NovelToon NovelToon

Menikah Dengan Mr. Arogan

Bab 1. Hari Pertama Bekerja

Sudah setahun Mila di tinggal oleh ayahnya yang terserang setruk beberapa tahun ini. Kini Mila hidup sendirian karena tepat 5 tahun lalu Ibunya juga meninggalkannya akibat serangan jantung, itu yang dikatakan dokter kepadanya.

“Mamaku bilang, mulai hari ini, kamu bisa kerja di rumahku ya”, ucap Reina pada Mila yang baru saja memasuki rumah majikan barunya dengan membawa sebuah tas yang berisi pakaiannya.

Mila tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Ia senang akhirnya dapat pekerjaan yang bisa menyambung hidupnya. Walaupun ia memiliki ijazah sarjana pendidikan, namun sangat sulit untuknya bersaing dengan yang lain. Apalagi nilai yang dia dapat di bangku perkuliahan tidaklah bisa membuat orang lain terkesan.

Tapi, kini dengan hati yang ikhlas ia menerima jalannya. Lagi pula menjadi pembantu bukanlah hal yang hina. Dan satu hal lagi yang membuatnya senang adalah ia bisa bekerja di rumah temannya.

Mila memang tidak begitu akrab dengan Reina. Namun, ia tahu Reina adalah wanita yang sangat lembut hatinya. Tidak heran, jika Reina begitu banyak di sukai teman-temannya saat SMA. Sudah kaya, cantik, pintar, baik hati pula. Bukan hanya teman-teman pria, teman-teman wanita juga banyak yang mengelu-elukannya.

Reina pamit untuk pergi bekerja. Sebelum ia pergi, Reina sudah menjelaskan semuanya apa saja yang harus Mila lakukan, menyebutkan apa yang mereka sukai dan tidak sukai dan memberitahu ruangan demi ruangan.

“Hah, rumah sebesar ini aku harus bekerja sendirian”, ucap Mila menghela napasnya sambil menebarkan pandangannya ke seluruh penjuru rumah. “Yah, setidaknya aku bisa merasakan enaknya tinggal di istana ini. Jarang-jarangkan bisa tinggal di rumah sebesar ini. Apalagi di tinggal sendirian gini, kan bisa agak bebas, hihihi”, celoteh Mila pada dirinya sendiri untuk membahagiakan dirinya.

Mila telah memegang sebuah kunci di tangannya. Ia kembali mengangkat tasnya dan berjalan menuju kamarnya yang telah di beritahukan Reina tadi. Sesampainya di depan pintu kamarnya, ia langsung membukanya. Ia buka secara perlahan dan rasa takjub muncul kembali di hatinya.

“Bahkan kamar ini lebih bagus dari kamar di rumah sewaku”, gumam Mila yang terus terperanjat melihat kamar barunya.

Tempat tidur, meja rias, lemari pakaian, semua yang ada di kamar itu kelihatan begitu bagus. Belum pernah Mila memiliki barang bagus seperti itu. Tapi, kini setidaknya ia bisa merasakan memilikinya.

Dengan senyum yang lebar dan hati yang gembira ia menyusun pakaiannya di lemari. Lalu, ia mengganti pakaiannya untuk bersiap-siap bekerja.

Mila kembali berjalan ke ruang depan. Ia kembali menebarkan pandangannya. Ia agak bingung harus membersihkan rumah itu dari mana.

“Ah dari kamar kak Angga aja. Biasanyakan kamar laki-laki yang paling berantakan”, gumam Mila yang telah menentukan pilihannya.

Dengan girang, Mila membawa perlengkapan bersih-bersihnya menuju lantai dua. Tidak ada keseganan pada dirinya memasuki kamar pria itu. Karena, ia tahu jika semua orang telah pergi. Itu yang di beritahukan Reina padanya.

***

“Brengsek!”

Brak!

Angga membanting pintu mobilnya saat ia keluar dari mobil tersebut. Ucapannya begitu kasar tapi, ia hanya bicara seorang diri saja. Walau begitu matanya begitu sayu serta gerakannya selalu seperti ingin terjatuh. Ya, Angga sedang mabuk saat itu.

Angga mengalami hal yang menyakiti hatinya sampai ia tak kuasa menahan rasa amarah di hatinya yang lalu ia lampiaskan untuk meminum minuman keras.

