Terlahir dari keluarga yang kurang mampu, membuat Rere anak tertua dari pasangan suami istri harus menjadi tulang punggung untuk adik-adiknya yang masih sekolah dibangku SMP, SMA, dan universitas.
Tiga tahun silam kedua orang tua Rere meninggalkan karena sebuah insiden. sebagai kakak tertua semua beban keluarga jatun ditangan Rere untuk mencukupi kebutuhan sang adik.
Rere Bekerja disalah satu perusaan keciln sebagai staff admin, namun gaji yang ia peroleh dari sana belum cukup memenuhi kebutuhan sehari-hari dan biaya sekolah adik-adiknya.
"Kehidupan di ibu kota sangat kejam, apa aku harus mencari pekerjaan lain untuk mencukupi kebutuhan kami?" Batin Rere.
Tangannya kuat memegangi pegangan bus, pandangannya menatap ke jalan yang ia lewati tapi pikirannya fokus untuk mencari solusi dari masalah ia ia hadapi.
Dari jalan raya Rere masih berjalan kaki sekitar 5 menit menuju rumah mereka yang ada diujung gang. dari luar ia mendengar sang adik sedang belajar didalam rumah.
Capek hilang, hanya ada semangat kala melihat dan mendengar adik-adiknya. Ditarik nafas dalam lalu ia memasuki rumah, sebelum masuk tidak lupa ia meletakkan sepatu kerjanya dirak sepatu yang ada diteras rumah.
Mata Rere mencari satu sosok adik yang biasanya ia temui dirumah kala pulang kerja. "Kakak, ayok duduk sini! Kakak mau kopi atau teh? Biar Rian buatkan untuk kakak" Adik nomor dua menyambut sang kakak dengan senyuman.
"Ambilkan air putih hangta aja ya dek. Kakak dimana?" Rere akan menyebut kakak kepada adik perempuannya jika bersama sang adik.
"Kak Reina pergi kerumah temannya kak katanya temannya itu lagi butuh orang untuk cuci piring karena ada arisan. Kak Reina cari uang jajan katanya disana" jawab Rian.
"Sudah lama perginya?" Tanya Rere lagi.
"Belum kak, sekitar 1 jam yang lalu" kini adik yang kecil yang menjawab.
Ada rasa tidak tega kala mendengar sang adik pergi untuk mencari uang jajan, tapi mau melarang pun ia tidak bisa karena selama ini, ia tidak bisa memberi uang jajan lebih untuk adik perempuannya itu.
"Kevin, belajar yang benar ya sayang! Jangan nakal disekolah! Liatlah kakak kerja banting tulang untuk kalian" ujar Rere.
Kevin adik paling kecil mendekati kakaknya lalu memeluk Rere dengan erat. "Kakak, terimakasih karena sudah menggantikan mama dan papa untuk kami. Kevin janji akan belajar dengan baik dan tidak akan nakal"
Rian yang melihat dan mendengar itu sedih, sedih karena ia tidak bisa membantu sang kakak. Ia duduk lalu meletakkan air putih diatas meja.
"Kak airnya diminum dulu, pasti kakak capekkan? Nanti Rian akan bantu kakak masak ya!" ujar Rian.
Rere melepaskan pelukan Kevin, lalu mengelus kepala sang adik. "Makasih ya sayang, kamu memang adik kakak yang baik. Kakak capek tapi kalau kakak lihat wajah kalian, rasa capek kakak hilang seketika" ujar Rere.
Istirahat sejenak setelah mengganti pakaian rumahan, Rere bergegas ke dapur untuk menyiapkan makan malam mereka. Seperti janji Rian kalau ia akan membantu sang kakak.
Rian yang sudah terbiasa dengan dapur dengan lihai membantu sang kakak mempersiapkan makanan. Sedangkan Kevin sang adik masih serius dimeja belajar menyelesaikan tugas-tugasnya.
Sop sayur, Tahu, tempe goreng dan berapa potong ayam goreng, sambal terasi menjadi santapan malam ini. Selesai masak dan membersihkan diri jam sudah menunjukkan pukul 7 malam.
