjadi. Kau tak perlu menyesalinya" ucap pak tua sembari merapikan penampilannya
Reva tak mengeluarkan sepatah katapun untuk menjawab.
"aku sangat puas denganmu. Ternyata ibumu benar! kau benar benar masih tersegel"
"Dan ini" Pak tua melemparkan seikat uang seratus ribuan tepat di depan Reva
"itu bonus untukmu"
Setelah mengatakan itu, Pak tua langsung pergi meninggalkan Reva begitu saja.
Sungguh nasib yang miris. Ia bagaikan seorang pelac** yang habis menjajakan tubuhnya.
ahhhh!!!!
Reva menangis sejadi jadinya di bawah kucuran shower. Ia menggaruk sampai lecet di beberapa bagian tubuhnya yang terdapat bekas tanda merah itu. Reva sangat jijik dengan tubuhnya sendiri.
Hidupku Hancur Ayah... Ibu...
.
.
Reva berjalan dengan tatapan kosong. Ia terus menyusuri dinginnya malam tanpa arah dan tujuan. Ia begitu membenci ibunya. Ibu yang sudah tega menjual kehormatannya.
Reva tak sudi lagi bertemu dengan sang ibu, bahkan ia pun tak mau lagi menginjakkan kaki kerumahnya sendiri.
Saat pikiran kabur mulai muncul dalam benaknya, tak sengaja ia bertemu dengan ibu dan kakak tirinya di perempatan jalan kota.
Ya, ibu dan kakak tirinya itu ternyata sedang asik berbelanja dan menikmati uang dari hasil menjual keperawanannya.
Hingga akhirnya, niat kabur itu ia urungkan saat sang ibu menyeretnya untuk kembali pulang kerumah.
Dua hari berlalu,
Reva tak melakukan aktifitas apapun selama dua hari itu. Ia bahkan tak masuk kerja karena ia merasa malu bertemu dengan orang luar. Sepertinya Reva malu pada dirinya sendiri akan keadaan dirinya yang tidak lagi suci.
Dan malam ini, Reva kembali di dandani sangat cantik dan di bawa sang ibu ke tempat yang sama dengan tempat dimana kehormatannya harus ternoda.
"ibu.. aku tak mau melakukannya lagi" rintih Reva
"jangan memelas padaku! Aku tak akan iba sedikitpun padamu"
"ibu.. aku mohon jangan jual aku lagi bu"
"berhenti merengek Reva! jika kau tak mau melakukan pekerjaan ini, kau akan bekerja apa lagi? mana ada pekerjaan yang bisa menghasilkan uang banyak dengan cepat selain ini?"
"Ibu, aku bisa bekerja lagi di tempatku bekerja dulu, aku janji bu, aku akan melunasi hutang ayah"
"maksutmu bekerja sebagai cleaning service yang gajinya tak seberapa itu?"
"hahaha" Sang Ibu malah menertawakan Reva "Reva.. Reva.. Kau itu kalau mau melawak jangan sekarang"
"waktunya tidak tepat" lanjut sang ibu dengan berbisik lirih tepat di telinga Reva.
"bawa dia" perintah sang Ibu pada dua pengawal berbaju hitam
Akhirnya Reva pun di bawa oleh dua laki laki itu dan di bawa masuk ke dalam kamar yang di dalamnya sudah ada sang bos yang menunggunya.
Dan dimalam itu juga, lagi lagi Reva harus hancur untuk yang kedua kalinya. Reva harus kehilangan lagi harga dirinya sebagai seorang wanita.
Setelah selesai, Reva segera pergi dari tempat terkutuk itu. Ia benar benar muak dan ingin kabur dari sang ibu.
Mungkin lebih baik ia mati dari pada harus terus melayani para lelaki hidung belang. Begitu pikirnya.
Ia berhenti di sebuah sungai. perlahan Reva mulai melangkahkan kakinya menuju ke ujung jembatan yang ada di sana.
Reva memejamkan matanya. Ia pasrahkan hidupnya akan berakhir di air mengalir ini.
Sementara di dalam sebuah mobil, ada sepasang kekasih yang sedang bersenda gurau. Mereka berdua sedang melakukan perjalanan dari kota S menuju kota J.
Saat keduanya tengah melewati sebuah jalanan sepi, dalam remang remang, gadis yang bernama Kejora itu seperti melihat seorang wanita yang tengah berdiri di ujung jembatan.
"sayang.. lihatlah, sepertinya wanita itu hendak bunuh diri"
"biarkan saja" sahut Kenzo malas
"bagaimana bisa kita membiarkan seorang wanita bunuh diri di depan mata kita? ayo sayang kita tolong dia"
Akhornya mau tak mau kenzo pun mengikuti kemauan sang kekasih untuk mendekati gadis itu.