Tidak ada yang mengetahui bahwa dirinya sedang mabuk-mabukan. Karena Angga bukanlah pria yang suka minum minuman keras.

Saat itu, waktu sudah menunjukkan pukul 4 pagi. Namun, saat di perjalanan pulang mobil yang di kendarai oleh Angga tiba-tiba mogok. Itu sebabnya ia semakin kesal dan menumpahkan amarahnya pada mobilnya.

Ia jalan kaki untuk sampai di rumahnya. Karena hanya tinggal 1 Km lagi menuju rumahnya. Dengan sempoyongan ia tetap berjalan dan hampir satu jam ia baru sampai di rumahnya.

Brak!!

Angga membanting pintu kamarnya.

Di samping itu, Reina yang mendengar suara bantingan pintu itu, langsung tahu jika itu perbuatan kakaknya.

“Kenapa sih harus banting-banting gitu? Arogan banget jadi orang. Gimana cewek mau nempel coba?”, gumam Reina yang sedikit benci dengan tingkah kakaknya.

Reina mengira jika Angga hendak pergi. Karena biasanya Angga memang suka pergi dari rumah pagi-pagi begini. Ia tidak tahu saja jika Angga baru saja pulang.

***

 

Angga mendengar suara pintu kamarnya terbuka. Ia lalu, tersadar masih terduduk di lantai kamar mandi. Kepalanya masih pusing dan pandangannya masih kabur. Matanya sembab sebab tengah menangis.

Dengan langkah gontai ia berjalan mendekati pintu kamar mandi itu. Perlahan ia membukanya dan ia pun terkejut melihat seseorang sedang berada di kamarnya.

Seorang wanita yang ia kenali. Angga tidak pernah menyangka jika wanita impiannya datang sendiri kepadanya. Angga begitu senang. Ia berjalan mendekati wanita itu dengan perlahan dan setelah dekat ia langsung memeluk tubuh wanita itu dari belakang.

Mila yang sedang asyik membersihkan kamar Angga sambil mendengarkan lagu melalui headset-nya sangat terkejut dengan perlakuan tersebut.

Saat Mila menoleh ke belakang, “Kak Angga? ”. Mila di kagetkan lagi dengan sosok pria yang di kenalnya itu. Mila tahu seperti apa Angga itu. Walaupun wajahnya tampan bak pangeran, tapi Angga adalah pria yang sangat cuek. Terutama pada teman-teman Reina.

“Aku seneng banget kamu datang ke sini”, ucap Angga masih memeluk Mila.

“Lepasin kak!”, bentak Mila sambil melepaskan tangan Angga dari pinggangnya.

“Please aku mohon jangan bicara kasar padaku. Kamu tau kan kalau aku sangat mencintaimu”, sambung Angga sambil memegang erat kedua pipi Mila.

Saat itu, wajah mereka begitu dekat. Mila dapat merasakan aroma kuat yang sangat tidak sedap. Mila memang belum pernah mencoba alkohol. Namun, Mila menebaknya jika Angga tengah mabuk karena meminum alkohol.

“Maaf kak, mungkin kakak salah orang! Aku.... hmm...”, ucapan Mila pun terpotong oleh sentuhan kenyal itu.

Mata Mila melotot karena tidak percaya apa yang sedang menimpanya sekarang. Sekuat tenaga Mila berusaha melepaskan tautan Angga terhadapnya. Kemudian, Angga pun melepasnya. Keduanya sama-sama terengah-engah untuk mendapatkan udara.

“Bagaimana? Kamu suka kan?”, tutur Angga tersenyum pada Mila.

Menurut Mila hal ini sudah kelewatan batas. Ia bisa saja berteriak namun, tidak dilakukannya. Mengingat ini adalah hari pertamanya bekerja. Dan pria di hadapannya juga adalah majikannya.

Untung kamu ganteng kak. Kalau nggak udah aku ludahi kamu! Batin Mila sangat kesal.

“Hentikan kak! Kakak sedang mabuk!”, ucap Mila lagi.

“Aku mabuk, ya gara-gara kamu sayang...”, jawab Angga dengan wajah melasnya sambil memegang kedua pipi Mila lagi.

Tentu saja, ucapan Angga itu sangat membuat Mila bingung. Entah siapa yang di maksud Angga. Sudah pasti bukan dirinya. Karena, dari lulus SMA baru ini Mila melihat Angga lagi. Jadi, tidak mungkin ucapan yang di utarakan Angga itu untuk dirinya.

