NovelToon NovelToon

Cinta Dalam Diam

Nabila Syakira

Nabila syakira adalah sosok perempuan pemalu, lugu dan terlihat rada tomboy. Mungkin karena kakaknya seorang cowok. Jadi Nabila tumbuh menjadi sosok cewek yang terlihat tomboy. Dia anak bungsu dari tiga bersaudara. Selain tomboy, Nabila tumbuh menjadi sosok perempuan yang mempunyai kecerdasan lumayan dari rata-rata seusainya. Dia bahkan pernah mendapatkan piala saat SD. Namun Dia tetap merasa tidak ada yang istimewa dalam dirinya. Kelemahannya dalam bersosialisasi dan sifat mindernya menjadikan dirinya terlihat dingin dan sombong, bagi orang yang tidak mengenalnya. Namun jika sudah mengenalnya, Dia orang yang humoris dan asyik untuk mengobrol.

Namun seiring berjalannya waktu dan berkembangnya jaman. Nabila tumbuh menjadi sosok wanita yang mandiri, kuat dan pekerja keras. Nabila tahu hidup ini akan lunak, jika Dia keras terhadap dirinya sendiri. Setidaknya itu yang pernah dikatakan seseorang pada Nabila. Dan faktanya sekarang kata-katanya itu membuat Nabila jauh lebih kuat dan mandiri sebagai seorang wanita.

Saat itu pula Nabila menyadari kehidupan ini tidak selamanya abadi. Ketika Kamu bertemu seseorang maka jangan berharap terlalu banyak darinya. Karena Dia juga hanya manusia biasa yang tidak bisa memaksakan hatinya dan jauh dari kata sempurna.

Enam belas tahun yang lalu.

Nabila masih terlelap dalam mimpinya. Hingga bunyi alarm jam membangunkan Dia dari mimpi indahnya. Nabila langsung terbangun dan beranjak dari tempat tidur. Dia langsung menyambar handuk dan berlari menuju kamar mandi.

Hari ini adalah hari pertamanya Dia masuk sekolah menengah pertama. Dimana Dia memasuki masa awal remaja. Setelah selesai bersiap-siap, Nabila pun sarapan.

" Nabila!" Panggil Erni. Erni adalah teman yang sekaligus masih kerabatnya Nabila secara tidak langsung. Mereka berbeda angkatan, Namun karena Mereka satu sekolahan Mereka pun berangkat bersama.

" Iya Kak. Sebentar." Sahut Nabila langsung mengambil sepedanya. Nabila yang masih berumur dua belas tahun itu berpamitan dengan Ibunya dan lalu mengayuh sepedanya.

Pagi itu suasana masih dingin. Embun jelas masih terlihat di tempat Nabila. Dimana tempatnya adalah salah satu daerah yang masih terbilang perdesaan. Nabila dan Erni mengayuh sepedanya menyelusuri jalan pedesaan. Hingga akhirnya Mereka sampai di sekolah yang Mereka tuju. Salah satu sekolah menengah pertama negeri yang menjadi favorit di desa tersebut. Hari pertama disekolah tersebut seperti biasa. Masa-masa orientasi siswa baru. Nabila yang kepintarannya rata-rata atau standar. Tidak pintar juga tidak bodoh. Dia diterima di kelas 1C. Dimana kelas satu, terdiri dari kelas A sampai F.

Disekolah Dia pun bertemu dengan teman-teman SDnya, yaitu Luna dan Reni yang juga diterima disekolah tersebut. Namun berbeda kelas. Luna berada dikelas D dan Reni berada dikelas F.

Hari pertama itu tidak jauh-jauh dari yang namanya perkenalan. Dari perkenalan dengan sahabat-sahabat baru yang masih terlihat asing. Dan juga para guru. Nabila terkejut saat melihat salah satu teman SDnya juga berada dikelas tersebut. Namun Dia cowok namanya Soni. Nabila yang pemalu pun hanya senyum datar saat melihatnya.

" Hai. Namaku Ratih. Bolehkah Aku duduk disini?" Seorang perempuan berambut panjang meminta ijin pada Nabila. Nabila yang memang belum mempunyai teman satu bangku pun mempersilahkan.

