NovelToon NovelToon

That'S What I Feel, My Husband

Menjadi Pembantu Berkedok Nyonya

Menjadi Pembantu berkedok Nyonya

"Saya terima nikah dan kawinnya Novrida dengan mas kawin sebuah mansion dan uang 500 juta rupiah dibayar tunai," ucap Lukas dalam sekali nafas dan para saksi akhirnya mengesahkan pernikahan keduanya. 

Akhirnya kini Novrida sudah sah menjadi nyonya Lukas Smith yang artinya dia adalah istri seorang konglomerat yang hartanya tidak akan habis meskipun sampai tujuh turunan sekalipun, orang tua Novrida bangga terhadap anaknya karena berhasil memiliki suami kaya raya. Banyak yang mengira jika kehidupan setelah ini akan indah dan bergelimang harta, namun nyatanya oh nyatanya… 

***

Di mansion 

"BANGUNNNN!!!!!" pekik Ina sangat nyaring di telinga Novrida hingga membuat dirinya kaget. 

"Ma..mamah," jawab Novrida lirih sambil mengerjapkan matanya. 

"Enak sekali jam segini masih tiduran, bangun!! Pekerjaan sudah menantimu, jangan merasa jadi ratu ya!" sindir Ina yang membuat Novrida tak mengerti. 

"Maksud mamah?" tanya Novrida bingung. 

"Cih.. Sok polos lagi, nih daftar tugas harian juga mingguanmu, ingat hapalin dengan benar dan jangan sampai lupa!" ucap Ina sembari melempar selembar kertas ke arah Novrida. 

Novrida membaca rangkaian demi rangkaian pekerjaannya dengan cermat hingga akhirnya ekspresi kaget juga tak percaya ia perlihatkan di hadapan mertuanya. 

"Ini kan pekerjaan pembantu kenapa jadi gue yang harus lakuin? Gue ini kan menantu bukan pembantu? Yang benar aja deh mertua gue kalau ngeprank," batin Novrida tak percaya. 

"Mah.. Ini serius pekerjaan yang harus saya dilakukan? Bukannya ini.." tanya Novrida menggantung dan tentunya mertuanya sudah tau arah pembicaraan Novrida. 

"Yap.. Betul sekali! Ini pekerjaan asisten rumah tangga dan ya benar apa yang kamu pikirkan jika posisimu disini sama dengan mereka jadi jangan bermimpi jadi ratu secara instan, ingat ya tidak ada yang gratis di dunia ini!" ucap mertuanya penuh penekanan hingga membuat Novrida sungguh tidak mempercayai ini semua. 

Ina merasa kesal karena Novrida tak kunjung juga bekerja hingga akhirnya ia sendiri yang menyeret sampai ke bagian belakang tempat cuci pakaian. 

"Hei!! Kenapa melamun, sini ikut!!" gertak Ina sembari menyeret paksa Novrida yang masih melamun memikirkan belum bisa menerima takdir ini. 

"Mah.. Sakit," rengek Novrida karena cengkeraman tangan mertuanya sungguh kencang namun sayangnya mertuanya tidak menggubris rengekannya. 

"Nah ini tempatmu ketika pagi hari," ucap Ina yang menghempaskan tangan Novrida sangat kasar. 

"Sakit mah," rengek Novrida mengelus tangannya yang sudah berbekas merah. 

"Jangan manja!!! Kerjakan ini semua," perintah Ina dan mau gak mau Novrida melakukannya. 

Ketika sedang memasukkan pakaian ke dalam mesin cuci, tiba-tiba tangan Novrida ditepis sangat kasar oleh mertuanya dan baju yang ada ditangannya berserakan dilantai. 

"Enak aja pakai mesin cuci, malah jadi malas nantinya!! Pakai tangan kalau mencuci, jangan cari yang gampang," perintah Ina yang membuat Novrida membulatkan mata tak percaya. 

"Apa mah? Cuci baju pakai tangan? Yang benar saja mah? Ini pakaiannya banyak sekali, selesainya pasti lama," bantah Novrida yang membuat Margareth murka. 

"BERANI MEMBANTAH SAYA? NIH RASAKAN!!!" pekik Ina mengguyurkan air seember ke tubuh Novrida. 

"Jangan sekali-kali berani membantah perintah saya atau nanti kamu tau akibatnya, ingat ini belum seberapa!! Bangunlah dari mimpimu untuk menjadi nyonya disini! Selagi masih ada saya jangan harap hidupmu tenang!" ancam Ina dengan lantang. 

