NovelToon NovelToon

Shadow Girl

Eps. 1 Operasi Penangkapan

Milan, Italy September 1970

Seorang agen polisi terlihat duduk termenung di ruangannya yang berukuran 2 x 2 meter. Ia menyaksikan tayangan para target kepolisian yang merupakan penjahat kelas kakap.

“klik.” pria itu mengambil remote yang ada di sampingnya dan menekan tombol "pause" yang membuat tayangannya berhenti.

“Thomas Alfarez kali ini giliran mu.” gumam pria itu menatap sosok Gembong ******* narkoba yang sudah 3 tahun lebih menjadi buronan para polisi dan selalu berhasil lepas dari kejaran para polisi.

“Kriek.” di tengah waktu pria tersebut masih menatap plakat-lekat target operasi berikutnya seseorang membuka pintu ruangannya.

“Inspectur Lucca apa anda memanggilku ?” ucap Aiptu Daniel menghadap pria yang merupakan atasannya di bidang letkrim.

“Ya Aiptu Daniel besok kita akan menangkap pria itu.” balasnya sambil menunjuk sebuah monitor di depannya.

“Siap inspektur.”

“Siapkan tim sekarang juga seperti biasanya. Besok pagi sekali kita akan bergerak.” inspektur Lucca menambahkan.

“Siap inspektur.” jawab Aiptu Daniel sembari memberi hormat sebelum meninggalkan ruangan.

Inspektur Lucca, pria itu kembali duduk dan melanjutkan melihat target operasi selanjutnya.

“kring.” suara dering telepon tiba-tiba mengganggu waktunya. “Keyla...” melirik nama yang muncul pada layar ponsel. “Kenapa dia meneleponku ?”

Inspektur Lucca pun sebelum mengenal dan menerima panggilan dari gadis tersebut.

“Lucca malam ini kalau ada waktu di rumah akan tidak ? Aku ingin mengajarkan untuk makan malam.” suara dalam sambungan telepon.

“Ohh...” inspektur Lucca menarik nafas mendengar ajakan dari gadis itu. “Keyla tidak hari ini. besok Aku ada tugas penting dan hari ini aku harus mempersiapkannya secara matang.” jawabnya singkat kemudian segera memutus sambungan telepon.

“Hey.... aku belum selesai bicara tapi kau sudah memutuskannya.” gadis itu mengumpat kesal mendengar bunyi telepon terputus. “Dasar pria dingin wanita mana yang akan tahan dengan mu, jika kau lebih mementingkan pekerjaan dan tak ada waktu untuk yang lain ?” umpatnya lagi lalu membanting ponselnya ke lantai.

“Wanita itu kenapa selalu menggangguku saja meski aku sudah menolaknya beberapa kali.” inspektur Lucca menatap layar ponselnya di meja dengan menggelengkan kepala.

Ia tak habis pikir kenapa wanita itu tak mengajak pria lain saja karena dirinya sangat sibuk sekali menangani kasusnya yang tak pernah ada habisnya minta ada waktu baginya untuk bersenang-senang dengan seorang gadis.

Pagi hari esoknya Inspektur Lucca berada di kantor polisi dan sedang apel pagi bersama tim bentukannya sebelum mulai bergerak melakukan penangkapan target operasinya.

“Baik, sekarang semuanya bersiap pada posisi masing-masing. Kita bubar sekarang.” ucap pria bermata coklat tanpa kumis meski usia nya sudah 27 tahun namun tetap membuatnya garang jika ditatap oleh para bawahannya yang berpangkat 3 sampai 5 klik di bawahnya.

“Siap, inspektur !”

Ketika itu juga tim bentukan instruktur segera bergerak menjalankan tugasnya menaiki satu mobil menuju ke kawasan sebuah hotel yang diduga merupakan tempat pertemuan Thomas Alfarez dengan customernya untuk bertransaksi narkoba.

