Dika Ariawan adalah seorang pria yang terbilang sukses. Sebab ia adalah pemilik perkebunan teh yang terletak di pinggiran kota dan juga ia adalah pendiri pabrik minuman kemasan dengan brand yang sangat terkenal. Bisa di bilang seorang Dika merupakan manusia dengan paket komplit. Selain wajahnya yang tampan dengan bentuk tubuh yang gagah menawan, Dika juga memiliki sifat yang ramah dan dermawan. Bahkan Dika di kenal sebagai donatur terbesar di beberapa yayasan dan badan amal di kota. Oleh sebab itu, Dika sering menjadi sasaran empuk bagi wanita-wanita untuk di jadikan sebagai pilihan teman hidup, serta menjadi buronan para Ibu-ibu sosialita untuk di jadikan sebagai menantu ideal.
Tapi, siapa yang sangka meski memiliki ciri-ciri sebagai pria idaman wanita, ternyata Dika sama sekali tak pernah tertarik dengan wanita manapun. Pria yang berusia 28 tahun itu benar tidak memiliki ketertarikan pada wanita manapun. Bahkan ia sempat di kenal sebagai pria kemayu pada saat ia masih berstatus sebagai pelajar. Dan selama hidupnya, Dika hanya pernah dekat dengan dua orang wanita yang di akui sebagai sahabat terbaiknya. Namun seiring berjalannya waktu, saat dua sahabatnya itu telah menemukan tambatan hati, Dika perlahan merubah kebiasaannya. Mulai dari cara nya berbicara dan berjalan.
Tak ada yang tahu, bagaimana kerasnya Dika berjuang agar terlihat seperti laki-laki normal pada umumnya. Ia sadar bahwa untuk hidup bermasyarakat dan berada di lingkungan yang menjunjung tinggi nilai-nilai budaya, Dika harus berubah menjadi lelaki sungguhan.
Yah, Dika berhasil. Ia bisa tampil sebagaimana mestinya. Namun ada satu hal yang sulit ia rubah, yaitu ketertarikannya terhadap sesama jenis belum bisa ia kendalikan.
Terkadang Dika, merasa sangat kotor, bahkan ia sering marah terhadap dirinya sendiri. Bagaiman mungkin ia terlahir dengan kondisi psikologis yang sangat memprihatikan. Bahkan sering kali Dika merayu hatinya agar tertarik dengan wanita-wanita cantik di sekelilingnya. Namun semua nya sia-sia, sebab pada kenyataannya jantung nya hanya berdebar jika di dekat para Pria tampan. Sungguh gila.
Dika merasakan ada sentuhan lembut di kedua pundaknya.
" Sedang memikirkan apa Sayang? " Suara lembut itu selalu membuat Dika jatuh sayang. Bahkan pemilik suara itu menjadi satu-satunya wanita yang membuat Dika jatuh cinta setiap detiknya.
" Bunda,,, kenapa keluar kamar ? udah baikan ? " wanita yang di panggil Bunda itu tersenyum lembut, memandang putra semata wayangnya.
Ialah wanita satu-satunya yang tidak pernah melihat kesalahan pada putranya. Baginya Dika hanya belum bisa menerima kehadiran wanita lain. Ia tak pernah menganggap bahwa Dika memiliki kelainan psikologi.
" Bunda nggak sakit Kok, cuma kecapean saja "
Dika tersenyum hangat, harapan terbesarnya adalah melihat Ibunya bahagia. Dan ia tahu, kebahagiaan Ibunya adalah melihatnya menikah dengan seorang gadis. Meski sang Ibu tidak pernah mengatakannya, namun Dika bisa melihat kegundahan dibalik tatapan mata sang Ibunda. Tatapan mata yang meski sangat teduh, namun terpancar kekhawatiran yang sangat mendalam.
" Bunda,, Dika selalu bertanya, apakah keputusan membawa Misha dalam kehidupan ku adalah sesuatu yang tepat? " Dika bertanya dengan sorot mata yang penuh kekhawatiran.
Dua tahun lalu, ia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak. Dan sekarang anak itu telah tumbuh besar dan bahagia bersama Dika.
Misha adalah kekuatan kedua setelah Ibunya.
