Husna Tri Hanasari ia merupakan gadis berumur 21 tahun, ia tinggal bersama paman dan bibi nya, Husna merupakan anak yatim piatu semenjak dari SD ayah dan ibu nya meninggal dunia karena kecelakaan pesawat.
Husna merupakan mahasiswi dengan jurusan Administrasi Negara, ia berkuliah di salah satu kampus terbaik di kota nya ini.
Siang hari nya dia bercerita kembali bersama teman-teman nya, ia menceritakan kehidupan nya semenjak di tinggal oleh kedua orang tua nya. Husna banyak dapat kecaman dari paman dan bibi nya.
"Husna, kamu nggak mau kabur dari rumah itu?" tanya Chintya teman Husna
"Iya benar kata Chintya, menurut aku sih paman sama bibi kamu itu sangat kejam, lebih baik kamu pergi aja deh dari rumah itu!" ujar Shilla
"Aku nggak mau pergi dari rumah itu chin, Shil kalian kan tau rumah itu peninggalan orang tua aku, aku kadang merasa ingin pergi juga tapi aku nggak bisa juga, aku nggak mau paman ku itu ngambil hak rumah ku itu!" ujar Husna
Mereka bertiga sama-sama saling termenung saat Husna usai bicara tadi, mereka larut dalam pikiran mereka masing-masing.
...
Sore harinya Husna sampai di rumah paman dan bibi nya itu, lebih tepat lagi rumah itu milik orang tua Husna, tapi dengan kelicikan paman nya ia memindahkan sertifikat rumah itu atas nama nya.
"Dari mana saja kamu?" tanya bibi nya itu sangat sinis penuh kemarahan.
"Husna habis belajar kelompok bibi!' ujar Husna
Tadi Husna sepulang dari kampus ia pergi ke rumah shilla untuk mengerjakan tugas yang di berikan oleh dosen nya.
"Cuci baju sama piring sana, cucian udah numpuk, jangan banyak alasan saja!" ujar Inah bibi nya.
Setiap pulang kampus Husna tak pernah merasakan yang nama nya istirahat itu, setiap pulang kuliah dia selalu mengerjakan pekerjaan rumah semua nya.
Bibi nya itu mendatangi Husna yang lagi mencuci piring.
"Uus, nanti ada tamu, kamu harus manggil bibi ibu dan manggil paman dengan sebutan ayah ya!" ujar bibi nya itu.
Uus merupakan panggilan kecil Husna, selesai cuci piring sekarang Husna memasak untuk makan malam nanti.
"Uus Abang bantu ya!" ujar Fajri sudah berdiri di samping Husna yang lagi kerepotan memasak makanan.
Husna melihat Abang sepupu nya itu, tapi Husna hanya diam saja, Husna diam karena dia tak ingin di bantu oleh Abang sepupu nya ini, dia takut nanti bibi dan paman nya marah.
"Abang bantu ya biar cepat selesai nya!" ujar Fajri
"Jangan bang!" barulah Husna bersuara
Dengan keras kepala nya Fajri tetap membantu Husna, Husna tidak bisa melarang lagi jika Abang sepupu nya ini sudah bertindak.
"FAJRI! bentak bibi Inah
Husna kaget dengan suara bibi nya itu, sementara Fajri langsung melindungi Husna di sebalik punggung nya.
"Ibu jangan pukul Uus, ini inisiatif aku sendiri yang bantu Uus memasak!" ujar Fajri
Selain kena marah Husna sering mendapatkan pukulan benda tumpul di tubuh nya itu oleh bibi nya.
"Fajri masuk kamar!" ujar bibi Inah itu sangat murka, Fajri menggeleng karena ia masih mau melindungi adik sepupu nya ini.
Sementara di sebalik punggung Fajri, Husna sudah menangis karena ia takut kena pukul benda tumpul di tubuh nya lagi.
Plakk
"Masuk kamar!" bentak bibi Inah menampar pipi Fajri, Fajri rela kena tamparan ibu nya demi melindungi adik sepupu nya ini.
"Fajri tidak akan mau masuk kamar, Fajri mau melindungi adik fajri!" bantah Fajri masih menutupi seluruh tubuh Husna dengan tubuhnya jadi tameng untuk Husna
"Bang masuk aja bang!" ujar Husna terisak kecil.
