NovelToon NovelToon

Adipati Negeri Vs Sekar Kedaton 2

1. Perjodohan keluarga.

"Kamu siapa?" Tanya Iyang saat bertemu dengan pria yang terlihat arogan di hadapannya.

"Kamu yang siapa? Pecicilan..!!"

"Ndoro ayu..!! Aku ndoro Ayu Tanjung Karang." Jawab Iyang.

"Oohh ini yang namanya Gusti Ayu Tanjung Karang?? Yang katanya cantik itu???" Kata Bang Wilang.

"Baru tau ya??"

"Iya, ternyata yo blas nggak ayu. Pesek, pendek, tengil, lancang. Duuh.. duuuhh.. nyepeti mripat..!!" Ledek Bang Wilang.

"Apaaaa??? Kamu putra Patih darimana?? Beraninya kamu menghina putri. Tunduuk..!!!!!" Pekik Iyang.

"Nggak ada sejarahnya laki-laki tunduk sama perempuan. Kamu yang harus sungkem di kaki saya..!!" Ucap Bang Wilang.

:

"Sultaaann..!! Nyuwun pangapunten ( Mohon maaf)..!!"

Suara si mbok membuat Ayah Risang dan Bunda Ratih menoleh saat ada pertemuan di pendopo kesultanan.

"Ada apa mbok? Acara belum selesai..!!" Sultan Praja menegur si mbok karena sungkan dengan tamunya.

"Ndoro ayu......"

"Kenapa ndoro ayu???" Sultan Praja sampai panik melihat si mbok datang tergopoh-gopoh.

"Ribut dengan Den Mas..!!"

"Lhoo.. piye to..!!" Ayah Risang langsung berdiri menghampiri putranya.

~

"Wilang.. apa-apaan kamu??? Buat ribut di acara seperti ini..!!!!!" Wajah Ayah Risang sudah malu bukan main.

"Bukaan Paa.. dengar dulu..!!"

"Kamu juga kenapa bikin malu???? Kangmas Wilang ini calon suamimu." Kata Sultan Praja.

"Iyang nggak mau nikah sama Mas Wilang." Tolak Iyang.

"Memangnya saya mau?? Nggak usah ke ge'er an."

"Wilaaaaang..!!!!!!" Ayah Risang sampai harus berteriak agar putranya itu tidak terus bicara.

"Atas nama putri saya Hening Tanjung Karang.. saya mohon maaf Kangmas." Kata Sultan Praja.

"Nyuwun pangapunten Mbakyu.." Permaisuri sampai harus salam sembah karena ulah sang putri.

"Nggak apa-apa Kangmas, Mbakyu.. Memang putraku ini juga wataknya sekeras batu" Kata Ayah Risang.

"Saya suka dengan Wilang. Laki-laki bermental tangguh." Kata Sultan Praja mengingat masa lalunya. "Kamu berdinas dimana le?" Sultan Praja menyentuh pundak Bang Wilang.

"Saat ini di pengawalan Panglima, tapi bulan depan pindah satuan tugas Di kompi BS T anak cabang Batalyon XXY wilayah Utara." Jawab Bang Wilang.

"Ooohh.. kamu mengawal Rebe? Panglima Naru?"

"Injih Kanjeng Sultan." Sesopan mungkin Bang Wilang menjawab pertanyaan Kanjeng Sultan Praja.

"Beliau adalah sahabat saya, tegas dan berwibawa seperti ayahmu." Senyum Sultan Praja menunjukan kebahagiaan tersendiri terhadap dunia militer. "Abangnya Iyang khan juga seorang tentara Lang. Masa kamu nggak kenal?" Tanya Ayah Risang.

"Nuwun Sewu Kanjeng. Siapa nama Abangnya Dinda Iyang?"

"Si Guntoro." jawab Kanjeng Sultan Praja.

Bang Wilang mengangguk paham.

"Adik saya juga seangkatan dengan saya dan Guntoro." kata Bang Wilang mengurai senyumnya.

"Siapa?"

"Lettu Larung."

"Tapi Abangku ganteng. Nggak sepertimu..!!" Sambar Iyang.

"Iyaaang, nggak sopan nak..!!" Gusti permaisuri sampai menegur putri kecilnya.