" Silahkan." Sahut Nabila.

Saat mengeluarkan buku, Nabila dan Ratih pun tersenyum. Karena buku Mereka covernya hampir mirip. Masa itu adalah masa dimana sebuah grup band Taiwan yang bernama F4 lagi tenar-tenarnya, karena disebuah drama yaitu meteor garden.

" Kamu suka nonton Meteor garden juga?" Tanya Ratih.

" Iya." Jawab Nabila yang terkesan lebih pendiam dan pemalu. Nabila sosok anak yang tidak akan pernah memulai pembicaraan duluan.

Pulang sekolah, seperti biasa. Nabila menunggu Erni yang kebetulan sudah kelas tiga saat itu. Dan saat itu Nabila melihat sosok kakak kelas seniornya. Dia adalah sosok yang terkenal dikalangan cewek saat ini. Dia terlihat tampan. Saat itu pula Nabila tahu arti tampan selain To Ming she di Meteor garden. Nabila kecil tersenyum sendiri. Dan saat itu pula, Kak Erni keluar terlihat dilorong koridor sekolah sedang menuju ke parkiran.

" Maaf lama menunggu." Ujar Kak Erni.

" Tidak apa-apa Kak." Sahut Nabila. Nabila maklum saja. Secara Kak Erni sudah kelas tiga pasti semakin sibuk.

Dan akhirnya Mereka terlihat keluar dari parkiran, melewati belakang kelas 1D hingga kelas 1F. Lalu melewati Aula dan depan perpustakaan. Hingga keluar dari pintu gerbang sekolah.

Masa kelas satu cepat berlalu. Hingga Kak Erni lulus dan sahabat berangkat sekolah Nabila berganti. Sekarang sahabat Nabila berangkat sekolah yaitu Eni dan Luna. Mereka bertiga berangkat bersama. Secara Mereka adalah teman satu SD. Mereka janjian dengan rute, Luna menghampiri Nabila dan lalu menghampiri Eni. Dan teman sebangku Nabila juga berganti. Nabila satu bangku dengan wati. Yang ternyata juga masih kerabat, walaupun kerabat jauh.

Persahabatan Nabila semakin meluas, yang dulu hanya satu desa kini ke beberapa desa. Dan Mereka kadang saling mengunjungi satu sama lain hanya untuk bermain kerumah masing-masing. Cinta sepertinya belum ada dikamus Nabila. Walaupun kadang Nabila sudah merasa malu-malu kucing jika bertemu dengan teman-teman cowok masa SDnya yang kebetulan satu sekolahan dengan Nabila.

Hari Minggu membuat Nabila mager dirumah. Seperti biasa, Ibunya menyuruh Nabila belanja ke warung Bu Rima. Yang lumayan berjarak satu kilo meter dari rumahnya. Dan hal ini berlangsung sudah lama. Semenjak Nabila sudah sekolah SD dan tahu tentang uang.

Disepanjang jalan Nabila menghafal barang belanjaan yang dipesan Ibunya. Hingga akhirnya Dia sampai diwarung bu Rima. Namun yang melayani lain Bu Rima. Melainkan putra bungsu Bu Rima yaitu Hasan , Nabila tidak begitu mengenal Hasan. Secara sekolah SD, Hasan memilih sekolah diluar dari desa Mereka. Padahal kalau dipikir-pikir sekolah didesa lebih dekat dari rumahnya. Bahkan SMP saat ini pun, Mereka berbeda sekolah walaupun satu desa dan sama-sama sekolah Negeri.

Hal itu membuat Nabila dan Hasan tidak saling mengenal satu sama lainnya, layaknya teman seusia Mereka. Bahkan dalam rombongan bermain masa kecil Nabila. Tidak pernah ada sosok bernama Hasan dalam teman masa kecilnya.

Seperti biasa, Hasan tersenyum sebagai sapaan. Nabila yang berwajah datar hanya tersenyum tipis, Seraya menyebutkan satu per satu pesanan Ibunya. Hasan mengambilkan satu per satu dan lalu berteriak memanggil Ibunya dengan sebutan Mami, saat ada yang Dia tidak ketahui harganya.

