NovelToon NovelToon

Cinta Ameena

Bertemu Wanita Asing

Ameena tengah mencari pekerjaan baru setelah dirinya dipecat dari pekerjaan lamanya di sebuah toko roti karena dituduh telah melakukan penggelapan uang di sana padahal Ameena sama sekali tidak melakukan hal tersebut justru fitnah tersebut sengaja dibuat supaya Ameena bisa dipecat dari toko tersebut karena karyawan lain menganggap bahwa Ameena menarik perhatian bos mereka dan hal tersebut membuat mereka semua cemburu. Ameena sudah mencoba menjelaskan semuanya bahwa itu hanya fitnah namun karena rekayasa bukti sudah ditangan bosnya maka Ameena tidak dapat melakukan apa pun lagi selain menerima konsekuensi bahwa ia dipecat walaupun ia sama sekali tidak melakukan seperti yang dituduhkan padanya.

“Ke mana lagi aku harus mencari pekerjaan?” lirih Ameena.

Ameena kemudian duduk di kursi taman untuk sejenak, ia memejamkan matanya dan berdoa pada Tuhan untuk dirinya bisa segera diberikan pekerjaan baru untuk menghidupi keluarganya. Selepas itu Ameena kemudian pulang

ke rumah dan ketika menyebrang jalan karena dirinya tidak melihat ke kanan dan ke kiri terlebih dahulu, dirinya tidak menyadari kalau sebuah mobil tengah melaju ke arahnya dan untung saja mobil SUV itu berhasil mengerem tepat waktu sebelum hal buruk menimpa Ameena. Si pengemudi mobil turun untuk memeriksa keadaan Ameena dan menanyakan apakah wanita ini baik-baik saja.

“Kamu tidak apa-apa?”

“Saya tidak apa-apa, Bu.”

“Syukurlah kalau begitu, saya pikir kamu tadi kena tabrak, tapi kamu benar baik-baik saja kan?”

“Iya Bu, saya baik-baik saja.”

Ameena kemudian pamit pada wanita itu namun si wanita itu menahan tangan Ameena dan meminta Ameena untuk bicara sebentar dengannya. Ameena tentu saja terkejut namun ia tak bisa menolaknya karena melihat raut wajah si wanita pengemudi mobil ini seperti orang yang tengah mengalami masalah yang berat.

“Tolong saya.”

“Baiklah Bu.”

Akhirnya Ameena bersedia untuk pergi dengan wanita itu, sang wanita itu memperkenalkan dirinya sebagai Salsabila dan Ameena pun memperkenalkan dirinya juga pada Salsabila hingga mereka pun tiba di sebuah

restoran.

****

Salsabila mengatakan bahwa saat ini dirinya mengidap kanker rahim stadium akhir dan hidupnya tidak lama lagi, tentu saja Ameena terkejut dengan ucapan Salsabila tersebut dan ikut bersedih dengan penyakit yang tengah dihadapi oleh Salsabila dan oleh sebab itu akhirnya Salsabila menginginkan satu hal pada Ameena.

“Aku tahu kalau kamu adalah orang baik Ameena, tolong kamu menikahlah dengan suamiku.”

“Apa maksud Bu Salsabila?”

“Ameena, umurku sudah tidak lama lagi, aku tidak bisa memiliki anak karena penyakit ini padahal suamiku sangat menginginkan memiliki anak dari pernikahan kami, aku sangat menyesal tidak bisa mengabulkan permintaannya itu.”

“Tapi Bu ….”

“Ameena, saya tahu kalau kamu orang yang baik dan saya yakin kamu bisa menjadi pengganti saya kalau kelak saya sudah meninggal dunia.”

“Bu Salsabila tolong jangan bilang seperti itu, hanya Allah yang tahu kapan maut seseorang.”

“Tapi dokter mengatakan kalau usiaku tidak akan lama lagi, aku juga menolak untuk melakukan pengobatan kemoterapi hingga sel kanker ini akan dengan mudah menyebar di tubuh saya, pada akhirnya aku juga akan

meninggal dunia, Ameena.”

“Tidak Bu, aku tidak dapat melakukan hal tersebut.”

“Tolong bantu aku Ameena, tolong.”

“Maaf Bu, tapi aku tidak dapat melakukan itu.”

