Buk!!
"Aww!!"
Zhen Zhao, melesat jatuh dari ketinggian sebelum kesadarannya kembali dengan pantat lebih dulu mendarat di tanah.
"Sakit juga kiranya.." Sambil menengok keatas dan berdiri bangkit.
"Kepompong Ulat Surgawi..jika bukan karenanya mungkin aku sudah mati," gumam Zhen Zhao dalam hati.
"Seluruh tubuhku semuanya terasa lebih baik dari dulu, meridianku juga sudah sembuh, aku sungguh berhutang nyawa pada Ulat Surgawi," bergumam dengan melihat seluruh tubuhnya secara detail.
"Sudah berapa tahun berlalu, ya? Aku merasa dunia ini sudah berubah, bahkan bau darah sudah tidak tercium lagi, udaranya benar-benar segar," sambil merentangkan tangannya dan menghirup udara bebas itu dalam-dalam.
"Hari ini aku seperti terlahir kembali, walau usiaku mungkin sudah ratusan tahun tapi postur tubuh ini seperti anak berusia 13 tahun, sungguh beruntung," gumam Zhen Zhao, berbicara sendiri.
Tidak ingin berlama-lama dengan situasi itu, Zhen Zhao memandang berkeliling dan meninggalkan tepian hutan lebat itu.
"Jika tempat ini masih sama dengan yang dulu, berarti di depan sana adalah kota Qualong, dan mungkin di bagian arah kanan sana adalah Sekte TunFong," Zhen Zhao mengira-ngira dan mengingat-ingat kembali.
Tolong! Tolong!
"Siapa yang berteriak siang bolong begini??" gumam Zhen Zhao sambil melesat menuju tempat datangnya suara.
Swushh!!
"Apa yang terjadi??" Muncul tiba-tiba di depan orang yang berteriak itu.
"Aaahhhh!! Siapa kamu??" Gadis itu terkejut setengah mati dengan wajah pucat pasi.
"Aku penolongmu, jangan pasang tampang seperti melihat Iblis kematian, apa yang harus aku bantu??" Tanpa banyak basa-basi.
"Itu..itu..kudaku di gigit kobra halilintar," ucap gadis itu dengan tampang wajah polos.
"Aduh!! Kenapa ada orang yang seperti ini," Zhen Zhao menggerinyitkan keningnya berulang-ulang.
"Apa yang kamu masih ingin membantu??"
"Tidak..aku keberatan, aku kira kamu yang dalam bahaya, kalau kudanya biarkan saja mati," dengan raut wajah kesal.
"Aku bersedia memberimu apa saja, asalkan kuda itu bisa seperti sediakala," melemparkan sebuah cincin penyimpanan kearah Zhen Zhao.
"Wahhh....ada jutaan koin emas di dalamnya, gadis ini sungguh kaya, seumur hidup baru kali ini aku melihat Koin sebanyak ini," mata Zhen Zhao setengah melotot melihat koin emas sebanyak itu.
"Apa kamu tidak takut aku akan merampokmu??"
"Untuk apa takut, jika ada orang yang membawa cincin itu menjauh dariku mungkin ia akan mati dalam hitungan nafas," jelas wanita itu.
"Kamu sungguh licik, aku bukan ikan yang memakan sembarangan umpan, ini aku kembalikan," melempar kembali cincin itu.
Zhen Zhao kemudian melompat ke arah kuda itu, kuda putih yang sangat bersih dan terawat.
"Gigitan Kobra Halilintar akan mengacaukan aliran darah, mungkin setiap gerakan akan terbalik, jika kaki kanan depannya di gerakkan maka kaki kiri depannya yang akan terangkat, kalau kuda mungkin akan kesusahan dan bisa saja mati, tapi kalau untuk pengalamanku seharusnya ini mudah, jika Halilintar mengalir di dalam darahnya maka Halilintar pula yang akan menormalkannya," Zhen Zhao mengangkat dua jarinya dan ada Petir merah yang bergericitan kecil di ujung kedua jari itu.
Tap!