***

Bab 2. Sebuah Kartu Nama

Dan..

Cup!

Mila merasakan sentuhan kenyal itu lagi saat dirinya tengah memikirkan ucapan Angga tadi. Ia begitu kaget dan segera ingin melepaskan dirinya. Namun, tenaga Angga terlalu kuat bagi Mila.

Mila terus terdorong ke belakang dan pada akhirnya dia pun terpojok ke sisi tempat tidur. Tubuhnya langsung jatuh ke atas ranjang tanpa bisa ia tahan. Angga bermain begitu liar. Sampai usaha Mila untuk melepaskan diri pun sia-sia.

Saat tautan itu terlepas Mila segera berteriak, “Lepaskan aku! Kau gila kak!”

Angga mencengkeram kedua tangan Mila sangat erat. Dengan sebuah senyuman Angga mengatakan, “Aku sangat cinta padamu. Aku ingin kamu menjadi milikku seutuhnya. Tolong jangan menolak ku lagi”. Kemudian, Angga pun membisikan di telinga Mila, “Kita akan segera menikah. Dengan ini kau adalah milikku. Selamanya akan menjadi milikku”.

Lalu sebuah sentuhan lembut di landaskan pada leher Mila. Dan terdengarlah suara indah yang keluar dari mulut Mila. Sudah habis kekuatan Mila untuk menghentikan Angga. Kini ia malah terbuai dengan bujuk rayu dan perlakuan Angga padanya. Tidak bisa di elakkan. Mendengar Angga akan menikahinya, pikirannya pun menjadi agak lega. Setidaknya jika hal di luar batas itu terjadi pada dirinya hari ini, Angga akan mempertanggungjawabkan perbuatannya.

Kini keduanya saling menikmati permainan itu. Sentuhan demi sentuhan begitu Mila nikmati. Tidak pernah ia merasakan hal seperti itu. Bahkan Angga adalah pria pertama yang menyentuhnya serta menyatakan cinta padanya.

Dan pada akhirnya, Angga membenamkan yang dia punya pada milik Mila. Mila ingin menjerit namun terhalang oleh pagutan di bibirnya. Rasa sakit yang di rasakannya pun ia lampiaskan dengan mencakar punggung Angga sekuat-kuatnya. Walau begitu Angga tidak marah, ia malah terlihat menikmatinya. Namun, di sudut mata Mila mengalir air mata. Antara kesakitan dan penyesalan.

Menit demi menit terlewati. Peluh demi peluh sudah berjatuhan. Menikmati sentuhan yang begitu mendalam. Kini keduanya sudah berada pada puncak tertinggi. Suara indah menggema di seluruh penjuru ruangan. Dan..... pada akhirnya, mereka bersama-sama melepaskan kenikmatan itu.

***

Sudah 5 jam mereka tidur pulas. Angga pun, mulai sadar dari tidurnya. Ia melihat samar-samar wanita yang ada di pelukannya. Perlahan ia menyentuh wajah wanita itu. Dan dengan sentuhan itu, membuat Mila ikut tersadar dan membuka matanya.

“Sya”, ucap lembut Angga sambil mengembangkan senyumannya.

Sya? Mila berpikir keras. Nama siapa yang disebut oleh Angga. Ia mengerutkan dahinya. Namun, ia tidak menanyakannya pada Angga.

Sambil mengusap-usap wajah Mila, Angga masih terngiang-ngiang dengan apa yang telah ia lakukan pada wanita itu. Ia sangat bahagia. Entah mengapa kejadian itu bisa terus di ingatnya padahal dirinya dalam keadaan mabuk. Mungkinkah karena Angga tidak ingin melupakan momen indah itu?

Namun, kini penglihatannya berangsur membaik. Dan Angga tampak terkejut dengan apa yang dilihatnya. Wanita yang ada di hadapannya bukanlah wanita yang dia cintai melainkan wanita yang sama sekali tidak ia kenali.

“Siapa kau!”, Bentak Angga sambil menolak tubuh Mila.

Angga terduduk dan langsung memakai celananya. Mila pun terdiam mendengar ucapan yang dilontarkan Angga. Ia masih dilanda oleh kebingungannya. Karena Angga terlihat berbeda sekali saat ini dengan yang tadi.