" Kenapa ? Bahkan Bunda melihat kalian sangat bahagia " kata Bunda
Dika menarik nafasnya dengan sangat berat.
" Yah, kami bahagia Bun, meski kami hanya berdua. Aku hanya takut, kelak Misha akan kecewa karena aku tidak bisa menghadirkan sosok Ibu dalam keluarga kami. Dan aku takut, Misha akan membenciku jika dia tahu, bahwa Ayahnya adalah - "
" Sssttttt......Jangan pernah berkata seperti itu Nak, tidak ada yang salah pada dirimu, Bunda hanya merasa bahwa saat ini memang kamu belum menemukan wanita yang tepat "
Dan begitu lah Sang Bunda selalu memberikan kata-kata menenangkan di saat Dika mulai resah dengan keadaannya.
Bohong jika ia juga tidak merasakan keresahan. Namun Sang Bunda sadar bahwa ia adalah satu-satunya orang yang menjadi tempat sandaran bagi putra semata wayangnya. Dan ia tidak akan mempermasalahkan apapun terhadap putranya . Baginya Dika adalah segalanya, dan ia percaya bahwa Dika tidak akan pernah mengecewakan dirinya .
*
Sementara di sudut bumi yang lain. Seorang gadis remaja sedang menangis dengan tatapan penuh luka.
Delia begitu terpukul sejak beberapa hari ini. Sebab ia harus melihat kedua orang yang ia sangat sayangi terbaring lemah tak berdaya di atas brangkar.
Kecelakaan beberapa hari yang lalu, membuat orang tuanya terbaring lemah. Ibunya koma sementara Ayah sadar namun tak bisa berbuat apapun.
Gadis yang berusia 17 tahun itu tak mampu lagi berkata-kata. Ia tak lagi memikirkan bagaimana nasibnya ke depan. Yang ia pikirkan bagaimana kedua orang tuanya bisa kembali kepelukannya.
menjadi putri satu-satunya membuat Delia sangat dekat dengan kedua orang tuanya. Bahkan Delia sangat mengidolakan Ayah dan Ibu nya saking ia menyayangi kedua sosok yang telah membesarkan nya.
" Sa.... sayang .... kemarilah " Pria di atas pembaringan itu berkata dengan terbata.
Delia yang perlahan mendekat, dan menggenggam tangan sang Ayah dengan erat.
" Ayah " Delia berucap lirih di sela tangisnya
" Sayang, Putri Ayah yang cantik, maafkan Ayah Nak, Karen tidak bisa lagi menjagamu " Dengan susah payah pria itu berkata. Membuat hati Delia semakin terluka
." Ayah, ku mohon jangan berkata seperti itu,,, Delia yakin Ayah dan Ibu bisa pulih " Sela Delia
Sang Ayah tersenyum, meski dalam kesakitan. Pria itu ingin terlihat baik baik saja di hadapan putri tercintanya.
" Delia, Anakku.... Ayah dan Ibu mungkin tidak akan lama, maka dari itu Ayah ingin memberi tahukan mu sesuatu " Sekuat tenaga pria yang sedang sekarat itu berbicara pada Delia
" Ayah .."
" Kamu, tahu kan Tentang Om Dik ? " Delia mengangguk saja, meski hatinya rapuh, ia mencoba untuk menjadi teman bicara bagi sang Ayah.
" Om Dik, yang selalu Ayah dan Ibu ceritakan ke kamu. Dia adalah orang baik... Ayah berencana ingin menyerahkan mu kepadanya Delia,,, Ayah yakin dia adalah orang yang tepat yang bisa menjagamu dengan sepenuh hati "
Meski sudah sesak nafas dan sulit mengucapkan kata-kata. Sanga Ayah dengan sekuat tenaga ingin menyampaikan wasiat kepada Delia. Sang Ayah yakin, mungkin ia tak akan lama lagi.
Maka dari itu, sebelum ia pergi, ia harus memastikan bahwa Delia mau dan harus tetap hidup nyaman dan aman setelah kepergian nya.