Ameena hendak pergi namun Salsabila menahan tangan Ameena, ia memberikan nomor ponselnya untuk jaga-jaga saja kalau Ameena akan berubah pikiran nanti saat di jalan pulang.

“Tolong bantu aku Ameena, kalau kamu berubah pikiran kamu bisa menghubungiku.”

****

Ameena memikirkan pertemuannya yang tak sengaja dengan wanita bernama Salsabila yang mengatakan usianya sudah tidak lama lagi akibat penyakit kanker yang dideritanya. Ameena tentu saja merasa kasihan pada

Salsabila dan berharap wanita itu bisa pulih seperti sedia kala walaupun sudah sampai di kanker stadium akhir. Ketika dirinya tiba di rumah, Ameena dikejutkan oleh beberapa orang yang merupakan lintah darat datang dan menagih utang pada keluarganya.

“Bayar utangnya sekarang juga!”

“Ampun Pak, kami tidak memiliki uangnya sekarang.”

“Apa katamu? Tidak memiliki uang? Bukankah diawal sudah disepakati bahwa jatuh temponya saat ini dan kalian menyanggupinya?”

“Kami minta maaf Pak, tolong beri kami keringanan waktu.”

“Tidak bisa, pokoknya kalian harus membayar saat ini juga!”

Ameena segera maju dan bertanya ada masalah apa ini, orang itu mengatakan kalau saat ini orang tua Ameena berutang dengan nominal besar dan hari ini adalah jatuh tempo pembayaran utang tersebut.

“Berapa banyak kalau saya boleh tahu utang kedua orang tua saya?”

“Totalnya 250 juta.”

“Apa? Banyak sekali.”

“Sekarang mana uangnya atau kami akan menyita rumah ini sebagai jaminan!”

****

Ameena meminta pada lintah darat ini untuk memberikan keringanan waktu sehari saja pada mereka namun mereka menolak keinginan Ameena, mereka tetap bersikukuh bahwa uangnya harus diberikan sekarang juga.

“Saya janji besok saya akan melunasi semuanya.”

Mereka nampak saling bertatapan satu sama lain sebelum akhirnya berbisik, mereka pun setuju untuk memberikan tenggat waktu sampai besok hari maka kemudian mereka pun pergi dari sana. Kini Ameena meminta penjelasan kedua orang tuanya mengenai apa yang sebenarnya terjadi kenapa kedua orang tuanya bisa terlibat dalam jumlah utang yang sangat besar seperti tadi.

“Maafkan kami Ameena.”

“Apa yang sudah Ayah dan Ibu lakukan?”

“Ayahmu bermain judi dan menghabiskan banyak uang tabungan kami hingga akhirnya terpaksa kami meminjam uang dengan jumlah banyak untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari karena uang dari berjualan Ibu dan uang yang kamu berikan tidaklah cukup untuk menyambung hidup.”

Ameena begitu sedih mendengar cerita kedua orang tuanya, jadi selama ini rupanya mereka diam-diam meminjam uang pada lintah darat dan tentu saja kini mereka terlibat dalam utang dengan bunga tinggi akibat yang telah mereka lakukan tersebut.

“Lalu apa yang dapat kita lakukan? Besok mereka akan kembali datang.”

“Sudahlah, aku akan memikirkan solusinya.”

Ameena kemudian pergi ke dalam rumah dan masuk ke dalam kamarnya, ia berpikr bagaimana caranya untuk mendapatkan uang sebanyak itu dalam waktu semalam hingga ia mengingat sosok Salsabila.

****

Ameena menelpon Salsabila dan mengatakan kalau ia butuh bantuan wanita itu sekaligus dirinya siap untuk melakukan apa pun yang Salsabila inginkan, tentu saja Salsabila begitu bahagia dan mengatakan kalau ia

akan segera memberikan uang tersebut pada Ameena besok dan ia juga mengatakan bahwa Ameena harus datang ke rumah.

“Baiklah Bu.”

Ameena menutup sambungan teleponnya dan kemudian ketika esok hari telah tiba, Ameena berdiri di depan pintu rumah mewah dan menarik perhatian satpam yang berjaga di depan sana.

“Anda mencari siapa, ya?”

“Apa benar ini rumah bu Salsabila? Saya diminta untuk menemuinya sekarang.”