“Oh, ada polisi kemari.” pekik seorang pegawai hotel terkejut saat kedatangan beberapa tim polisi tanpa pemberitahuan terlebih dahulu.

Seorang polisi segera menodongkan pistol ke kepala petugas resepsionis pria yang ada di sana. “Jangan bersuara atau kami akan menarik pelatuk nya.

Resepsionis tadi hanya mengangguk tanpa bersuara karena takut nyawanya akan melayang dengan cepat.

“Tunjukkan pada ku di mana ruangan Thomas Alfarez saat ini.” tambah pria berseragam itu membuat resepsionis gemetar ketakutan dan segera setelahnya mengecek semua informasi room di sana.

Masih tanpa bersuara petugas resepsionis tadi menunjukkan di kamar mana pria yang dicari oleh polisi tersebut.

“Hey kalian cepat ikuti aku ke room 403 sekarang.” ucap polisi tadi menarik pistolnya dari kepala petugas resepsionis kemudian menatap ke belakang pada rekan polisi lainnya.

Sepuluh orang termasuk polisi Tadi segera masuk ke hotel menuju ke room 403.

“Ssts.” seorang polisi memberikan kode diam pada salah satu pengunjung yang melewati mereka dan akan bertanya sehingga membuat pengunjung itu segera menyingkir dari sana karena tahu ada petugas polisi yang sedang menangkap seseorang.

Dengan cepat mereka semua mengepung ruangan 403 dari segala sisi dengan rapi tanpa bersuara.

Thomas sedang menyerahkan 20 kg narkoba jenis Sabu-Sabu pada customernya.

“Ouh...” pria itu jualan nafas setelah menerima kabar melalui pesan teks di ponselnya yang mengabarkan jika ada jumlah polisi yang mengepung room tempatnya berada saat ini melalui informan yang sudah ya tempatkan secara rahasia di sana untuk mengawalnya.

Namun Thomas tak kehabisan akal dan sudah mempersiapkan semuanya dengan matang. Pria itu kemudian kabur dari sana melalui bunker rahasia menuju ke pintu keluar hotel.

“brak.” salah satu petugas polisi yang ada di luar ruangan mendobrak room itu dan mendapati ruangan kosong.

“Sial dia berhasil kabur bersama customernya.” ucap seorang polisi yang kemudian segera menghubungi Inspektur Lucca, memberitahukan kondisi saat ini.

Inspektur luka datang dengan persiapan tentu saja ia tahu kemana targetnya akan kabur karena sudah memperkirakan sebelumnya dan selama ini perkiraannya tak pernah meleset.

“Aiptu Daniel segera kepung area pintu keluar hotel sekarang, target menuju perjalanan ke sana.” ucap pria itu kemudian segera mengambil posisi bersamaan dengan bawahannya yang sudah bergerak saat itu juga.

Bukan Inspektur Lucca namanya jika tak punya 1000 akal dan mudah dikelabui oleh targetnya.

Di tengah jalan menuju ke area pintu keluar hotel ia melihat sebuah mobil mewah mencurigakan.

“Itu pasti dia.” gumamnya langsung menembakkan laras panjang ke arah ban mobil yang membuat 4 ban kempes seketika dan mobil berhenti mendadak.

Inspektur Lucca datang ke sana seorang diri sementara timnya sudah berada di area pintu keluar hotel.

“Keluar kau sekarang atau aku akan menembak mu di tempat !” teriaknya sambil mengangkat senjata laras panjang ke arah pintu mobil.

“Sial !” Thomas Alfarez yang memang berada dalam mobil itu akhirnya keluar dari mobil.

“Cepat serahkan dirimu dan ikut aku.” Inspektur menggiring target dengan menodongkan pistol laras panjangnya.

Target menurut dan berjalan sesuai arahan dari inspektur sembari menoleh ke samping kiri mengirimkan kode sinyal pada para bodyguard-nya yang bersembunyi di sana.