" A... Ayah.. Sudah, Delia yakin Ayah pasti akan sembuh " ucap Delia terbata, karena tak sanggup membendung tangis
" Delia Sayang,, kamu harus berjanji pada Ayah, jika nanti Ayah dan Ibu telah tiada, maka kamu harus tetap hidup bahagia, dan berjanjilah kamu akan menerima Om Dik sebagai keluarga barumu, dan kami harus menjadi anak yang penurut Nak " Semakin sesak dan semakin tak bisa lagi berucap. Sang Ayah terlihat seperti menahan rasa sakit
" Ayah, sudah ... " Delia sesegukan. Bahkan ia tak mampu berkata Ia atau tidak
" Berjanji lah Nak " kata Ayah terbata-bata
Delia mengangguk sambil mengusap kasar air mata yang tiada hentinya mengalir di pipi mulusnya.
" Iya Ayah, Delia janji apapun kata Ayah, akan Delia lakukan "
Sang Ayah tersenyum senang meski sedang menahan rasa sakit. Perlahan Pria yang rapuh itu meringis kesakitan, genggaman tangannya pun melemah di tangan sang putri.
Delia panik, saat ia merasa tak ada lagi pergerakan dari sang Ayah....
" Ayah .. ... "
titttt.........
_
Dika terlihat panik saat baru saja menerima telfon dari seseorang. Ia bahkan lupa jika hari ini ia ada janji temu penting dengan para pekerja di perkebunan Teh. Dika juga tak sempat menyentuh sarapan paginya.
Bunda yang sedang menikmati sarapan saat itu juga mendadak panik, sebab Dika terlihat seperti orang kesurupan.
" Kenapa Dika? itu telfon dari siapa ? " tanya Bunda
" Ayah Kenapa ? " Misha juga ikut bertanya
" Bun,, Bang Tio Bun " kata Dika panik
" Tio kenapa ? " Bunda mulai terlihat panik.
Tio merupakan anak dari sepupu jauh sang Bunda, Sama seperti Dika, Bunda juga sangat menyayangi Tio, bahkan Tio dan Dika sempat tinggal bersama di saat Tio berusia 10 tahun dan Dika berusia 5 tahun. Dan akhirnya Tio dan Dika harus terpisah karena orang tua Tio menjalankan bisnis kuliner di kota yang berbeda.
Berbeda dengan Dika, Tio bahkan memutuskan untuk menikah di usia yang masih muda. Sehingga ia memiliki seorang anak gadis yg kini sudah beranjak dewasa.
Namun, meski saling berjauhan, Tio dan Dika masih berhubungan lewat Maya, bahkan mereka sesekali saling mengunjungi jika ada kesempatan.
" Tio kecelakaan Bun,, Dan sudah tiga hari Tio dan istrinya di rawat di rumah sakit, Dan aku baru dapat kabar sekarang " Dika berucap dengan panik, bahkan nyaris berteriak jika tidak mengingat ada Misha di antara mereka.
" Apa,, Ti . Tio kecelakaan " Bunda nampak shock
" Bunda,, tenang yah,, semoga semua nya baik baik saja,, Dika akan berangkat ke kota B sekarang "
" Bunda mau ikut Dik "
" Nggak Bund,, Bunda nggak boleh ikut,, Dika janji akan mengabari Bunda secepatnya oke,, Dan yah... Dika titip Misha yah Bund "
Bunda pasrah, ia harus menuruti apa kata putra semata wayangnya.
" Ayah mau kemana ? " Misha, gadis 5 tahun itu bertanya
" Misha,,, Ayah ada perlu mendadak, Misha sama Eyang dulu yah " kata Dika memberi pengertian. Dan Misha mengangguk, anak ini tipikal anak yang penurut dan tidak suka menuntut, maka dari itu Dika dan Bunda sangat menyayangi nya.
Dika berangkat setelah pamit, tentunya setelah saling memberikan kecupan hangat untuk Bunda dan gadis kecilnya.
**
Delia terbangun setelah mengalami pingsan. Yah, saat genggaman tangan sang Ayah terlepas subuh tadi. Delia ketakutan dan langsung tak sadarkan diri. Seperti nya ia tak siap kehilangan sosok Ayah ataupun Ibunya.
" Ayah,,, "
" Delia,, kamu bangun Nak "
" Tante, kenapa Delia bisa ada di sini ? Delia mau ke rumah sakit "
Saat Delia ingin beranjak dari tempat tidur, ia di tahan oleh seorang wanita dewasa, yang ia sebut dengan Tante.
