NovelToon NovelToon

OTW Jadi SUHU

1

"Saya mau mengembalikan novel yang kemarin saya pinjam," ucap seorang pria menyerahkan 5 buah novel yang ia ambil dari sebuah toko penyewaan novel.

Sang pria tua pemilik tempat itu menganggukkan kepalanya mengambil novel dari sang pria lalu pria itu pun kemudian membuka buku besarnya.

Setelah beberapa saat melihat buku besarnya, pria tua tersebut mengangkat wajahnya menatap pria muda di depannya.

"Kau selalu meminjam bum novel di sini, Apakah kau sangat suka main membaca?" Tanya pria tua tersebut.

Pria muda itu tersenyum menganggukkan kepalanya, "tentu saja suka, Hari ini aku akan meminjam 5 buku lagi dan akan mengembalikannya minggu depan." Ucap pria muda itu.

"Ahh,, biarkan Aku memberikanmu satu buah buku untuk dibaca minggu ini," ucap sang pria tua mengambil sebuah buku dari dalam sebuah kotak yang diletakkan di meja yang paling dekat-dekatnya lalu memberikan buku tersebut pada pria di depannya.

"Ini terlihat seperti buku kuno," ucap pria muda membuka buku tersebut.

"Ya, cobalah baca judulnya," perintah sang pria tua langsung membuat pria muda yang memegang buku di tangannya membaca judulnya.

"On the way jadi suhu."

Saat membaca judul pada buku tersebut sama pria itu tiba-tiba merasakan pikirannya tiba-tiba saja tersedot dan dia mulai kehilangan kesadarannya sehingga pria itu pun merasakan kegelapan dan kehampaan.

Buk! Buk! Buk!

Pria itu baru tersadar ketika dia mendengar suara pukulan yang amat keras dan dia mengerjapkan matanya sembari menahan rasa sakit yang tiba-tiba saja nenggerogoti seluruh tubuhnya.

Buk buk buk...

"Pukul terus!!!" Suara seorang pria yang memberi perintah langsung terdengar di telinga pria itu hingga dia pun membuka matanya dan terkejut mendapati kaki-kaki sedang menendang ke arahnya.

Maka tanpa berpikir lebih lama lagi, pria itu langsung menutupi wajahnya dengan tangannya supaya tidak terkena pukulan.

"Ha ha ha...! Sepertinya dia sudah sadar, Ayo cepat pukul dia sampai dia kembali pingsan lalu lempar tubuhnya ke dalam sumur itu!!!" Suara pria asing terdengar begitu puas melihat para anggotanya memukuli orang tak berdaya yang terkapar di tanah.

"Bos, Sepertinya dia punya kemampuan bertahan yang kuat, lihat saja, dia masih tetap sadar setelah dipukuli oleh 5 orang," ucap seorang pria langsung membuat pria yang merupakan bos dari anggota geng tersebut tersenyum kesal.

"Kalau begitu, lemparkan dia ke dalam sumur!!!" Perintah bos itu langsung membuat ke-5 orang yang sedari tadi terus memeluk kuli sang pria kini mengangkat tubuhnya pria tersebut dan melemparkannya ke dalam sumur.

Byur!!!

Sang pria berusaha meronta-ronta karena ternyata air dalam sumur itu cukup banyak sehingga dia berusaha menjaga agar kepalanya tetap berada di atas permukaan air.

"Nikmati kemalanganmu berada di sini!!" Teriak seorang pria dari atas ujung sumur diikuti oleh sebuah penutup sumur yang diletakkan di permukaan sumur hingga membuat cahaya rembulan yang tadi memberikan penerangan di dalam sumur itu kini menghilang.

"Apa yang terjadi?" Ucap pria bernama Gibran yang tidak mengerti Mengapa dirinya tiba-tiba saja berada di tempat.

Padahal, tadinya dia sedang berada di toko buku untuk meminjam sebuah buku.

"Hah! Hah! Hah!!" Pria itu berusaha menjaga nafasnya tetap stabil, dan dia berpegangan pada batu-batu di dinding sumur agar tubuhnya tetap terjaga.