Rian dan Kevin sudah duduk dikursi menunggu sang kakak untuk datang. "Sayang, ini sudah jam 7 malam, kakak Reina belum pulang. Kakak tidak tenang jika malam sudah tiba salah satu diantara kita tidak ada dirumah. Kalian makan duluan ya sayang, kakak jemput kakak Reina dulu. Dek Rian jaga adek Kevi ya!" ujar Rere.
"Kakak makan dulu, habis ini kakak pergi" Rian mencoba menahan sang kakak.
"Nanti saja kalau kakak Reina sudah dirumah ya! Kakak pergi dulu"
Rere pun bergegas meninggalkan rumah, capek tapi jika hati tidak tenang dirumah pum tiduran tidak akan menyembubkan rasa capeknya.
Rere sangat mengenal sahabatnya Reina, dengan menggunakan ojek online ia pun segera bergegas menuju rumah Rani temannya Reina.
Perjalanan 5 menit dengan menghunakan sepeda motor, Rere sudah sampai didepan rumah yang cukup luas berlantaikan 3. Rere langsung ijin pada satpam dirumah itu dan diberi ijin masuk.
Rumah Reni sudah mulai sepi, Diruang tamu hanya ada Orangtua Reni dan Reni. "Rere, kamu datang? Ayok masuk!" sambut mamanya Reni.
"Hehe... Iya tante, saya datang menjemput Reina" jawabnya sambil mendudukan badannya disamping mamanya Reni.
"Reina lagi beres-berea didapur sama ART kak, tapi kerjaannya masih banyak" Jawab Reni.
"Bagaimana kalau kamu makan dulu sambil nunggu adik kamu?" Tanya mamanya Reni.
"Tidak usah tante, saya sudah makan dari rumah" bohong Rere.
Rere menunggu sang adik sudah hampir satu jam, dilirik jam sudah jam 8 lewat. orang tua Reni sudah pergi iatirahat dan kini hanya Reni yang menemani Rere.
"Reni boleh kakak lihat kerjaannya Reina? Kalau misalnya masih banyak, kakak mau banti Reina biat cepat selesai" ujar Rere.
Reni membawa Rere kebelakang, dan ternyata saat Rere sudah sampai didapur Reina baru selesai dengan kerjaannya. "Kakak ngapain disini?" Tanya Reina.
"Jemput anak bandel seperti kamu" Rere sedikit kesal, mungkin pengaruh lapar atau bosan menunggu membuat Rere terbawa suasana.
"Reina ini untuk jajan kamu kata mama, dan ini makanan yang masih bangus mama kasih untukmu. Makasih ya sudah bantu-bantu disini" ujar Reni sambil memberikan ampop.
Reina menerimanya dengan senang hati. "Makasih ya Ren!"
"Kami yang harus bilang makasih sama kamu. Yaudah kak Rere sudah bosan nunggu pulang gih! Sampai bertemu besok pagi" ujar Reni.
Sampai dirumah, Rere langsung memanaskan sop sayur yanh sudah ia siapkam sore tadi sedangkan Reina pergi membersihkan diri.
Sambil mengeringkan rambut dengan handuk Reina mendekati sang kakak. "Adek sudah tidur ya kak?"
"Mungkin sudah tidur. Ayok makan! Kakak sudah panaskan sayurnya" ujar Rere.
"Makanan yang Reina bawa tadi kak?"
"Besok pagi saja kita makan dek, sekalian makan bareng Rian dan Kevin" jawab Rere sambil membawa mangkoknya kemaja makan.
Selesai makan Rere meletakkan sendoknya diatas meja. Menatap sang adik yang sudah selesai makan.
"Kak, ini ampop yang diberikan Reni, uangnya biar kakak yang atur" Sambil menyerahkan Ampop kepada Rere tanpa membukanya terlebih dahulu.
"Dek, kakak bukannya larang-larang kamu kerja, tapi kakak nggak mau gara-gara kamu kerja seperti ini tugas kuliahmu terhambat."
"Hanya sesekali kak. Ini uangnya kakak yang pegang" jawab Reina.
"Kamu butuh uang jajan jugakan saat kuliah. Uangnya kamu yang pegang, bila perlu kamu simpan saja untuk keperluan mu dek. Kakak masih ada uang untuk kebutuhan kita" ujar Rere.
Reina membuka ampop itu, lalu menghitung isinya. Reina terkejut dengan isi yang ada di ampop itu.
"Kak isinya ada 200ribu" ujarnya dengan senang.
