NovelToon NovelToon

Long Distance Marriage

LDM - Raga's Lust

Sepasang suami istri mulai menapaki karpet merah di sebuah pesta mewah.

Wanita menggunakan gaun pastel keunguan, perawakan tubuhnya semampai, di leher jenjangnya menjuntai kalung berlian hijau, rambut bergelombang dan berkilau, serta riasan make up yang natural, seraya menggandeng pria gagah dan tampan yang sudah dewasa.

Suara alunan musik mendayu-dayu mulai menggema, sambutan tepuk tangan meriah menggelora dan suara bising dari para tamu undangan yang hadir terdengar riuh.

Ratusan orang yang hadir terbelalak menyaksikan kedua orang tersenyum merekah yang sedang berjalan menapaki karpet merah, tangan mereka saling berpegangan erat bahkan membuat iri siapa pun.

"Kita sambut tamu istimewa hari ini, Tuan Raga dan Nyonya Starla," ucap pembawa acara di pesta tersebut.

Pasangan suami istri itu melempar senyum yang indah. Lalu mereka saling bertatapan, tiba-tiba saja wajah bersinar itu redup dan berganti dengan tatapan sinis.

Cih!

"Ya, dialah suamiku yang kadang cerewet, tidak mau kalah, selalu protes dan jika ada maunya harus dituruti," batin Starla.

Di depan semua orang mereka seperti pasangan yang bahagia namun di belakang layar, ah sudahlah!

Mereka adalah pasangan yang selalu beradu silat lidah. Di netra Starla, Raga Axelion adalah pria tampan namun menyebalkan. Pria itu yang selalu menyuruh istri mudanya harus tampak bahagia meski hanya pura-pura.

Tolong gadis bawahi, pura-pura!

Pria tampan, kaya, berwibawa itu selalu memesona setiap wanita namun dia sulit ditaklukkan hatinya.

Sudah tidak masalah lagi untuk Strala, gadis yang manis dan baik hati. Sikap buruk suaminya dia terima dengan lapang hati. Meskipun banyak topeng untuk menutupi kepura-puraan dalam pernikahan yang dijalaninya.

Kemudian, dia mengambilkan dua gelas jus jeruk dari meja prasmanan. Satu untuknya dan satu lagi dia berikan pada suaminya.

"Ini untukmu," ucapnya sembari menyodorkan segelas jus tepat di depan matanya.

Kedua netra Raga bersinar, lalu dia menerima jusnya dan langsung dia teguk. "Ah, segarnya, terima kasih sayangku yang cantik dan baik hati."

Glek!

"Tumben panggil aku mesra seperti itu? Biasanya kita gontok-gontokan, 'kan?" bisik Starla, dia keheranan mendengar ucapan lembut suaminya.

"Sudah aku bilang kamu turuti saja, jangan banyak protes, kita harus kelihatan baik di depan orang banyak. Tapi di rumah, kita adu silat lagi," sahut Raga dengan nada sinis dan mata melotot tapi tampak lucu.

Starla tertawa terbahak-bahak hingga suaranya terdengar seisi ruangan. Dalam sekejap suasana sepi karena kaget mendengar tawa riang yang menggema. Tiba-tiba tawanya terhenti, wajah Starla memerah karena malu diperhatikan banyak orang. Kemudian dia melirik suaminya yang sedang melototinya.

"Kenapa jadi sepi?"

"Kamu, sudah jadi istri CEO tapi membuat malu, kalau ketawa ya tutup mulutnya, tidak elegan dan tidak estetis menjadi istri," ucap Raga dengan lantang.

Kemudian, salah satu pria asing berjas cokelat menghampirinya. Dia melemparkan senyum tipis lalu melirik wajah Starla.

Tentu saja hal itu sangat mengganggu Raga karena ada orang lain yang memperhatikan istrinya seperti barang dagangan. Pria asing berjas cokelat itu berucap dengan nada kencang. "Perhatian semuanya, tampaknya Presdir kita bahagia dengan pernikahan keduanya, sebelumnya kita mendengar Nyonya Starla tertawa kegirangan mungkin karena suaminya sangat humoris dan hangat."