"Tapi Abang tidak mau kamu di pukul ibu lagi!" ujar Fajri
"Pergi bang Uus tidak papa!" ujar Husna
Terpaksa Fajri pergi dari sana kini tinggal Husna dan bibi nya itu.
"Bersiap-siap sekarang!" ujar bibi nya itu dengan nada datar, kali ini Husna tidak kena pukulan dari bibi nya itu.
Husna masih berdiri di sana ia masih menangis karena ia masih takut dengan bibi nya itu.
"Tinggalkan dulu pekerjaan kamu ini dulu, kamu berdandan lah dengan cantik!" ujar bibi nya itu lagi.
Husna langsung berlari ke kamar nya ia melaksanakan perintah dari bibi nya itu, bahkan Husna tak menaruh curiga kepada bibi nya itu.
...
Husna bersama bibi dan paman nya sudah duduk di ruang tamu, mereka kedatangan tamu seperti yang telah di ucapkan oleh bibi nya tadi.
"Mana wanita yang akan melunasi hutang kau itu Inah?" ujar pria itu sangat dingin
Husna tak percaya dengan ucapan pemuda yang mengatakan jika ia yang akan menjadi jaminan atas hutang-hutang paman dan bibi nya.
"I-ini t-tuan!" ujar bibi nya itu menunjuk Husna yang sudah tak bisa lagi menahan air mata nya.
"Baiklah, besok bawa dia ke Aula yang telah aku katakan!" ujar pemuda itu, setelah itu pemuda itu langsung pergi.
Serasa pemuda itu sudah pergi barulah Husna bersuara ingin mempertanyakan tentang hal ini.
"Bibi paman apa maksud kalian menjadikan aku jaminan dari hutang-hutang kalian!" ujar Husna
"Bantu kami Husna hanya kamulah yang bisa membantu kami, kamu mau kan bantu paman dan bibi kamu ini!" ujar paman nya itu.
"Tapi paman!" ujar Husna
"Kali ini saja Husna, anggap saja ini balas budi kamu untuk kami yang telah membesarkan kamu!" ujar bibi nya itu.
Husna tak habis pikir dengan paman dan bibi nya ini, dia pikir paman dan bibi nya ini tulus dalam merawat nya sedari kecil, tapi apa dia malah meminta balas budi atas semua ini.
Husna kembali ke kamar nya ia tak bisa melawan semua ucapan paman dan bibi nya itu, ia sangat takut untuk melawan paman dan bibi nya itu.
"Ayah, ibu kenapa kalian begitu cepat meninggalkan aku, aku sendirian di sini ayah ibu, kalian tau mereka sangat tak adil dengan aku, mereka menjadikan ku sebagai jaminan hutang-hutang mereka, Husna harus bagaimana?"
Husna menangis sambil memeluk foto mereka bertiga, setiap ada masalah Husna selalu curhat ke foto yang ada di dalam kamar nya itu.
...
Husna melaksanakan sholat subuh, selesai sholat subuh ia mengambil foto keluarga nya itu lagi, Husna mengusap foto itu air matanya mengalir begitu saja.
"Ayah, ibu aku kangen kalian!" lirih Husna begitu pilu.
Tok tok tok
Pintu kamar di ketuk oleh bibi nya Husna, sepagi ini Husna selalu memasak sarapan untuk orang rumah, Husna menghapus air mata nya lalu baru ia membuka pintu kamar nya itu.
"Iya bibi Husna sebentar lagi masak!" ujar Husna sudah tau apa yang ingin bibi nya ucapkan.
"Art sudah selesai masak, cepat ganti baju dan dandan yang cantik!" ujar bibi nya itu.
"Kita mau kemana bibi?" tanya Husna
"Sudah jangan banyak tanya, buruan kamu dandan yang cantik!" ujar bibi nya itu, Husna hanya bisa menurut saja.
Selesai Husna memoleskan sedikit make up di wajah nya kini ia di bawa oleh bibi dan paman nya itu ke tempat Aula yang di suruh oleh tamu nya kemaren.
"Kita mau apa ke sini bibi?" tanya Husna
"Sudah kamu jangan banyak tanya Uus, dari tadi kamu nanya melulu!" ujar paman Adi
Husna langsung diam tanpa banyak bertanya lagi, kini mereka bertiga duduk di sofa yang di arahkan oleh penjaga aula ini.
