NovelToon NovelToon

Muslimah Untuk Mafia Psychopath

1.

Sinar matahari mulai menampakkan dirinya, disertai dengan hembusan angin dan juga kicauan burung-burung memberikan warna pada hari ini. Dengan menggunakan pakaian yang biasa digunakan, memadukan warna yang cocok dengan hijab yang ada, agar tidak merusak mata (Tidak menimbulkan pikiran untuk berkomentar yang tidak baik) orang lain saat melihatnya.

Tanpa hiasan make UP yang menghiasi wajahnya, dengan bulu mata yang lentik membuat tajam tatapannya. Siapa pun yang melihatnya akan berdecak kagum, namun itu selalu dihindari oleh dirinya.

Memulai aktivitas hari ini dengan awalan yang baru, hidup sendiri di negara orang. Membuat Hafsah Kamilatunnissa harus menjadi pribadi yang kuat dan menjaga ibrah (Kehormatannya) sebagai seorang muslimah, ia diterima bekerja pada salah satu perusahaan yang sangat ternama dinegara tersebut. Membuat Unni (Sapaan sehari-hari Hafsah) harus berpisah dari keluarga besarnya, di Indonesia dan juga meninggalkan para sahabatnya.

Dengan pakaian tertutup, membuat penampilan Unni sangat berbeda dengan orang-orang di negara tersebut. Segera berangkat menuju perusahaa dimana ia akan bekerja, menemui bagian HRD yang di alihkan kepada asisten dari CEO langsung.

Wissam Group, perusahaan yang sangat besar. Menjadi incaran dari setiap pencari kerja dari berbagai negara, siapa yang tidak akan tergiur dengan upah yang dijanjikan. Cukup besar bagi mereka yang membutuhkan, sebesar tugas dan tanggung jawab dalam pekerjaan yang mereka emban.

"Selamat pagi, nona?" Sapa seseorang yang tak lain adalah Kenzo, sang asisten kepercayaan CEO perusahaan.

"Hafsah, Hafsah Kamilatunnissa." Jawab Unni cepat dan menyatukan kedua telapak tangannya di depan dadanya.

" Kenzo, asisten CEO. Nona Hafsah, selamat bergabung di perusahaan Wissam Group. Ini tugas anda, saya akan menghantarkan keruangan anda." Kenzo cukup kaget saat Unni menyatukan tangannya dihadapan dirinya, hal itu aneh baginya.

Dari arah belakang, Unni mengikuti langkah kaki Kenzo. Mereka memasuki lif dan menuju lantai lima puluh, disanalah ruangan Unni. Kini mereka telah tiba pada salah satu ruangan yang cukup besar, disana terdapat beberapa karyawaan lainnya yang sedang berdiri menyambut kehadiran karyawaan baru.

"Perkenalkan, ini nona Hafsah. Mulai saat ini, ia akan bekerja dan menempati meja nyonya Mery. Silahkan." Kenzo mempersilahkan Unni untuk menuju mejanya dan mulai bekerja.

"Terima kasih tuan. " Ucap Unni kepada Kenzo.

" Hmm." Kenzo hanya berdehem dan berlalu dengan wajah datarnya.

Hal itu tidak menjadi masalah menurut Unni, ia menempati mejanya dan mulai untuk bekerja. Namun sebelum ia bekerja, semua karyawaan yang berada didalam ruangan tersebut menghampiri Unni untuk berkenalan. Sungguh menyenangkan, ia dapat diterima dengan baik di hari pertama ia bekerja. Walaupun terlihat cukup jelas, jika ia berbeda dari yang lainnya dalam berpakaian. Dan itu tidak menjadi masalah, memulai pekerjaan dengan hening hingga waktu makan siang pun datang.

" Unni, mau barengan?" Jihan, rekan kerjanya di dalam ruangan tersebut mengajaknya untuk bersama-sama menuju kantin.

" Mau menunggu? Aku mau sholat dulu." Dengan penuh senyuman, Unni mengatakan hal tersebut pada Jihan.