"Baguslah dek. Simpan saja untuk kebutuhanmu" jawab Rere.
"Satu sama kakak, satu samaku" Reina masih memaksakan Rere untuk menerima uang itu.
"Baiklah, kakak akan terima. Besok-besok kalau ada kebutuhan saat kamu tidak ada uang minta kembali uangmu dari kakak ya!" Ujar Rere.
~~
Seperti biasa setiap hari ia akan berjalan ke jalan raya, menuju halte bus yang akan membawanya ketempat bekerja. Terik matahari sudah panas, Tapi jam masih menunjukkan pukul 7:30 Wib dan sepertinya hari ini cuaca akan panas.
Dari jauh mata Rere menangkap sebuah bus yang bentuk dan warnanya sudah dikenali Rere. Ia berdiri dari duduknya ketika bus sudah mulai mendekat.
Para penumpang bus ada yang naik dan turun, dan beruntung pagi ini Rere mendapatkan kursi untuk duduk. Ia duduk sambil menyenderkan kepala dan memejamkan mata.
"Mengapa wajahmu sangat kusut seperti kertas yang sudah diremukkan?" Tanya seorang laki-laki, teman kerja Rere dikantor.
"Pusing nih, adek-adek aku semua butuh uang untuk sekolah. Gajiku disini hanya pas-pasan untuk kebutuhan sehari-hari, kasih solusi dong" Rere memelas.
"Cari kerjaan yang gajinya bisa menjamin Re, kamu masih muda dan masih banyak kesempatan untuk bisa cari kerja yang kamu inginkan"
"Tidak semudah itu, aku dah banyak melamar kerja buktinya sampai saat ini aku masih disini" Rere menelungkupkan wajahnya diatas meja.
"Fokus kerja dululah, kalau ada loker part time akan aku beritahu padamu" Ujar David.
Rere memgangkat kepalanya menatap David dengan tatapan menuh harap. "Beneran ya? Kalau ada langsung kabari aku" Rere mengulurkan tangannya lalu memberikan jari kelingkingnya.
"Iya aku janji".
Rere mengerjakan tugas-tugas kantor dengan benar, Rere termasuk pekerja keras dan hasilnya sangat bagus, tapi rejeki belum juga menghampiri dirinya setiap melamar kerjaan ada saja alasan untuk menolak Rere.
"Laporan mingguan dah kamu kumpul belum? Kita sama-sama ngumpulin ke meja boss ya"
"Rek.. Rek.. Kamu tau sendiri aku kalau mengerjakan laporan pasti lambat dan laporan mingguan belum aku kerjakan"
"Sadar kamu. Sesekali kek tepat waktu" omel Rere, ia langsung mengeprint laporannya, lalu menyerahkannya kepada atasan.
"Haha... Iya deh, iya. Lain lali aku kumpulin tepat waktu"
~~
Ditempat lain, tepatnya disalah satu ruangan Bk, seorang guru duduk didepan Kevin dengan meja sebagai alat pemisah diantara mereka.
Kevin dengan posisi menunduk, sejak dulu ini adalah permasalahan yang selelu Kevin dapat, Uang SPP yang belum lunas.
"Kevin, minggu depan kita akan adakan ujian semester genap, kapan kamu akan lunasi uanh SPP kamu? Kalau uang SPP tidak dilunasi maka kamu tidak diperbolehkan ikut ujian"
"Maaf buk" Hanya itu yanh keluar dari mulut Kevin, ia menahan sesak dalam hatinya dan menahan agar air mata tidak jatuh ke pipinya.
"Ini ada surat, tolong kamu sampaikan sama kakak kamu ya! Disini sudah dijelaskan kalau kamu tidak bayar SPP selama 3 bulan" ujar sang guru.
Kevin menerima surat itu lalu ia kembali kekelas, untuk melanjutkan belajarnya yang sempat tertunda. Guru sudah mengajar didepan kelas.
Tok.. Tok..
"Darimana Kevin? Kenapa lambt masuk kedalam kelas?"
"Saya dari ruang BK bu" jawab Kevin pelan.
"Masuklah dan duduk dikursimu" jawab sang guru.
Tidak tabu lagi, hampir semua guru tau permasalahan Kevin, Kevin termasuk orang pintar tapi sayang SPP selalu terlambat dibayarkan hingga membuat Kevin kadang malas untuk belajar.