Permintaan Seorang Istri

Satpam tersebut nampak tak percaya begitu saja dengan yang Ameena katakan, ia kemudian masuk ke dalam posnya untuk menelpon rumah sementara Ameena menunggu sembari melihat betapa luas serta besarnya rumah yang ditinggali oleh Salsabila. Setelah menunggu beberapa saat akhirnya satpam tersebut kembali padanya dan mengatakan kalau Ameena boleh langsung masuk karena Salsabila sudah menunggunya di dalam.

“Terima kasih banyak, Pak.”

Akhirnya dengan diantar oleh satpam, ia masuk ke dalam pekarangan rumah mewah tersebut dan satpam mengantar hanya sampai pintu utama saja. Ameena dipersilakan masuk ke dalam rumah oleh seorang asisten rumah tangga yang mengatakan kalau Salsabila sudah menantinya di ruang tengah.

“Silakan ikuti saya.”

“Baiklah.”

Akhirnya Ameena tiba di ruang tengah rumah ini yang mana di sana Salsabila sudah menunggunya, wanita itu nampak bahagia sekali karena akhirnya Ameena mau menemuinya di rumah ini. Salsabila mempersilakan

Ameena untuk duduk dan di sana Salsabila menjelaskan bahwa ia akan membantu Ameena namun tentu saja ia menagih syarat yang harus dilakukan oleh Ameena.

“Aku tahu soal itu, Bu.”

“Baguslah kalau begitu, kamu tidak akan berubah pikiran kan? Karena pernikahanmu dengan mas Hanif akan dilangsungkan lusa.”

“Tidak Bu, saya yakin dengan hal itu.”

Salsabila nampak tersenyum pada Ameena dan kemudian ia menggenggam tangan Ameena, ia sangat berterima kasih karena Ameena mau menikah dengan suaminya dengan begitu jika Salsabila pergi maka ia bisa pergi dengan

tenang.

“Tolong jangan mengatakan seperti itu.”

“Memang itulah kenyataan yang harus aku hadapi Ameena, umurku tidak lama lagi.”

Ameena jadi sedih jika mendengar cerita pilu Salsabila yang usianya sudah tidak lama lagi akibat penyakit yang dideritanya, ia hanya dapat berdoa pada Tuhan semoga saja penyakit yang diderita oleh Salsabila

segera diangkat dan wanita ini bisa menjalani kehidupannya secara normal.

“Sekarang juga aku akan transfer ke rekeningmu, berapa nomor rekeningmu?”

“Anu Bu.”

“Ada apa, Ameena?”

“Saya butuh uang cash.”

“Benarkah? Kalau begitu kita bank sekarang juga.”

Ameena nampak terkejut ketika Salsabila langsung mengajaknya ke bank, Ameena masih berada di tempatnya hingga Salsabila menyadarkannya untuk segera pergi. Akhirnya mereka berdua pun pergi ke bank untuk mencairkan uang yang diminta oleh Ameena selepas mereka menyelesaikan urusan di bank tersebut nampak

Ameena begitu berterima kasih pada Salsabila karena kebaikan hati wanita ini.

“Semoga Allah membalas kebaikan hati Ibu.”

“Hanya ini yang dapat aku berikan untukmu.”

“Ini sudah jauh lebih cukup, Bu. Aku akan mencoba mencicil dan mengembalikan semua uang ini.”

“Tidak perlu, aku ikhlaskan semua ini untuk

membantumu.”

“Tapi Bu….”

“Hidupku sudah tidak lama lagi, setidaknya aku ingin berbuat kebaikan di sisa hidupku.”

“Semoga Allah segera memberikan kesembuhan pada anda.”

****

Para lintah darat itu kembali ke rumah orang tua Ameena dan menagih utang yang perlu dibayar oleh kedua orang tuanya. Orang tua Ameena nampak ketakutan dan mengatakan bahwa saat ini Ameena sedang pergi

mencari uangnya namun lintah darat itu nampak tak percaya begitu saja, mereka memaksa orang tua Ameena untuk menyerahkan sertifikat rumah ini namun di saat itu Ameena datang dan memberikan sejumlah uang yang diminta oleh para lintah darat ini.

“Ini uang yang kalian inginkan, setelah ini tolong jangan ganggu keluargaku lagi.”

Para lintah darat itu nampak begitu bahagia karena apa yang mereka inginkan tercapai juga, setelah mendapatkan apa yang mereka inginkan mereka semua pun segera pergi dari rumah keluarga Ameena.