Novrida tidak bisa berkata apa-apa, belum juga ia dikejutkan dengan sikap mertuanya yang tidak suka padanya kini ia harus menerima semua pekerjaan yang seharusnya menjadi tugas pembantu rumah tangga. Sambil mencuci baju tak hentinya Novrida menangis meratapi nasibnya yang sungguh malang, ia tidak menyangka jika setelah menikah dengan Lukas hidupnya menjadi jauh lebih menderita. 

Para pembantu yang melihat kekejaman majikan pada menantunya tidak berani berbuat banyak dan memilih diam. Sebenarnya mereka tidak tega jika Novrida harus melakukan pekerjaan berat ini sendirian, mengingat di rumah ini tidak hanya ada Novrida, Lukas, Ina, Luis, melainkan ada adiknya Lukas, Ivanka yang ikut tidak menyukai Novrida karena ia merasa kakaknya salah memilih pasangan, memilih pasangan yang tidak sepadan dengan keluarganya maksudnya. 

Bisa dibayangkan berapa banyak baju yang harus dicuci manual oleh Novrida? 

Ketika separuh cucian sudah terselesaikan tiba-tiba saja Ivanka datang menambah pekerjaan Novrida dengan melemparkan satu keranjang besar penuh pakaian yang kotor. 

"Nih sekalian cuciin," ucap Ivanka sambil melempar baju kotornya. 

"Apa-apaan nih, jangan kurang ajar ya!" ucap Novrida tak terima. 

"Kenapa? Gak suka? Mau gue aduin ke mamah biar pekerjaanmu makin banyak? Udah deh tinggal kerjain aja apa susahnya sih? Toh mau selesai kan?" ucap Ivanka membuat emosi Novrida sangat menggebu. 

"Nih cuci sendiri pakaianmu!! Disini gue bukan pembantu yang bisa sesukanya lu suruh!" bantah Novrida melempar kembali pakaian Ivanka. 

"Wah ngajak perang nih, awas aja bakal gue aduin ke mamah biar tau rasa," ancam Ivanka berlalu pergi. 

"Astaga baru juga sebentar tinggal di sini kenapa cobaan yang engkau berikan sungguh luar biasa Tuhan?" batin Novrida berlinang air mata. 

Tak berselang lama datanglah Ina bersama Ivanka dengan wajah yang siap menerkam Novrida hidup-hidup. 

"Nih mah orangnya, resek banget jadi orang, dimintai tolong cuciin bajuku sekalian malah bajuku dilempar, kan kurang ajar mah," ucap Ivanka mengadu. 

"Kurang ajar sekali kamu!! Beraninya sama anak saya! Mau saya tambah hukumanmu?" ancam Ina emosi. 

"Memang salah saya apa mah? Kan dia udah gede ya bener dong kalau mencuci jangan nyuruh yang lebih tua apalagi saya ini kan kakak iparnya," bela Novrida. 

"What? Kakak ipar? Idih.. Ewh banget gue mau akuin lo jadi kakak ipar gue, jangan mimpi deh!" ejek Ivanka bergidik ngeri. 

"Nih kerjain sekalian baju-baju anak saya, awas saja kalau ada yang kotor! Ini baju mahal mana mampu kamu menggantinya!" gertak Ina melempar pakaian putrinya ke arah Novrida. 

"Iya nih tinggal cuci aja ribet banget jadi orang," ejek Ivanka tersenyum penuh kemenangan. 

"Inget! Jangan sampai ada yang terlewat!" tegur Ina dengan wajah galaknya. 

Setelah itu mereka berlalu pergi sambil tertawa cekikikan karena berhasil membuat Novrida tersiksa. Memang semenjak ijab qabul terucap, baik Ina maupun Ivanka sepakat untuk menindas Novrida secara sadis, alasannya ya karena Novrida dengan beraninya masuk ke dalam keluarga Smith, padahal dirinya bukanlah dari kalangan orang kaya raya. Ina merasa malu jika nantinya ada tamu di rumahnya yang mengetahui jika menantunya hanyalah orang biasa. 

"Kemarin saya membiarkanmu karena sudah berhasil dinikahi oleh anakku Lukas, namun tidak setelahnya, jadi jangan berharap akan hidup bergelimang harta dan enak!! Kalau miskin ya miskin saja jangan berharap jadi tuan putri," batin Ina kesal. 