Tadi Angga mati-matian merayu dirinya hingga ia terbuai. Lalu, setelah berakhir dan mendapatkan apa yang di inginkannya, Angga malah membentak Mila dan tidak mengenalinya.

Angga memutar kembali memorinya pada saat di ranjang tadi dengan apa yang di lakukannya pada wanita itu. Ia begitu murka karena buka wanita pujaannya yang ia dapatkan malah wanita yang tidak tahu asalnya dari mana.

“Aaarrgghh!”, Angga berteriak sekuat-kuatnya sambil menyapu benda-benda yang ada di atas nakas dengan tangannya. Semua benda berjatuhan di lantai dan ada juga yang pecah hingga berkeping-keping.

Mila begitu terkejut dengan apa yang dilakukan  oleh Angga. Badannya bergetar penuh dengan ketakutan. Ia tidak menyangka jika Angga begitu menakutkan. Ia semakin tidak berani untuk membela dirinya.

Angga kembali melihat Mila. Hatinya penuh kebencian begitu melihat wajah Mila. Ia mendekati Mila lagi. Dan langsung memegangi kedua dia pipi Mila dengan sangat kuat. Matanya yang melotot dan memerah membuat Mila semakin ketakutan dan hampir menangis.

“Siapa yang mengizinkanmu masuk ke kamarku! Siapaaaa!”, bentak Angga dengan suara yang sangat kuat di depan wajah Mila.

Mila tidak bisa berkata-kata. Tubuhnya masih gemetaran sangking ketakutannya. Ia hanya bisa memejamkan matanya untuk meredam rasa takutnya.

“Aaarrgghh!” Teriak Angga sambil menghempaskan wajah Mila. “Kau pasti ingin menjebakku kan? Kau pasti wanita murahan yang menginginkan hartaku, iya kan? Kau sengaja memanfaatkan aku yang sedang mabuk!” Angga terus berkata kasar pada Mila. Menjatuhkan harga diri Mila, hingga mencaci makinya serendah-rendahnya.

Angga tak kuasa menahan amarahnya dan saat itu juga ia ingin memukul wajah Mila. Tapi, tangan terhenti di udara. Ia melihat mata Mila terpejam dan mengeluarkan air mata. Wajahnya tampak begitu pucat dan sangat ketakutan. Entah mengapa, Angga menghentikan aksinya. Ia membalikkan badannya.

“Cepat pakai bajumu dan keluar dari disini sebelum aku berubah pikiran!”, perintah Angga.

Mila membuka matanya perlahan lalu, menghapus air mata yang telah membasahi pipinya. Kemudian ia ambil pakaiannya dan langsung ia pakai. Hatinya begitu hancur. Rasanya ia ingin mati saja mengikuti kedua orang tuanya. Bukan hatinya saja yang hancur masa depannya juga sudah hancur, sehancur-hancurnya. Anggapan dinikahi oleh pria mapan malah kini hidupnya semakin tidak jelas. Mila berpikir tidak ingin berada di rumah itu lagi. Lebih baik ia pergi saja.

“Ini!”, ucap Angga sambil melemparkan sebuah kartu nama di atas tempat tidur dengan posisi masih membelakangi Mila. “Di situ ada nomorku. Kamu tinggal mengirim nomor rekeningmu dan tulis jumlah uang yang kau inginkan. Kamu tidak boleh membicarakan hal ini pada siapapun. Dan aku mau kau melupakan hal ini. Jangan meminta pertanggungjawaban dariku. Atau kau akan menyesalinya. Aku bisa melakukan apa saja untuk menghancurkanmu. Pergi dari sini sekarang juga!”

Mila mengambil kartu nama itu. Ia lihat sebentar lalu ia bawa pergi keluar dari kamar itu. Saat itu Angga sedikit lega, setidaknya wanita itu menuruti kemauannya tanpa ada perselisihan.

Mila berjalan tertatih-tatih menuju kamarnya. Air matanya terus mengalir. Begitu sakit hatinya dan ia sangat-sangat menyesali perbuatannya. Rasanya ia ingin berteriak tapi, masih ia tahan.

Baru saja ia merapikan pakaiannya di lemari barunya, kini ia harus mengemasnya kembali. Isak tangis menggema di ruangan tersebut sampai Mila selesai mengemas pakaiannya. Ia sudah bersiap untuk meninggalkan rumah itu. Ia kembali melihat kartu nama Angga. Kemudian, ia letakkan di atas kasur. Ia pun pergi dengan meninggalkan kartu nama tersebut.