****

Kedua orang tua Ameena nampak penasraan bagaimana Ameena bisa mendapatkan uang sebanyak itu dalam waktu yang singkat. Ameena tidak memiliki pilihan lain selain harus berterus terang dengan kedua orang

tuanya mengenai hal ini.

“Sebenarnya aku mendapatkan uang itu dengan sebuah syarat, Bu.”

“Syarat apa itu, Ameena?” tanya ibunya.

“Aku harus menikah dengan seseorang,” jawab Ameena.

“Apakah kamu akan menikah dengan orang kaya?” tanya ayahnya.

“Iya Ayah, aku akan menikah namun aku akan menjadi istri keduanya,” jawab Ameena.

“Tidak masalah kamu mau menjadi istri ke berapa yang penting kan kamu menjadi kaya,” ujar ayahnya yang nampak bahagia karena setelah ini sepertinya kehidupan mereka akan lebih baik dari sebelumnya.

Sementara sang ibu sendiri justru menampakan raut wajah sedih, ia tak tega jika putrinya terpaksa melakukan pernikahan ini karena utang yang ditanggung oleh mereka berdua.

“Maafkan kami Ameena, kami sudah membuatmu melakukan hal ini.”

“Sudahlah Bu, Ibu jangan mengatakan itu lagi pula aku memang berniat untuk membantu istri pertamanya karena dia sekarang sedang sakit dan usianya tidak lama lagi.”

“Apa maksudmu?”

****

Salsabila menyambut suaminya yang baru saja pulang ke rumah, ia mau tidak mau harus mengatakan mengenai rencana pernikahan sang suami dengan Ameena yang telah ia rancang sebelumnya.

“Kamu kenapa?” tanya Hanif penasaran karena Salsabila seperti hendak mengatakan sesuatu padanya namun ia tidak jadi mengatakannya.

“Mas Hanif, ada sesuatu yang ingin aku bicarakan,” jawab Salsabila.

“Iya, aku tahu itu maka sekarang juga kamu katakan padaku ada apa,” ujar Hanif penasaran.

“Kamu tahu sendiri kan kalau usiaku tidak akan lama lagi dan ….”

“Aku tahu apa yang akan kamu katakan, Salsabila, tolong jangan lanjutkan lagi.”

“Tapi Mas Hanif harus mendengarkan ini.”

“Aku tahu apa yang akan kamu katakan karena kamu sudah pernah mengatakannya padaku.”

“Tolong kamu menikah lagi dengan wanita lain yang dapat memberikanmu keturunan dan mencintaimu setelah aku tidak ada.”

“Salsabila, aku tidak akan pernah menikah lagi dengan siapa pun kecuali dengan kamu dan kalaupun kamu meninggal dunia maka aku tidak akan pernah menikah lagi.”

“Tidak Mas, tolong kamu jangan mengatakan seperti itu, masa depanmu masih panjang dan cerah, kamu bisa mendapatkan cinta yang baru dan anak dikemudian hari dengan wanita yang juga mencintaimu dengan tulus layaknya aku mencintaimu, kalian bisa membesarkan anak kalian dengan penuh cinta kasih yang selama ini kamu impikan.”

“Salsabila, tolong jangan mengatakan itu.”

“Tolong Mas.”

****

Salsabila sudah mencoba membujuk Hanif untuk menerima pernikahan ini namun sepertinya Hanif tidak mau melakukannya maka terpaksa Salsabila menggunakan cara ini supaya Hanif mau melakukan seperti apa yang ia inginkan.

“Apa yang hendak kamu lakukan?” tanya Hanif seraya memegangi tubuh Salsabila yang hendak melompat dari balkon lantai dua.

“Aku ingin mengakhiri hidupku sekarang Mas supaya kamu menikah lagi.”

“Bukankah aku sudah mengatakan padamu bahwa aku tidak akan pernah lagi walaupun kamu sudah tiada?”

“Tidak Mas, tolong kamu menikah lagi, aku tidak bisa membiarkanmu sendirian di sisa hidupmu.”

“Salsabila, tolong jangan lakukan ini.”

“Aku harus melakukannya Mas kalau kamu tidak mau mendengarkanku!”

“Baiklah, aku setuju!”