Episode 2

Pagi hari antara Ivanka dengan Novrida terlibat pertikaian yang membuat Lukas harus turun tangan langsung. 

"Hei kalian ini kenapa sih? Masih pagi udah berantem," tegur Lukas kesal. 

"Dia tuh yang mulai, jadi cewek kok rese banget," adu Ivanka. 

"Apa yang sudah kamu lakukan pada Ivanka?" tanya Lukas ketus. 

"Adikmu duluan yang memulainya, jangan langsung menghardik ku seperti ini dong," protes Novrida tak terima. 

"Yee.. Lo itu bisanya bikin mamah dan kakak gue emosi aja, ini loh kak udah tau kan kalau pagi hari waktunya orang-orang pada beraktivitas, lah dia malah ngepel lantai licin banget jadinya gue kepleset lah," rengek Ivanka. 

"Ngepel? Ngapain pagi-pagi gini kamu ngepel, Nov?" tanya Lukas heran. 

"Disuruh mamah kamu," jawab Novrida dingin dan memalingkan muka. 

"Mamah? Gak mungkin, jangan ngarang," bantah Lukas tak percaya. 

Kebetulan Ina sedang berjalan ke arah meja makan untuk sarapan dan sempat mendengarkan perselisihan paham di antara mereka bertiga, karena namanya ikut disangkut pautkan akhirnya Ina angkat bicara. 

"Benar.. Memang mamah yang suruh istrimu ngepel, kenapa? Salah?" tanya Ina yang kehadirannya mengejutkan semuanya. 

"Tapi kenapa harus dia mah? Disini kan ada pembantu," protes Lukas. 

"Karena dia itu pemalas, bisanya hanya makan tidur saja, hari-hari dilaluinya hanya di kamar, mamah jadi sumpek lihatnya jadi ya mamah berikan dia pekerjaan biar ada kegiatan," jawab Ina tak merasa bersalah. 

"Aku pemalas? Mah tolong jangan memperburuk saya di depan Lukas," pinta Novrida. 

"Memperburuk apanya? Itu faktanya kok kan kamu memang pemalas," sindir Ina. 

"Iya nih jadi orang kok sukanya drama mulu, males gue dengernya," ejek Ivanka. 

"Diam kamu!!! Ini semua karena ulahmu ya yang selalu saja menyusahkan gue, memang apa salah gue sampai harus menerima semua siksaan demi siksaan ini," pekik Novrida membuat semuanya geram. 

"NOVRIDA!!! JANGAN TINGGIKAN SUARAMU DI HADAPAN KELUARGA KU APALAGI ADA AKU DISINI!!!" pekik Lukas tak terima keluarganya diteriaki oleh istrinya sendiri dan hampir saja Lukas menampar Novrida namun langsung ia tahan. 

"Kamu lebih membela dia? Jelas-jelas mereka loh yang membuat aku tersiksa kayak gini," protes Novrida. 

"Sudah lebih baik kita sarapan, bahas istrimu tak akan ada habisnya," ajak Ina lalu Lukas dan Ivanka berlalu ke meja makan. 

Merasa dirinya tidak diajak oleh suaminya membuat hati Novrida sangat sedih, ia pikir dengan adanya sang suami di rumah membuat mertua dan adiknya akan berbaik hati meskipun itu hanya pura-pura, tapi nyatanya? Mereka tetap saja membenci Novrida. Tanpa disadari oleh Novrida yang sedang asyik melamun, Lukas sedari tadi memperhatikan gerak gerik istrinya hingga mulutnya sudah tidak bisa menahan lagi untuk berteriak. 

Dipanggil lah Novrida untuk makan bersama dalam satu meja yang membuat Ina juga Ivanka merasa tak suka, baginya Novrida tidak pantas berada satu meja dengan keluarga Smith apalagi latar belakang Novrida yang bukan dari kalangan elite semakin menambah rasa tidak suka pada Novrida. 

Ketika mereka tengah menikmati sarapan, tiba-tiba terlintas di pikiran Ivanka untuk mengerjai kakak iparnya itu. Ia awalnya makan dengan tenang sampai akhirnya pura-pura tersedak dan menyuruh Novrida untuk mengambilkan minum, awalnya Novrida enggan melakukannya karena posisi gelas dan teko minum berdekatan dengan Ivanka, namun akhirnya dengan terpaksa Novrida mengambilkan minum karena melihat ekspresi suami dan mamah mertuanya yang tidak bersahabat itu. Deheman sang suami sanggup membuat Novrida menyadari jika dirinya harus menuruti kemauan Ivanka. 

