NovelToon NovelToon

Crazy Baby

Reva

...Cerita bersifat fiksi / karangan semata, apabila terdapat kesamaan dalam bentuk apapun—mungkin karena ketidak sengajaan saja....

...Sebelum baca silakan klik 'like' dan comment di akhir cerita sebagai wujud apresiasi terhadap karya orang lain....

...Terima kasih,...

...Selamat membaca....

..._________________________________________...

...R e v a...

..._________________________________________...

...__________________________...

...___________________...

...___________...

...______...

...___...

..._...

"Rasanya aku belum pernah melihatnya?" Ucap Reva sambil menginterupsi temannya. Kian menoleh—mencari tahu apa gerangan yang dimaksud oleh gadis bernotabe temannya ini.

Sosok lelaki tampak dari kejahuan dengan rambut coklat yang terlihat indah diterpa cahaya matahari. Kilau mata hazelnya ikut menambah pesona yang dimiliki laki-laki itu. Davian namanya.

"Dia baru pindah kekampus kita sebulan lalu..." terang Kian. Mengambil beberapa kentang lalu memakannya. Pandangan mereka sama-sama menuju kearah sosok Davian yang berdiri sendiri ditengah lapangan kampus.

"Sedang apa dia?" Tanya Reva lagi. Kian menggedikan bahu—tanda tidak tahu dan tidak tertarik untuk mencari tahu.

"Banyak rumor yang bilang kalau dia itu aneh..." ucap Kian. Reva menoleh; penasaran. Minuman berisi jus didepan mereka menitikan air dingin, akibat suhu ruangan.

"Aneh?"

Kian mengangguk.

"Reva, jarang-jarang kau tertarik dengan seseorang... tumben sekali?" Tutur Kian lebih penasaran dengan temannya ini. Reva kembali membuang muka—menuju arah Davian lagi.

Suasana kantin kampus lumayan senyap. Beberapa mahasiswa sudah pergi dari sana, menyisakan orang-orang yang betah berlama-lama dikampus meski hanya sekedar nongkrong bersama teman.

"Entahlah..." jawaban yang tidak memuaskan bagi Kian. Hari ini Reva sedikit bertingkah aneh; tidak seperti biasanya. Apa karena dia baru mengetahui sosok Davian?

Kian akui kalau Davian adalah sosok yang tidak bisa dilewatkan oleh kaum hawa. Lelaki itu seperti patung dewa yang hidup dan berjalan, tubuh hingga wajahnya benar-benar seperti dipahat sempurna.

"Kau tidak jatuh cinta pada pandangan pertama kan?" Goda Kian, berharap topik ini menjadi candaan konyol tapi yang dia dapat hanya keterdiaman Reva.

Tunggu?

Serius?

Yang benar saja?

"Enyahkan pikiran itu!" Cegah Kian. Reva terkejut ketika mendengar Kian sedikit berteriak ditelinganya.

"Reva, dengarkan aku... jangan coba-coba mendekati dia!"

Kening Reva berkerut, tanda tak mengerti maksud dari penuturan Kian. Apa maksudnya? Dewi batin Reva bertanya-tanya.

"Rumor tentangnya bukan hanya aneh, tapi dia benar-benar sosok yang harus di- black list... Banyak yang bilang kalau di tidak waras, berbicara sendiri lalu tiba-tiba menatap seseorang dengan pandangan lekat?!" Terang Kian panjang kali lebar dalam satu tarikan napas.

Reva ingin tertawa geli mendengarnya, sepertinya ada kesalahpahaman disini.

"Maafkan aku Kian, apa yang kau pikirkan—aku tidak seperti itu... hanya saja aku sedikit penasaran dengannya..." sahut Reva.

Jika benar begitu, syukurlah. Jangan tergoda dengan wajahnya.

"Tapi saran ku, jangan coba-coba mendekatinya... aku tidak ingin kau terseret dalam rumor-rumor aneh juga Reva... simpan rasa penasaran mu itu..." imbuh Kian; sekali lagi memperingatkan.

Reva hanya mengangguk kecil. Memberi tanda kalau dia paham meski pandangannya masih tertuju pada Davian.

Sebenarnya apa yang dia lihat, sampai segitunya? Batin Reva. Davian terlihat fokus pada objek kosong didepannya—tanpa bergerak.

"Kurasa saatnya pulang..." ucap Kian tiba-tiba. Kentang goreng dan jus miliknya sudah ludes masuk kedalam perut wanita itu. Reva melirik; Kian mulai berdiri sambil membawa tasnya—menunggu Reva untuk ikut berdiri.