"Wah kalian cepat sekali datang nya, kalian tunggu sebentar di sini saya mau memanggil tuan dulu!" ujar Hendri pemuda yang kemaren malam ke rumah mereka.
Husna sudah sangat takut dengan rencana paman dan bibi nya ini, ia mau kabur dari sini tapi kesempatan itu tak ada.
"Bibi, Husna harus kuliah pagi ini aku ada kelas pagi!" ujar Husna
Memang betul pagi ini Husna ada kelas pagi, ia tidak mungkin bolos hari ini karena sebentar lagi mereka akan melaksanakan ujian semester genap.
"Bolos aja dulu!" ujar paman nya
Tidak lama dari itu datanglah seorang pemuda yang sangat tampan di iringi oleh dua pengawal dan Hendri tadi.
"Ini tuan mereka sudah datang!" ujar Hendri kepada tuan nya itu.
"T-tuan Mahesa kami telah datang sesuai yang diinginkan!" ujar paman Adi
Ya pria yang ada di depan mereka ini merupakan Mahesa Radyta, dia merupakan seorang dokter yang berumur 28 tahun.
Karena paman dan bibi nya ini memiliki hutang yang tak bisa di lunasi nya, akhirnya Husna lah jadi jaminan untuk melunasi hutang-hutang mereka.
"Kalian semua keluar, tinggalkan saya dengan gadis ini!" ujar Mahesa sangat dingin
Deg
Jantung Husna berdetak karena ia sangat takut dengan pria yang ada di hadapannya ini, mereka semua sudah pergi kini tinggal Husna dan Mahesa di ruangan itu.
Mahesa melempar sebuah map berisi surat perjanjian pernikahan kontrak.
"Baca, jika setuju tinggal tanda tangan!" ujar Mahesa dingin tanpa ekspresi apa pun.
Husna dengan tangan gemetaran mengambil map itu lalu ia membaca nya, Husna melempar map itu lalu ia berdiri.
"Saya tidak mau menikah dengan anda, apa lagi pernikahan ini hanya pernikahan siri, saya tidak bisa tuan!" ujar Husna dengan isakan tangis nya sudah terdengar.
Mahesa tersenyum sinis dengan ajakan nya ini di tolak mentah-mentah oleh Husna.
"Damn it!" umpat Mahesa
Husna tambah takut dengan umpatan dari Mahesa ini, bahkan Husna tambah menangis.
"Saya tidak mau hiks... cari saja wanita lain tapi jangan saya hiks...!" ujar Husna
Husna berlari keluar dari ruangan itu tapi bibi dan paman nya itu memaksa Husna masuk ke dalam kembali.
"Anak sialan, siapa suruh kamu keluar ha?" ujar paman Adi menyeret Husna masuk ke dalam lagi.
"Husna tidak mau paman Husna lebih baik mati dari pada menikah dengan laki-laki itu!" ujar Husna mengutarakan isi hati nya, ia tak sudi menikah dengan laki-laki yang hanya menikah siri dengan nya bahkan dia hanya meminta keturunan saja.
"Kamu mulai membangkang ha?" ujar paman Adi sangat marah, bahkan tangan paman nya itu hampir menampar pipi Husna.
Husna menitikkan air mata nya kembali saat paman nya itu hampir menampar nya.
"Husna mohon paman Husna tidak mau!" ujar Husna
"Uus ayolah bantu kami!" ujar bibi nya itu.
"Husna tidak bisa bibi!" ujar Husna
"Hidup kamu akan terjamin jika menikah dengan dia, dia itu orang kaya yang bisa membuat kamu bahagia!" ujar bibi Inah
Husna tetap menggeleng-nggelengkan kepalanya, ia tidak mau menikah dengan laki-laki itu.
"Nurut saja Husna!" ujar bibi nya itu mengertakan gigi nya karena kesal dengan keponakan nya ini.
"Tidak, Husna tidak mau, sampai kapan pun Husna tidak mau!" ujar Husna
Bibi Inah memberi kode kepada paman nya itu untuk menyeret paksa Husna agar kembali ke dalam ruangan itu lagi.
Apalah daya Husna lagi ia tak bisa melawan paman dan bibi nya itu, tidak satu pun orang yang bisa membantu nya.
...
Bersambung...