Sepertinya secara attitude, Hasan lebih baik daripada Nabila. Nabila mengakui itu. Nabila tidak mudah murah senyum seperti Hasan. Hasan terlihat selalu senyum pada siapapun. Hingga akhirnya senyum itu kian memudar seiring berjalannya waktu. Nabila sendiri tidak menyadari dan memikirkan hal tersebut.Nabila fokus dengan kepentingan dirinya sendiri.

Waktu cepat berlalu, Hingga akhirnya Nabila kelas tiga SMP. Dan saat itu kakaknya membelikan sebuh handphone Nokia jaman dahulu, Nokia tipe 3320. Dan saat itu pula Erni meminta tolong pada Nabila, untuk mengerjain salah satu teman sekelasnya.

Entah karena alasan apa. Nabila menyetujuinya. Dan saat itu lama kelamaan malah menjadi teman smsnya. Masa tahun 2002an belum ada yang namanya teman dunia maya atau teman online. Adanya teman smsan.

To be continued

Trauma masa kecil

Kelas tiga SMP masa dimana benih-benih cinta sudah mulai melanda. Nabila tetap berada dikelas 3C. Dimana dikelas tersebut terdapat ketua kelas yang belagu dan sok ganteng. Namun bagi Nabila biasa saja. Karena Dia lebih penasaran dengan sosok teman sekelasnya kak Erni yang sekaligus teman smsnya. Dan dikelas tiga ini juga. Nabila menerima surat cinta dari salah satu teman sekelasnya. Tanpa membuka dan membacanya. Nabila tidak merespon sama sekali surat tersebut. Wati teman sebangku yang membacanya.

Sepertinya Nabila memang lebih suka dengan sesuatu yang membuatnya penasaran. Hingga akhirnya, Kak Erni menunjukkan sebuah foto study tour Kak Erni dan sahabat-sahabatnya. Dan disitu terdapat Bagas, teman smsnya. Entah mengapa Nabila merasa tertarik. Padahal itu hanya sebuah foto.

" Nab. Kamu tahu tidak. Kemarin Vino main kerumahku." Cerita Wati.

Vino salah satu teman dari kelas 2F, yang sekarang dikelas 3C. Secara kelas tiga hanya ada kelas 3A-3E. Selain pintar, Dia juga putih dan tampan. Namun Nabila jelas merasa biasa saja. Bagi Nabila, Sosok Bagas lebih menarik baginya. Ingin rasanya Nabila cepat lulus dan melanjutkan ke jenjang selanjutnya. Yaitu jenjang masa sekolah menengah atas.

Masa dimana Dia bisa bertemu dengan sosok Bagas. Sosok yang membuat penasaran Nabila.

" Dan Kamu tahu. Masa Dia membandingkan warna kulitku. Dia bilang, Kok tanganku lebih putih yah." Tambah Wati membuat Nabila tersenyum. Mengingatkan Nabila akan lebaran kemarin. Saat Dia dan teman-temannya pulang dari pantai. Tidak sengaja bertemu Vino. Dan Vino bilang ke temannya. Kalau Nabila pacarnya. Nabila pun tahu itu hanya sebuah candaan, Namun namanya usia-usia pubertas membuat Nabila seperti Wati saat ini. Terbawa perasaan. Tapi Nabila sadar. Itu hanya sebuah rasa yang sebentar singgah dan langsung berlalu begitu saja. Nabila infeel dengan cara Vino yang bisa dekat dengan teman cewek-cewek lainnya juga.

Nabila pun menanggapi cerita Wati dengan kata-kata yang tidak menyinggung perasaannya.

" Mungkin Vino menyukaimu." Sahut Nabila.

Wati pun senyum-senyum sendiri.

" Oya kemarin, Gunawan tanyain foto Kita diJogya. Katanya ini siapa? Kujawab lah. Teman sebangkuku. Katanya Dia ingin kenalan denganmu." Ujar Wati.

Sedangkan Nabila terlihat langsung menolaknya dengan halus. Pokoknya bagi Nabila. Bagas lebih menarik perhatiannya.