Reva kembali mengalihkan pandangan, dia ingin sekali lagi melihat Davian.

"Eh?"

Tapi hanya pemandangan kosong yang terlihat disana. Kemana perginya Davian?

"Reva?" Panggil Kian gemas. Oh ayolah... temannya kenapa ikut-ikutan bertingkah aneh?

Reva buncah; dia dengan cepat berdiri dari duduknya. Membenarkan tali tas dibahunya.

"Kau punya pasangan yang bagus..."

Deg!

Kian maupun Reva terkejut tanpa bersuara. Jantung mereka seperti berdetak kuat ketika mendengar seseorang tiba-tiba berujar sesuatu didekat mereka. Reva maupun Kian menoleh. Sosok Davian terlihat, dengan kemeja usang dan celana jeans; sobek dibagian lutut.

"Kau punya pasangan yang bagus..." ucap Davian lagi. Rave berkerut bingung. Apa maksud ucapan lelaki itu?

Davian menatap lekat Kian. Reva menaruh minat, sepertinya perkataan itu ditujukan pada Kian.

Pasangan?

Seingat Reva, Kian tidak memiliki kekasih apa lagi pasangan hidup.

"Bicara apa kau?" Sela Kian. Merasa risih.

"Dia selalu didekat mu, berhati-hati dengan kegelapan... atau dia akan menyeret mu pergi..."

"Hah? Maaf?" Sela Kian, tapi bukannya mendapat penjelasan Davian malah melangkah pergi. Meninggalkan Reva dan Kian yang memperhatikan punggung lelaki itu. Semakin menjauh lalu hilang dari jarak pandang mereka ditikungan jalur.

"Tu kan! Benar! Lelaki itu aneh?!" Ucap Kian tak percaya. Nadanya sedikit kesal.

Reva memilih diam.

Dalam pikirannya, Davian bukannya aneh.

Hanya sedikit—Unik?

......***......

......Tbc.........

...Jangan lupa klik "like" & commentsnya......

...Terima kasih...

...Bye...

...:3...

Davian

...Cerita bersifat fiksi / karangan semata, apabila terdapat kesamaan dalam bentuk apapun—mungkin karena ketidak sengajaan saja....

...Sebelum baca silakan klik 'like' dan comment di akhir cerita sebagai wujud apresiasi terhadap karya orang lain....

...Terima kasih,...

...Selamat membaca....

..._________________________________________...

...D a v i a n...

..._________________________________________...

...__________________________...

...___________________...

...___________...

...______...

...___...

..._...

Hari ini, batang hidung dari Kian sama sekali tidak tertangkap mata Reva. Entah kemana temannya itu, tanpa dirinya suasana kampus menurut Reva sedikit kosong. Dia jadi tidak memiliki alasan untuk berlama-lama disana seperti biasa.

Reva melangkah melewati lorong-lorong kampus, berharap cepat sampai di lobi dan tancap gas pergi dari sini. Rambut yang selalu dicepol mulai berantakan; keluar dari ikat rambutnya. Tapi langkah Reva terhenti. Dari kejauhan dia melihat sosok Davian.

Berdiri memunggungi Reva. Sebenarnya apa yang dilihat lelaki itu? Jika Reva diberi kesempatan, dia mungkin mengajukan pertanyaan itu. Lagi-lagi rasa penasaran itu memenuhi Reva.

Reva tertarik dan ingin tahu. Dalam diam dia memperhatikan Davian. Lelaki itu mulai bergerak—melangkah maju. Reva mengikutinya. Seakan lupa ucapan Kian yang mewanti-wanti untuk tidak mendekati Davian semalam.

Langkah mereka selaras, dalam keterdiaman. Davian didepan sana; Reva 5 meter dari sosok itu. Seakan benar-benar tidak peduli, atau memang tidak peduli—Davian tidak menyadari kalau ada yang mengikutinya.

Melewati lorong, lobi terlihat lalu jalan menuju luar kampus tampak. Masih sama. Reva mengikuti Davian tanpa tujuan jelas. Hanya bermodalkan rasa penasaran. Reva fokus; menatap punggung Davian. Tidak tahu langkah itu menuju kemana; tidak menyadari keadaan lingkungan bagaimana.

Benar-benar hanya tertuju pada satu hal.

Davian.

"BERHENTI!"

Deg!