Selamat tinggal dunia..
Bugh
Saat ia hampir melompat, tiba tiba saja seorang lelaki bertubuh kekar langsung menarik dirinya hingga terpental dan membuat dirinya jatuh menindih tubuh laki laki itu.
Pangeran.
Reva terdiam menatap wajah tampan lelaki itu. Entah mengapa ia begitu mengagumi wajah yang baru pertama kali ia lihat. Wajah tampan yang baru saja menyelamatkan hidupnya.
Reva baru tersadar saat ada seoramg perempuan meraih pundaknya.
"kau tidak apa apa?" tanya wanita cantik yang berdiri tepat di depannya
Rava meraih uluran tangannya, ia segera bangun dari atas tubuh laki laki tampan itu.
"kenapa kalian menyelamatkan hidupku? aku ingin mati kak. Aku sudah hancur. Tak ada artinya lagi untuk aku terus hidup"
"hey.. tenanglah! semua masalah pasti ada jalan keluarnya" Ucap wanita cantik itu sambil terus memeluk Reva
Setelah beberapa lama Reva berbincang dengan keduanya, akhirnya Reva pun mulai memiliki semangat hidup.
Kejora dan Kenzo. Sepasang kekasih itu berjanji akan memberikan tempat tinggal yang jauh dari jangkauan ibu tirinya.
Dan benar saja, Kenzo sudah membayar semuah rumah kontrakan selama satu tahun ke depan untuknya. Awalnya Kenzo memang tidak begitu respek dengannya.
Namun karena sang kekasih yerus menintanya untuk membantu Reva, akhirnya mau tak mau Kenzo pun menurutinya.
Dan disitulah ia melihat sisi manis dari seorang Kenzo. Entah mengapa ia malah begitu mengagumi laki laki yang sudah menolongnya.
Dari rumah kontrakan inilah kehidupan Reva di mulai kembali. Hari ini, ia mulai menjalani aktifitas bekerja untuk yang pertama kalinya sebagai seorang waiters di salah satu restoran teman Kenzo.
Sepasang kekasih itu benar benar membantu kehidupan Reva menjadi lebih baik. Kejora sering sekali main ke rumah kontrakannya saat ia libur bekerja. Bahkan Kejora juga sudah menganggap Reva seperti adik sendiri.
"Reva, aku pulang dulu ya" ucap Kejora sembari berjalan tertatih menuju mobil
Ya, Kejora adalah gadis yang tak sempurna. Ia di lahirkan dengan keistimewaan tersendiri dan berbeda dari yang lain.
Reva terus menatap lurus kedepan. Ia tersenyum manis pada Kenzo yang sedang membukakan pintu mobil untuk kekasihnya. Namun sayangnya, Kenzo tak sedikitpun membalas senyumnya.
Reva menatap kepergian mobil itu dengan wajah sendu. Ia begitu kagum dengan Kejora. Di tengah keterbatasan fisiknya, ia dapat di cintai dan di sayangi oleh seorang lelaki yang sangat tampan dan baik.
Semoga suatu saat ada yang menyayangiku sepertinya.
*
Satu tahun berlalu.
Malam ini Reva telah selesai menghadiri pesta ulang tahun sang pemilik restoran. Reva tak dapat menemukan taksi ataupun ojek di sekitar sana.
Entah mengapa malam ini terasa sepi. Mungkin karena terlalu malam jadi banyak kendaraan umum yang sudah tak beroprasi lagi.
Reva akhirnya memutuskan untuk pulang dengan berjalan kaki. Mungkin di jalan nanti ia bisa bertemu kendaraan umum. begitu pikirnya.
Namun hingga beberapa lama ia menyusuri gelapnya malam, ia tak menemukan satupun kendaraan lewat. Dan entah mengapa tiba tiba ia merasa ada yang mengikutinya.
Saat ia melangkah semakin cepat, tiba tiba saja tangannya di cekal oleh lelaki bertubuh kekar dengan berpakaian serba hitam.
"lepaskan aku! kalian siapa? TOLONG!!" teriak Reva sembari terus memberontak
"diam!" sentak salah pria itu
"wah.. wah.. wah.. kau begitu pintar bersembunyi rupanya" Seorang wanita paruh baya tengah keluar dari dalam mobil
"ibu" lirih Reva
"kau sudah membuatku bangkrut karena melarikan diri. Aku terlalu lama mencarimu. Dan kali ini, kau tak akan pernah aku lepaskan anak sialan"
Sang ibu mencengkeram dagu Reva dengan keras lalu menghempaskannya dengan kasar. Hal itu tentu menciptakan rasa perih untuk Reva
"ibu.. ibu sudah menghancurkan hidupku, ibu mau apa lagi dariku?"