“dor !” dari arah belakang sebuah peluru meluncur tepat mengenai punggung inspektur. Namun pria itu dengan instingnya yang tajam berhasil menghindari peluru tadi.

“dor.” Thomas Alfarez memanfaatkan celah yang ada dan segera mengeluarkan pistol dari sakunya yang selalu ia bawa kemana-mana dan langsung menembakkannya pada Inspektur Lucca yang dengan sikap masih bisa dihindari pria itu malahan menarik pelatuk nya dan berhasil menumbangkan targetnya.

“Selesai sudah.” Inspektur Lucca terbalik setelah melihat darah keluar dari mulut pria itu.

“dor.” rupanya target belumlah mati dan ia balik menarik pelatuknya mengarahkan pada Inspektur.

“Apa ?!” inspektur Lucca berbalik dan mendapati sebuah peluru cepat meluncur ke dahinya.

Ia pun memejamkan matanya karena tak bisa lagi menghindarinya. “Apakah aku akan berakhir di sini ?” pria yang terkenal sebagai penangkap penjahat kelas kakap itu hanya pasrah menerima nasibnya.

“whoosh.” tiba-tiba ada seorang gadis yang meluncur dengan cepat ke arahnya Entah dari mana kemudian mengambil peluru yang kurang 1 mm saja akan menembus kepalanya.

“clang.” terdengar suara seseorang menukang senjata. “dor.” wanita itu mengarahkan piston ke arah Thomas Alfarez yang membuatnya langsung mati di tempat.

“Tembak dia dengan peluru perak untuk melumpuhkannya.” gadis itu meniup pistol di tangannya kemudian segera pergi dari sana dan menghilang dengan cepat.

“Tunggu, nona !” Inspektur mencoba mengejar gadis yang menolongnya namun hanya ada kelopak mawar merah di jalan yang ia lalu. “Terimkasih.” ucapnya terlambat pada sosok gadis yang hanya ia lihat punggungnya saja dan berpakaian serba hitam tanpa melihat mukanya.

“Inspektur, anda tidak apa-apa ?” tim bentukannya segera menuju ke tempatnya berada setelah mendengar suara tembakan beruntun.

“Seperti yang kalian lihat.” Inspektur luka terlihat menarik nafas panjang sambil menyeka keringat dinginnya.

Eps. 2 Pengejaran

Empat tahun berlalu sejak kejadian itu Inspektur Lucca selalu terpikirkan pada sosok wanita yang selalu membayangi dirinya. Ia mencari sosok tersebut namun tak pernah menemukannya.

“Siapa dia sebenarnya ?” Inspektur Lucca sedang menjalankan tugas menangkap pelaku pembakar sebuah perusahaan garmen yang juga menjadi tersangka pemutilasi korban tewas dalam perusahaan tersebut. Ia melihat sesosok bayangan wanita yang melompat dari gedung saat dirinya tadi memasang police line.

“Inspektur anda sedang apa ?” seorang Aiptu menghampirinya. “Apa ada suatu petunjuk di bangunan tersebut ?” ikut menatap bangunan yang ditatap Inspektur Lucca.

“Ah tidak ada.” pria itu kemudian berbalik. “Hanya ingin melihat seseorang saja.” jawabnya tanpa menjelaskan detailnya dan tentu saja bawahannya tak berani menanyakan hal itu lebih lanjut.

“Kau sudah kumpulkan buktinya ?” Inspektur Lucca mengganti topik pembicaraan.

“Maaf, aku akan mengambil buktinya sekarang Inspektur.” Aiptu tadi malah ketakutan sendiri dan segera masuk ke garment yang saat ini sudah padam apinya untuk mengumpulkan bukti pelaku pembunuhnya.

“Aku yakin tadi itu sosok wanita yang menyelamatkan aku 4 tahun yang lalu.” Inspektur Lucca menarik nafas dengan kasar menatap lagi ke arah bangunan di mana sebelumnya ia melihat sosok bayangan wanita tadi yang bergerak dengan cepat kemudian terlalu dari sana dan bergabung dengan yang lainnya untuk mencari bukti pelaku pembunuhan.