"Hahahaha.. aku suka sekali dengan putri anda Kangmas Sultan..!!" Ayah Risang tersenyum bahagia. "Putriku juga seumur dirimu. Sini..!! saya ini nanti juga jadi ayahmu dan ini bundamu..!!"

Disana kanjeng sultan sempat melihat Bang Wilang tersenyum kemudian segera kembali pada mode cool dan kaku khas kebanyakan seorang abdi negara.

...

"Romo.. benar ya si Wilang itu tentara????"

"Iyang.. yang sopan kamu kalau menyapa yang lebih tua..!!" Nada suara Kanjeng Sultan Praja menjadi lebih tinggi.

"Iyaaa.. maksudnya Kangmas Wilang."

"Bunda nggak mau kamu berhubungan lagi sama pria itu ndhuk. Putuskan..!!"

"Sama yang mana lagi??????" Tanya Kanjeng Sultan begitu terkejut.

"Sama abdi dalem kita Romo." Jawab Bunda.

"Mulai sekarang fokus sama calon suamimu dan jangan ada lagi Romo dengar nama laki-laki lain di hidupmu..!!!" Bentak Kanjeng Sultan.

"Romooo.. jangan marah lagi. Ingat kesehatan Romoo..!!" Bunda sampai harus memeluk Romo agar suaminya itu tenang.

"Sebenarnya Romo juga ingin kamu menikah dengan pria pilihanmu ndhuk, tapi kita ini berbeda. Percayalah, seorang ayah tidak akan menjerumuskan putrinya sendiri."

"Baiklah Romo. Iyang mau menerima Mas Wilang." Jawab Iyang.

"Alhamdulillah..!!" Barulah saat itu Kanjeng Romo bernafas lega.

...

Bang Wilang merokok dan membuangnya ke segala arah.

"Den Mas mau si mbok bawakan camilan?" Sapa si mbok melihat anak asuhnya sudah dewasa dan akan melangsungkan pernikahan.

"Nggak usah mbok. Saya masih kenyang banyak makan. Tolong bawakan saya kopi saja mbok, yang pahit..!!" Pinta Bang Wilang.

"Waaahh.. sekarang Den Mas juga jago ngopi to. Merokok saja sudah seperti asapnya kereta api. Ngebul terus."

"Lho iya donk mbok, tombo stress..!!" Jawab Bang Wilang.

"Den Mas stress apa? Mau cerita sama si mbok?"

"Pusing saja saya mbok, kenapa harus menikahi bocah tengil belasan tahun. Saya takut Iyang tidak bisa mengimbangi kesibukan saya. Iyang tidak tau dunia yang saya jalani, bagaimana kalau dia kaget dan minta pulang. Saya mau tugas di luar pulau mbok." Kata Bang Wilang.

"Laki-laki yang baik tentu tau caranya mengendalikan wanitanya apalagi gadis kecil lugu seperti ndoro ayu Iyang."

Bang Wilang pun tersenyum menunduk. "Iya mbok, lugu sekali."

.

.

.

.

2. Mempercepat segalanya.

"Alhamdulillah kalau kamu mau segera melamarnya. Untuk apa pacaran nggak jelas." Kata Ayah Risang.

"Untung saja aku bukan anak pertama, jadi nggak di minta kawin deh." Ledek Bang Larung.

"Abang benar mau nikah yah?" Tanya Nawang lumayan terkejut mendengar Abangnya pulang tapi hanya untuk menikah.

"Aaahh.. anak kecil tau apa. Masuk sana,. Jangan ikut campur..!!" Perintah Bang Wilang.

"Iiihh.. Abang kok gitu sih?" Protes Nawang.

"Hmm.. aku cuti hanya sebentar Yah, bisa nggak sih kalau cara lamaran ini sekalian langsung menikah saja?" Tanya Bang Wilang.

"Bisa saja, tapi semua nggak semudah membalikkan telapak tanganmu. Kita ini harus menghitung dulu hari baiknya." Jawab Ayah Risang.

"Ayah tanya lah, aku ikut saja..!!"

~

"Setelah di hitung, hari baiknya besok untuk lamaran dan hari baik untuk menikah adalah lusa."

"Cepat sekali Yah.. aku belum persiapan." Kata Bang Wilang.

"Ya sudah cicil mulai hari ini, nanti Bunda di bantu si mbok juga."

...