***

 

 

 

 

Bab 3. Menodai Seorang Gadis

Reina baru saja kembali dari kantornya. Ia ingin sekali melihat pekerjaan Mila. Apakah sesuai dengan apa yang ia harapkan?

Tapi, Reina sangat terkejut dengan rumahnya yang masih kotor. Ia pun mencari Mila. Namun, Mila tidak di temukan di mana-mana. Bahkan Reina mencari ke kamarnya dan kamar itu kosong. Barang-barang Mila juga tidak ada di kamar tersebut.

Kemudian, mata Reina tertuju pada sebuah benda di atas kasur. Sebuah kartu nama. Reina mengambilnya dan tentu saja ia mengenali kartu nama itu. Ia jadi teringat jika kakaknya tidak datang ke kantor hari ini. Walaupun ia mendengar suara pintu terbuka tadi pagi, Reina tetap saja curiga pada kakaknya yang mungkin seharian berada di rumah. Ia begitu mengenal kakaknya.

Reina pun berlari menuju kamar Angga. “Kak! Buka pintunya!”, teriak Reina sambil menggedor-gedor pintu kamar Angga.

“Apaan sih! Berisik banget!”, ucap Angga kesal saat membuka pintu.

“Apa ini?”, tanya Reina kesal sambil menunjukkan benda persegi yang dari tadi ia pegang.

Angga mengambil kartu itu dan memperhatikannya, “Haaah.... Masa kamu nggak tau sih? Jelas-jelas tertulis nama kakak!

“Lalu kenapa kartu nama kakak ada di kamar Mila? Apa yang kakak lakukan padanya?”, ucap Reina tegas.

Angga berpikir keras dengan apa yang di tanyakan oleh Reina. “Mila siapa?” Angga sudah mulai khawatir.

“Pembantu baru kita sekaligus teman aku. Kakak seharian di rumahkan? Nggak mungkin kakak tidak bertemu dengannya!”

“Oh, jadi wanita itu pembantu baru. Kakak telah mengusirnya. Karena dia udah gak sopan!”, jawab Angga lantang.

“What? Emangnya apa yang dia lakukan?”

“Dia masuk ke kamar kakak tanpa seizin kakak. Ya sudah sepantasnya dong kakak usir dia”.

“Dengar ya kak, aku yang bilang pada Mila jika rumah ini kosong. Jadi, wajar jika Mila masuk tanpa permisi. Mana dia tau kalau kakak ada di kamar. Kakak bisa nggak sih kurangi dikit sikap arogan kakak. Apalagi sama perempuan. Seandainya aku digituin sama pria di luar sana gimana? Gimana kalau semua yang kakak lakukan itu nimpanya ke aku? Hah!”, Reina berusaha menjelaskan dan menyadarkan Angga.

“Udah nggak usah berlebihan. Itu nggak mungkin terjadi. Nggak ada yang bisa nyakiti kamu. Kakak punya banyak anak buah yang selalu bisa menjaga kamu”, ucap Angga santai.

Brak! Angga menutup pintu kamarnya. Reina masih merasa geram pada sikap Angga yang masih terlalu santai atas masalah ini.

Lalu, Reina teringat jika ia bisa melihat kondisi Mila pada CCTV yang tersebar di beberapa titik rumahnya. Ia kembali ke ruang depan untuk mengambil laptopnya yang ia letakkan sebelumnya di sofa.

Reina langsung menghidupkan laptopnya. Dan langsung melihat rekaman CCTV. Mulai dari saat dirinya meninggalkan Mila sendirian di rumah. Ia percepat sampai Mila terlihat lagi di ruang depan membawa peralatan bersih-bersihnya. Saat itu Mila terlihat sedang memandangi sekelilingnya dan berjalan menuju lantai dua.

Reina mengalihkan pandangannya ke rekaman yang ada di lantai dua. Terlihat Mila yang masuk ke kamar Angga. Namun, tidak ada CCTV di kamar Angga. Maka, Reina hanya bisa melihat berapa lama Mila berada di kamar Angga. Reina terus mempercepat video tersebut. Dahi Reina tampak berkerut. Ia tampak bingung karena Mila tidak kunjung keluar dari kamar Angga. Reina sudah mempercepatnya maju sampai 3 jam. Lalu, Reina mempercepatnya lagi. Dan saat 5 jam berlalu di video itu, barulah Mila keluar dari kamar Angga. Dan Mila tampak berantakan dan juga terlihat sedang menangis.