Beberapa saat setelah Inspektur pergi dari sana sosok wanita yang ternyata bersembunyi di celah gedung menatap ke arah inspektur.

“Ku rasa kau tidak dalam bahaya kali ini.” wanita itu tersenyum tipis kemudian kembali naik ke atas gedung dan menghilang di sana tanpa meninggalkan jejak.

Beberapa hari berlalu setelah Inspektur selesai menangani kasus pembunuhan sekaligus kebakaran di sebuah perusahaan garmen dan kali ini ia kembali mendapatkan misi untuk menangkap tahanan residivis kelas A atau mana dengan tingkat level pertama yang sabar deh Lisa pasangan dua hari yang lalu.

“Aiptu Daniel bawakan aku data Anderson sekarang.” ucap Inspektur Lucca tak mau meninggal lagi pekerjaannya. Pria ini selalu mengerjakan tugasnya dengan cepat karena semakin lama ia menolong engkau akan semakin sulit untuk menangkap target operasinya.

“Baik, inspektur.”

Aiptu Daniel segera mencarikan data mengenai pasti di bis kelas A tersebut lalu kembali masuk ke ruangan dan menyerahkan data tersebut.

“Kita akan bergerak besok.” ucap Inspektur setelah membaca detail data target operasinya dengan cepat.

“Siap, Inspektur Lucca.” Aiptu Daniel kemudian segera memanggil semua timnya dan mengkoordinasikan perintah dari atasan mereka.

Pagi esoknya Inspektur Lucca bersama timnya menuju ke lokasi yang diduga sebagai tempat pelarian dan persembunyian, Anderson.

Mereka menyergap sebuah bar setelah salah satu timnya memberikan kabar jika target benar ada di sana.

“dor.”

Terjadi tembakan beruntun antara pihak kepolisian dengan Anderson beserta timnya. Beberapa peluru bersarang di kaki residivis itu dan beberapa peluru lainnya merasa cepat ke arah para polisi yang sedang bertugas.

Sebuah peluru mengarah ke inspektur Lucca, namun lagi-lagi pria itu seperti mempunyai 1000 nyawa.

“dash.” saat sebuah peluru akan bersarang di lengan Inspektur Lucca, sebuah bayangan dengan cepat menangkis peluru tersebut.

“Oh....” Inspektur Lucca berbalik dan melihat peluru itu sudah jatuh di dekat kakinya dan ia sempat melihat sosok bayangan yang bergerak dengan cepat tadi meski kembali kehilangan jejaknya.

“Inspektur Lucca, anda tak apa ?” seorang Aiptu membuyarkan lamunannya.

“Ya, cepat bawa Anderson.” perintah Inspektur pada bawahannya yang segera bergerak.

“Kelopak mawar merah...”Inspektur Lucca menemukan mawar merah berjalan melewatinya. “Ini pasti dia. Wanita itu.”

Pria itu melihat ke sekitar untuk mencari wanita tersebut namun kali ini ia juga belum beruntung.

Tiga hari berlalu kali ini inspektur Lucca berada dalam sebuah misi untuk menangkap seorang pembunuh berantai pada kasus pembunuhan keluarga White.

Ia bersama tim sedang mengejar pembunuh tersebut, sebut saja Dimitri. Pria badan tegap dengan tato memenuhi seluruh tubuhnya yang mempunyai link dengan sindikat lainnya.

“dor.” tim dari insperktur Lucca sedang baku hantam dengan sindikat yang membantu Dimitri sehingga mengharuskan seorang Inspektur Lucca Salvatore kembali bergerak sendiri menangkap target operasi kali.

“Berhenti kau !” perintah Inspektur sambil menembakkan beberapa peluru ke arah Dimitri yang saat ini berada di sebuah lorong tersembunyi dalam bar tersebut.