Pernikahan yang Akhirnya Terjadi

Hanif pada akhirnya terpaksa menuruti apa yang diminta oleh istrinya itu walaupun ia sendiri sebenarnya merasa keberatan dengan hal tersebut akan tetapi kalau membiarkan istrinya bunuh diri di depan kedua mata kepalanya sendiri maka ia tak akan sanggup untuk menyaksikan hal tersebut. Pada akhirnya Salsabila pun mau dibujuk untuk tidak melanjutkan aksinya setelah Hanif menyetujui perihal pernikahan itu.

“Kamu benar-benar akan menikah dengan wanita itu kan? Kamu tidak akan merubah pikiranmu kan?”

“Iya, aku akan melakukan apa pun asalkan kamu jangan melakukan bunuh diri.”

Salsabila nampak tersenyum dan kemudian ia memeluk tubuh Hanif dengan erat, ia berterima kasih karena suaminya ini mau mengabulkan permintaannya menjelang ia tutup usia.

“Terima kasih Mas, aku benar-benar berterima kasih atas keputusanmu ini.”

“Apa pun akan aku lakukan untukmu, Salsabila jadi tolong jangan tinggalkan aku saat ini.”

Akhirnya mereka berdua masuk ke dalam rumah dan di sana Salsabila mengatakan bahwa wanita yang akan Hanif nikahi itu adalah wanita yang baik dan ia yakin bahwa Hanif pasti akan menyukainya. Hanif hanya diam dan

mendengarkan semua ucapan istrinya yang begitu bersemangat menceritakan soal Ameena padanya, Hanif sudah berusaha membujuk istrinya melakukan pengobatan melalui kemoterapi namun Salsabila menolak dengan alasan ia tak mau menunda kematiannya.

“Cepat atau lambat aku pasti tetap akan meninggal dunia, hanya menghitung hari saja sampai aku benar-benar pergi, Mas.”

Ucapan itu yang membuat Hanif sedih karena Salsabila memilih untuk membiarkan penyakit itu terus menggerogoti tubuhnya dan akhirnya merebut nyawa istri tercintanya ini, ia tak dapat melakukan apa pun untuk menyelamatkannya dan jika membayangkan ucapan Salsabila itu membuatnya sedih bukan main.

“Mas, apakah kamu mendengarkanku?”

“Tentu saja aku mendengarkanmu, sayang.”

“Jadi menurutmu bagaimana?”

“Aku menyerahkan semuanya padamu.”

Salsabila nampak tersenyum dan kemudian Hanif mengajak mereka untuk tidur karena memang hari sudah sangat malam. Salsabila belum tertidur ketika Hanif sudah tidur di sebelahnya dengan lelap, ia memandangi

wajah suaminya itu dan mengusap rambut Hanif perlahan seraya membisikan permintaan maaf karena ia tidak dapat lebih lama bersamanya.

****

Hari pernikahan Hanif dan Ameena akhirnya tiba juga, mereka menikah di sebuah tempat hanya disaksikan oleh keluarga Ameena saja, untuk pertama kalinya Hanif melihat rupa wajah calon istri keduanya itu. Ameena

nampak begitu cantik walau dengan dandanan yang seadanya, Ameena sendiri nampak terpesona untuk pertama kali ketika melihat calon suaminya itu namun buru-buru ia menundukan pandangannya sebelum mereka resmi menjadi suami-istri. Penghulu kemudian memulai acara ijab kabul pernikahan tersebut dan akhirnya setelah Hanif

menyelesaikan ijab kabul tersebut maka Ameena sudah resmi menjadi istri kedua Hanif dan untuk pertama kalinya Ameena mencium tangan suami yang baru saja menikahinya. Salsabila nampak bahagia melihat Ameena dan Hanif bisa menikah di sisa usianya, ia memberikan selamat pada Ameena dan memeluknya.

“Selamat Ameena.”

Ameena tak dapat berkata-kata, ia bingung apa yang harus ia lakukan saat ini, di satu sisi ia bahagia karena bisa menikah namun di sisi lain ketika memikirkan Salsabila yang sebentar lagi akan pergi meninggalkan dunia ini membuatnya sedih. Salsabila kemudian mengatakan pada Ameena bahwa mulai sekarang Ameena akan tinggal di rumah mereka oleh sebab itu Ameena disuruh oleh Salsabila membawa pakaiannya ke tempat ini.

****

Ameena begitu berat ketika berpisah dengan ayah dan ibunya, ia memeluk kedua orang tuanya itu ketika mereka akan pergi ke rumah baru Ameena.