Bang Wilang menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Aku mau cari apa nih? Biasanya lamaran itu bawa cincin aja khan ya? Aahh lebih baik aku tanya saja sama yang mau repot..!!" Ia pun menekan nomer ponsel 'kutil kucing' di layar ponselnya.

"Apaaa???" Jawab di seberang sana saat panggilan telepon Bang Wilang sudah tersambung sempurna.

"Heeehh.. bilang salam ke', nggak sopan ya jadi perempuan." Tegur Bang Wilang.

"Salaaaamm..!!! mau apa? Cepat bicara.. orang penting nggak punya banyak waktu." Jawab Iyang.

"Penting sekali buat di buang. Heehh.. besok saya mau lamar kamu. Kamu mau saya belikan apa?" Tanya Bang Wilang.

"Apa saja yang penting bukan wajahmu yang datang melamar."

"Eeetttddaaaahh.. sayangnya cuma saya yang mau sama gidal gigi macam kamu..!!" Bang Wilang tak kalah kesal menanggapi keributan ini.

"Bodo amat, sudah dulu ya. Byeee..!!"

"Heeeehh kutu beras, saya belum selesai bicara..!!" Teriak Bang Wilang.

Tiba-tiba ada panggilan teleponnya mati dan beralih pada panggilan video call dari Iyang.

"Kenapa nih?? Kangen??" Gumamnya kemudian mengangkat panggilan telepon dari Iyang. "Apaa????"

"Dasar manusia kepo, iyang lagi 'bi e bi' nih. Mau ngintip?????" Kata Iyang.

"Bajinduuull..!!!!! Kalau kamu lagi ritual pelemasan otot perut kenapa harus video call?? Suwek nih bocah..!!" Gerutu Bang Wilang dengan jengkelnya kemudian dengan cepat mematikan sambungan telepon.

"Ayune Ya Allah.. eehh.. Astagfirullah.." Bang Wilang mengusap wajahnya dengan kasar.

Tak lama ada pesan singkat masuk di ponsel Bang Wilang.

'Seluruh perlengkapan wanita mulai dari ujung rambut hingga ujung kaki, alat mandi, make up, pakaian tidur, semua yang dirimu tau tentang perempuan.'

"Dirimu????? Beraninya dia bilang begitu sama calon suaminya, sampai nanti aku sudah menikahimu.. kubanting kamu di tempat tidur tanpa ampun..!!" Lagi-lagi Bang Wilang menggerutu kesal. "Ya Tuhan.. aku jadi kepikiran pakaian wanita.

Mata Bang Wilang pun akhirnya menatap ke satu toko pakaian.

"Ukuran badannya apa Pak?" Tanya pelayan toko tersebut.

"Hmm.. apa ya, badannya tuh ramping tapi dadanya lumayan besar, pinggangnya ramping tapi pinggulnya padat." Jawab Bang Wilang memberi kisi-kisi bentuk tubuh calon istrinya.

"Kalau begitu ukuran M saja Pak yang aman."

"Ya sudah saya ambil ukuran M. Lalu.. saya mau ambil baju tidur..!!"

"Baby doll atau Lin***ie pak?" Tanya pelayan toko itu lagi.

"Lin***ie saja. Segala tipe dan berbagai macam warna..!!" Pinta Bang Wilang.

"Baik Pak..!!"

***

Bang Wilang meletakan seluruh barang yang baru di belinya hingga memenuhi ruang tamu rumah Ayah Risang.

"Astagfirullah.. mikir apa kamu, kenapa banyak sekali bagian 'ini'????" Tegur Ayah Wilang.

"Aku menyesuaikan permintaan Iyang Yah." Bang Wilang menunjukan pesan singkat dari Iyang.

Ayah Risang pun membacanya. "Kutil kucing?" Kamu memberinya nama kutil kucing?? Ngawur kamu Lang. Gadis cantik begitu kamu beri nama kutil kucing." Protes Ayah Risang.

"Leee.. namai calon istri tuh yang cantik..!! Jangan begitu..!!" Mama pun menyentuh barang yang di beli putranya. Senyumnya pun mengembang lalu menoleh menatap Ayah Risang. "Ayah rindu Mbak Yesha?"

Ayah Risang pun memeluk sang istri. "Lebih rindu sama kamu. Kenapa tanya begitu?"

"Duuuhh yah, masuklah ke kamar dan selesaikan dengan kepala dingin..!!" Kata Bang Wilang yang paham keadaan orang tuanya.