"Tolong!! Tolong!!!" Gibran berteriak sangat keras, tetapi seberapa kali pun dia berteriak tidak ada satupun orang yang menghampirinya sebab sumur itu jauh berada di dalam kebun seorang petani yang mana kebun itu sudah lama tidak terawat.

"Bagaimana ini??" Gibran menggertakan giginya sembari menahan rasa dingin pada tubuhnya.

Selain menahan kedinginan, pria itu juga menahan rasa sakit pada tubuhnya karena luka di sekujur tubuhnya dan dia berusaha meraba segala permukaan seumur itu berharap jika dia menemukan sesuatu yang bisa menolongnya untuk keluar dari tempat itu.

Tetapi kemudian pria itu malah mendapati sebuah buku yang melayang di atas permukaan air sumur tersebut sehingga dia mengambil buku tersebut dan merabanya.

"Kenapa di sumur ini ada buku?" Ucap pria itu sembari membuka buku tersebut, dan meski dia tidak bisa melihat isi buku itu kenapa ketika dia meraba permukaan setiap kertas pada buku itu dia malah bisa mengetahui isi dari setiap lembar kertas pada buku itu.

'Seorang pria yang di pilih, akan mendapat nasib yang baik di umur yang ke-25 tahun, Setelah dia berhasil keluar dari sumur tempat ia dibuang oleh sekelompok geng motor. Sebuah kekuatan yang baik akan dikaruniakan padanya, tetapi kekuatan itu bisa menjadi malapetaka jika tidak dipergunakan dengan baik!!!'

Gibran berkali-kali berusaha memahami apa yang tertulis di sana tetapi dia tidak terlalu mengerti apa yang dikatakan disana, Dan ketika dia berusaha membuka lembar berikutnya dia tidak mendapati apapun yang tertulis di sana sehingga pria itu menjadi semakin bingung.

Tepat ketika dia sudah membaca tulisan itu sebanyak 10 kali, tiba-tiba saja air yang begitu deras mengalir ke dalam sumur tersebut hingga membuat air semakin naik dan untungnya dia pandai berenang sehingga dia pun naik bersama-sama dengan air tersebut.

Buk!

Brak!!!

Gibran mendorong penutup sumur yang ada di sana Lalu dia pun keluar sembari melemparkan buku yang tadi bersama-sama dengan dia di sumur.

Saat ia melihat ke arahnya, ternyata hujan yang deras dan air sungai Yang meluap membuat banjir di situ sehingga ada banyak air yang masuk ke dalam sumur.

Maka dengan tubuh yang begitu basah dan mengandalkan sinar rembulan, Gibran kembali mengambil buku yang tadi bersama-sama dengannya lalu dia pun manerjang banjir itu untuk meninggalkan tempat tersebut.

2

Cukup lama berjalan menerjang banjir, akhirnya Gibran bernafas lega ketika ia melihat sebuah gubuk yang tak jauh darinya sehingga pria itu cepat-cepat pergi ke sana, dan untungnya gubuk itu dibangun dengan tiang yang tinggi sehingga bagian atas gubuk tersebut tidak terkena banjir.

Tanpa pikir panjang, maka Gibran langsung mengetuk pintu gubuk tersebut.

Tok tok tok..

"Permisi, apakah ada orang di sini?" Tanya Gibran sembari menahan rasa sakit dan menggigil pada tubuhnya.

"Permisi!!!" Gibran sekali lagi berteriak dengan suara yang keras, berharap ada orang yang menjawabnya, tetapi ketika dia menyadari bahwa tidak ada satupun lampu yang menyala di gubuk itu, maka Gibran pun memutuskan untuk mendobrak pintu gubuk tersebut demi mendapatkan perlindungan.

Benar saja, setelah didobrak maka pintu tersebut terbuka dan ternyata tempat itu hanyalah gubuk biasa yang di dalamnya ada peralatan-peralatan untuk membersihkan ladang.