"Ngeehhh!!!" Kuda itu meringis kuat, bangkit sambil berlari dan melompat-lompat ringan.
"Wah, kamu hebat juga," puji wanita itu.
"Bukan hebat, kamu saja yang terlalu polos, lebih baik kamu pulang kerumah diluar sini sangat berbahaya," ucap Zhen Zhao dengan tampang seriusnya.
"Apa??!! Kamu mengejekku, ya? Aku tidak lemah seperti yang kamu pikirkan," berucap dengan kesal pada Zhen Zhao.
"Baiklah..baiklah..aku akan pergi, hati-hati dengan kudanya, jangan sampai di gigit ular lagi," melesat pergi.
"Tunggu...hmmm..sombong juga anak itu, awas saja kalau bertemu lagi," gumam wanita itu.
Swush!
"Tuan putri!" Seorang laki-laki paruh baya datang di tempat itu.
"Eh, paman Chu, mengapa paman disini?"
"Heheh.. bagaimana bisa hamba membiarkan Tuan Putri keluar sendirian, hamba bisa dihukum kaisar," Sahut laki-laki yang di panggil paman Chu itu.
"Ayah selalu saja memperlakukan ku seperti anak kecil, paman kembalilah, aku bisa menjaga diri," perintah Wanita itu.
"Hamba tidak berani Tuan Putri, hamba takut terjadi sesuatu pada Tuan Putri," sahutnya dengan sedikit membungkukkan badan.
"Paman boleh mengikutiku, tapi jangan terlalu dekat, aku tidak suka selalu di awasi," sahut Tuan Putri.
"Baik Tuan Putri".
"Aku pergi," ucap wanita itu.
"Silahkan.." sambil memandang punggung wanita itu yang mulai menjauh.
Kota Qualong, kota yang terletak di pinggiran selatan Dinasti Kongming dan jarak yang cukup jauh dari pusat.
"wah..benaran ini kota Qualong, megah juga kota di pinggiran Dinasti Kongming ini. Kalau dulu kota ini masuk dalam daftar kota termiskin di Dinasti Kongming, sungguh seribu tahun yang berguna," gumam Zhen Zhao, kagum dan memuji kota itu.
"Tuan Muda..silahkan dicicipi masakan kedai kami, silahkan masuk Tuan Muda.."
"Maaf paman..lain kali saya akan mampir,"
"Tuming Qun...dimana rasanya aku pernah membaca nama ini di masa lalu, sekarang nama ini juga ada di kota Qualong, ah..pusing juga mikirinnya, nanti juga ingat lagi.." sambil garuk-garuk kepala Zhen Zhao berlalu dari depan bangunan itu.
"RESTORAN ZHEN QUANG"
"Zhen Quang?? Apa ini nama bocah bodoh itu??" Gumam Zhen Zhao dalam hati.
"Silahkan mampir Tuan Muda.." sapa seorang pelayan.
"Iya.." Zhen Zhao masuk dan duduk di meja segi empat khusus untuk dua orang.
"Tuan muda mau pesan apa??"
"Aku ingin pesan daging sapi bakar, sup Daging rusa hutan, tambah satu botol arak madu,"
"Mengapa bocah ini memesan makanan biasa?? Tidak seperti para tuan muda yang lainnya," bisik pelayan itu dalam hati.
"Silahkan di tunggu pesanannya Tuan Muda.."
Sesaat kemudian, "Silahkan dinikmati Tuan Muda..."
"Terima Kasih paman..." Zhen Zhao makan dengan lahap, hanya sesaat saja makanan itu sudah habis.
"Baru beberapa tarikan nafas sudah habis, apa bocah ini tidak mengunyah makanannya..Sudah lama aku disini, baru kali ini ada yang rakus makan di restoran kami," ucap pelayan itu.
Prang!!
Piring makanan di meja Zhen Zhao berjatuhan ke lantai pecah berai, mejanya tempatnya makan langsung terbelah dua.
"Hei sampah, beraninya kau duduk di mejaku!!!" Seorang Tuan muda dengan tampang bengisnya melontarkan kata-kata yang tidak enak di dengar.