~
Hari sudah sore, Rian sang abanh sedang sibuk didalam rumah membersihkan rumah. Sedangkan Kevin masih berdiri sambil mondar-mandir diteras rumah menanti kedatangan sang kakak sambil memegang sebuah amplop.
"Dek ngapain disana? Bantu kakak rapiin rumah" Teriak Rian dari dalam sana.
"Bentar lagi bang!!" jawab Kevin dengan teriakan pula.
Hampir satu jam lamanya Kevin diteras rumah dan akhirnya orang yang ditunggu-tunggu akhirnya datang juga. Dengan raut waja lelahnya ia memasuki perkarangan rumah.
"Ada apa dek? mengapa diluar?" Tanya Rere.
Kevin tidak langsung menjawab ia menyerahkan amplop yang ia terima dari sekolah. "Apa ini dek?"
"Baca saja kak. Itu surat tentang SPP Kevin"
Rere memegang Kepala Kevin dan mengelusnya. "Ayok masuk, nanti kakak baca ya sayang" Rere pun memasukkan ampop itu kedalam tas dan membawa Kevin masuk kedalam rumah.
Seperti biasa ketika ia sampai dirumah, rumah sudah dalam keadaan bersih dan lagi hari ini ia tidak mendapati adik perempuannya dirumah.
"Rian, dimana kakak?"
"Baru pergi kak, kata kakak dia sudah dapat pekerjaan paruh waktu dan kemungkinan baru pulang jam 8 malam nanti."
Rere manarik nafas dengan dalam kelakukan adiknya itu selalu membuat keputusan sendiri "Huft... Kasian sekali dia harus bekerja keras"
"Siap beres-beres rumah kalian sama adik belajar ya! Kakak akan siapkan makan malam untuk kita"
Kesibukan-kesibukan yang dilakukan Rere, pulang kantor menyiapkan makan malam. Habis makan malam dan bebersih ia memutuskan membuka hp mencari lowongan kerja untuk paruh waktu.
Tidak sengaja ia melupakam sesuatu ampop yang diberikan oleh Kevin terlupakan didalam tas dan sampai saat ini Rere belum tau isi dari surat itu.
"Nah... Ini dia yang aku cari. Bisa nggak ya kalau aku masuk jam 5:30?" batin Rere.
Setiap ada kesempatan maka Rere akan mencoba dan itu prinsip yang selalu Rere pengang. Didalam salah satu sosial media Rere menemukan pekerjaan disalah satu restoran sebagai tukang cuci piring dan gajinya lumayan besar hampir sama dengan gaji Rere dikantor.
"Semoga diterima!" Batin Rere lalu ia segera menyimpan nomor yang tertera disana dan akan ia tanyakan infonya esok hari dan berhubung ini sudah malam alangkah lebih baiknya ia tanyakan info itu esok hari.
"Ini sangat melelahkan, sebaiknya aku tidur saja. Akan ada banyak kerjaan yang menanti esok hari" Batin Rere, ia pun mengambil posisi dan menidurkan badannya diatas ranjang yang berukuran mini itu.
Tok... Tok...
Pintu diketuk dari luar, Rian segera mengintip dari kaca ternyata sang kakak yang baru pulang kerja, ia langsung membuka pintu dan memberi kode kepada sang kakak untum diam.
"Shut... Kakak sudah tidur jangan ribut!" Rian meletakkan tangannya didepan bibirnya.
Reina pun berjalan dengan pelan diruangan itu, memelankan jalannya menuju kamar untuk mengambil handuk dan baju ganti.
"Baru pulang?"
"Astaga" Reina terkejut dengan suara kakaknya.
"Bukannya kakak sudah tidur? Maaf kak aku mengganggu tidurmu" seru Reina.
"Mandilah dan istirahat ini sudah jam 9" seru Rere.
Kondisi restoran saat ini sangat rame, dan Rere sudang kesana untuk melakukan Interview kerja. Hanya menjadi steward tapi ia perlu mengikuti prosedur perusaan melakukan interview, dengan menggunakan baju hitam putinya ia pun berjalan menuju restoran.
"Permisi mbak, saya Rere yang akan interview direstoran ini" ujar Rere dengan sopan kepada pihak Kasir.