Tanpa pikir panjang, maka Gibran pun segera meletakkan buku yang ia bawa di lantai lalu dia berusaha mencari sesuatu yang bisa menolongnya dari rasa sakitnya.

Ia mendapatkan sebuah lentera dan juga korek yang terletak di atas salah satu rak kecil di gubuk tersebut.

Setelah menyalakannya, maka Gibran melihat-lihat lalu dia menemukan ada pakaian kering yang diletakkan di sana, meski pakaian itu terlihat kotor, tetapi Gibran tidak terlalu memperdulikannya dan dia segera mengganti pakaiannya yang basah kuyup dengan pakaian kering itu supaya dia merasa lebih hangat.

Pria itu juga bernafas lega saat ia melihat ada sebuah tungku yang terletak di bagian sudut kubu tersebut, maka tanpa menunggu lagi Dia segera menyalakan api tungku itu dan duduk di sana untuk mendapatkan kehangatan dari nyala api tersebut.

"Apa yang terjadi? Kenapa aku tiba-tiba berada di sini?" Ucap Gibran dalam hati sembari menahan rasa menggigilnya dan rasa sakit pada seluruh tubuhnya yang telah dipukuli oleh sekelompok orang yang tak ia kenal.

Pria itu terus terdiam di tempatnya memikirkan masalah itu hingga tiba-tiba sebuah cahaya dari belakangnya membuat Gibran langsung menoleh ke arah sumber cahaya, dan ia melihat bahwa ternyata buku yang tadi ia bawa dari sumur tergeletak di sana dan kini terbuka.

Maka dengan kening berkerut dan menahan rasa sakit pada tubuhnya, Gibran pun melangkah tertatih-tatih menghampiri buku tersebut, Lalu ketika dia melihat permukaan buku tersebut, pria itu mengerutkan keningnya saat tulisan tiba-tiba saja muncul di sana.

Apa yang tertulis di sana menggambarkan apa yang baru saja ia alami, mulai dari ketika dia memasuki toko buku lalu membaca buku tersebut dan tersedot masuk ke dalam tubuh tempat ia berada sekarang, juga ketika dia berada di dalam sumur.

"Ini,, Mengapa bisa begini?" Ucap Gibran Mengambil buku tersebut Lalu menatapnya dengan perasaan bingungnya membaca setiap kata yang tertulis di sana.

Setelah selesai membaca halaman itu, dia pun membuka halaman berikutnya dan semuanya masih kosong, tetapi ketika dia tiba di halaman akhir, peri-priaitu semakin mengerutkan keningnya saat ia melihat foto yang tertera di sana.

Itu adalah foto dirinya, foto dirinya ketika dia masih memiliki kehidupan yang normal membaca novel setiap hari, sementara foto yang ada di sampingnya ialah foto laki-laki yang asing baginya.

Di bagian bawa kedua foto tersebut bertuliskan, *orang yang sama tapi tidak sama, sebuah cerita yang diangkat dari mereka!!!*

Gibran benar-benar mengerutkan keningnya, dan tidak mengerti dengan apa yang terjadi tetapi mengingat dirinya mulai kedinginan lagi maka pria itu berjalan kembali ke arah tungku dan duduk di sana sembari melihat-lihat buku tersebut.

Setelah beberapa saat, barulah pria itu mengerutkan keningnya, "jangan-jangan aku berada di tempat lain karena masuk ke dalam buku ini lalu aku disuruh untuk menuliskan sebuah kisah novel di buku ini? Tapi apa maksud dengan kekuatan yang diberikan padaku?" Ucap pria itu sembari mengerikan keningnya, menatap ke arah api yang menyala dengan tatapan tajamnya.

Duar!!!

Ia merasakan rasa panas pada matanya lalu sebuah cahaya keluar dari matanya sendiri dan membuat api yang ada di tungku menjadi membesar membakar tempat itu.

"Sial!!!" Teriak Gibran segera berlari dari dalam gubuk tersebut sebab gubuk itu sepenuhnya terbuat dari kayu yang mudah terbakar sehingga api dengan cepat menyala membakar gubuk tersebut.