"Mejamu?? Aku tidak melihat tulisan namamu di meja ini..kalau memang mejamu, kenapa kau menghancurkannya??" Zhen Zhao menyahuti ucapan orang itu dengan tenang.
"Aku lebih baik menghancurkan meja ini, karena sudah ternoda oleh sampah sepertimu!!"
"Tuan Muda Zhen mohon tenang.." seorang pelayan tiba-tiba mendatangi Zhen Hao.
"Saya akan mengganti mejanya dengan yang baru," sambil menoleh ke arah Zhen Zhao, "Dan kamu enyak dari sini!!" Membentak keras Zhen Zhao.
"Ah..baiklah, ini bayarannya.. nampaknya Tuan Muda di zaman ini prilakunya lebih jelek dari sampah.." sambil melemparkan tiga koin emas dan membalas ejekan Zhen Hao.
"Jaga ucapanmu!!" Seorang pengikut Zhen Hao menggertak geram.
Zhen Zhao melangkah pelan meninggalkan restoran itu dengan sikap tenangnya.
"Siapa yang menyuruhmu pergi?!" Zhen Hao menghentikan langkah Zhen Zhao begitu kakinya akan memijakkan dua anak tangga restoran.
"Anak ini benar-benar..."
"Apa lagi?? Aku sudah berbaik hati mengalah, tapi kamu semakin seenaknya!! Kamu pikir aku takut dengan status Tuan Mudamu??" Zhen Zhao tampaknya terpancing juga melihat tingkah anak itu.
"Hahaha..apa kau tidak takut?? Di kawasan ini tidak ada yang berani mencari masalah denganku, hari ini kau berada di kandang singa dan tentu saja kamu akan tercabik bila mencoba melawannya," dengan tampang mengejeknya, mendekati wajahnya ke arah Zhen Zhao.
Plak!!
Zhen Hao langsung tersungkur pingsan di tanah, "Aku kira Singa Jantan, ternyata Singa Waria.." ucap Zhen Zhao.
"Tuan Muda...!!!" Ketiga pengawalnya bergegas mendekati Zhen Hao.
"Bocah bangsat!!!" Teriak seorang pengawalnya.
"Eh??!" Zhen Zhao sudah hilang dari tempatnya berdiri semula.
"Awas saja kalau kau bertemu lagi.." teriak pengawal itu geram.
"Aku berpikir ingin hidup tenang, tapi selalu saja di dekati masalah, setiap kali aku keluar selalu saja ada yang menghantar masalah, gak sekarang gak dulu, apes benar.." gumam Zhen Zhao dalam hati sambil melihat-lihat gedung megah di kota Qualong.
"Dunia memang kecil, ya. Baru sebentar saja sudah ketemu lagi.." tiba-tiba suara wanita terdengar dari belakangnya.
"Eh..wanita bodoh ini lagi.." sambil menoleh kearah wanita itu dengan tampang masam.
"Raut wajahmu menunjukkan tanda tidak senang, apa aku sejelek itu di matamu," memelas dengan wajah merona ke arah Zhen Zhao.
"Eh?? Mau menggodaku, jurusmu sudah kuno.." ucap Zhen Zhao.
"Huh!! Apa yang kamu lakukan di kota ini??" Tanya wanita itu.
"Cari udara segar, menenangkan pikiran.." jawab Zhen Zhao.
"Tampangmu tenang-tenang saja, untuk apa mencari ketenangan?"
"Dasar polos..tampang dan isi pemikiran mana mungkin bisa di samakan," Zhen Zhao mulai kesal.
"Bagaimana bisa Tuan Putri Dinasti Kongming bisa berkeliaran?? Pantasan iya seperti orang bodoh, ternyata baru mencari pengalaman diluar," gumam Zhen Zhao dalam hati saat melihat lambang kalung yang di pakai wanita itu.
"Apa yang kau lihat??"
"Tidak ada..kamu seperti orang yang pertama kali keluar ke lingkungan ini,"
"Huh! Kamu selalu berkata begitu, emangnya aku terlihat bodoh?" Kesal mendengar ucapan Zhen Zhao.