Glek!

"Oh tentu saja, saya dan istri sangat bahagia, " ucap Raga. Dia langsung memeluk Starla di depan semua orang sambil tertawa-tawa.

"Oh, iya benar. Kami sangat bahagia," ucap Starla sembari membalas pelukan suaminya.

Kemudian netra mereka saling menatap sinis. Mata Starla yang hitam bersinar agak sayu malah terkesan lucu beradu dengan mata cokelat Raga yang tajam, ditambah raut wajah tampan yang ditumbuhi brewok tipis malah terkesan menggairahkan.

Usai menghadiri pesta, mereka lantas ke hotel untuk beristirahat. Starla membaringkan badan langsingnya sampai kaki jenjang nan mulus terbuka sempurna. Dia menarik napas dalam-dalam lalu wajahnya tersenyum.

"Leganya, lelah juga berpesta hari ini," keluhnya.

Bruk!

Sebuah jas hitam dilemparkan oleh suaminya hingga menutupi wajah sang istri. Bau parfum menyengat itu tercium sempurna oleh indera penciuman. Spontan, Starla muntah-muntah karena tidak kuat menahan aroma yang diciumnya.

"Belum hamil tapi muntah-muntah," sindir Raga di hadapannya sambil membuka kancing kemeja putihnya.

"Siapa yang hamil? Sejak pertama kali menikah kita tidak pernah sekalipun menyatukan dua tubuh, suami macam apa kamu?" tanya Starla.

"Sudah cukup jangan lagi kamu protes di depan semua orang! Kita menikah bukan untuk membangun keluarga, setelah kasus adikku selesai kita langsung cerai ke pengadilan," tegasnya.

Lalu, Raga menghindar darinya dan pergi ke toilet. Starla tidak mau menyahut apa-apa lagi, dia lebih memilih untuk berdamai dengan kondisi pernikahannya yang selalu berdebat sampai membuat pikirannya kalut.

"Ya, sudah kalau begitu, aku tidak pernah salah pada adikmu, Raga!" gumamnya sambil menatap sinis ke arah pintu toilet.

Starla kembali membaringkan tubuhnya lagi. Dia menghela napas kemudian mengambil smartphone miliknya untuk membuka foto kedua orang tuanya. Tapi, pintu toilet terbuka lagi, Raga menghampiri sang istri lalu duduk di sampingnya. Dia membuka semua pakaiannya dan mengganti dengan baju tidur bergaya kimono.

Starla melirik tubuh kekar Raga yang dipenuhi bulu lebat dan kulit berwarna cokelat tapi bersih, tidak ada noda jerawat atau bintik hitam sedikitpun.

"Star," sapanya pelan.

"Hmm..."

Raga menoleh pada Starla yang fokus memainkan smartphone. Tapi, netra cokelatnya teralihkan ke kaki lenjang dan mulus. Tatapan itu menjelajah hingga ke tubuh ramping dan dada yang berisi nan menjulang, menggairahkan dan cukup menggemaskan.

Raga mulai terpancing birahinya, dia berkata dalam batinnya.

"Oh tidak, mana mungkin aku mau sentuh dia, dua bulan ini kami menikah tapi tidak harmonis karena terhalang masalah. Tidak, tidak! Aku belum sudi menyentuhnya."

Dua jam kemudian, Raga belum juga mampu menutup kedua matanya meski berbaring di ranjang. Sedangkan Starla baru saja mengganti pakaiannya dengan lingerie merah transparan yang menggairahkan. Wanita itu selalu berpikir akan baik-baik saja karena suaminya belum pernah macam-macam apalagi menyentuhnya.

Tapi, Raga tidak mampu lagi menahan gejolak emosi yang bercampur birahinya. Dia menghampiri Starla yang sedang duduk di kursi meja rias sambil membersihkan wajahnya.