"karena kau sudah kabur selama satu tahun, semua aset ayahmu habis terjual. Dan kini, kau harus membayar semuanya Reva. Kau harus mengembalikan semuanya padaku. Kau harus menjadi budak laki laki itu sampai dia sendiri yang bosan denganmu. Karena kau sudah aku jual"
Jeduar
Bagai di sambar petir di siang bolong. Reva tak menyangka jika ibu tirinya begitu tega memperlakukannya seperti sebuah barang dagangan
"tidak bu, aku tidak mau"
"kau harus mau!"
Kedua pria itu terus menyeret tubuh Reva menuju mobil dimana sang pembeli sudah menunggunya dengan tidak sabar.
"tunggu!"
Saat wajah Reva hendak di sentuh oleh sang pembeli, tiba tiba saja aksinya di hentikan oleh seorang lelaki tampan dengan balutan jaz berwarna Navy.
kak Kenzo?
.
.
.
Kenzo yang sudah merasa pusing pun segera memutuskan untuk pulang sebelum ia mabuk.
"Ken, kau mau kemana?" tanya seorang lelaki yang tak lain adalah teman Kenzo
"aku mau pulang"
"kenapa cepat sekali pulang? kita asik asik dulu lah.. mumpung sedang tidak ada kekasihmu disini"
"justru itu, aku merasa tidak betah disini karena tidak ada Kejora"
"elah broo.. kenapa sih kau sangat mengagungkan cewek cacatmu itu?"
"apa maksutmu?" Kenzo nampak emosi dan mencengkeram kerah baju temannya
"sudah sudah! jangan berkelahi disini! Kenzo, pulanglah" ucap teman Kenzo yang lainnya. Ia berusaha meredam emosi Kenzo agar tak meluap disini
Tanpa sepatah katapun. Kenzo segera meninggalkan tempat itu.
Dan di sepanjang perjalanan entah mengapa tubuh Kenzo merasakan ada sesuatu yang aneh dalam dirinya. Tubuhnya tiba tiba terasa gerah dan panas
sial! sepertinya bocah sialan itu sudah mencampur minumanku dengan obat perangsang. Apa maksutnya cob? awas saja ya besok akan aku buat perhitungan padanya
Kenzo memutuskan untuk mendatangi Kejora ke apartemennya. Namun saat di perjalanan, lajunya harus terhenyi saatvia melihat seorang wanita tengah di tarik paksa masuk ke dalam mobil.
Melihat hal itu, jiwa Kenzo pun seketika tergugah keluar untuk menolongnya.
"kak Kenzo?" lirih Reva menatap takjub pada sosok lelaki tampan yang sudah berdiri di depannya.
"siapa kamu?" tanya si pembeli yang sudah stay di dalam mobilnya
"kau tak perlu tau siapa aku. sekarang cepat lepaskan gadis itu"
"aku sudah membelinya dengan harga yang sangat mahal. Aku tidak akan pernah melepaskannya kecuali aku sudah bosan dengannya"
Lelaki itu mengisyaratkan pada pengawalnya untuk menghajar Kenzo. Dan benar saja, perkelahian dua lawan satu itu telah terjadi dengan sengit.
"berhenti! tolong jangan sakiti kak Kenzo tuan" pinta Reva pada laki laki yang sejak tadi menggenggam lengannya
"aku tidak suka jika ada yang ikut campur urusanku"
"tuan.. aku mohon, aku akan ikut berasa anda, tapi tolong lepaskan dia"
Laki laki itu memberi isyarat untuk menyudahi perkelahian yang terjadi. Ia lantas menuntun Reva untuk kembali masuk ke dalam mobil.
"tunggu! berapa kau membelinya?" seru Kenzo yang mampu menghentikan langkah semuanya
Lelaki itu menatap tajam mata Kenzo sembari tersenyum mengejeknya. "delapan ratus juta"
Kenzo menarik nafas panjang dan menghembuskannya cepat, "aku akan membayarmu satu miliyar, dan lepaskan dia" lanjutnya
Lelaki itu pun nampak terbengong tak percaya. Satu miliar?
"berikan saja tuan. Tuan sudah untung dua ratus juta hanya dalam beberapa menit saja. Soal wanita, kita bisa cari lagi nati" bisik salah satu pengawal berbaju hitam
"baiklah! saru miliyar sekarang juga, aku akan melepaskannya"
Kenzo langsung mengambil cek yang ada di dalam mobil. Ia lantas menuliskan angka satu yang di belakangnya terdiri dari sembilan huruf nol.