"Tidak..tidak..aku tidak bermaksud, hanya saja kamu terlihat kaku di keramaian, jadi aku hanya menduga-duga saja," Zhen Zhao berkilah menutupi ucapan yang sebelumnya.
"Apa kamu baru di kota ini??" Tanya Tuan Putri.
"Tidak..aku sudah sering kekota ini,"
"Bohong! Cara mu memandang tampak seperti orang baru, siapa namamu??" Tanya wanita itu lagi.
"Aku gak punya nama, untuk apa kamu tanya namaku??" Jawab Zhen Zhao.
"Tanya nama saja gak boleh, pasti kamu pelancong atau kamu dari dinasti lain, atau jangan-jangan kamu dari kelompok hitam yang baru-baru ini muncul," duga wanita itu.
"Mulutmu memang berulat, ya. Asal ngomong.." tungkas Zhen Zhao.
"Beri tau aja namamu, atau aku akan ngomong lebih keras lagi.."
"Jangan mengancamku..namaku Zhen Zhao.."
"Zhen Zhao?? Apa kamu dari keluarga Zhen Juga.." tanya wanita itu.
"Tidak.. aku hanya suka nama itu," jawab Zhen Zhao singkat.
"Kamu dalam bahaya.." teriak wanita itu dengan mata melotot.
"Bahaya?! Emangnya kenapa?" Tanya Zhen Zhao heran.
"Apa kami tidak tau?? sejak seribu tahun lalu, orang luar dari setiap keluarga berpantang menggunakan nama keluarga mereka, jika ada yang mencoba bisa saja nyawa taruhannya.." jelas wanita itu.
"Aturan macam apa itu..aku tidak terkait dengan keluarga manapun, aku hanya suka nama itu.." heran dan kesal.
"Ganti saja namamu, mumpung tidak ada orang yang tau, aku mungkin masih bisa menjaga rahasia ini.." wanita itu sedikit tersenyum dengan aura licik.
"Aku tidak mau..nama ini adalah lambang aku ada di dunia ini, seenaknya saja menyuruh ganti nama.." ucap Zhen Zhao tidak percaya dengan ucapan wanita itu.
"Terserah kamu saja, setidaknya aku sudah memberi tahumu..huh!"
"Siapa yang membuat aturan macam itu?? Aku curiga kamu mengada-ngada," ucap Zhen Zhao.
"Lima Dinasti yang membuat aturan, bagi siapa saja yang melanggarnya akan menerima akibat yang setimpal.." jelas wanita itu lagi.
"Aku akan mempertahankan nama ini, setidaknya kalau aku mati aku masih mati dengan nama yang sama.." raut wajah Zhen Zhao masih sama, tidak menunjukkan rasa takut.
"Huh! Mau gimana lagi, kamu keras kepala.." ucap wanita itu.
Mereka berdua jadi diam sesaat, kemudian Zhen Zhao kembali buka suara.
"Apakah pihak Dinasti sepertimu akan menghukum ku juga?".
"Pihak Dinasti? siapa yang kau katakan.." raut wajah wanita itu langsung berubah, tapi ia masih mencoba menyanggah ucapan Zhen Zhao.
"Kamu, Tuan Putri..kamu menyamar di depan orang yang salah.." ucap Zhen Zhao dengan yakinnya.
"Huh! Ternyata kamu tau..sudahlah, masalah itu sudah pasti kami yang akan menjatuhkan hukumannya, mereka akan membawamu ke balai pengadilan Kerajaan untuk di adili.." jelas wanita itu.
"Apa kamu akan membelaku?"
"Mana bisa, apalagi aku yang hanya seorang Tuan Putri.."
"Bagaimana dengan ayahmu? Mereka pasti menghormatinya.."
"Mereka memang menghormati ayahku, tapi aturan yang seribu tahun lalu di buat itu tidak bisa di ganggu gugat lagi, apalagi kamu adalah orang pertama yang melanggar aturan itu di Lima Dinasti," jelas wanita itu.