Husna kembali duduk di sofa itu berhadapan dengan Mahesa, sementara itu paman dan bibi nya kembali ke luar ruangan itu.
"Sudah saya bilang tinggal jalanin saja apa susah nya!" ujar Mahesa
Husna tetap menggelengkan kepalanya, ia masih tidak mau menerima ajakan dari laki-laki di depan nya ini, Husna tidak mau menerima pernikahan siri ini karena tidak ada untung bagi nya yang ada hanya rugi yang di dapatkan oleh Husna.
"Saya tidak mau tuan hiks... cari saja wanita yang mau melahirkan anak tuan hiks... saya tidak mau!" ujar Husna menangis
Mahesa mengepalkan kedua tangannya, ia tak mungkin mencari wanita lagi karena Husna sudah menarik saja bagi nya.
Mahesa mau menikah siri dengan Husna agar keluarga nya tidak tau kalau dia menikah, Mahesa hanya ingin keturunan hanya itu saja yang ia minta.
"Saya akan menuruti mau kamu, tapi tolong menikahlah dengan saya!" ujar Mahesa dengan dingin nya
"Tidak!" bantah Husna
Mahesa mengertakan gigi nya lalu ia memukul sofa yang ia duduki itu, "berati kamu mau rumah peninggalan orang tua kamu itu saya sita, saya pastikan kamu tidak kan punya tempat tinggal setelah ini, camkan ucapan saya ini!" ujar Mahesa sangat marah
Husna sangat takut dengan suara keras dari Mahesa ini.
"T-tuan jangan ambil rumah orang tua saya!" ujar Husna terisak-isak.
"Kalau begitu, kamu terima pernikahan ini!" ujar Mahesa
Husna menangis karena ia harus memilih dalam hidup nya, merelakan rumah peninggalan orang tua nya di ambil orang lain atau justru ia rela mengorbankan perasaan nya hanya untuk menahan agar rumah itu tetap jadi milik nya.
"Cepat, saya tidak punya banyak waktu!" ujar Mahesa membentak Husna
Dengan ragu Husna mengambil map berisi surat kontrak pernikahan siri itu, di sana sudah di tuliskan bahwa Husna harus melahirkan seorang anak untuk Mahesa, setelah anak itu lahir Mahesa akan membawa anak itu pergi.
"Saya sudah siap!" ujar Husna memberikan map yang sudah ia tanda tangani itu.
"Bagus!" ujar Mahesa lalu Mahesa juga ikut menandatangani kontrak pernikahan itu.
"Besok pagi kamu harus kembali lagi ke sini, jangan coba-coba untuk bisa kabur dari saya!" ujar Mahesa
Setelah kesepakatan itu Husna sangat menyesali diri nya yang sudah terikat dengan surat kontrak pernikahan itu.
"Bagaimana?" tanya paman nya itu
"Sudah puas kalian menghancurkan hidup ku?" ujar Husna
"Kami bukan menghancurkan hidup kamu Uus, melainkan memberikan kebahagiaan untuk kamu, setelah pernikahan itu terjadi kami jamin hidup kamu akan lebih baik dari ini!" ujar bibi Inah
Paman dan bibi nya ini bahkan tak mau tau tentang kebahagiaan keponakan nya, yang mereka tau hanya hutang-hutang nya sudah lunas.
"Hutang kita sudah lunas buu...!" ujar paman nya itu dengan senang
Husna menangis mengurung diri nya dalam kamar, ia memeluk foto orang tua nya itu, tidak tau akan apa Husna lewati setelah pernikahan ini, ia sangat hancur saat ini, paman dan bibi nya sangat tega dengan diri nya.
Untuk kepuasan mereka ia rela mengorbankan perasaan keponakan nya sendiri, sama saja paman dan bibi nya itu telah menjual diri nya.
"Ayah... ibu... hiks... Husna tidak mau menikah hiks... Husna tidak mau ayah... Husna tidak mau... hiks...!" Husna terus saja menangis karena dia benar-benar tidak ingin menikah dengan pria itu.
Hanya saja Husna sudah menandatangani kontrak perjanjian pernikahan itu, ia tidak bisa kabur begitu saja setelah dapat ancaman dari Mahesa tadi.
...
Pagi pun tiba bahkan Husna sudah siap dengan baju pemberian dari bibi nya, pernikahan itu akan dilaksanakan hari ini juga.