"Oh.. Mbak Rere ya? Sebentar ya mbak, saya infokan kepada pihaak HRD Dahulu, silahkan duduk sebentar" sambil menyerahkan satu kursi kepada Rere.
Cukup lama Rere menunggu baru datang seorang perempuan menggunakan rok sepan berwarna putih.
"Mbak Rere ya? Mari mbak ikut saya!"
Rere mwngikuti langkah kaki perempuan yang menjemputnya, terus berjalan sampai mereka disalah stau ruangan ang cukup lebar, ada beberapa meja dan peralaton kantor disana.
"Silahkan duduk!"
"Terimakasih buk" Rere menarik kursi lalu mendudukkan badannya dididepan perempuan itu.
"Kami sudah menerima lamaran mbak Reredan kualifikasi yang ibu cantumkan memenuhi syarat kami. Mbak sebelumnya kerja dimana?"
"Saya kerja disalah satu perusaan kecil dikota ini buk, saya melamar disini karena kerjaan jam kerjanya sesuai dengan keinginan saya, yang memudahkan saya untuk kerja dua tempat."
Perempuan didepan itu tersenyum dengan jawaban Rere. "Kalau mbak kerja dua tempat, apa mbak Rere bisa menjamin bekerja disisni tidak mengganggu kerjaan yang stau lagi. Bukan karena apa, disini kerjanya membutuhkan tenaga karena kerjaan mbak sebagai steward atau pencucui piring. Bagaimana mbak Rere?"
Rere mejawab mantap "Saya bisa buk, saya bisa bekerja seperti yang ibu katakan"
"Baiaklah, kami akan mmebrikan informasi selanjutnya lewat telfon ya buk. Terimakasih sudah melamar ketempat kami"
"Buk, kira-kira berapa lama saya menunggu paling lama untuk kepastiannya?"
"Paling lama dua hari, hal ini perlu kami bicarakan dulu dengan atasan kami. Mohon menunggu ya mbak"
"Terimakasih buk"
Kedua perempuan itu sama-sama berdiri Rere pun segara permisi dan keluar dari sana.
~~
Diluar restoran sudah ada laki-laki dengan mengendarai sepeda motor, menatap kearah restoran. Ketika ia melihat Rere keluar dari restoran ia pun menghidupkan mesin motornya.
"Lama amat, aku sudah menunggu hampir sejam. Apa kamu melamar sebagai manager?" kesal laki-laki itu sambil menyerahkan helm kepada Rere.
"Sempat menunggu hampir setengah jam, maaf membuatmu menunggu"
"Buruan naik, keburu diskon di mall habis aku udah nggak sabar memakai baju baru" ujar laki-laki itu.
"Bisa nggak beli bajunya ditunda dulu, aku masih ada kepeluan lain" ujar Rere dengan lirih.
"Keburu promonya habis, pelit amat sih? Menduluankan saja sulit banget, nanti kalau aku sudah gajian akan aku kembalikan uangnya"
"Selalu ngomong gitu, uang bulan kemarin kamu pinjam aja belumkamu kembalikan"
"Sayangku, bulan ini akan aku kembalikan semua uang yang aku pinjam ya, jangan pelit sama pacar sendiri"
Rere memliki seorang pacar, namanya Kalvan mereka sudah berpacaran selama 5 tahun lamanya dan Rere kalau Kalvan akan menegrti dengan kondisinya dan percaya kalau Kalvan akan menegmbalikan uang yang ia pinjam.
Bukan masalah pelit tapi kondisi ekonomi yang tidak mengijinkan Rere untuk tidak membri sang kekasih pinjaman dengan mudah karena masih banyak keperluan ia dan adik-adiknya.
"Ayo... Ayo... 1 jam lagi promo akan segera berakhir. Beli 2 gratis 1." ujar SPG baju menggunakan toa.
Kalvan dengan cepat menarik tangan Rere mendekati toko yang mengadakan diskon dan dengan semangatnya Kalvan memeilih beberapa pakaian yang menurunya bagus dan suka.
"Sayang, pilihkan baju yang cocok untukku!"
"Kamu pilih sedniri saja ya, aku akan menunggu disana" ujar Rere tidak bersemangat.