"Oke, aku tunggu."

Sepakat atau sesibuk apapun, Unni selalu berusaha untuk tetap menjaga kewajibannya agar tidak lalai. Setelah selesai, keduanya melangkahkan kakinya mereka menuju kantin perusahaan. Dimana mereka mendapatkan fasilitas makan siang secara percuma dan makan malam bagi yang lembur, dengan tujuan agar para karyawaan merasa nyaman disana.

"Kamu tinggal dimana Ni? Tanya Jihan saat makanan masih berada di dalam mulutnya.

"Habiskan dulu makananmu, untuk nama dan alamatnya, aku masih belum menghafalnya. Aku tinggal di dekat sini, hanya tiga puluh menit berjalan kaki untuk tiba di perusahaan dan tempat tinggalku. Senyum Unni saat melihat wajah Jihan yang langsung berubah.

" Hah! Apa?! Tiga puluh menit berjalan kaki? Yakin kamu?" Jihan begitu kaget mendengarnya.

Menanggapi Jihan yang masih kaget, Unni hanya menggerakkan bahunya sebagai jawaban dan meneruskan makannya. Keduanya saling bertukar cerita hingga tak terasa waktu makan siang telah usai, mereka segera kembali keruangannya. Karena asik mengobrol dengan karyawan lainnya, membuat Jihan kehilangan fokusnya.

"Aduh, sakit." Jihan meringgis saat dirinya sudah terhempas jatuh ke lantai setelah bertabrakan dengan seseorang yang tak lain adalah Kenzo.

Tatapan tajam diterima oleh Jihan, karena ulahnya telah membuat pria yang berada disamping Kenzo menaikan salah satu alis matanya, dan itu membuat Jihan terdiam dan merinding.

"Maafkan saya tuan, saya tidak sengaja." Selagi Jihan meminta maaf, karyawan lainnya segera menjauhkan diri dari sana. Hanya Unni yang masih setia disamping Jihan.

"Ceroboh!" Desis pria yang berwajah dingin, datar, serba komplit itu.

"Menyingkirlah, jika tidak ingin kehilangan pekerjaanmu." Kenzo masih menatap Jihan dengan tajam.

Masih terdiam dalam ketakutannya, membuat Jihan tidak berkutik. Dengan cepat, Unni menarik lengan Jihan agar tidak menghalangi jalan kedua pria itu.

"Siapa dia?" Tanya Unni yang begitu sangat penasaran akan sosok pria yang bersama Kenzo.

"Kamu tidak tahu Ni? Itu CEO kita. Aku sangat takut jika mereka akan memecatku." Suara Jihan begitu bergetar.

"Sstthh, kamu tidak salah. Kenapa harus takut, itu adalah hal yang tidak disengaja." Unni membawa Jihan untuk kembali ke ruangannya dan melanjutkan pekerjaannya.

Pada hari pertama bekerja, membuat Unni cukup merasa lelah. Ia tidak menyangka, jika perusahaan besar seperti ini sangat luar biasa dalam bekerja. Tidak ada yang berani untuk sekedar saling sapa pada saat jam bekerja sedang berlangsung, jika itu terjadi. Maka mereka akan mendapatkan hukuman yang cukup berat, karena semuanya tergantung dari kamera pengawas yang telah ditempatkan pada setiap ruang kerja.

"Alhamdulillah." Ucapan Unni setelah jam bekerja telah berakhir. Membereskan meja dan barang pribadinya, lalu ia bersiap untuk segera pulang.

" Ni, barengan ya. Tempat tinggalku tidak jauh dari tempat untuk."

"Hmmm, boleh."

Semua karyawaan berhamburan keluar dari dlgedung besar tersebut, sungguh sangat menyenangkan bisa bergabung disana. Berjalan bersama dan saling bertukar cerita satu sama lain, hingga tak terasa mereka menjadi semakin dekat.