"Raga, aku kira sudah tidur, ingat anak-anak, ya? Tenang, meski aku ibu sambung mereka tapi kasih sayangku tulus, kok! Tidur saja, aku mau rawat wajah dulu," pintanya.

Namun, gairah itu tidak dapat dia tahan lagi, dengan cepat Raga menarik tubuh Starla sampai sang empu kaget dan panik. Netra Starla terbelalak dan berkaca-kaca.

"Apa-apaan ini?"

"Kita sudah dua bulan menikah, aku tahu ini pernikahan sesaat tapi kali ini diriku tidak bisa menahan gairah yang sudah terpendam setelah enam tahun menduda. Kamu, harus melayaniku malam ini juga!"

Raga melemparkan tubuh Starla ke atas ranjang. Sontak, Starla kaget dan napasnya tersengal-sengal. Sementara Raga sibuk menanggalkan bajunya dan kini hanya tinggal pakaian dalam saja. Dia langsung memeluk istrinya lalu mengecup lehernya pelan-pelan.

"Apa yang terjadi-"

"Diam!"

Starla menatap wajah suaminya yang tampan itu tapi mulai tampak menjijikkan, gairah suaminya baru dia rasakan dan rupanya belum bisa membuatnya melayang kenikmatan. Dia membiarkan Raga menjelajahi tubuh ramping nan mulusnya hanya sekedar memenuhi kewajiban sebagai istri.

Tapi, Starla tidak khawatir karena pria itu adalah suaminya.

"Ini adalah hal yang aku tunggu, tapi kenapa begitu menyakitkan?"

Raga mulai mengecup bibir manis istrinya. Dengan penuh gairah tapi tidak bagi Starla yang masih dingin melayani birahinya. Lama-lama membuatnya tidak nyaman ditambah lagi kedua tangan Raga mulai menyentuh area sensitif tubuh lainnya.

"Ingat, ini pertama kalinya kita lakukan, jangan sampai siapapun tahu tentang hubungan ini," pinta Raga.

"Sudah, Raga! Aku lelah," ucap Starla dengan suara parau.

Raga pun melepaskan tubuh istrinya. Dia membiarkannya terlentang dalam kondisi lelah. Lantas, Raga memilih untuk menutupi badannya dengan selimut, dia melakukan hal yang sama pada istrinya.

"Tidurlah, besok kita pulang ke rumah, kedua anakku sudah menunggu," ucap Raga.

Hai reader's semoga suka ya!!

Jangan lupa boom like, favorit, vote, hadiah, dan follow juga ya!!!

LDM - Gossip And Starla

Starla masih merasakan sakit yang tidak nyaman di sekujur tubuhnya yang masih berkeringat. Baru pertama kali disentuh tapi tidak membuatnya bahagia. Kedua netra hitamnya berurai air mata dan dia membuang pandangannya dari suaminya.

"Akhirnya pria tua itu melakukannya padaku. Mungkinkah aku bukan istri pajangan lagi? Sakit rasanya ketika dia menikahiku dan bersumpah hanya ingin sesaat, ini tidak jauh dari kontrak pernikahan," batin Starla.

Wanita yang masih telanjang itu tidak mampu bergerak cepat meski hanya beranjak. Mungkin saking aktifnya Raga menyentuh dan menggerayangi tubuh mulusnya menjadikan Starla semakin lemas dan lelah. Dia menoleh pada Raga yang sudah tertidur pulas. Memang tampan tapi menyebalkan.

Pagi hari tiba, sayup-sayup matanya terbuka. Dengan cepat Starla beranjak dan dia menutupi tubuhnya dengan seprei menuju toilet. Dia membiarkan Raga tidur lebih lama agar tidak mengganggunya saat mandi.

Starla mendapati noda merah di dadanya lalu dia mengucurkan air untuk membasahi tubuhnya.

Tok!

Tok!

Tok!

"Star, buka pintunya! Aku mau buang air!" teriak Raga.

"Raga, bisa izinkan aku mandi dulu sebentar?" sahut Starla.

"Sudah tidak tahan!"

Starla pun membuka pintu toilet itu. Dia masih malu-malu meski yang masuk adalah suaminya sendiri.