Namanya Tante Nani, dia adalah tetangga Delia dan sudah Delia anggap sebagai keluarga. Tante Nani dan keluarga adalah orang baik. Mereka lah yang selalu ada di saat Delia terpuruk.
" Tapi, Tante Ayah di rumah sakit sendirian, Ibu juga pasti belum sadar " Delia kembali menangis, membuat semua yang melihat ikut merasakan perih .
" Delia sayang,,, kamu sekarang sedang lemah. kembalikan kekuatan kamu dulu yah, baru kamu ke rumah sakit " Ucap Tante Nani lembut
" Tapi Tante - "
" Jangan khawatir sayang, Om Rian ada di sana untuk menjaga Ayah dan Ibu kamu "
Setalah di bujuk beberapa lama, akhirnya Delia mau menurut dan ia memilih untuk beristirahat sejenak. Sebenarnya Tante Nani menawarkan makanan, tapi Delia tidak berselera. Tepat saat berita kecelakaan orang tuanya tiga hari yang lalu, Delia mendadak tak memiliki selera makan. Bahkan selama beberapa hari ia hanya mengganjal perutnya dengan air putih dan sepotong roti.
Karena itu, Delia nampak lebih kurus dan tak terawat, padahal Delia memiliki tubuh yang ideal dan berisi. Namun, duka ini membuatnya kehilangan nafsu makan dan berat badan..
Di tempat lain. Dika sedang berada didalam ruangan ICU dengan seorang dokter dan dua orang perawat. Dika menatap tubuh yang di balut selimut dengan banyak nya alat-alat medis yang menempel di seluruh tubuhnya. Wanita itu sama sekali tidak sadarkan diri sejak tiga hari ini.
Dika sadar, bahwa tidak ada harapan lagi bagi Lina untuk hidup. Istri dari kerabatnya itu hanya memerlukan sebuah keajaiban dari yang Maha Kuasa. Kecelakaan yang menimpa pasangan suami istri itu sangatlah berat, sebab keadaan dari keduanya sangat mengenaskan hingga sekarang salah satunya masih dalam keadaan kritis.
Dika bertolak pada sisi ranjang yang lain. Pria yang mengalami kecelakaan yang sama ini, terbilang masih lebih baik, sebab pria ini masih bisa melihat serta berbicara meski begitu sulit mengungkapkan kata-kata.
" Tio,, sadarlah... putri mu membutuhkan mu " ucap Dika lirih.
Dika tahu, Tio dan Lina mempunyai anak perempuan. Dan seingatnya anak itu mungkin sudah 17 tahun. Dika hanya sempat bertemu sekali dengan anak Tio, itupun saat anak perempuan itu berumur 3 tahun. Dan mungkin sekarang Dika tidak tahu bagaimana kabar dan paras dari anak itu.
Sejauh yang Dika ketahui, putri dari Tio dan Lina saat ini sedang berada di rumah tetangga nya. sebab subuh tadi, anak itu sempat pingsan. Mungkin anak itu kelelahan. pikir Dika.
Tio merespon ketika ada sesuatu yang begitu hangat yang menyentuh tangannya. Perlahan ia membuka mata. Dan samar-samar ia melihat wajah tampan yang tersenyum tapi penuh kekhawatiran terhadapnya.
" Dik .... "
" Sttt,,, udah nggak usah Ngomong Bang " Dika tak memberikan kesempatan untuk Tio berbicara.
Tapi, dari cara Tio menggenggam tangannya. Sepertinya Tio ingin mberitahukan sesuatu pada Dika. Sesuatu yang penting.
" Ada apa Bang? Abang nggak usah banyak gerak atau banyak mikir, Abang pasti akan baik-baik saja "
ujar Dika
" Dik, ka..... Abang mau minta satu hal sama kamu " ucap Tio dengan sangat susah payah
" Minta apa Bang Ti ? Insyaallah Dika akan usahain segalanya " kata Dika, sebenarnya dia sudah ingin menangis, tapi ia tahan sebab ia harus kuat di hadapan kerabat nya ini.
" A,,, Abang mohon..... " Tio menarik nafas, rasanya sangat berat untuk melanjutkan ucapannya.