Begitu turun dari gubuk, dia yang kembali basah akibat banjir yang ada di sana hingga ia berlari menerjang banjir itu untuk menjauhi gubuk..

Terus berlari, pria itu memeluk erat buku yang ada di tangannya sampai dia akhirnya tiba di sebuah pohon dan memilih memanjat pohon itu untuk menghindari air yang semakin tinggi.

Dari tempat ia duduk, pria itu menatap ke arah gubuk yang perlahan-lahan kini mulai hancur karena api yang membakarnya.

"Apa yang baru saja terjadi??" Ucap Gibran dalam hati sembari berpikir mengerutkan keningnya menatap ke arah gubuk yang terbakar lalu memindahkan tatapannya ke bawah dasar pohon di mana air yang berwarna kecoklatan masih begitu tinggi.

Duar!!!

"Akhh!!!" Gibran Berteriak kencang ketika tiba-tiba saja matanya yang panas diikuti oleh kilatan seperti petir yang menyambar ke arah tempat ia melihat membuat pria itu sangat terkejut.

"Ini,, kenapa ini???" Ucap Gibran yang tidak mengerti, sehingga pria itu pun mengingat dua kejadian yang terjadi berturut-turut, semuanya karena Ia berpikir terlalu keras dan memfokuskan tatapannya pada satu titik.

"Jangan-jangan,,," Gibran kembali teringat akan tulisan di dalam buku sehingga pria itu pun kembali menatap sebuah ranting pepohonan dan menajamkan tatapannya ke arah ranting tersebut.

Duar!!!

Sebuah kilatan petir yang ternyata berasal dari matanya hingga membakar ranting tersebut langsung membuat Gibran membuka lebar-lebar mulutnya dan dia benar-benar tidak percaya dengan apa yang terjadi.

"Sial!!! Apakah ini kekuatan super yang dimaksud oleh buku ini??!" Ucap pria itu benar-benar tak percaya bahwa sebuah kemustahilan yang hanya bisa ditemui di dalam novel, sekarang malah terjadi tepat di depan matanya dan dia sendiri yang menjadi objek percobaan itu!!!

Besok baru otor crazy up ya.. lagi nyiapin bab.

3

Pada pagi harinya, ketika matahari mulai muncul di ufuk timur bumi tempat Gibran berada, maka pria itu pun turun dari atas pohon tempat ia berlindung lalu menerjang banjir yang masih setinggi pinggang orang dewasa.

Sembari terus berjalan, Gibran memeluk buku yang ia sebut sebagai buku ajaib lalu pria itu melangkahkan kakinya meninggalkan tempat tersebut ke arah yang dipilihnya secara acak.

Beberapa kali melangkah, pria itu kadang tersandung, terjatuh dan bahkan menginjak sesuatu yang melukai kakinya.

Tetapi dia tetap melangkahkan kakinya dan mengabaikan rasa sakit pada seluruh tubuhnya sehingga pria itu akhirnya tiba di sebuah jalan Besar yang terletak lebih tinggi dari perkebunan tempat ia berada.

"Ahh,, aku merasa ingin mati saja," kata Gibran sembari nang istirahatkan tubuhnya pada sebuah batang pohon yang tergeletak di pinggir jalan tersebut lalu dia pun duduk di sana sembari menunggu jika ada kendaraan yang lewat yang bisa ia tempati menumpang.

namun setelah menunggu selama 1 jam, pria itu mengerutkan keningnya ketika tidak ada satupun kendaraan yang lewat sehingga dia memutuskan untuk memaksakan tubuhnya yang sudah terlalu lelah berjalan terus menyusuri jalan tersebut.

Entah berapa lama ia berjalan, tetapi saat itu matahari sudah sangat terik hingga membuatnya semakin kelelahan dan memilih duduk di bawah sebuah pohon yang cukup rindang.

"Hah,, Apakah nanti apa yang kulakukan hari ini akan tertulis lagi di buku ini?" Ucap Gibran sembari membuka buku yang ada di hadapannya, dan sejak terakhir kali terjadi perubahan kemarin malam, sampai saat ini belum ada lagi satupun perubahan pada buku tersebut.