"Aku keluar dulu, ya?" pintanya.

Dalam kondisi tubuh yang basah, Starla menunggu di depan pintu toilet. Tapi tak lama kemudian, Raga keluar sambil mengikat tali piyama kimononya. Tanpa pikir panjang, Raga menggendong Starla lalu membawanya ke atas ranjang, namun kali ini dia memperlakukannya lebih lembut.

"Aku mau mandi," ucap Starla.

"Tidak! Kamu harus di sini, temani aku," pinta Raga.

"Kamu munafik, ya? Mau tapi malu," sindir Raga.

Raga hanya tersenyum kecil. "Dasar wanita!"

"Kenapa aku pasrah dengan perlakuan suamiku yang menyebalkan ini? Tidak!" batin Starla.

Usai terlampiaskan hasrat yang menggebu itu, Raga tidak lantas melepaskan istrinya. Dia malah menindih Starla yang tengkurap kelelahan akibat melayani gairah yang luar biasa.

"Aku mau mandi," pinta Starla. Dia pun menuju ke toilet dan tidak lagi mengingat sesuatu yang menyedihkan. Air hangat dia kucurkan untuk membersihkan dirinya hingga benar-benar bersih.

****

Dua bulan yang lalu, Raga Axelion adalah seorang pria berkebangsaan Indonesia-Inggris. Ayahnya dulu adalah duta besar Inggris untuk Indonesia.

Raga menjadi duda dengan dua anak setelah ditinggal mati oleh istrinya 6 tahun silam karena kecelakaan yang menimpanya.

Dia juga disegani oleh banyak pebisnis Asia. Sosoknya yang tampan, kaya, berwibawa mampu memesona para wanita dan sekali mengedipkan netra cokelatnya pasti saja mereka tidak mampu melayangkan pandangannya kepada yang lain.

Raga yang kini berusia 40 tahun memiliki sekretaris pribadi bernama Cello yang selalu menemaninya bekerja. Sebenarnya, Cello adalah seorang pegawai biasa namun naik pangkat karena kejujurannya. Dia tidak pernah absen menemani majikannya ke mana pun dia pergi.

Saat ini, mereka sedang berada di kantornya yang bergerak di bidang keuangan dan mengurus bisnis pertambangan.

"Tuan Raga," sapa Cello.

"Kita ada jadwal untuk mengunjungi rumah sakit yang menjadi yayasan Tuan di Perusahaan Axelion Corp, di kelas VIP ada keponakan Tuan yang masih dirawat karena menderita typus," ucap Cello.

"Flo masih sakit? Setelah adikku pergi dia jadi anak yang lemah imun, di mana ayahnya sekarang, si Aslan itu?" Tanya Raga.

"Tuan Aslan bukannya sedang membintangi sebuah film dan kabarnya proyeknya segera rampung, apa saya perlu memanggil adik ipar anda, Tuan? Tapi menurut saya di situasi seperti ini bukan hal yang tepat," ucap Cello.

"Buat apa!" sahutnya ketus.

"Aku muak, kalau saja tidak ada perselingkuhan itu mungkin saja adikku Jasmine masih ada di sini. Dia tega meninggalkan kakaknya berusaha sendirian. Dan istriku mati 6 tahun lalu karena kecelakaan dan masih misteri, kedua anakku labil karena mereka punya ayah yang bodoh sepertiku."

Raga duduk sesaat di kursi putarnya. Dia teringat pada gosip yang melanda adiknya satu tahun yang lalu yaitu gosip perselingkuhan adik iparnya dengan gadis yang bekerja sebagai guru di TK.

"Cel, aku penasaran dengan gadis itu tapi kita temui saja dulu si Aslan di lokasi shooting, aku ingin membuat kerusuhan di sana!"

Tiba di lokasi shooting di sebuah hotel yang megah, ada beberapa wartawan yang hendak menyambut sang bintang yang berparas tampan dan menarik.

Raga ditemani oleh empat orang bodyguard menjadi pusat perhatian banyak orang ketika melewati kerumunan wartawan.