Kelas tiga waktu tersibuk. Banyak ujian praktek yang menuntut Nabila untuk latihan. Daei olahraga, kesenian dan lain-lainnya. Untuk kesenian, mengingat Nabila yang suaranya fals pun latihan untuk dance. Namun hal tersebut ditentang oleh kakeknya. Hingga membuat Nabila membawa televisinya ke rumah simbahnya atau orang tua Ibunya. Secara Mereka harus bergantian tempat latihannya. Emosi dan kekuatan Nabila membuatnya menjadi kuat. Bahkan membawa televisi 14' dengan jalan kaki dipagi-pagi buta.

Keinginannya dalam menempuh pendidikan terlihat begitu kuat. Maklum Nabila tumbuh di dua keluarga yang mempunyai prinsip berbeda. Orang tua Ibunya mementingkan pendidikan, sedangkan orang tua Ayahnya lebih mementingkan materi. Baginya pendidikan tidak penting, yang penting bekerja dan bekerja. Maklum kakek Nabila seseorang yang ahli dalam pembelian tanah. Hingga tanahnya banyak.

Nabila bukan sosok anak yang tumbuh tanpa masalah. Orang lain dan tetangganya hanya bisa melihat tanpa mengetahui apa yang Nabila rasankan. Nabila merasa tertekan, Walaupun keluarganya adalah orang berada. Faktanya dari kecil Dia selalu melihat pertengkaran Ibunya dengan Neneknya, yang tidak lain Ibu Ayahnya. Hal itu membuat Nabila kadang merasa mendendam dengan sang nenek atau bahkan sang kakek. Saat Ibunya terang-terangan pergi ke rumah simbahnya. Karena cekcok dengan mertuanya. Nabila kecil dalam gendongan Ayahnya hanya menangis melihatnya dan berteriak minta ikut.

Namun selang dua hari, Ibunya pasti kembali. Simbahnya selalu menasehati Ibunya dengan baik-baik. Hal itu yang membuat Nabila kadang tiba-tiba menangis tanpa sebab. Hingga Nabila kecil pernah mendoakan kejelekan untuk sang nenek maupun kakeknya. Dan jelas, Nabila merasa bersalah saat mengingatnya.

Rasa mendendam Nabila tidak bisa hilang begitu saja. Hingga akhirnya tiba waktunya. Sang Nenek meninggal dunia. Nabila kecil terlihat tetap tidur dipojokan kamarnya. Benar-benar tidak ada kesedihan sama sekali dalam hatinya. Sebegitu dendamnya Nabila saat melihat Ibunya tersakiti. Namun dalam hati Nabila, Nabila berjanji akan tetap mendoakannya.

Tepat kelas satu SMA sang kakek juga menyusul sang nenek, meninggalkan Nabila dan keluarganya untuk selamanya. Nabila melihat sekitar menangis. Namun Nabila tidak menangis sama sekali. Tetangga melihat Nabila seperti sosok yang tidak mempunyai hati. Tanpa mengetahui fakta yang Nabila alami dan rasanya selama ini.

Hingga tetangganya ada yang berbisik.

" Namanya juga anak kecil." Bisik salah satu tetangga.

Tapi tunggu, Nabila bukan anak kecil lagi. Nabila sudah lima belas tahun, bahkan hampir enam belas tahun. Namun memori yang dilihat selama ini, membuat Nabila mempunyai sifat yang tidak mempunyai belas kasihan dan keras. Satu tujuan Nabila. Nabila hanya ingin membuat Ibunya bahagia dan bangga terhadapnya.

Hingga Dia terus berusaha untuk sekolah di Negeri. Sedangkan kakak-kakaknya lebih memilih sekolah dikejuruan dan swasta. Ketekadan Nabila dalam hal tersebut membuat Nabila berhasil mendapatkan sekolah Negeri terus. Begitu juga dengan Sekolah Menengah Atas. Nabila tetap diterima. Walaupun kali ini sangat hampir mengecewakan. Dia diterima dikelas F. Kelas paling akhir karena nilainya standar. Dalam hal ini Nabila masih beruntung. Dia masih diterima di salah satu sekolah favorit dalam kotanya.Walaupun pakliknya sudah kalang kabut. Dan mencarikan sekolah negeri lainnya. Yang tentunya bukan sekolah favorit dalam kotanya.