" Mungkin..... Abang nggak akan lama lagi,,,,,.......... Abang mau serahin Delia sama kamu Dik,, tolong jaga dia baik-baik " sambung Tio dengan sesak nafas yang tak beraturan.
" Bang,, udah.. Abang nggak usah Khawatir, ada atau tidak ada Abang, Delia akan baik- baik saja, jadi Abang harus kuat yah,, biar Abang bisa jaga Delia " Dika memberi semangat
" Ti,,,, tidak Dik....Berjanjilah Dika " Susah payah Tio menggerakkan tangan kiri nya agar ia bisa menggenggam kedua tangan Dika.
Dika meraih tangan rapuh itu. Bahkan saat ini mata Dika sudah berkaca-kaca.
" Berjanjilah, kamu akan menjaga dan merawat Delia sampai dia bertemu dengan jodohnya. Berjanjilah kamu akan menyayangi Delia seperti kamu menyayangi Misha, Berjanjilah Dika " ujar Tio penuh harap
" Aku Berjanji Bang,,, aku akan selalu menyayangi Delia seperti anak aku sendiri, Tapi Abang juga harus janji, Abang harus kuat melewati ini semua "
akhirnya pecah sudah pertahanan Dika, air mata yang susah mati ia tahan, akhirnya jatuh mengalir deras. Sisi lembutnya tak mampu melihat kerabatnya tersiksa.
" Alhamdulillah, sekarang Abang dan Kakak ipar mu sudah bisa pergi dengan tenang "
tit. ... tit. ... tit ...... tit .....
" Abang .... Bang Tio " Dika panik, dan bersamaan dengan itu, Ada seseorang yang tiba-tiba jatuh.
Ia tak mampu mendengar bunyi peringatan alat medis yang begitu menakutkan.
" Ayah...... "
Belum sempat Dika melihat si pemilik suara, seseorang itu sudah kembali pingsan dan sudah di bopong oleh petugas rumah sakit
_
Tak ada yang bisa tidak terluka jika harus merasakan kehilangan. Kehilangan orang tercinta untuk selamanya adalah patah hati terbesar di dunia. Mungkin inilah yang di rasakan Delia.
Hatinya belum siap menerima kepergian seorang Ayah sejam yang lalu, dan sekarang ia harus menelan pil pahit lagi, sebab Sang Ibu yang kritis ternyata harus menyusul sang Suami tercinta ke Alam sana.
Runtuh seketika dunia Delia. Bahkan semangat hidupnya telah terkikis habis oleh kenyataan. Sendiri, yah saat ini ia seorang diri. Entah apa yang harus ia lakukan tanpa kehadiran Ayah dan Ibunya.
" Ayah,, Ibu ... " Lirih nya penuh luka...mendadak dunia seketika menjadi gelap gulita, hingga akhirnya Delia tak sadar kan diri lagi.
Tangis haru memenuhi seisi rumah duka. Tio dan Lina di kenal sebagai orang orang yang baik. Suami istri itu bahkan sering membantu tetangga yang sedang kesusahan.
Hidup di tempat dimana tak ada saudara dan keluarga, membuat Tio dan Lina menganggap semua yang ada di sekitar rumahnya adalah keluarga dan saudara.
Maka dari itu, kepergian Tio dan Lina adalah duka terdalam bagi semua warga yang hadir.
Disisi lain, Dika sibuk mengurus proses pemakaman Tio dan Lina, sejak pagi tadi ia tak sempat makan atau sekedar istirahat. Saking tak sempatnya memikirkan yang lain, Dika bahkan lupa jika Tio dan Lina punya seorang putri sampai sekarang pun Dika tak pernah bertanya tentang bagaimana kabar gadis malang itu. Baginya saat ini mengurus semua keperluan Tio dan Lina adalah hal terpenting dari segalanya, sebelum kedua pasangan suami-istri itu di antar ke pembaringan terakhir mereka.
Sementara Delia, ia baru sadar saat Jenazah Ayah dan Ibunya telah di antar menuju pemakaman. Wajah gadis itu terlihat sangat lelah dan kuyu.
Tante Nani yang sedari tadi menjaga anak malang itu.