"Sampai jumpa besok, Unni. Hati-hati ya." Jihan melambaikan tangannya sebagai tanda mereka berpisah, karena ia sudah terlebih dahulu tiba di apartemennya.

Sambil menikmati suasana di sore hari, terlihat begitu indah saat matahari mulai terbenam. Tiba-tiba saja ia mendengar suara yang cukup aneh menurutnya, jiwa penasarannya begitu besar. Berjalan menuju suara tersebut, terlihat sebuah mobil yang cukup mewah menurutnya disana. Dan suara itu semakin jelas terdengar.

"Permisi, apa ada orang disana?" Unni perlahan mendekati mobil itu.

Semakin dekat dan semakin jelas terdengar, suara teriakan yang tertahan. Ketika kedua mata Unni melihat apa yang terjadi, seketika saja ia membekap mulutnya dengan kedua telapak tangannya.

"Astaghfirullah!"

Seorang pria sedang melakukan sesuatu yang sangat di,uar nalar manusia, kedua tangannya sudah berubah warna menjadi merah. Lalu pria ia mendengar ada suara yang menganggunya, menyadari jika ada orang lain disana dan ia menampakkan wajahnya yang sudah tidak tertutupi apapun.

2.

"Astaghfirullah!"

Wajah pria itu benar-benar sudah membuat Unni sangat kaget, apalagi ditambah ia sudah begitu ketakutan melihat cairan merah pada tubuh pria itu.

"Damn it!!!"

Erang pria yang sedang melakukan sesuatu yang begitu membuat dirinya puas, namun tidak untuk manusia normal.

Mendapati dirinya diketahui oleh pria tersebut, dengan cepat Unni berlari menjauh. Mulutnya tidak berhenti mengucapkan istighfar sampai pada akhirnya kakinya sudah berhenti tepat dimana ia tinggal, sebuah apartemen yang sangat sederhana. Memasuki dan menekan angka pada lif yang ia gunakan agar segera tiba ditempatnya. Membuka dan menutup pintu dengan cepat, membuat Unni seperti sedang dikejar-kejar bagaikan pencuri.

"Astaghfirullah ya Allah, ampuni hambaMu ini. "

Di luar tempat tinggal Unni, terdapat mobil mewah yang diyakini milik pria yang aksinya telah dilihat oleh Unni terparkir. Pria itu menatap bangunan tersebut dengan cukup lama, Seringai kecil ia perlihatkan.

"Beraninya mata itu meminta semuanya, heh. Tidak akan aku biarkan kau tenang, nona."

.

.

.

Dengan kejadian tersebut, membuat Unni hampir saja melewatkan kewajibannya di subuh hari. Mengalami kesulitan untuk memejamkan matanya untuk tidur, membuat dirinya gelisah dan pada akhirnya berakhir dengan membentangkan sejadah serta melakukan sholat sunnah. Lantunan ayat suci terdengar begitu indah, ketika Unni membacanya dan hal itu berhasil membuatnya terlelap begitu saja.

"Bismillah, semoga hari ini akan lebih baik lagi dari hari kemarin."

Berangkat menuju tempat kerjanya, Unni selalu beristighfar dan berdoa agar hatinya menjadi lebih tenang dalam melakukan pekerjaannya. Setibanya ia di perusahaan, ia langsung mengerjakan tugasnya. Disaat semuanya telah selesai, namun jam istirahat makan siang belum tiba. mengeluarkan mushaf berukuran sedang, membukanya dan mulai membacanya dengan suara yang hanya dirinya sendiri bisa mendengar. Karena perusahaan tersebut tidak mengizinkan karyawannya untuk berkeliaran disaat jam kerja masih berlangsung, maka dari itu Unni memanfaatkannya dengan tilawah.

"Nona Hafsah, anda diminta untuk datang ke ruangan CEO." Suara Kenzo membuat kaget semua karyawaan ya g berda di dalam ruanga tersebut.