Walaupun Nabila berada di kelas F. Hal tersebut tidak membuat Nabila menyerah. Karena itu bukan akhir dari segalanya. Nabila tetap merasa optimis. Walaupun serasa otaknya seperti memaksakan diri. Nabila tetap berusaha untuk maju.

Hari pertama seperti biasa masa orientasi siswa. Dimana Dia harus memakai pita merah dirambutnya. Secara Nabila belum berhijab saat sekolah SMA. Dia lebih suka berpenampilan dengan rambut pendek. Hobinya menonton drama Korea, Jepang bahkan Taiwan. Grup band kesukaannya adalah Super Junior. Dan tidak disangka, teman sebangkunya Jayanti juga menyukai hal-hal tersebut. Sehingga Mereka nyambung. Dan Jayanti juga teman SMP Kurnia. Kurnia adalah tetangga dan teman SDnya. Namun SMP-nya Dia satu sekolah dengan Jayanti dan juga Hasan.

" Jadi Kurnia dan Hasan tetanggamu?" Tanya Jayanti.

Nabila menganggukkan kepala. Faktanya Kurnia memang temannya saat SD. Bahkan saingannya dalam rangking dikelas. Kalau tidak Kurnia yang juara satu, ya Nabila yang juara satu.

" Hasan playboy." Ujar Jayanti tiba-tiba. Hal tersebut membuat Nabila terkejut mendengarnya. Secara kalau dilihat aslinya dirumah sebagai tetangga. Hasan seperti anak Mami. Yang kemana-mana selalu dengan Ibunya. Bahkan akhir-akhir ini, Nabila dan Kak Erni selalu menjuluki Hasan dengan sebutan Anak Mami. Setiap Mereka berangkat sekolah, Mereka melihat Hasan diantar Ibunya. Sedangkan Nabila dan Erni naik sepeda. Hal itu membuat Nina dan Erni diam-diam mengoloknya.Nabila yang tidak tertarik dengan Hasan sama sekali, tidak begitu merespon pernyataan Jayanti.

Dan akhir-akhir ini, Nabila kembali terobsesi dengan Bagas, Seperti biasa diam-diam Nabila memperhatikannya. Dia tidak ingin menunjukkan jati dirinya ke Bagas. Bahkan dalam smsnya. Nabila membohonginya, bahwa Nabila sekolah ditempat lain.

To be Continued

Cinta Monyet

" Nabila bangun! Bagaimana Kau bisa kesiangan begini." Teriak Ibunya dibalik pintu membuat Nabila sontak terbangun. Matanya langsung melihat jam dinding.

" Jam lima." Pikirnya sedikit menggeliat lalu menarik selimut kembali. Nabila tidak tahu dengan pemikiran Ibunya, masih pagi sudah berteriak-teriak seperti alarm pemadam kebakaran. Bahkan Sinar mentari pagi pun belum muncul diufuk timur.

Namun sebuah suara kaki melangkah menuju kamarnya, membuat Nabila langsung terbangun, buru-buru mandi dan bersujud kepada Tuhan. Ibunya selalu mengingatkan,

" Bangunmu adalah mencerminkan kepribadiamu sebagai hamba manusia yang munafik atau ingat Tuhan." Kata simple yang selalu Beliau ucapkan saat Nabila bangun kesiangan atau melewati jam lima.

Daripada Nabila mendengar ocehannya yang bagai burung berkicau di pagi hari, Jelas Nabila memilih mengalah daripada membangkangnya.Nabila buru-buru mengambil handuk dan lari ke kamar mandi.

" Ingat disekolah jangan mikirin pacar-pacaran. Soal jodoh itu sudah ada yang mengatur." Ujar Ibunya disela-sela sarapan pagi Nabila.Nabila hanya menganggukkan kepalanya, di sela minumnya yang hampir tersedak mendengar nasehat Ibunya tersebut.

Nabila jadi teringat akan Bagas. Tapi Dia kan teman. Batin Nabila mengelaknya. Nabila jadi berpikir , kenapa Ibunya tiba-tiba mengingatkan akan hal tersebut. Apa mentang-mentang dulu Ibu dan Ayahnya bersatu karena perjodohan. Jangan-jangan Ibunya juga ingin menjodohkan Nabila. Nabila menggelengkan kepalanya dan berharap itu benar-benar tidak terjadi padanya. Nabila berharap masih bisa memilih jodoh yang sesuai dengan hatinya.