" Delia sayang .... " Tante Nani langsung memeluk tubuh dengan hati yang rapuh itu. Wanita paruh baya itu tak kuasa menahan tangis saat melihat keadaan Delia yang begitu menyedihkan.
" Kamu yang sabar yah.... Ikhlaskan Ayah dan Ibu mu Nak, Insyaallah kamu gadis yang kuat " ucap Tante Nani mengusap rambut panjang Delia dengan sayang.
Delia sesegukan, ia tak mampu berkata apapun. Rasanya sesak di dada di tambah perih yang menghantam relung jiwa.
" Tan,, te.... A .... Ayah .... Dan Ibu - " Delia tak sanggup melanjutkan ucapannya. Tangis nya kian menjadi saat mengingat Ayah dan Ibu nya.
" Iya sayang, Ayah dan Ibu mu sudah tenang... semua orang sedang mengantar Ayah dan Ibumu ke tempat terakhir nya "
Mata Indah itu membulat sempurna. Bahkan Delia belum melihat Ayah dan Ibunya untuk terakhir kalinya.
" Ta.. tapi Tante, Delia bahkan belum melihat Ayah dan Ibu untuk yang terakhir kalinya, Dan juga Delia belum sempat mengucapkan salam dan maaf kepada Ayah dan Ibu.. lalu bagaiman bisa orang-orang mengantarkan mereka ke pemakaman Tante " Delia histeris. Baginya ini begitu sulit.
Tante Nani pun paham apa yang di rasakan oleh gadis malang itu.
" Delia, tidak baik menunda pemakaman, makin cepat Ayah dan Ibu mu di kebumikan, maka makin baik untuk mereka. Yang mereka butuhkan saat ini hanyalah keihklasan dari kamu Nak, serta do'a tulus dari putri Soleha seperti kamu. Tante yakin mereka pasti akan bahagia di sana " Dengan penuh kelembutan Tante Nani menjelaskan, Berharap Delia bisa menerima kenyataan hidup.
" Tante .... " Delia memeluk erat Tante Nani, dan menumpahkan segala tangis perihnya di pelukan wanita yang sudah ia anggap sebagai keluarga itu.
" Tante tahu ini sulit bagi kamu Nak, Tapi Tante berharap kamu kuat dan bisa melanjutkan hidup kamu dengan lebih baik. Allah pasti punya rencana baik di balik semua duka ini "
Sejam lebih Delia menangis di pangkuan Tante Nani, Dan wanita paruh baya itu dengan setia menemani gadis malang itu.
Dan setelah Delia merasa lebih tenang. Ia bangun dari duka laranya.
" Tante, Delia ingin ke pemakaman " lirihnya, saat ini sudah tak ada lagi air mata yang membasahi pipinya. Semua sudah kering. Perlahan Delia mulai mengikhlaskan segalanya
" Kamu yakin sayang ? " Tante Nani memastikan
Delia mengangguk lemah, mencoba menampilkan senyum meski begitu samar di wajahnya.
" Aku sudah baik-baik saja Tante " lanjutnya mencoba meyakinkan.
Tante Nani mengiyakan dan Ia bersedia menemani Delia ke pemakaman.
Prosesi pemakaman telah selesai. para pengantar jenazah satu persatu sudah pulang. Tinggal Dika dan Rian suami dari Nani yang ada di antara dua kuburan baru yang sengaja di biarkan bersebalahan.
" Sesuai wasiat dari Abang saya sebelum ia pergi, saya di minta untuk merawat Delia, dan kemungkinan besar anak itu akan ikut tinggal bersama saya di kota A " jelas Dika
Rian sendiri sebenarnya berat melepas Delia, mengingat gadis itu sudah tak memiliki keluarga. Bahkan ini kali pertama nya ia bertemu dengan Dika. Jadi, Rian sedikit ragu untuk mempercayakan Delia pada Dika.
" Apa tidak bisa, tunggu Delia menyelesaikan sekolah dulu, sayang sekali jika Delia harus pindah sekolah sementara tinggal beberapa bulan lagi ia akan memasuki ujian. Dan menurut saya, baiknya Delia titip kan dulu pada keluarga saya "
Rian mencoba bernegosiasi. Berharap Dika mau merubah keputusannya untuk membawa Delia pergi. Yah, walau bagaimanapun Rian dan Nani juga begitu sayang pada Delia, meski mereka tak ada hubungan darah sekalipun .