Setelah semuanya selesai makan, Ivanka kembali membuat ulah lagi dengan menjulurkan kaki tepat ketika Novrida berjalan sehingga membuat kakak iparnya itu terjatuh dan piring yang ada di tangannya lantas pecah berkeping-keping. Ina yang melihat itu semua seketika marah dan refleks menampar pipi Novrida dengan sangat keras sehingga menimbulkan bekas merah di pipinya. 

Novrida langsung memegang pipinya dan memandang ke arah suaminya dengan harapan agar sang suami memiliki belas kasihan padanya, namun sayang seribu sayang, Lukas acuh dan hanya diam saja melihat istrinya diperlakukan buruk oleh keluarganya, bagi Lukas hal itu pantas didapatkan karena Novrida sudah memecahkan barang milik keluarganya. 

Setelah acara sarapan selesai kini Lukas bergegas berangkat ke kantor disusul Ivanka yang berangkat kuliah. Rumah mewah dan luas ini sekarang hanya ditinggali Novrida juga mamah mertuanya beserta para pembantu yang sedari pagi sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Novrida mengantarkan Lukas sampai teras depan sambil membawakan tas kerjanya, ketika Lukas hendak ke mobil tak lupa Novrida mengulurkan tangan untuk mencium tangan suaminya sebelum berangkat kerja, namun lagi-lagi kekecewaan yang didapat, Lukas hanya mengambil paksa tas kerjanya dan segera menuju mobil. Melihat itu membuat Ivanka tersenyum bahagia karena kini kakaknya juga ikut membenci Novrida. 

Setelah memastikan suaminya keluar dari gerbang kini Novrida beranjak ke kamar karena tubuhnya sungguh capek akibat mengepel lantai dari atas sampai bawah tanpa henti. Hampir saja ia memejamkan mata, sebuah ketukan pintu sangat keras membuatnya kesal. 

"Novrida…" panggil Ina sangat nyaring. 

"Astaga kenapa lagi sih? Apa gak bisa ya mamah membiarkan aku ini sejenak beristirahat, emang dia pikir gak capek apa ngepel lantai dengan rumah segede ini," gumam Novrida sembari membukakan pintu. 

"Lelet banget sih buka pintunya, jangan bilang kamu ini tidur," tuduh Ina. 

"Hampir mah, ada apa mah?" tanya Novrida. 

"Enak saja jam segini tidur, kamu itu bukan ratu disini, nih daftar kerjaanmu hari ini, ingat ya jangan sampai terlewat," gertak Ina sembari melempar catatan. 

"Menyapu halaman depan dan belakang, mencuci piring, membersihkan kolam ikan, mengelap seluruh kaca rumah?" gumam Novrida yang didengar oleh Ina. 

"Yap benar sekali, kerjakan sekarang juga," perintah Ina dengan wajah galaknya. 

"Mah.. Boleh gak Novrida istirahat dulu, capek badanku mah habis ngepel lantai," pinta Novrida. 

"GAK.. GAK ADA KATA NANTI, SAYA BILANG SEKARANG YA SEKARANG, APA PERLU SAYA TAMBAHI LAGI? JANGAN BANTAH YA JADI ORANG, MASIH UNTUNG KAMU DISINI BISA TINGGAL DI RUMAH MEWAH DAN MAKAN MAKANAN ENAK," pekik Ina lalu masuk lagi ke kamarnya. 

Sudah ia duga jika nantinya Novrida membantah maka makian dan hinaan akan keluar dari mulut mertuanya. Memang dia dinikahi oleh pria kaya raya dan kini bisa merasakan tinggal di rumah yang mewah dan megah, namun semua yang terlihat di mata tidak sejalan dengan apa yang ia rasakan. Hari-hari Novrida lalui seperti pembantu rumah tangga, rasa sakit hati atas perlakuan tak baik yang dilakukan suami dan keluarganya belum juga kering, kini ditambah lagi dengan pekerjaan rumah yang tak ada habisnya. 

Manusia juga memiliki batas kesabaran, begitu juga dengan Novrida, apa yang ia rasakan semakin hari semakin menyakitkan, lantas dengan refleks nya ia memohon pada Tuhan supaya kelak suatu hari suami dan keluarganya merasakan apa yang dirasakan olehnya. 