Nabila tersenyum masam memikirkan nasehat Ibunya. SMA saja baru mulai, Namun Ibunya sudah menasehatinya tentang jodoh. Membuat Nabila jadi terpikirkan tentang Bagas. Ya Tuhan, sepertinya hormon kenormalan Nabila sedang berproses dengan baik.

"Konyol." Gerutu Nabila.

Setelah selesai sarapan. Nabila berpamitan dengan Ibunya. Dan langsung menghampiri Erni yang kebetulan baru datang. Pagi ini hampir sebulan sudah Nabila sekolah di SMA. Jenjang pendidikan yang kata orang masa-masa paling indah. Tapi itu menurut mereka. Nabila sendiri baru sebulan menjalaninya. Hari senin pagi ini seperti biasa, upacara hari senin. Itu kewajiban bagi semua siswa di sekolah. Topi abu-abu sudah melekat rapi di rambut Nabila yang sebahu itu.

Setelah selesai upacara, para murid langsung berhambur ke kelas masing-masing. Nabila melewati kelas Kak Erni. Dan jelas terlihat Bagas sedang berbincang-bincang dengan salah satu sahabatnya diteras kelas. Bahasan yang sepertinya serius.

Tanpa sadar Nabila senyum-senyum sendiri mengingat obrolan Mereka di SMS. Jayanti yang disampingnya pun terlihat heran dan penasaran.

" Hei. Kenapa Kamu senyum-senyum sendiri?" Tegur Jayanti. Sahabat Nabila yang berperawakan langsing, tinggi standar dan rambut panjang.

" Tidak ada." Ucap Nabila seraya tersenyum. Dan menyembunyikan kekonyolannya.

" Jangan bilang Kamu kesambet." Ujar Jayanti. Nabila hanya memutar kedua matanya.

" Ngawur." Sahut Nabila.

Begitu sampai kelas. Nabila pun duduk dengan rapi dan langsung melepas topinya.

" Selamat pagi !!!" Sapa salah satu kakak senior di depan kelas, yang tiba-tiba masuk.

Nabila terkejut melihatnya.

" Mohon waktunya sebentar." Ucap murid cowok berperawakan atletis. Dengan tinggi diatas rata-rata. Manis? Jangan ditanyakan lagi.

Semua murid pun langsung tertuju ke arah cowok dengan tinggi diatas rata-rata tersebut. Dan dengan lesung pipi, di pipi kanan wajahnya. Sungguh sudah tidak asing lagi bagi Nabila. Dia Bagas, Orang yang akhir-akhir ini menghantui hidupnya. Setahu Nabila Bagas sudah kelas tiga. Dan harusnya sudah tidak mengurus organisasi. Iya, dalam SMSnya Bagas sering bercerita bagaimana suka dukanya menjadi ketua OSIS.

Pandangannya Bagas secara langsung ternyata tajam. Namun senyumannya jelas membuat semua murid khususnya murid cewek terpesona. Kini Dia berdiri dengan tatapan fokus ke depan dengan nada serius. Dan Nabila mencoba melihat sekitar. Benar saja, Semua kaum hawa menyukai dan terpesona dengannya.

Dia bak pangeran di cerita fiksi. Namun itu membuat Nabila jadi minder dan inscure jadinya. Dia benar-benar menjadi tidak berharap mendapatkannya. Nabila sendiri orang yang tidak suka bersaing untuk urusan hati.

Apalagi Nabila sadar, Dia hanya cewek biasa yang tidak banyak kelebihan. seorang cewek yang senang menyendiri didalam kamar, seorang cewek yang suka menulis atau bahkan membaca Novel dan seorang cewek yang hanya mempunyai beberapa impian saja. Nabila merasa tidak ada yang istimewa dalam dirinya.