Mendengar suara itu, Unni menghentikan aktivitasnya. Memberikan jawaban akan segera kesana, namun pada aslinya. Dirinya begitu gugup untuk berhadapan dengan pemilik perusahaan, menarik nafas panjang dan menyimpan kembali mushaf miliknya.

"Baik tuan, saya akan segera kesana."

Saat Unni akan keluar dari ruangannya, tangan Jihan menahan lengan Unni. Dimana ia tahu, jika temannya itu penasaran kenapa dirinya dipanggil ke ruangan CEO. Menggerakkan bahu sebagai tanda jika ia juga tidak tahu.

Detak jantung Unni berdetak sangat cepat, ia begitu takut saat Kenzo membuka ruangan yang di pintunya tertuliskan 'Ruang CEO'.

"Silahkan nona, tuan sudah menunggu anda di dalam." Mempersilahkan Unni untuk segera masuk dan menutup kembali pintunya.

Langkah kaki itu terasa berat untuk melangkah, jika harus mengingat kejadian sebelumnya yang ia saksikan. Berusaha untuk tetap tenang dan tidak terlihat gugup.

"Assalamu'alaikum..." Ucap Unni secara pelan, karena ia tidak tahu kepercayaan apa yang dimiliki oleh tuannya.

Terlihat seorang pria yang memiliki tubuh yang cukup proporsional, dengan wajah tampan dan juga terkesan sedikit arogan dan juga kejam. Itulah yang ada di dalam pikiran Unni saat itu, tanpa ia sadari jika pria itu mengetahui kehadirannya.

Menyadari jika orang yang ia inginkan sudah berada disana, membuat Azka menghentikan pekerjaannya. Ia bersandar pada sandaran kursinya, menatap wanita yang kini berada dihadapannya dan menunduk. Azka tahu jika wanita itu adalah orang yang sudah melihat aksi horornya, akan tetapi wanita itu terlihat begitu berbeda dan sangat tenang.

" Hafsah Kamilatunnissa. Jangan dibiasakan tidak menatap lawan bicaramu."

" Maafkan saya tuan." Suara itu membuatnga kaget, namun ia berusaha untuk tetap tenang.

Tidak boleh menatap lantai, maka ia memutar sedikit tubuhnya dan menatap ke arah depan.

" Heh, kau sungguh menarik." Desis Azka yang tidak didengar oleh Unni.

"Baiklah, jika kamu mempunyai berbagai cara untuk tidak menatap lawan bicaramu. Maka saya juga mempunyai cara agar kau bisa melihatku. "

Mendengar suara berat itu, membuat Unni semakin gugup. Namun ia terus berusaha untuk tetap tenang. Seakan ia tidak menghiraukan apapun yang di ucapkan oleh Azka, mengingat kembali akan kejadian yang ia lihat sebelumnya.

"Astaghfirullah!" Seketika tubuh itu melangkah mundur ke belakang.

Azka muncul secara tiba-tiba, tepat berada dihadapannya. Mendapati wanita dihadapannya melangkah mundur, dengan cepat tangan itu menahannya. Mencengkram perngelangan tangan kecil itu dengan sangat kuat, membuat wanita itu meringgis kesakitan.

"Sa sakit! Astaghfirullah, tuan lepaskan." Unni memberontak agar tangan itu terlepas dari cengkraman Azka yang sangat menyakitkan.

"Sakit? Ini belum seberapa, kau akan merasakan yang lebih menyakitkan dari ini. Maka dari itu, bersiaplah nona." Menghempaskan dengan cukup kuat dan kasar, membuat Unni terjerembab ke lantai.

Memegang tangannya yang sakit, tak terasa air mata itu telah terjatuh membasahi pipi. Sungguh tidak ia duga akan mendapatkan perlakuan seperti ini, dengan mengumpulkan semua kekuatannya agar tetap kuat. Unni berdiri dan kembali berhadapan dengan pemimpinnya.