Ketika dia tengah memperhatikan buku itu, tiba-tiba sebuah mobil mendekati arahnya sehingga pria itu langsung berdiri dengan langkah tertatih ia masuk ke tengah jalan untuk menyetop mobil tersebut.

Ciittt....!!!!!

Suara rem mendadak langsung membuat Gibran yg berjalan mendekati mobil yang tengah berhenti di hadapannya segera melambaikan tangannya pada pemilik Mobil.

"Tolong saya, tolong beri saya tunggangan untuk meninggalkan tempat ini," ucap Gibran pada sang supir yang ternyata ialah seorang perempuan dengan penampilan yang tomboy.

"Masuklah," kata perempuan itu dengan santai langsung membuat Gibran membuka pintu mobil lalu dia pun duduk di kursi penumpang depan sembari menatap perempuan yang duduk di sampingnya.

"Terima kasih, suatu saat aku pasti akan membalas kebaikanmu," ucap Gibran.

"Tentu, kau harus membalasnya!" Kata perempuan itu masih dengan suara yang begitu santai hingga membuat Gibran Mengapa perempuan itu dengan bingung Sebab Dia tidak mengerti mengapa perempuan itu terlihat begitu santai.

Tetapi ketika dia hendak menatap perempuan itu dalam, dia langsung menggelengkan kepalanya dan mengerjapkan matanya beberapa kali.

'Sial!! Aku hampir saja membuat masalah!' ucap Gibran dalam hati yang tidak bisa membayangkan ketika sebuah aliran petir keluar dari matanya menyambar perempuan cantik yang ada di hadapannya.

"Siapa namamu dan kenapa kau bisa ada di tempat itu?" Tiba-tiba suara Sang Perempuan langsung membuat Gibran kembali menoleh ke arah perempuan itu dan masih terlihat bahwa perempuan itu sangat sampai menghadapinya seperti tidak ada ketakutan Jika saja dia berniat macam-macam pada perempuan itu.

"Aku tersesat, dan namaku Gibran, Siapa namamu?" Tanya balik Gibran pada perempuan itu.

"Namaku Gisel," jawab Sang Perempuan.

"Ah, begitu, nama yang sangat bagus." Ucap Gibran sembari tersenyum memalingkan pandangannya dari perempuan itu dan beralih menatap ke arah jalan yang ada di hadapan mereka.

Tetapi pria itu langsung menoleh kembali ke arah sang perempuan saat ia kembali mendengar Gisel berkata, "tapi aku tidak menyukai Namaku. Oya, Kau mau turun di mana?"

Gibran langsung merasa tidak enak pada perempuan itu Sebab Dia tidak berpikir bahwa ternyata perempuan itu tidak menyukai namanya.

"Maaf, aku pikir kau menyukai namamu, kalau begitu aku akan turun saat kita tiba di tempat yang lebih ramai." Ucap Gibran.

"Kau terluka, Bagaimana kalau aku mengantarmu ke rumah sakit?" Tanya Gisel langsung membuat Gibran mengerutkan keningnya untuk berpikir.

Dia tidak mengetahui identitasnya di tempat itu, Bahkan dia tidak tahu di tubuh mana dia tergeletak dan bagaimana masa lalu dari tubuh tempat ia berada sehingga pria itu menjadi kebingungan harus pergi ke mana.

Melihat Gibran yang tampak berpikir dengan wajah yang bingung langsung membuat Gisel berkata, "Apa kau tidak punya tujuan?"

"Ahh," Gibran mengatup erat-erat giginya sembari berpikir beberapa detik sebelum pria itu berkata, "itu, aku mengalami sesuatu yang membuatku lupa akan beberapa hal tentang diriku, jadi sekarang aku hanya mau mendapatkan tempat untuk makan."

Ucapan pria di sampingnya langsung membuat Gisel menatap pria itu, lalu perempuan itu pun memelankan laju mobilnya dan mengulurkan tangannya ke belakang mengambil sesuatu.