Reina terus memperhatikan Mila. Ia terlihat lagi di CCTV dapur dan terus masuk ke kamarnya. Reina kembali mempercepat video itu. Lalu, tampaklah Mila keluar dari kamarnya membawa barang-barangnya dan keluar dari rumah itu begitu saja.

“Apa yang sedang kamu lihat?”, ucap Angga saat menuruni anak tangga dan melihat Reina begitu fokus melihat laptopnya.

Reina menatap tajam ke arah Angga. Wajahnya begitu penuh amarah. Angga yang melihatnya seperti itu terhadap dirinya, menjadi bingung.

“Kenapa kamu melihat kakak seperti itu?”, tanya Angga lagi.

“Apa yang telah kakak lakukan pada Mila?!”

“Dia lagi? Kenapa kamu masih aja mikirin dia? Lebih baik lupakan dan cari pembantu baru”, sahut Angga enteng.

“Apa yang telah kakak lakukan pada Mila?!”, kali ini Reina benar-benar marah. Suaranya melengking hingga keluar rumah. “Aku lihat dari rekam CCTV selama 5 jam Mila berada di kamar kakak”.

Angga sangat tahu betul bagaimana adik perempuannya itu. Ia begitu pintar dan tebakannya selalu benar. Kali ini Angga benar-benar tidak bisa menghindar dari tuduhan Reina.

“Dia yang menggodaku duluan!”, jawab Angga berbohong.

“Bohong!”, teriak Reina. “Kak, aku tau Mila itu seperti apa. Nggak mungkin dia menggoda kakak. Lagian kapan kakak tergoda oleh wanita? Satu-satunya wanita yang membuat kakak tergoda cuma Tasya. Jadi, aku tidak percaya dengan tuduhan palsu itu!”, ucap Reina langsung mematahkan ucapan Angga.

Angga sudah tidak berkutik lagi. Tentu apa yang dikatakan Reina itu semuanya benar. Kemudian, Reina mengambil Hp-nya. Ia menghadapkan layar itu ke wajah Angga.

“Ini! Berita terhangat hari ini. Pewaris Graha Grup sedang mabuk-mabukan sampai pagi. Kakak lihat ini siapa?”, Reina meninggikan suaranya lagi. “Hanya karena Tasya akan menikah dengan pria lain, kakak sampai mabuk-mabukan begini?!”

“Jaga bicaramu Reina! Kamu nggak pantas membentakku!”, ucap Angga yang sudah kesal dengan sikap Reina yang lancang kepadanya.

“Kenapa? Aku bicara kayak gini supaya kakak sadar kalau kakak salah...”

Plak! Sebuah tamparan yang kuat mengenai wajah Reina.

“Angga!”, ucap Mama Siska dan Papa Roy saat masuk ke rumah dan melihat Angga tengah menampar adiknya.

“Sudah tidak waras kamu! Ngapain kamu menampar adikmu!”, tanya Papa Roy dengan penuh amarah.

Begitu melihat Mamanya pulang, Reina langsung memeluknya dan menangis terisak-isak. Tentu saja Mama Siska khawatir dan bertanya keadaan apa yang membuat mereka bertengkar seperti itu.

"Kak Angga Ma, hiks. Dia..hiks Dia telah menodai Mila, Ma", ucap Reina begitu sedih.

Mendengar ucapan Reina, kedua orang tuanya pun  sangat terkejut. Keduanya telah memasang wajah yang begitu murka pada Angga. Angga sudah tidak bisa berkutik lagi.

Plak! Dengan kuat Papa Roy menampar Angga. Bahkan sangking marahnya, Papa Roy sampai mencekik Angga.

"Anak kurang ajar! Beraninya kamu melakukan hal keji seperti itu! Sudah mencoreng nama baik keluarga dengan mabuk-mabukan. Dan sekarang kamu buat lagi kami malu dengan aksimu menodai seorang gadis! Brengsek!", cecar Papa Roy yang sudah tidak bisa membendung amarahnya lagi dan langsung meninju wajah Angga dengan sekuat-kuatnya.

***

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!