Kemudian seorang gadis manis berambut warna cokelat emas, memakai baju kuning dan blazer merah dan bawahan celana jeans abu melintas di depannya. Dia membawa seikat bunga mawar putih dan sebuah kamera menggantung di lehernya.

Raga terkejut. Gadis itu begitu menawan meski tidak memakai gaun mewah. Senyumnya merekah yang menunjukkan gigi putihnya tanpa jarak.

"Tuan Raga, lihat gadis itu yang memakai blazer merah, dia adalah orang yang digosipkan menjadi selingkuhan adik ipar anda," ucap pria berambut cepak dan serius itu.

Raga menyipitkan netranya.

Lantas, dia membuka smartphone dan mencari berita soal perselingkuhan adik iparnya dengan gadis lain. Dan ternyata foto yang dia temukan di internet sangat mirip dengan gadis yang sedang dia perhatikan.

"Kamu ajak dia, aku ingin bicara dengan dia di lantai dua," pinta Raga.

Cello mematuhinya. Lalu mendekat pada gadis manis yang memegang seikat bunga mawar putih.

"Permisi, kamu pasti Starla, 'kan?" tanya Cello dan gadis itu tersenyum padanya.

Gadis itu terkesima. "Kok bisa tahu namaku?"

"Kamu 'kan digosipkan jadi selingkuhannya Tuan Aslan, buktinya foto-foto kamu sedang berdua dengan Tuan Aslan menyebar di media sosial," ucap Cello.

"Oh, itu bukan perselingkuhan!" Sangkal Starla.

"Kamu ikut saya sekarang juga!" pintanya.

Lalu, Cello menarik tangannya dengan paksa, dia membawa Starla ke lantai dua sesuai arahan atasannya.

"Hei, apa-apaan ini! Ini pelecehan, kita tidak kenal tapi kamu sudah kasar begini, dasar jahat!" teriak Starla.

Gadis itu sudah melakukan perlawanan dengan memukul tangan Cello. Tapi, tetap saja kekuatannya tidak mampu mengalahkan cengkraman pria itu. Cello berambut cepak dengan perawakan yang cukup atletis itu seperti menyeretnya hingga ke lantai dua.

Tiba di sana, Cello mempertemukan Starla dengan Raga yang sedang berdiri menghadap dinding kaca.

"Tuan Raga, ini adalah orang yang ingin anda temui," lapor Cello yang belum melepaskan genggamannya.

Lantas, Raga menoleh padanya. Pesona tatapan netra cokelat yang bersinar membuat netra hitam Starla terbelalak. Raga mulai melangkahkan kakinya untuk menghampiri, gerakannya yang lambat tapi elegan, namun dia tidak menampakkan senyum sedikit pun.

"Oh, jadi ini gadis kelas bawah yang menjadi selingkuhan Aslan? Nona, siapa kamu sebenarnya? Dan kenapa kamu berani mendekati suami dari Jasmine?" tanya Raga sambil menampakkan netra yang membelalak.

“Ih, aku kira mau menghadap idolaku tapi ternyata pendekar sihir," gumam Starla sambil menggaruk kepalanya.

Glek!

Starla baru bisa melepaskan genggamannya dari tangan Cello. Kemudian dia berkata," Starla, mohon menjawab dengan sejujurnya, beliau adalah kakak ipar dari Tuan Aslan dan juga Presdir."

"Apa!" Starla terkejut. "Sebenarnya aku tidak pernah jadi selingkuhan siapapun, aku yakin itu gosip. Jika kamu orang berakal sehat pasti berpikir positif pada adik ipar kamu itu. Tentang Jasmine, aku juga kenal dia waktu di acara interview Aslan di gedung bioskop."

"Jadi, kamu kenal Jasmine juga?" tanya Raga.

Lanjut ya guys!! So, dukungannya yuk!!! GASKEUN!!

LDM - Affair

Starla tiba-tiba saja tersenyum manis padanya. Dia menganggap bahwa pria tampan itu baik, alih-alih ingin bercanda untuk menghibur namun Raga masih saja mengatupkan mulutnya rapat-rapat.