Dimitri terus berlari dan terlihat tenang saja karena ia memakai rompi anti peluru. Sesekali ia membalas tembakan Inspektur.

“Sial !!” inspektur Lucca kehilangan jejak di tengah jalan. Namun ia kehabisan akal dan dengan mudah bisa mengetahui di mana pria itu bersembunyi yang ia lihat dari jejak keringat di lantai. “Keluar kau !”

Inspektur Lucca masuk ke sebuah ruangan kosong tersembunyi sambil mengokang senapan laras panjangnya, AK-517.

“Aku tak boleh tertangkap di sini.” batin Dimitri yang bersembunyi di balik lemari besi dalam ruangan itu.

“Disana dia rupanya.” Inspektur Lucca menembakkan pistolnya ke lemari besi.

Dalam keadaan terdesak Dimitri pun terpaksa mengeluarkan alat lainnya karena pelurunya sudah habis terpakai.

“sshs...” pria itu kemudian mengeluarkan detonator yang ia bawa dan melemparnya ke arah inspektur.

“Sialan aku tak bisa melihat dengan asap setebal ini.” batinnya sambil batuk setengah menghirup asap di sana.

Belum hilang asap tersebut dari sana Dimitri kembali melemparkan dinamit yang akan menghancurkan tempat itu, sambil menyelinap keluar.

“zap.” tepat di saat dinamit itu akan mendarat ke lantai sesosok bayangan masuk ke ruangan tersebut dan mengambil dinamit itu lalu melemparkannya pada Dimitri di ujung pintu yang seketika meledak, bertumbuh pria itu hancur berantakan.

“haah....” Inspektur Lucca menarik nafas panjang karena lagi-lagi dirinya selamat, tepatnya diselamatkan oleh sosok wanita yang ada di hadapannya.

Ya, dalam kepulan asap yang sudah semakin menipis ia bisa melihat dengan jelas sosok wanita itu. Wanita yang selama ini dicarinya dan juga wanita yang selalu menyelamatkannya berulang kali.

“Terimakasih, nona.” ucapnya pada sosok wanita berbaju serba hitam yang terlihat misterius, bermata hitam pekat dengan paras cantik yang menambah kemisteriusannya.

“Dia melihat ku. Aku harus segera pergi dari sini.” tanpa ekspresi maupun tanpa kata wanita itu segera pergi dari sana.

“Tidak ! Nona jangan pergi !” panggil Inspektur mengejar wanita tadi. “Setidaknya biarkan aku berterima kasih padamu. Atau setidaknya aku mengetahui namamu.”

Ia terus berlari mengejar wanita yang bergerak dengan cepat di depannya namun sudah hilang dari pandangannya dalam hitungan detik.

“Cepat sekali dia.” Inspektur Lucca berhenti di ujung lorong dan tak ada jalan keluar lagi di sana. “Kemana dia pergi ?”

Lagi-lagi ia kehilangan jejak dan gagal mengejar wanita tersebut. “Apakah setelah 4 tahun lamanya aku masih akan terus seperti ini mengejar mu ?”

Inspektur Lucca mengatur nafasnya sambil memutar otak mencari solusi untuk masalahnya sendiri agar ia bisa tidur dengan tenang tidak terpikirkan pada sosok wanita tadi.

Eps. 3 Menangkap Target

Inspektur Lucca kembali berjalan dengan penuh keyakinan kali ini bisa menemukan sosok wanita yang selalu menghantui tidurnya di setiap malamnya.

Tanpa ia ketahui dari arah belakang ada seorang anggota sindikat yang yang datang setelah melihat sinyal SOS yang dikirim oleh Dimitri padanya.

“Oh aku terlambat datang rupanya.” pria bertato ular di lehernya menutup mata Dimitri yang masih terbuka saat menemukannya di tengah jalan. “Aku harus bisa mengalahkan Inspektur sialan itu kali ini.” ia kembali berjalan untuk membalaskan dendam para temannya yang juga mati di tangan Inspektur.