Husna termenung melihat diri nya sudah memakai kebaya warna putih dan jilbab yang senada dengan kebaya itu, mungkin ini dimana hari yang sangat menyesal bagi Husna.
Mahesa sudah siap juga dengan jas berwarna hitam yang ia kenakan, bahkan peci berwarna hitam sudah bertengger dengan indah di kepala nya itu.
Husna kembali menangis karena ia tak ingin melanjutkan pernikahan siri ini, ia ingin kabur saja dari tempat ini tapi ia tidak bisa penjaga sudah banyak mengawal diri nya di luar.
"Aku tidak ingin pernikahan ini berlangsung!" ujar Husna
Cklekk
Pintu kamar di buka oleh bibi nya lalu bibi nya itu menampakkan senyum manis tapi senyum palsu yang nampak di mata Husna.
"Ijab kabul akan segera di mulai, kamu di minta keluar!" ujar bibi nya itu
Husna tidak mau keluar dari kamar itu ia tidak sanggup melihat pria itu mengucapkan ijab Kabul di hadapan nya.
"Husna di dalam aja bibi, setelah ijab kabul di ucapkan baru aku keluar!" ujar Husna
"Baiklah, bibi tidak memaksa!" ujar bibi nya itu
Husna kembali diam bahkan air mata itu mengalir kembali di pipi mulus nya, ia hanya bisa berdo'a setelah pernikahan ini hidup nya akan berubah seperti apa yang telah bibi ucapkan itu.
"Saya terima nikah dan kawin nya Husna Tri Hanasari..... tunai!"
Deg
Sah, Husna sudah sah menjadi istri dari pria yang bernama Mahesa itu, bahkan Husna hanya bisa pasrah dengan apa yang akan terjadi pada hidup nya setelah pernikahan siri ini.
Pintu kamar di buka ternyata yang masuk adalah Mahesa yang sudah sah jadi suami nya, Husna enggan melihat pria itu, ia hanya menundukkan kepalanya.
"Siapa suruh menundukkan kepala?" ujar Mahesa dengan nada datar.
Husna masih enggan mengangkat kepala nya ia masih setia menundukkan kepala nya itu.
"Sekarang kamu sudah sah jadi istri saya!" ujar Mahesa
"Lakukan tugas mu seperti apa yang telah ada di surat perjanjian itu!" ujar Mahesa
Husna langsung menatap wajah Mahesa ia bahkan sampai terpukau melihat wajah Mahesa yang sangat tanpa setelah mereka sah menjadi pasangan suami istri.
"T-tuan!" panggil Husna gemetaran
"Saya sudah menjadi suami mu, jangan panggil saya tuan saya bukan tuan mu!" ujar Mahesa
...
Malam harinya Husna di ajak pindah oleh Mahesa ke rumah yang sangat bagus yang tidak jauh dari kota tempat tinggal nya ini.
"Malam ini kamu harus melakukan tugas mu!" ujar Mahesa
"T-tapi tuan!" ujar Husna masih takut bahkan ia enggan mengubah panggilan tuan itu.
Kini mereka sedang di meja makan sebelum ke sini mereka tidak sempat makan, Husna tidak berselera makan karena ia takut dengan perkataan Mahesa tadi.
"Ini bik Yatri, dia yang akan menemani kamu nanti saat saya tidak ke sini!" ujar Mahesa memperkenalkan bik Yatri kepada Husna
"Salam kenal nyonya Husna senang bertemu dengan anda!" ujar bik Yatri
"Salam kenal juga bik Yatri!" ujar Husna tersenyum manis
Selesai makan Mahesa sudah lebih dulu masuk ke kamar, sementara Husna masih di ruang tengah, ia takut untuk bertemu dengan Mahesa.
"Siapa yang menyuruh mu untuk duduk di sini? tanya Mahesa menghampiri Husna karena dari tadi Mahesa menunggu Husna tapi dia tak masuk juga ke kamar.
Husna sudah sangat takut dengan Mahesa ini, dari kemarin-kemarin ucapan Mahesa tak pernah lembut.
...
Bersambung...
Malam ini tidak jadi Husna melaksanakan tugas nya, karena ia tidak mau terburu-buru bahkan Mahesa juga menuruti permintaan dari Husna ini.
"Terima kasih tuan!" ujar Husna berterima kasih karena Mahesa tidak ingin memaksa Husna juga.