"Sudahlah..aku pasrah.."
"Ganti saja namamu.. untuk apa pasrah, dari pada kena hukum..".
"Terima kasih sarannya, tapi aku tetap suka nama ini," tungkas Zhen Zhao, tidak mau menerima saran wanita itu.
"Setelah saling berbicara cukup lama, nama Tuan Putri siapa??" Zhen Zhao balas menanyakan namanya.
"Aku..aku Kong Ling'er" jawab wanita itu sedikit malu.
"Tuan Putri Kong Ling'er.. nama yang bagus.."
"Jangan panggil Tuan Putri, panggil Ling'er saja.."
"Ingin menyembunyikan statusmu rupanya, baiklah.."
"Oh, ya Ling'er. Siapa orang di keluarga Zhen yang usianya sudah lebih dari 1000 tahun??" Zhen Zhao mencoba mencari informasi tentang keluarganya itu.
"Siapa, ya?? Aku ingat dulu.." Ling'er mencoba mengingat-ingat.
"Ada satu..dia adalah tetua agung keluarga Zhen, Zhen Coufan," jelas wanita itu.
"Zhen Coufan?!" Zhen Zhao tampak terkejut.
"Kenapa??" Tanya Ling'er saat melihat ekspresi Zhen Zhao.
"Tidak..tidak apa, nama orang itu membuatku merinding saat mendengarnya.." membohongi Ling'er.
"Seharusnya bocah itu mati saat ledakan energi spiritual dalam perang itu, kenapa dia bisa lolos dari maut?? Apa mungkin karena senjata itu..." Pikir Zhen Zhao.
"Namanya saja sudah membuatmu merinding, apalagi bertemu orangnya, bisa saja kamu terkencing di celana.. hahahaha..." Ling'er meledak Zhen Zhao dengan tertawa ringan.
"Tidak akan.. aku tidak lemah seperti yang kamu pikirkan," menyanggah ucapan Ling'er.
"Lihat saja nanti, kamu pasti memohon padanya.."
"Aku takut kalau dia yang memohon padaku, mana mungkin aku yang harus memohon padanya.."
"Sombong sekali kamu..cobakan saja kesombong dan ke angkuhanmu di tempat itu nantinya.." ucap wanita itu kesal mendengar perkataan Zhen Zhao.
RESTORAN ZHEN QUANG, "Siapa yang berani mencari masalah di tempat ku??" Zhen Qiang berteriak geram mendapati anaknya kena hajar dengan wajah lebam.
"Anu Tuan..itu orang baru di kota ini," ucap pelayan yang melihat langsung kejadiannya.
"Orang baru?? Apa dia tidak tau Keluarga Zhen??"
"Nampaknya tidak Tuan..kalau ia tau ia tidak akan berani bertindak bodoh.." sahut pelayan itu.
"Cih! Cari orang itu, jika ketemu jangan kasih ampun.." Zhen Qiang memerintah empat orang pengawalnya yang dari tadi berdiri di samping kanannya.
"Baik Tuan..kami akan membuat perhitungan dengannya.." keempat orang itu menjurah hormat dan berkelebat pergi.
Pusat Kota Qualong, Zhen Zhao masih terus berjalan Mengamati kota itu, ia merasa senang melihat kemajuan besar kota dan rasa syukur karena ikut berperang melawan golongan hitam yang keji itu, hingga sekarang para penduduk merasa tenang hidup di Lima Dinasti Besar.
"Leganya melihat situasi ini, walaupun dulu aku hampir mati dalam perang itu, tapi aku bersyukur para penduduk bisa hidup tenang," gumam Zhen Zhao dalam hati sambil tersenyum.
Wush! Wush!
"Pisau Terbang Beracun!!" Gumam Zhen Zhao sambil berkelit menghindar.
"Hahahaha....Bocah Tengik! Ternyata kamu bisa menghindari serangan ku.." tertawa senang dan mengancam dengan aura membunuh.
"Heh?! Apa Aura membunuh tingkat Bintang level 9 mu hanya segini?? Kalau cuma segini kamu lebih baik pulang saja, kemampuan mu belum cukup," Ucap Zhen Zhao tenang dan mengejek.