Glek!

"Kamu ini, masih tidak percaya? Aku bilang sekali lagi, aku bukan selingkuhan Aslan!" tegasnya.

"Aku cuma penggemar berat dia, lagian apa yang membuat Aslan selingkuh dengan orang lain? Apa karena layanan istri tidak puas atau karena...

Oh aku tahu, pasti karena kakak iparnya galak, 'kan? Makanya dia tidak betah tinggal dengan mu yang arogan ini. Kalau aku sih amit-amit, dekat sama orang sombong itu adalah terlarang."

Raga tersulut emosi ketika mendengarkan Starla menggerutu di hadapannya. Lantas, dia menarik blazer Starla lalu sengaja menantangnya dengan mendekatkan kedua wajah. Netra cokelat dan hitam itu saling menatap dan menimbulkan gelombang kebencian.

"Aku yakin Aslan sudah menyukai kamu, jauhi dia! Kalau tidak? Aku pasti beri pelajaran padamu, ini serius bukan bercanda, dan jangan lagi kamu mengejar idola dengan membawa bunga mawar putih murahan itu!"

Tiba-tiba ada beberapa kilatan cahaya kamera menerpa mereka. Raga menoleh ke arah kiri, rupanya di balik guci besar yang berdiri di sana menjadi tempat persembunyian wartawan yang mencuri kesempatan. Apalagi, posisinya saat ini sedang mendekapkan wajah seolah hendak berciuman.

Sontak, Raga melepaskan Starla dengan kasar.

Bruk!

Starla terlempar cukup jauh hingga tersungkur. Dia hendak beranjak kembali namun di hadapannya ada kedua kaki yang memakai sepatu mewah mengkilap berwarna cokelat, celana jeans biru dan orang itu berlutut untuk membantunya untuk berdiri.

"Aslan?" Starla terkejut.

"Ayo berdiri," pinta Aslan.

Aslan berpakaian bak idola kekinian dengan blazer kulit warna cokelat mengkilap, kaos hitam premium ternama dan rambut kemerahan. Wajahnya bersih dan menawan, dia membantu Starla berdiri kembali kemudian melayangkan pandangannya pada Raga yang masih menatap sinis.

"Kenapa, Kak? Dia kan wanita, bisa hargai perasaan dia sedikit saja?" tanya Aslan, dia mendekat pada kakak iparnya itu.

"Tantang aku kalau bisa. Dia penggemar aku, sebagai idolanya tentu saja harus menghormatinya."

"Harusnya kamu pulang ke rumah!" bentak Raga.

“Hahaha, rumahmu memang mewah, tapi ada kakak ipar arogan, mertua yang tidak peduli pada anaknya dan menantu yang hanya sebatas aktor selalu jadi pusat pelampiasan marah, aku juga belum tahu kenapa Jasmine pergi," ucap Aslan.

"Flo sedang sakit!" balas Raga dengan mata berkaca-kaca.

"Ayah macam apa kamu! Dia sudah beberapa hari terkapar di rumah sakit, temui dia sekarang juga! Kamu ayah yang bodoh, aku kecewa sudah menikahkan Jasmine dengan orang berandalan bertopeng aktor, rupanya preman pasar!"

Aslan terhenyak. Netra yang sipit menggoda tapi sangar itu menjadi merah karena tersulut emosi. Dia hendak melayangkan tangan kanannya untuk menampar Raga.

"Kurang ajar!" teriak Aslan.

Starla menahan tangan Aslan agar tidak menampar Raga.

"Jangan, digampar itu sakit!"

"Sebaiknya kamu menyingkir!" bentak Raga.

Kemudian kedua pria itu hendak menarik baju satu sama lain dan hendak bertengkar. Dengan cepat, Starla langsung melerai mereka.

Tapi, gadis itu malah memisahkan dengan cara memeluk Raga sambil berkata," ...sudah, jangan bertengkar di sini, tidak baik!"

Glek!