"Ya Tuhan, mengapa ketidakadilan ini hanya terjadi padaku saja? Tolong Tuhan.. Aku meminta padamu, berikan ganjaran pada suami dan keluarganya rasa tersiksa yang sangat amat sakit melebihi apa yang aku rasakan saat ini," harapan Novrida berdoa dalam hati dengan sangat khusyuk. 

Doa Mujarab Yang Terkabulkan

Entah kekuatan doa orang teraniaya memang benar segera terkabulkan itu benar adanya atau hanya sekedar kebetulan belaka, malam hari baik Novrida juga Lukas merasakan sesuatu yang aneh pada diri mereka masing-masing. 

Rasa sakit yang luar biasa disertai kilatan cahaya sangat terang membuat kedua mata mereka silau melihatnya, setelah kilatan cahaya itu pergi kini keduanya merasakan keanehan pada diri mereka. 

Lukas merasa jika saat ini bukanlah dirinya begitu juga dengan Novrida, untuk memastikan akhirnya mereka berdua pun bercermin dan benar saja, keduanya sama-sama berteriak histeris ketika melihat dari pantulan cermin bagaimana fisik masing-masing dari mereka. Lukas menjadi seorang wanita mirip istrinya namun masih berwajah pria, begitu juga dengan Novrida yang merasa jiwanya menjadi laki-laki namun bertubuh wanita. Mereka saling memandang satu sama lain dan kembali berteriak histeris karena saking tidak percayanya. 

"Gak.. Ini gak mungkin," pekik Lukas tak percaya. 

"Apanya yang gak mungkin? Aku pun juga tidak menginginkan ini, Lukas," balas Novrida tak mau kalah. 

"Ba..bagaimana bisa tubuh kita tertukar? Ka..kamu melakukan black magic ya?" tuduh Lukas dengan wajah nyalang. 

"Astaga segitu negatifnya pikiranmu terhadapku, jika aku melakukan itu mengapa aku meminta bertukar tubuh, jika aku mau, sudah aku kuras semua harta dan aset berhargamu lalu kabur sejauh mungkin," protes Novrida. 

"Lalu?? Kenapa kita bisa begini?" tanya Lukas frustasi sambil mengacak-acak rambut. 

"Mana aku tau?? Gimana nih?" tanya Novrida panik. 

"Hahhhhhh… malah nanya balik, jangan bikin tambah pusing deh, beberapa jam lagi mau pagi, mana mungkin kita bisa kembali seperti semula," ucap Lukas kesal. 

"Iya ya.. Lalu apa yang harus kita lakukan?" tanya Novrida memastikan. 

"Ya mau gimana lagi, untuk sementara kita tetap seperti ini, kamu dengan wujud wanita namun jiwamu adalah aku, sedangkan aku dengan wujud ku namun jiwaku adalah kamu, kita bersandiwara untuk sementara waktu sampai nanti ada jalan keluarnya, ingat Nov.. Jaga diriku dengan baik," ucap Lukas serius. 

"Apa?? Mana bisa kita melakukan hal yang berbanding terbalik dalam waktu yang tidak bisa ditentukan?" protes Novrida. 

"Sudahlah turuti saja, gak ada jalan lain juga kan? Memang kamu ada cara?" tanya Lukas geram dan Novrida hanya menggeleng kepala. 

"Makanya turuti apa kataku, ingat jangan sampai ada yang tau kejadian ini dan jangan sampai juga kamu melakukan kesalahan fatal," gertak Lukas dan Novrida mengangguk pasrah sambil pikirannya melayang jauh, bagaimana bisa mereka menjalani peran yang tidak gampang ini. Lalu Novrida sejenak memikirkan sesuatu, apa ini wujud dari doa nya? Tapi Novrida menginginkan jika suami dan keluarganya merasakan sakit hati yang sama, bukan malah terjadi pertukaran jiwa seperti ini. 

Akhirnya mereka terdiam dalam pemikirannya masing-masing dan tak terasa pagi hari telah tiba, mata yang masih mengantuk harus mereka paksa karena aktivitas yang harus dijalani. 

"Aaahhh.. Karena semalam gak bisa tidur jadinya ngantuk kan? Sial.." gumam Lukas sambil keluar dari kamar, kebetulan sekali Ina sudah menanti kehadiran Novrida yang berwujud Lukas itu. 

"Hei!! Sini," panggil Ina. 

"Kenapa sih mah?" tanya Lukas sedikit malas. 