"Kenapa? Aku tahu wajahku sangat tampan, tapi aku tidak akan mengizinkan wanita sepertimu untuk mengaguminya. Sungguh aneh, kenapa mereka menerima wanita aneh sepertimu untuk bekerja disini sebagai karyawan. "

Ingin rasanya Unni mencengkram mulut Azka yang terus-terusan merendahkannyq, ia tahu jika perbuatannya salah untuk erkata kasar pada pimpinannya. Maka, Unni melakukannya dengan cara ia sendiri.

" Terima kasih atas pujiannya tuan, apakah masih ada yang harus saya dengan dan saya kerjakan?"

Raut wajah Azka langsung berubah menjadi sangat dingin, sedingin kutub Utara. Menatap tajam pada wanita yang sudah membuatnya mood seorang Azka menjadi hancur, ia tidak menyangka jika wanita itu begitu tenang menghadapinya.

" Arkh!" Rahang Unni mendapatkan cengkraman dari tangan kekar Azka.

" Kau! Tidak takut denganku? Aku bisa saja menjadikanmu seperti orang yang kau saksikan saat itu, bagaimana?" Seringai Azka.

"Untuk apa saya takut pada anda, tuan. Saya hanya takut pada pemilik dan pencipta semua makhluk di dunia ini." Begitu tegas Unni menjawab perkataan Azka padanya, walaupun harus menahan rasa sakit yang sudah seperti luka mengangga tersiram air garam pada rahangnya.

Ucapan Unni semakin membuat Azka terpancing, ia menggeretakkan rahangnya. Menandakan jika ia begitu marah, kini ia mendorong kuat tubuh Unni hingga ia terbentur dengan ujung meja kerja milik Azka.

...Astaghfirullah ya Allah, kuatkanlqh hambaMu ini untuk menghadapi seseorang yang sudah dikuasai oleh amarah....

Merasakan jika tubuhnya begitu sakit, Unni menarik nafas panjang dan berdiri. Namun tidka bagi Azka, ia merasa sangat direndahkan saat mengetahui lawannya berdiri tanpa merasakan sakit dari wajahnya. Tangan kekar itu kembali mencengkram kepala Unni yang terungkap oleh hijabnya, Azka berusaha menarik kain itu dengan sekuat tenaganya dan Unni menahannya.

" Sungguh munafik sekali, wanita sepertimu ini hanya berlindung dari baju ini dari keburukan yang kau lakukan. Dimana kau dengan mudah memberikannya pada orang lain, tapi menutupinya agar terhindar dari celaan."

Deg!!

"Arkh!!"

"Apa apa yang kau lakukan!" Azka mengerang dengan kuat, saat Unni terlepas dari dirinya dan menendnag aset masa depan miliknya.

3.

"Apa yang kau lakukan!!"

"Tangan anda sungguh sangat lancang, tuan. Jangan dibiasakan untuk menyentuh sesuatu yang tidak sepatutnya anda sentuh. Sekali lagi, terima kasih atas sambutan yang anda berikan pada saya." Unni segera keluar dari ruanga itu dengan segala gejolak amarah dalam dirinya.

Melihat wanita itu telah pergi, Azka masih meringis memegang aset masa depannya yang masih sangat nyut-nyuttan di balik sangkarnya. Azka menyeringai dalam senyuman, merasakan jika wanita yang baru saja ia hadapi begitu berbeda dari wanita lain pada umumnya. Dimana mereka dengan sukarela memberikan tubuhnya untuk diserahkan seutuhnya, namun tidak untuk wanita ini.

"Tu tuan!"

Setengah berlari untuk membantu Azka, betapa anehnya bagi Kenzo mendapati Azka yang sedang berlutut dan meringgis.

"Apa yang terjadi tuan?" Kenzo mencari tahu.

"Sshh, diam. Keluarlah."

" Tapi tuan."

"Aku bilang keluar!" Tegas Azka.

Tidak ingin mencari masalah, Kenzo segera beranjak dan pergi. Betapa sangat memalukan jika ia menceritakan kejadian yang baru saja ia alami, bisa-bisa asistennya itu akan menertawakan dirinya.