Starla tak sadar, dia sedang memeluk Raga. Sontak, dia langsung melepaskannya.

"Maaf, aku tidak sengaja."

Perkelahian itu berhenti sejenak namun Aslan bersikeras ingin melawan kakak iparnya. Sungguh tatapan mata itu amat tajam, menyiratkan kebencian yang menjadi-jadi.

Starla berinisiatif untuk melerai kembali, hingga dia memeluk badan Aslan untuk menahan agar tidak berkelahi dengan Raga.

"Jangan, reputasi mu bisa hancur, di bawah banyak wartawan," ucap Starla.

"Rupanya benar, kalian benar-benar selingkuh," sindir Raga.

Starla melepaskan pelukannya. Dia lantas menghadap Raga dengan emosi yang berapi-api. Dia memutarkan jari-jarinya dan siap menghadang Raga.

"Sudah aku bilang, kami tidak selingkuh!" teriak Starla.

"Mentang-mentang orang kaya, seenaknya saja sama orang biasa, mau lawan? Ayo lawan aku! Sini kalau berani, dasar Presdir bodoh!"

Starla menarik jas mewah Raga, namun pria itu melawannya dengan memutarkan tangan kiri Starla, kemudian dia mendekapkan wajahnya kembali dan ke-empat mata itu bertatapan.

"Dasar murahan!" ucap Raga.

"Tuan Raga, jangan lakukan itu!" teriak Cello.

"Ada wartawan!"

Tapi, Starla mendadak batuk, kemudian dia muntah dan mengeluarkan isi perutnya ke kemeja Raga.

"Menjijikan sekali," keluh Raga.

"Star, kamu pasti sakit, kita ke rumah sakit," ajak Aslan. Dia menatap wajah manis Starla yang sudah merah dan noda lipstik terdampar di pipinya.

Kemudian, Raga mendorongnya lagi hingga Starla hampir tersungkur. Namun, Aslan memeluk badan gadis itu agar tidak jatuh.

Sayangnya, beberapa kilatan cahaya kamera menimpa mereka, wartawan mengambil kesempatan untuk memotret perseteruan yang sedang berlangsung.

"Sialan!" keluh Raga. "Cello, kalau ada gosip tentang dua orang ini, biarkan saja menyebar, biar semua orang tahu bagaimana boroknya perselingkuhan."

Raga ingin adik iparnya itu menengok putrinya yang sedang dirawat di rumah sakit. Dan Aslan tidak bisa menolaknya, dia pun mengajak Starla untuk berobat karena Aslan merasa tidak nyaman hati ketika kakak iparnya menyakiti sang gadis.

Belum lagi kekhawatiran pada wartawan yang bisa saja menyebarkan foto mereka ketika berseteru.

****

Tiba di rumah sakit, Raga dan Aslan hendak menengok Flo yang sedang terbaring. Ada pula dua anak yang menyambutnya dengan riang.

"Daddy!" teriak Allura, anak perempuan Raga yang berusia 12 tahun menyambanginya.

"Jangan teriak!" tegas Raga.

Suara lantang itu meredupkan keceriaan putrinya. Tapi, Aslan benar-benar baik hati, dia merangkul Allura.

"Daddy, kenapa selalu kasar pada kami?” ujar Allano, kembaran Allura yang sedang berdiri.

Lantas, Aslan mengajak mereka untuk menengok Flo yang belum juga membuka matanya. Asian sebagai ayahnya amat terluka, karena selama ini dia tidak bisa menjaganya dengan baik. Netra cokelatnya berkaca-kaca dan menitikkan air mata di pipi putrinya.

"Om, kapan pulang ke rumah?" tanya Allura.

“Kami rindu sama Om Aslan, seharian Flo selalu saja menangis, apa om tega meninggalkan dia selamanya?"

"Sudahlah, Alu. Dia sudah punya pacar baru," sahut Raga.

"Hah! Pacar baru? Bagaimana dengan Tante Jasmine? Dia belum pulang ke rumah, Oma juga tidak ada, aku muak punya keluarga seperti ini!" keluh Allano.