"Ada apa sih ribut begini?" Bang Larung mengucek matanya melihat Ayah dan bundanya saling memeluk. "Iihh.. Ayah jangan buat adik lagi. Punya Nawang saja rasanya aku mau gila."

"Maaf ya, Abang-abang dan Mbak Nawang.. kalian harus kembali berbagi kasih." Jawab Ayah kemudian mengangkat Bunda Ratih masuk ke dalam kamar.

Bang Wilang dan Bang Larung ternganga dalam posisinya sedangkan Nawang masih mendengkur tidur dalam dekapan Bang Larung.

***

Kanjeng Sultan Praja begitu bahagia dan tidak menyangka bahwa ucapan Ayah Risang adalah benar adanya jika pagi ini beliau akan mengantarkan sang putra untuk melamar putrinya.

Sesuai permintaan Bang Wilang yang akan segera berangkat bertugas maka pernikahan akan terjadi esok hari.

"Kenapa terburu-buru, kalau akad nikah di laksanakan besok maka acara yang seharusnya di laksanakan secara khidmat harus di pangkas untuk mempersingkat waktu." Tanya Kanjeng Sultan.

"Nuwun Sewu Kangmas, berhubung Wilang harus segera berangkat bertugas maka kami selaku pihak laki-laki meminta sah nya dulu agar tidak terjadi hal yang tidak di inginkan. Pengajuan nikah lumayan lama dan memakan waktu. Jadi jika sudah ada ikatan mau tinggal satu atap pun tidak akan jadi omongan orang." Jawab Ayah Risang membujuk Kanjeng Sultan.

Kanjeng Sultan sejenak berpikir. Hatinya belum ikhlas jika putrinya menikah tanpa prosesi.

"Insya Allah nanti di acara tujuh bulanan kehamilan Iyang, saya akan menggantinya dengan prosesi yang lengkap." Imbuh Bang Wilang sampai Bang Larung harus menyenggol kaki Abangnya.

"Nikahnya saja belum Bang.. kenapa sudah mikir acara tujuh bulanan??" Bisik Bang Larung.

.

.

.

.

3. Keputusan.

"Baiklaah.. aku mengerti dan aku tidak sekolot itu. Besok pagi akad nikah di laksanakan. " Kata Sultan Praja.

"Matur sembah nuwun Kanjeng Sultan."

-_-_-_-

"Dinda Tanjung Karang, Kangmas sowan mriki kanthi niyat ingkang sae. Menapa Dinda kersa mbebaturi Kangmas urip kaya swarga?" ( Dinda Tanjung Karang, Kangmas datang kesini dengan niat baik. Apa Dinda bersedia menemani hidup Kangmas sehidup sesurga? )

Kanjeng Romo melirik putrinya yang sepertinya mempunyai niat untuk membangkang.

"Kangmas Riung Saprang Pawilangan.. Dinda mau menerima pinangan Kangmas." Jawab Iyang.

"Alhamdulillah..!!"

:

"Iisshh sok ganteng banget sih." Bola mata Iyang berputar malas melihat Bang Wilang yang masih stay cool menyantap hidangan yang ada di pendopo.

"Apa kau ini cantik? Mau wajahmu kau dandani bagai kue mochi sekalipun saya tidak tertarik, kalau tidak karena Bunda yang ingin saya menikah, mana mau saya menikah sama kamu." Kata Bang Wilang.

"Tinggal batalkan saja apa susahnya."

"Enak saja main batal, saya jauh datang kesini bukan untuk jadi anak yang pembangkang menolak permintaan orang tua." Jawab Bang Wilang.

"Ya sudah terserah, pokoknya setelah menikah jangan pernah minta anak."

"Apa katamu?? Saya mengucap akad nikah itu taruhannya nyawa lalu sekarang kamu mau bilang 'jangan pernah minta anak', kamu gila. Anak kita minimal tiga..!!!!!" Ucap tegas Bang Wilang.

"Nggak. Pokoknya nggak mau.. nggak mau.. nggak mauuuu..!!!!" Pekik Iyang.

Bang Wilang semakin menyeringai nakal. "Hhkk.. hhhkkk.. Kangmaaaass.. Dinda ngidam" ucap Bang Wilang bernada manja menggoda Iyang.