.

.

.

" Hei, bersiaplah. Kita semua diminta pak Kenzo untuk keruang rapat, jangan lupa bawa laporan kerja kamu Ni. Jaga-jaga kalau nanti ditanyain."

Betapa kagetnya seluruh isi ruangan tersebut, saat Ferdy memberitahukan rapat dadakan yang diminta oleh CEO mereka. Tidak ada pemberitahuan apapun sebelumnya, membuat semuanya menjadi waspada.

"Memangnya ada apa ya, tidak biasanya rapat dadakan." Jihan bingung.

"Kamu tanya sama aku, lalu aku nanya sama siapa?" Candaan Unni berhasil membuat Jihan dan juga lainnya tertawa.

Tidak ada satu pun diantara mereka yang tahu mengenai rapat dadakan ini, kini semuanya sudah berkumpul diruangan tersebut. Suasana nampak begitu tegang saat langkah kaki terdengar dengan jelas dan memperlihatkan pemiliknya, Azka duduk menghadap semua peserta rapat dadakan itu dengan tatapan yang sungguh menakutkan.

Hanya Unni yang menyikapinya dengan datar, menganggap Azka adalah pemimpin yang arogan tapi tidak bisa membuat dirinya selalu berdebat dengan emosi.

"Serahkan laporan kerja kalian, sekarang." Titah Kenzo yang begitu tegas.

Deg!

Semua yang berada disana kaget, namun mereka juga sudah menyiapkan lebih awal atas laporan tersebut. Mengetahui jika pimpinan mereka adalah orang yang tidak bisa ditebak, maka. Semua persiapan mengenai pekerjaan sudah mereka siagakan agar tidak terjadi hal yang tidak di inginkan seperti saat ini.

Laporan tersebut langsung diperiksa oleh Kenzo, lalu ia memberikannya kepada Azka sebagai bagian akhir dari laporan yang ada.

Brakh!!!

Satu laporan dilempar begitu saja didepan mereka semuanya, lalu disusul oleh berkas kedua ketiga dan seterusnya. Menyisakan hanya satu laporan yang masih tetap utuh di atas meja, sebuah kejutan yang luar biasa.

"Ambil berkas kalian, selesaikan hari ini juga. Dalam hitungan satu jam dari sekarang!" Tegas dan menakutkan, itulah suara Azka.

Dengan menggunakan asistennya untuk segera menuntaskan apa yang sudah terjadi, dengan cepat Azka meninggalkan ruangan tersebut dan kembali ke ruangannya. Setelah berkas yang terlempar itu diambil oleh pemiliknya, Unni menjadi bingung mencari berkasnya.

"Kenapa tidak ada ya?"

" Nona Hafsah, tuan menunggu anda diruangannya." Suara Kenzo membuat Unni kaget.

"Ah, iya. Terima kasih tuan."

Dengan menggelengkan kepalanya, Unni merasa ada yang aneh. Kenapa berkas miliknya tidak ada diantara berkas-berkas yang terlempar ke bawah. Bukankah, teman-temannya itu sudah lebih berpengalaman dan tentunya tingkat kesalahan pun akan sangat kecil terjadi.

Tok tok tok...

" Masuk." Suara berat itu terdengar dari arah dalam ruangan.

Berjalan dengan begitu pelan, Unni bergidik ngeri. Betapa ia harus mengumpulkan stok keberanian yang banyak jika harus masuk ke dalam ruangan pemimpinnya.

"Maaf tuan, anda memanggil saya?"

"Hem, periksa berkas milikmu. Ada sesuatu yang begitu janggal dengan kalimatnya." Sudut bibir Azka tertarik.

...Janggal? Bagaimana bisa? Perasaan sudah begitu teliti, huh....

Menuruti perkataan Azka, Unni mengambil berkasnya dari atas meja dan membukanya.

"Astaghfirullah, apa ini?"

Tulisan pembuka pada berkas tersebut membuat Unni benar-benar tidak bisa berpikir dengan baik, bahkan ia merasa jika dirinya sudah terkena umpan dari bosnya yang aneh.