Kalvan mengangkat bahunya melihat tingkah Rere, ia memilih-milih baju yang sedang diskon. Setelah meenmukan beeebrapa baju yang cocok ia mendekati Rere yang sudah menunggu.
"Sayang, bayar ya. Nanti tulis semua uang yang aku pinjam" ujar Kalvan sambil meneyrahkan keranjang.
Mata Rere membola dengan apa yang ia lihat. "Sayang, ini kebanyakan. Kalau kamu pinjam semua uangku apa uang untuk kebutuhan aku dan adek-adekku"
Kalvan memeilih tutup telinga, mendorrong Rere menuju kasir. "Tidak perlu takut sayang, beesok akan ada lagi rejeki yang baru" bisik Kalvan.
Hampir seperempat tabungan Rere terkuras membayar baju Kalvan, menarik nafas dalam-dalam menenangkan diri dengan tingkah Kalvan yang sudah diluar batas. Seelsai membayar Rere memiliih untuk pulang, bahkan Kalvan mengajaknya makan terlebih dahulu tapi Rere menolak karena sudah tau jawabannya kalau makan nanti pasti uang dia yang membayar makanan dengan dalih pinjam.
"Kapan kamu gajian? Segera bayar uangku karena uang SPP kevin akan aku bayarkan dengan uang yang kamu pake. Mohon mengerti dengan keadaanku ya"
"Baru segitu saja kamu dah nagih utangku, beelum ada satu jam utangku tapi kamu udah ngomongin utang. Kamu percaya nggak sih sama aku??" kesal Kalvan, niatnya memberikan helm kepada Rere tapi ia urungkan meninggalkan Rere di parkiran mall.
"Kalvan!!" panggil Rere, Kalvan bukannya menghentikan motornya dengan tega ia meninggalkan Rere disana.
Rere akhirnya pulanag kerumah dengan menaiki angkot. Rasanya lelah perjalanan hari ini cukup membuatnya lelah dan beruntung ia diberi atasannya untuk cuti hari ini padahal hari ini masih hari rabu.
"Kakak...!!" Rian berlari menghampiri sang kakak yang baru datang.
"Kak, aku dapat biaya siswa untuk melanjutkan study keluar negeri tahun depan kak. Ini suratnya sudah keluar" Rian menyerahkan satu kertas kepada Rere.
Rere segera membaca surat yang diberikan Rian, rasanya sedih bercampur bahagia. Dibalik kesusahan yang mereka alami sang adik diberikan kesempatan untuk meraih pendidikan keluar negeri dan ini adalah kesempatan emas untuk Rian.
"Selamat ya sayang. Kaka bangga padamu, balajar yang giat, tingkatkan lagi prestasimu" Rere segera memeluk Rian hanya sebentar sebelum Rian melepaskan pelukan itu.
"Kak SPP bagaimana? Guru BK sudah menagihnya lagi" ujar Rian dengan sedih sambil menatap lantai.
"Sudah, jangan sedih begitu dong! Minggu ini akan kakak lunasi uang SPP kalian ya" Rere menyimpan segala keluh kesahnya didepan sang adik.
Sampai didalam kamar ia meletakkkan tasnya diatas meja dan mendudukan badan diatas kursi kayu yang ada disana. Ia menutup wajah dengan tangannya.
"Huft.. mengapa Kalvan tidak pernah menegerti dengan posisiku? Ini sudah kebeberapa kali ia meminjam uang tapi tidak dibayar, aku sengaja mencari pekerjaan dua untuk mencukupi kehidupan kami tapi dia dnengan gampangnya meminjam tapi tidak ada kepastian kapan bayar uangku." batin Rere.
Krek... Pintu terbuka muncul sosok Raina dari balik pintu. "Kakak ngapain? Ada masalah kak??" Raina mendudukan badannya disamping sang kakak.
"Kak tadi aku dnegar Rian dan Kalvin bicara kalau SPP mereka menunggak. Di ATM ini biaya siswa dari pusat sudah keluar, kaka gunakan ini dulu bayar SPP mereka"
"DEK, uang itu untuk keperluan kamu kuliah, bukan bayar SPP adek-adek. Gunakanlah untuk keperluan dikampus, minggu ini kakak akan pinjaman kekantor untuk spp adek dan lagian tabungan kakak masih ada untuk kita"
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!