"Kenapa kenapa, ingat ini sudah jam berapa, bukannya pergi bebersih malah enak-enakan bangun tidur, jangan jadi ratu di rumah ini ya," sindir Ina yang membuat Lukas tak terima 

"Apaan sih mah, jangan mulai deh, ini masih pagi malah di suruh bebersih, yang ada tuh aku mau pergi ke kantor, hari ini ada meeting penting," protes Lukas membuat Ina tertawa terbahak. 

"Haha.. Apa? Meeting penting? Dengan siapa? Cewek kampung sepertimu mana pantas mengadakan meeting, oh jangan-jangan meeting dengan para pembantu ya? Haha.. Udah deh jangan halu, ini belum siang hari," ejek Ina yang membuat Lukas tersadar jika dirinya sekarang terjebak didalam tubuh Novrida, pantas saja mamahnya mengejek seperti itu. 

"Astaga.. Kenapa gue bisa lupa jika sekarang gue ini ada di tubuh Novrida? Ahhh.. Pakai diejek mamah segala, malu kan jadinya apalagi ejekan mamah sangat menghinaku, andai mamah tau jika Novrida yang sekarang itu Lukas, apakah nantinya mamah akan percaya?" batin Lukas memandang Ina lekat. 

Merasa diperhatikan dengan sangat intens membuat Ina risih dan segera menyadarkan lamunan Novrida yang berwujud Lukas, tak lupa Ina melemparkan selembar kertas yang berisi kegiatan bebersih yang harus dilakukan Novrida hari ini, melihat apa saja yang harus dilakukan membuat Lukas tak bisa terima, ia protes dengan mamahnya namun lagi-lagi hinaan yang cukup pedas menembus telinga Lukas, ia sadar jika sekarang tak memiliki kuasa apapun selain menuruti perintah mamahnya juga menjalani peran yang rumit ini. 

Berbanding terbalik dengan Novrida, ia sempat tertidur hingga kini bangun kesiangan, refleks saja ia bergegas mandi dan berpakaian rapi. 

"Mah.. Ma..maaf bangun ku kesiangan," ucap Novrida yang bertubuh Lukas itu. 

"Ya gak papa dong sayang mungkin kamu kecapekan kan? Yasudah sarapan dulu gih, tuh Ivanka wajahnya udah cemberut," jawab Ina dengan sangat lembut membuat Novrida tak percaya jika dirinya diperlakukan seperti ini. 

"Mah? Tumben sekali mamah lembut padaku?" tanya Novrida terharu. 

"Kakak ini kenapa sih? Masih ngantuk ya? Sejak kapan mamah memperlakukan kakak itu buruk? Aneh deh, udah ah sarapan dulu, keburu telat nih," ucap Ivanka menyadarkan Novrida jika sekarang ini ia berada di tubuh suaminya. 

"Iya nih, kamu kenapa sih? Gak kamu gak istrimu hari ini sama-sama aneh, kalian habis jatuh dari ketinggian apa gimana?" ucap Ina bergurau diiringi gelak tawa, Ivanka hanya tersenyum tipis mendengar candaan mamahnya. 

"Istriku??" gumam Novrida yang didengar Ina. 

"Iyalah istrimu itu tadi halu, dia keluar kamar terburu-buru katanya ada meeting penting, ya mamah langsung tertawa dong, mana ada dia kerja, kerjaannya aja dirumah malas-malasan, meeting dengan siapa coba?" ucap Ina tertawa geli. 

Merasa tidak nyaman di situasi ini akhirnya Novrida hanya diam saja dan melakukan sarapan untuk pertama kalinya dengan tenang dan nikmat, karena ia bisa merasakan sarapan tanpa harus bekerja keras terlebih dahulu. 

"Apa ini yang dirasakan Lukas selama ini? Bisa makan enak dan tenang tanpa perlu dipaksa membersihkan rumah terlebih dahulu, baru kali ini bangun tidur langsung sarapan, biasanya sampai tengah hari baru bisa merasakan makan itu kalau masih ada makanan di meja, kalau gak ada ya terpaksa minum air putih sebanyaknya untuk mengganjal lapar," batin Novrida yang menahan air mata agar tidak luruh ke pipi, ia harus akting sebaik mungkin agar semuanya tidak ada yang curiga. Setidaknya kejadian pertukaran jiwa ini membuatnya menjadi manusia yang dimanusiakan oleh mertua dan adik iparnya, ya meskipun harus dengan jiwa suaminya. 

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!