"kau bisa mencairkannya besok! ingat! jangan pernah mengganggu gadis ini lagi" ucap Kenzo sembari menyerahkan cek itu
"baiklah, ini untukmu!" lelaki itu lantas mendorong kasar tubuh Reva
Beruntunglah dengan sigap Kenzo langsung menangkapnya. Hingga kini keduanya saling memeluk.
"tuan, mengapa kau malah memberikan Reva pada laki laki itu?" tanya sang ibu kepada laki laki itu
"terserah aku mau apa. aku sudah membelinya darimu, jadi dia sudah menjadi hak milikku. Dan kenapa tidak jika ada yang mau membelinya lebih mahal?"
"kalau begitu kau harus membagi keuntungannya denganku!"
"tidak bisa!"
"berikan padaku" sang ibu terus meraih cek yang ada di tangan laki laki itu. Akhirnya keduanya pun saling berebut.
"tunggu! aku tak akan memberikannya padamu kecuali satu hal.."
"kecuali apa?"
"kecuali kau memberikan putrimu yang lain padaku"
"sialan! aku tak akan pernah memberikannya padamu"
Kenzo dan Reva meninggalkan ibu dan laki laki itu. Ia tak mempedulikan pertengkaran yang terjadi diantara mereka.
Karena jujur saja, sejak saat ini, Reva menganggap bahwa hubungan antara ibu dan anak itu telah terputus.
Hening, tak ada satu patah kata pun yang keluar dari bibir Kenzo ataupun Reva. Hingga tak lama kemudian, mereka telah sampai di pekarangan rumah kontrakan milik Reva.
"beristirahatlah"
Kenzo hendak berbalik, namun dengan cepat Reva menahan tangannya. "tunggu kak"
"ada apa Reva?"
"sudut bibir kakak terluka, masuklah, aku akan mengambilkan obat untuk luka kakak"
Kenzo terdiam
"kak.. sebentar saja, aku hanya ingin mengobati kakak"
Akhirnya Kenzo pun mengikuti Reva masuk ke dalam rumah dan mendudukkan dirinya di sofa ruang tamu. Sebenarnya kepala Kenzo juga sudah begitu pusing sejak tadi.
Kenapa kepalaku malah jadi pusing? tubuhku rasanya aneh! padahal aku hanya minum alkohol sedikit tadi. Apa ini karena pengaruh obat perangsang itu?
Kenzo menggelengkan kepalanya yang semakin tak bisa di kontrol rasa pusingnya. Ia membiarkan Reva mengobati sudut bibirnya yang terluka. Kenzo pun bahkan terlihat menikmati momen ini.
Biasanya Kenzo akan selalu mengajak kekasihnya kemana mana. termasuk ke acara resmi pun. Ia bahkan tak merasa malu sedikitpun meski keadaan fisik Kekasihnya yang cacat dan tak sempurna itu. Walau beberapa temannya itu sering juga mengejek Kejora sang kekasihnya itu.
Namun kali ini Kejora tak bisa ikut hadir karena ia sedang berada di kota kelahirannya. Ia ingin berziarah ke makan ayah dan ibunya yang ada di kota S.
Deg
Jantung Reva benar benar berhenti berdetak saat berada sedekat ini dengan laki laki yang ia kagumi secara diam diam. Bahkan saat mata Kenzo menatap lekat wajahnya, ia hanya mampu menundukkan pandangannya.
Reva.. sadarlah! dia itu kekasih orang. Dia adalah kekasih orang yang sudah sangat baik padamu
Hentikan perasaanmu sebelum kau jatuh terlalu dalam pada pesonanya
Reva terus mengingatkan dirinya agar tak terjebak dengan perasaannya sendiri. Ia pun memilih bangun dan berniat mengembalikan kotak obat yang ia bawa tadi.
Namun saat ia berdiri, tiba tiba saja Kenzo menarik tangannya hingga Reva pun jatuh ke pangkuannya.
"Kejora, kau sangat cantik" lirih Kenzo sembari mencium mesra bibir Reva
Rupanya dalam keadaan setengah mabuk, Kenzo menganggap bahwa Reva adalah Kejora. Ya, Kenzo hanya melihat wajah Kejora dimana mana. Termasuk saat menatap wajah gadis yang ada di depannya itu.
"kak, sadarlah, aku Reva, aku bukan kak Kejora" Reva terus mengelak dan mendorong pelan dada bidang Kenzo yang saat ini sedang memeluknya erat dan menciumi lehernya.
Namun karena pengaruh Alkohol, Kenzo seolah tak mendengarkan sama sekali rintihan Reva. Ia malah semakin berani untuk melanjutkan aksinya.
Dan__
.
.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!