"Makan ini," kata Gisel menyerahkan sebuah kantong berisi makanan pada Gibran hingga Gibran pun mengambil kantong tersebut dan melihat bahwa Ternyata isinya adalah hot dog.

"Terima kasih," ucap Gibran langsung mengambil hot dog tersebut dan dia memakannya dengan lahap karena dia memang sudah menahan laparnya selama belasan jam lamanya.

"Kalau kau tidak punya tempat tujuan, Bagaimana kalau aku mengantarmu ke suatu tempat? Aku memiliki seorang teman yang membuka sebuah bisnis, Dia sedang membutuhkan seseorang untuk bekerja dengannya kau bisa membantunya di sana," ucap Gisel langsung membuat Gibran menganggukkan kepalanya.

Dia tidak merasa curiga pada Gisel, Sebab Dia melihat bahwa perempuan itu tampak bersikap baik padanya, dan yang membuatnya tidak takut juga bahwa saat ini Dia memiliki kekuatan super yang akan membantunya jika mengalami bahaya.

Setelah mendapatkan jawaban dari Gibran, maka Gisel pun mengambil ponselnya lalu dia menghubungi temannya.

Drrtt.... Drrtt... Drrtt...

Drrtt.... Drrtt... Drrtt...

"Tumben sekali kau menelponku. Apakah ada sesuatu yang kau perlukan?" Suara seorang pria dari seberang telepon dapat didengar oleh Gibran, sebab saat itu Gisel memasukkan panggilan tersebut dalam mode speaker.

"Bantu aku merawat seseorang, sekarang aku dalam perjalanan untuk mengantarnya ke tempatmu," ucap Gisel pada pria di seberang telepon.

"Ahh, tentu saja, tapi kalau itu adalah perempuan, maka aku tidak bisa menjamin dia akan nyaman tinggal bersamaku, kau tau sendiri kan Bagaimana tempatku?" Jawab pria yang berteleponan dengan Gisel hingga membuat Gibran mengerutkan keningnya.

Memangnya seperti apa tempat orang itu sehingga perempuan tidak bisa tahan di sana?

"Jangan khawatir, Dia adalah seorang pria, tapi dia sedang terluka Jadi mungkin akan sedikit merepotkanmu," kata Gisel mengabaikan tatapan Gibran.

"Tidak masalah, antar saja dia kemari," ucap pria dari seberang telepon.

Maka setelah panggilan telepon itu, Gisel pun mengantar Gibran ke sebuah tempat dan saat tiba di sana, Gibran benar-benar terkejut bahwa tempat itu ialah sebuah bar kelas rendahan.

Meski begitu, Gibran tidak mengatakan apapun dan hanya mengikuti sang pria yang kemudian mengantarnya ke sebuah kamar.

"Ini adalah sebuah bar, jadi kalau kau mendengar suara-suara aneh, abaikan saja itu dan beristirahatlah. Ahh,, kalau kau persis satu, katakan saja pada pelayan yang ada di sini mereka akan membantumu," ucap seorang pria yang merupakan teman Gisel.

Gibran hanya mengganggukan kepalanya dengan tenang lalu dia pun berpisah dengan pria itu dan tanpa menunggu lebih lama, pria itu membaringkan tubuhnya di tempat tidur.

Namun saat ia berbaring, tiba-tiba saja pria itu merasakan sakit kepala yang sangat luar biasa sehingga dia pun meringkuk meronta-ronta di atas tempat tidur namun tetap menjaga mulutnya agar tidak mengeluarkan suara.

Cukup lama pria itu menahan rasa sakitnya sampai ia menjadi tenang dan dia pun terbengong di tempatnya, sebab masa lalu tentang tubuh tempat ia berada kembali terputar dalam ingatannya.

"Sial!! Pria ini seorang pecandu narkoba," ucap Gibran sembari tertawa sini dan dia benar-benar merasa sosial memasuki tubuh tersebut sebab tubuh itu memiliki banyak masalah karena dia melakukan berbagai cara untuk mendapatkan gula-gula.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!