“dash !” sebuah pistol peredam suara meluncur dengan cepat dari arah belakang Inspektur Lucca dari tangan pria bertato tadi.

Meski tanpa suara wanita yang sebenarnya masih ada di sana mendengar dengan jelas sebuah peluru meluncur ke arah inspektur Lucca yang memaksanya mau tak mau harus kembali.

“Nona.” panggil Inspektur Lucca saat melihat wanita itu masuk dari sebuah lubang di balik plat besi yang ada di lorong berada di belakangnya. “clang !” sebuah peluru berhasil di tangkis oleh wanita tadi.

Namun tiga peluru lainnya meluncur setelahnya.

“Jadi dia kembali untuk menyelamatkan aku ?” Inspektur Lucca baru mengetahui ada seseorang yang menyerangnya kembali.

“dor.” Inspektur Lucca segera menembakkan senapan laras panjangnya yang senantiasa menemaninya kemanapun dia pergi ke arah pria tadi yang langsung menembus ke bagian vital di jantung yang membuat pria tadi ambruk seketika.

“dash.” wanita tadi kembali menghalau dua peluru yang belum berhasil ditahan oleh Inspektur Lucca dengan sebuah kekuatan yang tak diketahui.

Setelah melihat korban yang tumbang wanita tadi segera bergerak cepat untuk menghindari inspektur Lucca.

“Nona, tunggu !” refleks Inspektur segera ikut berlari sekuat yang ia bisa untuk mengejar wanita tadi. “Mungkin ini bukan suatu kebetulan aku bertemu dengannya dua kali hari ini dan itu pasti sebagai tanda jika aku bisa menangkapnya kali ini.”

Tanpa wanita tadi pun tahu jika Inspektur mengejarnya meskipun jarak mereka sudah 10 meter.

“haah...” saat berlari kencang sampai beberapa menit di ujung nafasnya pria itu pun berhenti untuk mengatur ritme nafasnya. “Jika aku berhenti sekarang maka aku akan kehilangan dia selamanya.”

Inspektur Lucca hanya memenuhi rongga dadanya dengan sedikit oksigen dan kembali berlari secepat yang dia bisa untuk mengejar wanita tadi. Sungguh ia tak ingin kehilangan kesempatan kali ini untuk kesekian kalinya. Karena ia tak bisa memastikan kapan bisa bertemu dengan wanita tadi.

“Bagaimana ini...” Inspektur Lucca terus berlari meskipun merasa nafasnya mulai tersengal. “Jika terus seperti ini maka sudah pasti aku tak akan bisa mengejarnya.”

Hingga beberapa detik setelahnya saat ia sudah kehabisan nafas dan tak bisa berlari lagi maka ia pun berhenti.

“klak.” karena putus asa sekali pria itu menarik kokang senjatanya dan mengalahkannya ke kepalanya sendiri. “Nona Jika kau tak mau berhenti maka aku akan menembak diriku sendiri dengan pistol ini.” gertaknya setelah terlintas sebuah ide begitu saja dalam pikirannya.

Entah kenapa wanita tadi tiba-tiba berhenti dan berbalik menatap Inspektur Lucca dengan mimik sedikit gelisah.

“Tidak... !” teriaknya sambil berlari dengan cepat kembali untuk menghampiri Inspektur Lucca. “Jangan tembak dirimu sendiri.”

Inspektur tersenyum dalam hati karena gertakannya ternyata mempan juga pada sosok wanita itu.

Namun bukannya menyingkirkan laras panjang dari kepalanya namun pria itu malah terlihat menekan kokam tanpa rasa takut. Dan semua itu memang sengaja ia lakukan untuk memancing emosi sosok wanita tadi.

“Dia keras kepala sekali.” sosok wanita misterius tadi semakin bergerak lebih cepat dengan kecepatan seperti angin yang dalam hitungan detik saja sudah berada di depan Inspektur Lucca.