"Saya bukan tuan mu!" ujar Mahesa dingin
"Baiklah, terima kasih mas Mahesa!" ujar Husna
Mahesa tidak menggubrisi ucapan Husna ia lebih merebahkan tubuhnya di atas kasur empuk nya, Husna tersenyum senang karena malam ini dia terbebas.
Kini Husna melihat ke samping nya ia mau tidur juga tapi Mahesa juga ada di samping nya, dengan ragu Husna ikut tidur juga di kasur yang sama.
Ini merupakan hal yang sangat pertama bagi Husna tidur sama-sama dengan laki-laki yang sudah sah jadi suami nya, ya walaupun pernikahan ini hanya pernikahan siri.
Mahesa tidak mempermasalahkan kalau Husna tidur di sebelah nya.
...
Azan subuh berkumandang Husna terbangun dari tidurnya ia melihat ke sebelah nya tapi ia tak menemukan keberadaan Mahesa.
"Mas Mahesa kemana?"
Dari kamar mandi terdengar ada orang yang lagi mandi, Husna sudah tau jika Mahesa lah di kamar mandi.
Husna menunggu Mahesa keluar dari kamar mandi, lima menit kemudian Mahesa keluar dengan handuk yang melilit di pinggang nya.
Pagi hari Husna sudah melihat pemandangan yang sangat indah dari otot-otot sixpack milik Mahesa, apa lagi ada roti sobek di perut nya itu.
"Tak tau malu!" gumam Husna lalu ia bangkit dari tempat tidur nya.
Selesai mandi dan ambil wudhu Husna melaksanakan shalat subuh dua rakaat, Mahesa sudah lebih dulu sholat dari Husna.
Selesai sholat, Husna kembali melipat mukena nya lalu ia simpan di dalam lemari, ia melihat Mahesa yang lagi fokus dengan benda pipih yang ia pegang.
"Mau kemana kamu? tanya Mahesa saat Husna ingin ke dapur.
"Ke dapur tuan eh mas Mahesa!" ujar Husna
Lidah Husna masih enggan memanggil Mahesa dengan sebutan mas.
"Duduk! titah Mahesa
Husna duduk di sebelah Mahesa mereka berdua saling diam, tidak mungkin Husna memulai percakapan karena dia sangat segan dan juga takut pada Mahesa.
"Saya tidak bisa tinggal setiap hari di sini, saya akan balik ke sini setiap satu kali dalam seminggu, jika kamu perlu apa-apa kamu bisa minta bantuan sama bik Yatri dan mang Udin!" ujar Mahesa
Husna mengangguk paham dia mana mungkin mencegah Mahesa untuk tidak pergi dari sini, apa lagi pernikahan ini hanya pernikahan siri.
"Iya mas!" ujar Husna
Kini Husna membantu bik Yatri untuk memasak sarapan mereka, dengan telaten tangan Husna memasak makanan ini.
"Nyonya Husna sangat hebat ya dalam memasak, tuan tidak salah pilih ternyata!" ujar bik Yatri
"Sudah biasa bik, aku sering memasak di rumah itung-itung belajar mandiri juga!" ujar Husna
"Bik Yatri jangan panggil aku nyonya dong, aku kan masih muda, panggil saja aku dengan sebutan Husna atau Uus!" ujar Husna
Bik Yatri hanya tersenyum kecil mana mungkin bik Yatri memanggil nyonya nya dengan sebutan nama saja, yang ada bik Yatri bisa kena marah dengan tuan nya.
"Bik Yatri!" panggil Mahesa memanggil bik Yatri yang juga membantu Husna memasak.
Bik Yatri menghampiri Mahesa lalu Mahesa membawa bik Yatri jauh dari Husna, mereka akan membicarakan omongan yang sangat penting dan rahasia.
"Ada apa tuan memanggil bibik?" tanya bik Yatri
Mahesa melihat ke arah dapur serasa Husna tak mengintip mereka, barulah Mahesa membicarakan hal penting ini.