Dan mengharapkan cowok seperti Bagas, Itu terlalu seperti main game, yang belum tahu siapa yang menang pada akhirnya sampai permainan itu selesai. Seperti itulah masalah hati, saat membiarkan hati berkelana dengan fantasi berharap. Konsekuensinya jelas kekecewaan, Nabila sebenarnya tidak ingin merasakan itu. Namun sepertinya percakapan Mereka lewat SMS membawa ke perasaan Nabila. Membuat Nabila mempunyai perasaan aneh dan bahagia saat melihatnya.

Diam-diam Nabila jadi terpesona juga saat melihatnya secara langsung. Rasanya benar-benar ada perasaan bahagia di dalam hati Nabila. Walaupun Dia hanya bisa memandangnya. Tanpa mengenalnya secara langsung.

"Keindahan dunia yang hanya sementara." Batin Nabila berusaha mengingatkan diri sendiri.

" Saya disini mewakili salah satu rekan Saya. Yang kebetulan saat ini ada halangan untuk hadir." Jelas Bagas ucapannya tertata rapi dan formal.

Bagas menawarkan ekstra kurikuler basket di dalam kelas Nabila. Semua pun terlihat seperti tertarik untuk mendaftar. Namun tidak untuk Nabila. Dia mengetahui kelemahan dirinya sendiri. Berjalan saja kadang masih tersandung. Apalagi ikut ekstra basket, bisa-bisa Nabila jadi penyebab kekalahan tim. Kalaupun Nabila ikut pelajaran olahraga, itu karena pemaksaan dalam mata pelajaran.

" Nab. Kamu mau ikut juga kah?" Tanya Jayanti setengah berbisik.

Nabila menggelengkan kepala.

" Kenapa?" Jayanti penasaran.

" Aku tidak tertarik." Sahut Nabila.

" Cakep begitu, Kamu tidak tertarik?" Tanya Jayanti setengah berteriak hingga semua mata memandang ke arahnya. Tak terkecuali Bagas.

" Maaf." Ucap Nabila dan Jayanti kompak, setelah sadar bahwa semua mata memandang ke arah Mereka.

Setelah selesai menawarkan ekstra basket. Bagas terlihat keluar dari kelas Nabila. Dan selanjutnya mata pelajaran seperti biasa.

Malamnya, Nabila sedang serius memikirkan tugas bahasa Inggris. Hingga suara notifikasi SMS mengalihkan perhatiannya.

^^^" Hai. Sedang apa? "^^^

Bagas menyapa Nabila lewat SMS. Nabila jadi ingat raut wajah nan mempesona tadi pagi.

Namun seketika Nabila tersadar. Ada ketakutan sendiri dalam hati Nabila. Dia tidak cukup berani menunjukkan dirinya di depan Bagas. Nabila takut Bagas akan kecewa saat melihat diri asli Nabila. Iya, Nabila bukan sosok orang yang percaya diri. Bahkan Dia terkesan sering merasa minder. Padahal secara fisik, Dia manis, wajahnya bersih. Jerawat satu pun jarang muncul di wajahnya. Kecuali waktu-waktu tertentu. Dan gigi gingsulnya membuat Nabila terlihat lebih manis.

^^^" Sepertinya Kamu sedang sibuk. "^^^

Suara notice SMS membuat Nabila tersadar.

Dan langsung mengetik sebuah pesan balasan.

" Maaf. Aku sedang mengerjakan tugas."

Tidak selang lama. Bagas membalasnya kembali.

^^^" Maaf kalau mengganggu. "^^^

" Tidak kak. Ini sudah selesai. Ngomong-ngomong bagaimana kegiatan kakak hari ini?"

Nabila tidak ingin obrolan itu segera berakhir begitu saja.

^^^"Kamu tahu. Hari ini Aku masih sibuk dengan kegiatan ekstra. Aku masih bertanggung jawab untuk tim basket disekolahku."^^^

" Bagus dunk Kak. Berarti Kakak dipercaya untuk mengemban tugas tersebut.

^^^"Oya Kamu sendiri bagaimana disekolah barumu?"^^^

"Biasa, masih beradaptasi disekolah baru."

Percakapan dengan topik sekolah yang sering Mereka bahas. Namun hal sepele tersebut menumbuhkan perasaan aneh seorang Nabila terhadap Bagas.

To be Continued

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!