...Kau milikku, Hafsah Kamilatunnissa....

...Selamanya menjadi milikku....

"Bagaimana? Kau bisa menjawabnya?" Dengan penuh keyakinan, jika apa yang ia inginkan akan terkabulkan.

"Maksud anda tuan? Sepertinya isi kepala anda sedang bermasalah, kalimat ini tidak ada menggunakan tanda tanya. Jadi, saya berhak dan tidak wajib untuk menjawabnya." Jawaban Unni sungguh ibarat pukulan telak untuk Azka.

Kening keras itu nampak berkerut, sorot matanya pun bisa membuat orang lain menjadi berhenti bernafas. Tidak pernah dipermalukan seperti ini oleh wanita, membuat amarah Azka memuncak. Bangkit dari tempatnya dan langsung mencengkaram rahang Unni dengan begitu kuat, membuat wanita itu meringgis.

"Arkh, sakit tuan."

Senyuman licik tersirat pada wajah Azka, bahkan ia dengan cepat mengikis jarak diantara wajah mereka berdua. Seperti dahulu, Unni bersiap untuk menggerakkan kakinya agar bisa memberikan efek untuk tuannya itu, akan tetapi pergerakan itu sudah diketahui oleh Azka.

" Mau menendang? Kakimu terlalu mulus untuk melakukannya, sayang."Kaki itu berhasil ditangkap oleh pemilik tangan kekar tersebut.

"Lepaskan tuan, kita tidak boleh bersentuhan!" Bentak Unni yang sudah tidak tahan dengan perlakuan tuannya.

"Tidak boleh bersentuhan? Heh, bahkan sampai detik ini. Tidak ada satu pun perempuan yang berani menolakku, dan kau! Dengan beraninya melakukan hal itu." Cengkraman pada rahang itu semakin kuat.

"Sa sakit tuan, lepaskan." Unni merasa sangat hina saat tangan Azka menyentuhnya.

Entah kenapa, saat mendapatkan ucapan yang keluar dari mulut indah wanita dihadapannya saat ini. Itu tidak membuat sisi gelap dari seorang Azka terlihat, sorot mata yang cukup menarik telah membuat dirinya terhanyut dalam suasana.

" Mmpphh..."

Kedua tangan Unni mendorong kuat tubuh Azka, tidak bergeser sedikitpun. Ia terus berusaha bergerak dengan kaki maupun tangannya, namun tetap sia-sia. Air mata itu akhirnya menetes, pada akhirnya ia harus memilih jalan terakhir. Menekan dengan kuat kedua sisi giginya, ada cairan yang keluar itu terasa sangat anyir dan membuat Azka melepaskan dirinya.

"Apa yang kau lakukan, hah!" Membuang cairan yang berwarna merah masuk ke dalam rongga mulutnya dengan cepat, menatap tajam pada Unni.

Tubuh Unni bergetar setelah terlepas dari Azka, terlihat jika bibirnya mengeluarkan cairan berwarna merah yang telah membuat Azak murka.

Dengan bertolak pinggangdan nafas yang masih tidak teratur, Azka masih menatap Unni begitu tajam dengan kedua bola mata yang memerah. Ia tidak habis pikir dengan wanita dihadapannya ini, begitu beraninya ia menggigit bibirnya sendiri sampai terluka cukup besar hanya untuk terlepas dari dirinya.

"Kenapa kau melakukannya?!" Bentak Azka.

Masih dalam keadaan tubuh yang bergetar, Unni tidak berani untuk menatap tuannya.

"Agama saya melarang untuk bersentuhan dengan lawan jenis, itu sangat dibenci oleh Allah! Dan anda! Membuat saya merasa jijik dengan semua sikap dan diri anda, dasar bajingan!"

Menahan gemuruh amarah yang sudah bergejolak didalam dirinya, Unni berdiri dan berlalu dari hadapan Azka.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!