"Mulutmu besar juga Bocah Tengik..nanti jangan minta ampun, ya.." balas orang itu dengan wajah bertampang garangnya.
"Hei, kalian yang bersembunyi, keluarlah..aku sudah tau," ucap Zhen Zhao.
Ketiga orang itu kemudian muncul di depan Zhen Zhao dengan mengkretak-kretakan jarinya.
"Ini di tempat umum.. kalian berani melakukan percobaan pembunuhan??" Tanya Zhen Zhao tenang.
"Kami tidak peduli..tugas kami hanya memberimu pelajaran agar kamu tau dengan siapa kamu membuat masalah," ucap seorang yang sebelumnya melempar pisau.
"Baiklah..aku ingin mati dengan tenang tanpa ada yang memberikan kalian hukuman dan menjatuhkan nama baik kalian, kebetulan di balik tembok ini ada hutan bambu kecil, kita selesaikan di situ, ayo..." Zhen Zhao berkelebat melompat kebalik tembok dan langsung menuju kehutan bambu di ikuti oleh keempat orang itu.
Setelah saling berhadap-hadapan, "Jika nanti aku mati, aku berharap kalian menguburkan ku dengan layak, sekarang seranglah aku, kalian bebas melakukan serangan.." ucap Zhen Zhao memejamkan matanya dan merentangkan tangannya.
"Heh?! Ini tidak menyenangkan, tikus ini memilih menyerah, bagaimana kalau kita siksa dulu sebelum kita habisi.." ajak seorang dari mereka.
"Aku sudah berbaik hati, tapi kalian terlalu menganggap enteng nyawa orang lain," begitu ucapan Zhen Zhao berakhir.
Wush!
Buk! Buk! Bam!
"Arrgghhh..." Keempat orang itu langsung jatuh terlutut dengan memuntahkan darah segar.
"Ingat!! Setelah kejadian ini..jika aku melihat kalian menindas orang lain, nyawa kalian akan terlepas dari tubuh kalian!!" Melepaskan aura membunuh tingkat Surgawi level kekosongan yang membuat mereka tak dapat bernafas.
Zhen Zhao langsung berkelebat pergi meninggalkan tempat itu.
"Argh! Apa kita telah membuat perhitungan dengan Dewa?? Masih untung nyawa kita selamat," ucap seorang dari mereka.
"Benar, aku tidak menduga kalau ia menyembunyikan kekuatannya," jawab seorang temannya.
"Tunggu!! Lihat di depan kalian, ada empat buah Pil,"
"Iya..dan sebuah surat,"
"KALIAN MAKANLAH PIL INI, JANGAN PERNAH KATAKAN DENGAN SIAPAPUN BAHWA KALIAN PERNAH MELIHATKU."
"Dewa itu sungguh baik, ayo makan.."
Keempat orang itu langsung menelan Pilnya, mereka memurnikannya, sesaat kemudian..
"Aku sudah sembuh.."
"Aku juga.."
"Apa itu dari atas??"
Begitu sampai di bawah, "Secarik kertas".
"PIL INI TIDAK GRATIS, SEBAGAI GANTINYA AKU MENGAMBIL KANTONG PENYIMPANAN KALIAN," begitu mereka selesai membacanya, mereka langsung mendengar tertawa mengakah yang keras dari atas, "Hahahaha...hahahaha...."
"Dewa bangsattt....." Teriak mereka bersamaan.
Zhen Zhao kembali ke tempatnya semula dan disitu Kong Ling'er sudah menunggunya, "kemana saja kamu??" Tanya wanita itu.
"Anu..tadi kebelet," ujar Zhen Zhao tersenyum kecil.
"Tuan Putri kemana saja? Aku sudah lama menunggu disini," Zhen Zhao balas bertanya.
"Urusan wanita..aku tidak bisa jawab."
"Ya sudahlah.." Zhen Zhao mengerti dengan ucap Kong Ling'er.