"Bibik bisa jaga rahasia kan?" tanya Mahesa
"Insyaallah bisa tuan! ujar bik Yatri
"Saya di sini menyuruh bibik untuk membantu dan menjaga Husna kan, jadi pernikahan ku ini tak boleh yang tau termasuk keluarga saya sendiri, hari ini dan seterusnya saya akan memindahkan bibik dari Jakarta ke Bandung ini, jaga rahasia ini baik-baik ya bik, jangan sampai bocor!" ujar Mahesa
"Siap tuan, bibik akan tutup mulut!" ujar bik Yatri
Serasa sudah selesai yang di sampaikan oleh Mahesa kini Mahesa lebih memilih masuk ke ruang kerja nya.
"Ada apa bik?" tanya Husna saat bik Yatri sampai di dapur kembali.
"Tidak ada apa-apa nyonya!" ujar bik Yatri
Selesai mereka membuat sarapan kini Husna memanggil Mahesa untuk sarapan. Husna sudah mencari suami nya itu tapi ia tak menemukan nya.
"Mas Mahesa!" panggil Husna
Tidak ada sahutan yang terdengar Husna kembali memanggil suami yang baru beberapa hari ini menjadi suaminya.
"Mas Mahesa!" panggil nya sekali lagi
Serasa di panggil Mahesa pergi keluar ruangan nya itu, ia melihat Husna yang lagi menuruni anak tangga.
Mahesa juga mengikuti Husna dari belakang, Husna sampai di meja makan, Mahesa juga sampai di meja makan Mahesa langsung menduduki kursi meja makan itu.
"Eah, mas!" ujar Husna kaget dengan Mahesa
Mereka sarapan berdua di meja makan yang sama, tidak ada yang berbicara mereka menikmati sarapan mereka masing-masing.
Ini merupakan kehidupan baru mereka, mereka sama-sama merasakan kehidupan yang baru ini.
Selesai mereka sarapan Mahesa langsung pergi dari sana, sementara Husna membersihkan bekas piring makan nya.
"Bik Yatri udah lama kerja sama mas Mahesa?" tanya Husna
Husna ingin tau tentang Mahesa ia masih belum banyak mengetahui suami nya itu, apa lagi Husna juga tidak tau apakah suaminya itu memiliki istri sah dan terdaftar di negara atau tidak. Kalau iya suaminya memiliki istri sah dan terdaftar di negara berarti benar dugaan nya kalau suaminya itu ingin meminta keturunan saja, lalu anak itu akan ia bawa ke istri pertama nya.
"Emang ada apa nyonya?" bik Yatri balik bertanya.
Bik Yatri sudah mengerti dengan arah pembicaraan dari nyonya nya ini, jika bik Yatri berkata jujur pasti Husna akan bertanya lebih lanjut tentang Mahesa.
"Tidak, aku mau nanya aja siapa tau bik Yatri tau banyak tentang mas Mahesa!" ujar Husna
"Bik Yatri baru beberapa tahun ini bekerja dengan tuan nyonya, jadi bibik tidak tau banyak tentang tuan!" bik Yatri terpaksa berbohong agar Husna tidak banyak bertanya.
"Maafin bibik, nyonya bibik tak bermaksud membohongi nyonya!" batin bik Yatri
Tanpa mereka sadari dari tadi Mahesa mendengar obrolan mereka, beruntung saja bik Yatri bisa menjaga rahasia.
Selesai membersihkan piring kotor dan membersihkan dapur kini Husna pergi menyiram bunga yang ada di halaman belakang rumah.
Husna tidak bisa pergi kemana-mana karena Mahesa menahan nya di rumah ini, untuk bertemu dengan teman nya saja sangat susah.
"Husna!"
Husna melihat ke belakang ternyata Mahesa yang memanggil nya, Mahesa nampak lebih tampan dengan gaya tangan nya yang ia masukkan ke saku celana nya. Husna meletakkan selang air itu lalu ia menghampiri Mahesa.
"Iya, ada apa mas?" tanya Husna
"Saya mau bicara!" ujar Mahesa dingin
Mahesa lebih dulu masuk ke dalam rumah barulah Husna menyusul Mahesa di belakang, Husna hanya menuruti langkah kaki Mahesa.
"Duduk!" titah Mahesa saat mereka sudah sampai di ruang kerja Mahesa.
Husna diam karena Mahesa sedang mengambil sebuah map di laci meja kerja nya.
"Baca!" titah Mahesa saat ia memberikan map itu kepada Husna.
Husna membuka map itu lalu ia membaca nya, di dalam map itu tertera dua poin lagi surat perjanjian pernikahan kontrak itu.
...
Bersambung...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!