"Iiihh.. apa sih Mas. Jijik banget..!!!!!"

"Hahahahaha..." Tawa Bang Wilang pun terdengar sampai di dalam ruangan.

"Ternyata putra putri kita akur sekali ya." Kata Kanjeng Sultan Praja.

"Injih Kangmas."

"Ribut apa Yah? Itu si nona muda nggak mau punya anak dari Bang Wilang padahal Bang Wilang pengen tiga anak." Sambar Bang Larung menghentikan ucap kedua tetua.

"Opooo??? Nggak mau anak???" Kanjeng Sultan Praja menjadi gusar mendengarnya. "Mbok.. tolong siapkan kupu tarung untuk ndoro ayu sama macan rembang untuk Raden mas..!!" Perintah Kanjeng Sultan Praja.

"Injih Kanjeng."

"Kangmas, apa tidak berlebihan? Ku jamin putraku sanggup. Lain kali saja. Kujamin ndoro ayu saja yang ada di sampingnya sudah cukup membuat perkakasnya kebakaran." Bujuk ayah Risang.

"Nuwun Sewu Kanjeng Sultan, kalau boleh macan rembang nya buat saya saja..!!" Pinta Bang Larung.

Ayah Risang secepatnya menepak belakang kepala putra keduanya. "Buat apa bujangan minum macan rembang?? Mau tawuran sama siapa kamu???"

"Otewe aquarium kembang joyo Yah." Jawab Bang Larung sengaja menggoda sang Ayah.

"Matamuu.. Cepat cari jodoh. Awas kamu ya..!!" Terlihat ancaman Ayah Risang tidak main-main.

Bunda Ratih sedikit terhuyung, beliau sampai bersandar di bahu Ayah Risang.

"Kenapa Bun? Masih pusing ya?" Tanya Ayah Risang.

"Yah, bunda benar-benar hamil." Bisik Bunda Ratih.

"Astagfirullah.. Lailaha Illallah.. kok bisa Bun????" Ayah Risang balik berbisik.

"Anak-anak jangan sampai tau yah. Maluu..!!"

"Iyaa.. iyaaa.. Masa mau balapan sama cucu??" Gumam Ayah Risang.

"Ada apa Dimas?" Tanya Kanjeng Sultan Praja penasaran karena kedua calon besannya berkasak kusuk.

"Nggak apa-apa Kangmas. Dinda Ratih sedang tidak enak badan sejak semalam. Mungkin stress karena masalah pernikahan Wilang dan Iyang." Ayah Risang masih memberi alasan yang masuk akal.

"Saya paham Dimas, setelah ini segera istirahat saja. Nanti malam kami hanya akan mengadakan do'a sederhana bersama warga dan para abdi dalem kemudian besok sore lanjut Akad nikah." Jawab Kanjeng Sultan Praja. "Hmm.. begini Dimas, seperti yang kita ketahui bahwa kesultanan menginginkan kain putih sebagai simbol maka untuk hematnya akad nikah itu di laksanakan sore hari sana agar mereka bisa langsung melaksanakannya baru keesokan harinya Raden mas Pawilangan bisa membawa ndoro ayu saya pergi dari kesultanan."

Ayah Risang terdiam sejenak, mungkin pikiran nya terbayang masa lalu. Tapi ternyata Bang Wilang lebih dulu bereaksi daripadanya.

"Nuwun Sewu Kanjeng Sultan.. tanpa mengurangi rasa hormat.. masalah tersebut sangatlah pribadi dan sakral yang tidak patut di perlihatkan pada khalayak. Memang mungkin benar kain putih itu menjadi simbol kebanggaan tapi itu berarti membuka aib kamar. Kepercayaan saya mengajarkan untuk menutup rapat masalah x, masa kita akan terus melanggarnya. Kebanggaan itu hanya milik laki-laki dalam hal ini suami. Kesucian seorang wanita bukan berasal dari sela paha, tapi dari hatinya."

"Kalau Iyang memang tidak pernah tidur dengan laki-laki maka tidak ada yang perlu di takutkan." Kata Sultan Praja yang berarti apapun itu, segalanya harus terlaksana.

Ayah Risang pun menarik tangan putranya untuk duduk kembali. "Tekan amarahmu disini..!! Kalau tidak, istrimu yang akan menjadi korban" kata Ayah Risang.

.

.

.

.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!