Reva terkejut. Dia menoleh cepat kearah sumber suara. Sosok yang seharusnya berada didepan Reva tahu-tahu sudah berada disampingnya. Sejak kapan?

Davian menampilkan wajah marah. Kerutan kesal terlihat jelas. Tangannya mengepal. Seakan dia merasa kalau kehadiran Reva adalah hal yang mengganggu.

Reva menampilkan wajah bingung serta penasaran.

"Tch!" Davian berdecih. Dia mengangkat tangan dan menyilangkannya kedada. Maniknya meneliti dari ujung kaki hingga ujung kepala.

"Bagaimana caranya kau masuk?" Tanya Davian setengah menggeram.

Hah? Masuk apa? Dewi batin Reva bertanya. Dia tidak tahu apa maksud ucapan lelaki ini. Davian melirik dari ekor matanya. Menjentikan jari.

Keadaan sekitar berubah gelap.

Tunggu?

Reva baru menyadari.

Dimana dia saat ini?! Dengan panik Reva mengedar pandangan; menatap setiap jengkal keadaan.

Gelap.

Hanya ada kegelapan.

"Kau bahkan tidak memiliki penglihatan, bagaimana bisa?" Monolog Davian.

Deg!

Wajah Davian tiba-tiba berada sangat dekat dengan Reva. Manik hazelnya fokus menatap mata Reva. Reva menelan saliva, perasaan gugup dan tidak mengerti memenuhi dirinya.

"Kau harus keluar, atau jiwa mu akan terhisap disini" ucap Davian lagi.

Tak ada satu kata pun yang Reva mengerti.

Tiba-tiba lubang hitam dengan warna lebih pekat muncul. Kegelapan disekitar seolah terhisap. Ribuan warna terlihat. Perasaan pusing dan ingin mintah hadir. Reva menutup mulutnya dengan sebelah tangan.

Perut gadis itu seperti diaduk.

Davian diam memperhatikan.

Pemandangan mulai kembali normal. Reva terduduk, lututnya menyentuh marmer yang sudah tidak asing. Bangunan yang seharusnya ditinggalkan Reva tadi—muncul. Mereka berada dilorong kampus.

Bagaimana bisa?

Reva ingin sekali bertanya, tapi penglihatannya mulai meredup. Tubuhnya oleng. Jatuh diatas lantai dengan mata terpejam.

"Bugh..."

Bibir Davian berkedut. Wajahnya terlihat tidak percaya. Dia masih memperhatikan Reva; terkulai lemas tak sadarkan diri tidak jauh dari posisinya.

"Dia masuk dengan memberi rangsangan pada inti ku, keadaanya baik-baik saja... tapi kenapa saat keluar? Dia mengalami efek samping?" Davian bertanya-tanya pada dirinya sendiri. Mencoba mencari jawaban. Sayang, nihil. Dia sama sekali tidak menemukan jawaban.

Davian membuang napas gusar. Ya sudahlah... pilihnya sebagai jawaban.

Lelaki itu berjongkok. Dia harus memindahkan Reva, tidak etis jika meninggalkan seorang gadis yang tengah pingsan. Meski dia berniat meninggalkannya tadi. Tangan Davian terulur, membopong tubuh Reva. Diluar dugaan, ternyata tidak terlalu berat.

Davian mulai melangkah. Membawa Reva bersamanya—melewati lorong yang sunyi.

Dalam keterdiaman.

...***...

...Tbc......

...Jangan lupa Like, Vote dan comments......

...Terima kasih...

...Bye...

...:3...

Gelap

...Cerita bersifat fiksi / karangan semata, apabila terdapat kesamaan dalam bentuk apapun—mungkin karena ketidak sengajaan saja....

...Sebelum baca silakan klik 'like' dan comment di akhir cerita sebagai wujud apresiasi terhadap karya orang lain....

...Terima kasih,...

...Selamat membaca....

..._________________________________________...

...G e l a p...

..._________________________________________...

...__________________________...

...___________________...

...___________...

...______...

...___...

..._...

"Argh..." Reva mengerang. Mencoba membuka matanya. Penglihatan Reva sedikit kurang fokus ketika seberkas cahaya memaksa masuk. Beberapa detik berkedip; berharap pandangannya kembali normal.

"Kau sudah sadar?"

Titik fokus mata Reva kembali berbarengan dengan pertanyaan yang diajukan seseorang padanya. Meski tidak mengenal secara mendalam, tone suara yang familiar itu. Reva melirik.