"Kalau tidak percaya, pacarnya ada di luar, dia sedang menunggu di sini," ucap Raga santai

Allano tampak kecewa pada pamannya, dia terisak-isak lalu menyeka air matanya. Allura, mendekat padanya lalu berkata," ... jangan menangis terus, kamu kan laki-laki, aku juga sebenarnya sudah muak punya keluarga seperti ini yang bertengkar terus. Setelah Flo sembuh, kita cari Tante Jasmine saja."

Raga sebagai daddy-nya hanya bisa menertawakan gelagat sepasang anak kembar yang tampak dewasa dari usianya. Dan tangisan Allano semakin nyaring membuat telinga sang daddy terganggu.

"Sudah, jangan kencang-kencang nangisnya, kamu harus punya malu, jangan berisik karena ini rumah sakit!" tegas Raga.

"Kak bisa lembut sedikit!" pinta Aslan. "Mereka masih anak-anak, justru kamu yang bikin malu di sini, suaramu kedengaran sampai luar, tuh!"

Allano pun tak mampu menghadapi watak keras daddy-nya. Dia melarikan diri dari ruang rawat inap sepupunya seorang diri.

"Allan!" teriak Raga.

"Dad, biar aku yang kejar dia," pinta Allura.

Tapi Raga menolak, kemudian dia berlari menyusul Allano.

Raga kewalahan karena Allano, sang putra sudah tidak tampak di sekitar area VIP. Dia pun menuruni tangga dan melewati lorong hingga tiba di depan ruang UGD.

"Ke mana anak itu?" keluhnya dengan napas tersengal-sengal.

Kemudian netra Raga terkejut ketika menyaksikan ada foto dirinya di televisi yang sedang menyala di ruang pendaftaran. Dan orang sekitar tampak mencibirnya dengan ocehan yang kasar. Tatapan mereka sinis dan mendelik namun dirinya tidak peka pada apa yang sedang dibahas orang-orang itu mengenai dirinya.

Dia pun menghubungi Cello dan memintanya agar segera menyambangi di rumah sakit untuk mencari Allano. Raga yakin bahwa putranya masih berada di kawasan itu. Tak lama kemudian, Cello tiba di sana, seraya berjalan cepat dan tampak kaget.

"Bagaimana, Tuan Raga? Ke mana Tuan kecil pergi?"

"Tolong carikan Allan di kawasan ini, anak nakal itu kabur lagi, aku ingin sekali memukulnya!" keluh Raga.

"Baik, saya akan mencarinya," sahutnya.

Raga menunggu di ruang pendaftaran. Dia uring-uringan sambil memegang smartphone miliknya. Ketika dia hendak kembali ke lantai VIP, tiba-tiba saja berpapasan dengan dokter berparas cantik dan menawan. Rambutnya bergelombang dan kulitnya yang bersih, dia tersenyum manis padanya.

"Raga!" sapanya.

" Dil, bukannya kamu harusnya cek perkembangan kesehatan Flo? Kamu 'kan dokter pribadi keluarga kami," ucap Raga.

"Terus, kenapa kamu ada di sini?" tanya Dilara dengan wajah sumringah.

"Allan kabur, dia pasti masih di sini," sahutnya.

Dilara terdiam, dia ingat ketika hendak memeriksa pasiennya berpapasan dahulu dengan Allano, dia berlari ke lobi ketiga dan bertemu dengan perempuan yang mencegahnya. Namun, Dilara menganggap itu adalah hal biasa yang dilakukan anak-anak, jadi tidak begitu peduli pada Allano yang terdengar meringis.

"Aku lihat dia di lobi tiga bersama wanita muda," ungkap Dilara.

Hayo!!! Yuk reader's dukungannya!!! Jangan gitulah yah!!!

INFO : Jangan lupa buat favorit dulu guys, karena novel ini akan dilanjutkan dan tayang setelah novel Istri Pilihan Agam selesai, tepatnya tanggal lahir saya 23 Februari 2023 nanti.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!