“Semoga kamu bahagia dengan pernikahanmu, Nak.”

“Terima kasih, Bu.”

Setelah berpamitan dengan kedua orang tuanya kini Ameena masuk ke dalam mobil Hanif dengan ia duduk di kursi baris kedua, mobil tersebut kemudian melaju meninggalkan tempat di mana Ameena dan Hanif baru saja

melangsungkan ijab kabul. Setelah berkendara selama 20 menit mereka tiba di rumah yang sebelumnya sudah pernah Ameena singgahi, kini rumah tersebut akan menjadi tempat tinggalnya dan Salsabila menunjukan di mana kamar Ameena.

“Kamu suka dengan kamar ini?”

“Iya Bu, saya suka.”

“Ameena, mulai sekarang kamu jangan bicara formal lagi padaku, sekarang kan kamu sudah jadi istrinya mas Hanif.”

“Tapi Bu ….”

“Panggil aku Salsabila saja, oke?”

“Baiklah.”

Salsabila kemudian tersenyum seraya membiarkan Ameena untuk menata pakaiannya di dalam lemari, ia pun keluar kamar untuk menyiapkan makan malam untuk mereka, saat ia menyiapkan makan malam rupanya mereka

mendapatkan tamu tak terduga yaitu Nandhita yang tak lain adalah sepupu dari Salsabila.

“Nandhita?”

“Hai, apa kabarmu?”

Nandhita nampak akrab dengan Salsabila, mereka berdua berpelukan untuk beberapa saat sebelum Salsabila mempersilakan Nandhita untuk masuk.

“Ayo makan malam bersama kami.”

“Memangnya tidak merepotkan?”

“Sama sekali tidak, kok.”

****

Ameena menuju meja makan yang mana di sana, Salsabila tengah berbincang dengan sosok wanita asing, akan tetapi Ameena melihat bahwa Salsabila begitu dekat dan akrab sekali dengan wanita itu. Ketika Salsabila

mengetahui Ameena datang, ia langsung mempersilakan Ameena duduk di kursinya.

“Sialakan duduk, Ameena.”

“Terima kasih.”

Dengan canggung Ameena duduk di kursi yang berhadapan dengan Nandhita, wanita itu memerhatikan Ameena dengan tatapan heran yang membuat Ameena tak nyaman ditatapnya.

“Salsabila, siapa wanita ini?”

“Oh dia istri mas Hanif.”

“Apa maksudmu? Hanif kan memiliki seorang istri yaitu kamu.”

“Iya Nandhita, dia istri kedua mas Hanif.”

“Apa katamu?! Hanif poligami?!”

“Ini semua atas keinginanku. Kamu tahu sendiri kan kalau usiaku sudah tak akan lama lagi?”

“Tapi bagaimana bisa kamu mengizinkan suamimu menikah dengan wanita asing begini?”

“Ameena adalah wanita yang baik, aku percaya kalau Ameena akan menjaga mas Hanif setelah aku pergi.”

Hanif kemudian tiba di meja makan, Nandhita langsung bertanya pada Hanif mengenai siapa Ameena dan Hanif pun mengatakan kalau Ameena adalah istri keduanya.

“Kamu ….”

“Aku yang menyuruhnya menikah dengan Ameena, bukankah sebelumnya aku sudah mengatakannya padamu? Tolong jangan salahkan mas Hanif.”

Nandhita nampak tak puas hati dengan semua ini, akan tetapi ia memilih untuk bungkam saat makan malam berlangsung.

****

Setelah makan malam, Nandhita pun pamit pulang pada Salsabila dan Hanif, mereka berdua mengantar Nandhita sampai ke tempat di mana mobilnya terparkir, selepas Nandhita menghilang dari pandangan barulah mereka

masuk ke dalam rumah.

“Mas, malam ini kamu tidur dengan Ameena, ya?”

“Tapi ….”

“Dia kan sekarang istrimu, Mas. Kalian harus menghabiskan malam pertama kalian sekarang.”

Hanif menghela napasnya panjang, ia tak membantah apa yang dikatakan oleh Salsabila dan segera pergi menuju kamar di mana Ameena berada, ia mengetuk pintu kamar itu terlebih dahulu sebelum Ameena membukakan pintunya dan terkejut ketika mendapati Hanif berdiri di sana.

“Aku datang ke sini untuk tidur denganmu.”

“Apa?”

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!