"Aku tadi menemukan gulungan ini, coba kamu lihat.." Ling'er menyodorkan pada Zhen Zhao.
Zhen Zhao mengambil gulungan itu dan membukanya, "Apa...???" Dengan seruan tertahan.
"Baru satu hari masuk kota Qualong kamu sudah cari masalah...cari masalahnya sama keluarga Zhen pula.." ucap Ling'er.
"Apa sih status Keluarga Zhen?? Sampai bisanya mengeluarkan perintah penangkapan dan status buronan ditempat ini?" Tanya Zhen Zhao sedikit penasaran.
"Aduh..kamu darimana sih asalnya?? Keluarga Zhen saja tidak tau.." menggetok kepala Zhen Zhao.
"Aduh..aku kan baru di kota ini, mana aku tau.." sambil mengusap-usap kepalanya.
"Asal kamu tau, Keluarga Zhen adalah keluarga no.2 setelah kami dari kerajaan, Keluarga Zhen adalah tangan kanan dinasti Kongming," jelas Kong Ling'er.
"Hebat juga keluarga Zhen ini.." puji Zhen Zhao dengan rasa syukur yang mendalam di hatinya.
"Tidak sia-sia aku berperang di masa lampau dan masa ini keluarga ku bisa menikmati kehidupan yang layak," gumamnya dalam hati.
"Kenapa bengong?? Cepat sembunyi, nyawamu dalam bahaya," Ling'er mencoba mengingatkan Zhen Zhao.
"Kamu jangan risau, kalau urusan mati itu satu kali.." jawab Zhen Zhao tenang.
"Nanti jangan minta bantuan aku, kamu terlalu sombong.." memalingkan wajahnya karena kesal.
"Tidak akan, lagian siapa yang berani mencari masalah dengan ku?!!" sambil mengembangkan dadanya.
"Nanti kamu tau sendiri.." Ling'er berjalan perlahan menjauhi Zhen Zhao.
"Kamu mau kemana??" Tanya Zhen Zhao.
"Aku tidak ingin terlibat dengan urusanmu," melambaikan tangannya dan berjalan kedalam kerumunan orang ramai.
"Huft!! benar-benar.." gumam Zhen Zhao sambil melemparkan gulungan itu ketempat sampah.
"Kamu lihat yang berdiri di sana?? Dari sketsa wajah ini, dialah orangnya.." bisik seorang kultivator pada teman dari kerumunan orang ramai.
"Apa kamu yakin?? Di sketsa ini, wajahnya sedikit kelihatan Tua.." balas temannya.
"Bodoh..inikan cuman bentuk gambaran, ayo kita tangkap dia, 100 keping koin Emas akan jadi milik kita.." melangkah duluan mendekati Zhen Zhao.
"Hei keparat!! Serahkan dirimu!!!" Orang itu langsung menggertak Zhen Zhao, sambil menodongkan pedangnya.
"Hei!! Kamu siapa?? Aku rasa kita tidak ada urusan.." Zhen Zhao berdiri tenang dengan cengar-cengir mencemooh.
"Kamu terlalu sombong bocah!! Terima pedangku.." langsung menusukkan pedangnya.
Tap!!
Zhen Zhao menjepit pedang itu dengan dua jarinya, "Senjatamu dari bambu, ya?? Aku merasakan benda ini rapuh.."
Tak!!
Pedang itu langsung patah dua, "Apa...??" Laki-laki berusia kisaran 30 tahun itu dibuat terbelalak olah Zhen Zhao sambil melangkah mundur.
"Kenapa si biru mata?? Aku benarkan??" Ucap Zhen Zhao.
"Itu senjata tingkat Tujuh, bagaimana bisa???" Orang-orang ramai yang menonton jadi ikutan terkejut.
Mata orang-orang itu hampir loncat keluar, senjata Tingkat tujuh yang di gunakan oleh laki-laki berbadan kekar, bermata biru dengan bagian dadanya ada bekas tebasan, tak lain ia adalah Ao Mingji kultivator tingkat Matahari level puncak di patahkan dengan mudah oleh bocah itu.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!