Davian duduk dengan tampang bosan disamping tempat Reva berbaring. Gadis itu sadar kalau mereka sedang berada di ruang kesehatan kampus. Reva mencoba bangkit—mengubah posisi menjadi duduk bersandar dikepala ranjang.

"Kau pingsan tadi..." terang Davian tanpa dipinta. Reva mengintip sedikit kearah jendela. Gelap. Rupanya sudah malam; dan mereka tertahan cukup lama di kampus.

"Jika kau merasa baikan, aku pulang..." ucap Davian. Reva menarik minat kembali kearah lelaki itu. Dia berdiri dari kursi, mengangkat tas lalu mengenakannya dibahu.

Tidak menunggu jawaban dari Reva, Davian berbalik. Siap melenggang pergi meninggalkan Reva diruangan itu.

"Tadi... itu apa?" Tiba-tiba Reva bersuara. Manik hitamnya menatap Davian dari kejauhan. Gerakan Davian berhenti tepat didepan kenop pintu. Dia melirik dari balik ekor matanya.

Hazel itu seolah bercahaya. Begitu mengintimidasi; seperti siap mencabik Reva kapan saja. Davian berbalik. Mulutnya terkunci rapat—matanya menatap lekat Reva.

Seolah penasaran.

"Bagaimana bisa kau ingat?" Aju Davian.

Lagi-lagi Reva tidak mengerti maksud ucapan lelaki bersurai coklat itu. Dia hanya mampu membalas tatapan Davian. Dalam keterdiaman; saling menatap—seolah meneliti satu sama lain.

Reva bingung. Beberapa detik berlalu, gadis itu tiba-tiba melihat hal janggal. Titik hitam aneh muncul di langit-langit ruangan—tak jauh dari posisi Davian.

Entah Davian tak acuh, ataukah dia tidak menyadari akan benda itu.

Rasanya,

Itu terlihat—Berbahaya? |

Deg?!

Hah?

Reva seketika berdiri, melompat dari ranjang tempatnya berbaring. Menggapai Davian. Lelaki itu terkejut, tubuhnya tertarik kedepan.

"AWAS!" Teriak Reva.

Titik hitam itu melebar—melahap sekitar. Bergerak dengan irama; seperti detak jantung yang konstan. Davian rasanya ingin memaki, tubuhnya nyaris oleng dan jatuh sedikit saja jika tidak mempertahankan posisi. Dia berbalik, menjumpai benda yang ditatap Reva.

Tunggu? Ditatap?!

Reva bisa melihatnya.

Tak ada yang bersuara, mereka berbicara lewat tindakan. Davian menarik balik Reva; menjauhi benda menggelikan itu. Tangan lelaki itu terangkat. Reva memperhatikan, Davian seperti menggenggam benda itu. Meremasnya kuat lalu benda itu meledak. Menghilang dalam udara.

Pemandangan ruang kesehatan kembali normal. Tidak ada satu benda pun yang berubah posisi, seolah yang tadi tidak memiliki dampak apapun dengan keadaan sebenarnya.

"KAU! KAU MENYELARASKAN PENGLIHATAN DENGAN KU KAN?!" Davian berteriak lantang setelah kejadian itu. Reva tidak mengetahui kalau lelaki ini cukup temperamental.

"Apa maksudmu sebenarnya?" Keluh Reva. Dia benar-benar perlu penjelasan dari pada teriakan. Wajah Davian memerah, perasaannya benar-benar kesal.

Mungkin ini adalah kejadian langkah, dimana Davian menjadi sosok yang teramat ceroboh. Dia berani jamin, Davian sama sekali tidak membuka gerbang miliknya. Lalu bagaimana caranya Reva bisa masuk begitu mudah? Hingga berbagi penglihatan?

ARGHH!!!!

Semakin dipikirkan semakin menyebalkan.

"Kau... sekarang kita berbagi takdir yang sama..." Davian berujar.

Hah?

Takdir?

Reva dan Davian?

Tunggu!

"Bisa tolong jelaskan dengan bahasa yang aku mengerti!" Pinta Reva. Rasanya sedikit panik dan kesal. Sampai ini dia sama sekali tidak mengerti sepatah katapun.

Oh ayolah~

Davian menatap malas.

"Intinya seperti itu," ucapnya lagi.

"Mudahnya... kau dan aku sekarang memiliki ikatan... sebut saja—kita sudah menikah..."

"HAH!!!"

...***...

...Tbc......

...Jangan lupa Vote, like dan comments-nya......

...Terima kasih...

...Bye...

...:3...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!