“phak !” wanita tadi segera menampik senapan panjang Lucas dan membuatnya terlempar ke lantai dengan keras sebelum peluru itu meluncur keluar dari senapan dan menembus kepala Inspektur.

“Kena kau.” tentu saja itu hanya ucapan dalam hati Inspektur yang segera meraih wanita tadi. “Harum ini....”

Ya, Inspektur berhasil memegang rambut hitam panjang wanita tadi dan tak sengaja menciumnya. “Aroma misik ini...aku seperti pernah menciumnya dan tak asing bagiku. Tapi di mana ?”

Saat pria itu memejamkan matanya berusaha mengingat di mana dia pernah mencium aroma parfum tersebut, sosok wanita tadi menarik rambutnya dan berbalik menatapnya.

“Kau...” baru pertama kali ini pria itu melihat dengan jelas sosok wanita yang berulang kali telah menyelamatkan dirinya, dari dekat.

“Apa dia ingat sesuatu ?” wanita tadi entah kenapa tak beranjak pergi dan menunggu ucapan selanjutnya yang diucapkan oleh Inspektur Lucca.

“Aku baru pertama kali ini berjumpa dengan mu.” ucapnya meskipun sebenarnya ia merasakan sesuatu yang aneh dan merasa familiar saja dengan paras cantik wanita itu tapi entah ia juga tak bisa mendefinisikan hal itu ataupun mengingatnya.

Wanita tadi mengerutkan keningnya kemudian berbalik dan akan meninggalkan Inspektur Lucca.

“Tidak.” ia menarik tangan gadis itu yang terasa sangat dingin, mungkin seperti es untuk menahannya. “Maksud ku terima kasih.” sambungnya setelah beberapa tahun dan baru pertama kali ini bisa mengucapkan kalimat tersebut dengan jelas dan langsung ke sasarannya.

Inspektur Lucca merasa aneh saja kenapa sosok wanita itu bukan hanya bertubuh dingin namun sikapnya juga sangat dingin. Sampai detik ini ia belum mendengar wanita itu membalas ucapannya. “Apa aku harus mengancamnya lagi baru dia akan bicara ?”

“Nona tolong ikutlah aku sebentar. Kali ini jangan menolakku. Aku hanya ingin mengajak mu menikmati secangkir minuman hangat untuk dirimu yang kedinginan.” pria itu bermaksud mengancam namun ia tak punya bahan yang bisa dijadikan sebagai ancaman.

Tatapan wanita tadi sangat tajam bahkan ia pun melirik ke satu sisi dengan cepat tanpa sepengetahuan Inspektur Lucca.

“Datang lagi seekor serangga disana.” ia melihat sesosok pria yang menetapnya sambil tersenyum menyeringai dan is juga dengan tatapan memangsa pada Inspektur Lucca yang seolah ingin memangsa pria itu.

“Pergi.” ucap wanita tadi sambil menarik bahu Inspektur Lucca. Tak hanya itu saja wanita tadi malah menyeret pria itu untuk berlari mengikutinya tanpa alasan yang jelas yang membuat Inspektur Lucca semakin bingung dibuatnya.

“What's ?” Sungguh pria itu tak bisa menebak dan membaca pikiran wanita tadi yang berubah drastis dalam waktu hitungan detik saja.

“Tunjukkan jalannya pada ku.” ucap wanita tadi tidak mengetahui jalan dan memperselakan Inspektur memimpin jalan.

Tanpa sepengetahuan Inspektur Lucca, wanita tadi melemparkan belati kecil ke belakang ke arah seorang pria yang masih mengikuti mereka sebagai peringatan sekaligus serangan karena beberapa detik setelahnya Belati tadi menyetrum pria misterius yang akan mengejar mereka. Entah siapa sebenarnya yang dikejar oleh pria misterius itu, wanita tadi ataukah Inspektur Lucca.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!