" Dan, mungkin masalah ini kita bicarakan lagi di rumah saya, lebih baik saya dan istri saya berunding dulu, karena bagaimanapun Delia sudah kami anggap seperti anak sendiri " sambung Rian lagi.
Dika hanya bisa mengikuti saja. Sebab bagaimanapun Keluarga Rian adalah orang-orang pertama yang paling dekat dengan Delia. Tentunya keluarga itu pasti sangat mengetahui apa yang membuat Delia nyaman dan tidak. Dan Dika sendiri bisa melihat ada ketulusan di balik sikap Rian terhadap Delia.
Dika memutuskan untuk mencari penginapan. Meski Rian memaksanya untuk menginap di kediaman nya. Namun Dika menolak dengan alasan ingin sndiri dulu. Dan mereka memutuskan untuk kembali membahas masalah Delia esok hari.
Setelah kepergian Dika, Delia datang, dan sekali lagi antara Delia dan Dika tidak saling bertemu. Padahal Dika begitu ingin bertemu dan berbicara banyak pada Delia setelah acara pemakaman selesai.
Tapi Rian memberi usulan pada Dika agar membiarkan Delia sendiri dulu. Sebab walau bagaimanapun gadis itu masih dalam keadaan rapuh, dan pasti akan sulit baginya untuk beradaptasi dengan orang yang baru ia kenal. Dan Dika memahami itu .
Delia bersimpuh di atas gundukan tanah yang di atasnya terdapat batu nisan yang bertuliskan nama orang tuanya. Delia ingin sekali menangis histeris, namun sebelum kesini, ia sudah berjanji pada dirinya bahwa ia akan berusaha tegar meski dalam keadaan rapuh.
Maka untuk saat ini, dan mungkin seterusnya, Delia tak akan menangisi kepergian Ayah Ibunya.. Baginya yang terpenting adalah do'a yang tak akan pernah putus untuk ayah dan ibu nya. Ikhlas, Delia berusaha memberi sugesti pada dirinya agar selalu terlihat tegar.
" Ayah, Ibu.... Delia Ikhlas... Delia berjanji akan menjadi anak yang baik. Dan sesuai permintaan Ayah... Delia akan ikut bersama Om Dik. Orang yang sangat ayah percaya "
Rian dan Nani saling pandang. Rupanya Delia sudah mengetahui perihal Dika yang akan menjadi orang tuanya nanti.
" Delia janji akan. menganggap Om Dik sebagai orang tua dan akan selalu patuh padanya.... Tapi Ayah jangan marah,, Sebab Delia butuh waktu. Mungkin bukan sekarang Delia ikut dengan Om Dik Tapi nanti,, Dan untuk saat ini biar kan Delia hidup sendiri di rumah kita "
" Delia .... " Tante Nani memegang pundak Delia
" Kamu jangan selalu merasa sendiri, kami ada untuk kamu sayang ... Dan kamu bisa tinggal di rumah Tante dan Om Rian selama apapun kamu mau sayang " ujar Tante Nani
" Iya Delia, biar bagaimana pun kamu, sudah kami anggap anak kami Delia, jadi jang pernah menganggap kami adalah orang asing di hidupmu " Om Rian ikut menanggapi ucapan istrinya.
Delia tersenyum lembut, beruntung ia di kelilingi orang-orang baik.
" Makasih Om, Tante.... " ucapnya
" Dan masalah Om Dika,, kamu bisa memikirkannya Nak,, dan Om juga sudah berbicara padanya. " kata Om Rian
" Lalu, dimana Om Dika sekarang ? " tanya Delia
" Om Dika kembali ke penginapan, mungkin besok dia akan bertemu dengan mu " jawab Om Rian
Delia mengangguk, sedikit hatinya merasa penasaran tentang siapa Om Dik ini. Seingatnya ia tak pernah bertemu dengan pria itu. Tapi karena Ayah dan Ibunya selalu menceritakan tentang Dika padanya, maka sedikit ia bisa menggambarkan tentang Om Dik yang katanya punya anak perempuan.
Entah bagaimana rupanya, apa mungkin Om Dik seperti Ayah ?
_
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!