Pagi ini, Yasmin sudah disibukkan dengan tugas di rumah untuk membantu uminya. Karena sebentar lagi kakaknya dari luar kota akan berkunjung bersama keluarganya. Sudah lama kakaknya tidak pulang ke kampung halamannya. Kakaknya, Melati sudah menikah dan ikut suaminya tinggal di Bangka. Sementara adik bungsunya Dahlia, masih kuliah semester empat di salah satu universitas swasta.
"Yas, kapan kamu mau nyusul kakak mu berumah tangga?" tanya Lusi, umi Yasmin.
"Nanti, Mi. Aku mau cari kerja dulu dan membahagiakan, Umi. Lagipula, aku kan belum lama lulus kuliah" jawab Yasmin.
"Sudah banyak lamaran yang ku masukkan ke beberapa perusahaan, tapi belum ada satu pun panggilan. Apa karena penampilanku, ya?" pikir Yasmin.
Ya, Yasmin adalah seorang gadis yang sederhana dengan jilbab syar'inya. Dia yakin dan percaya bahwa rezeki dari Allah tidak melihat penampilan manusia. Rezekinya juga tidak akan tertukar.
"Kok, melamun. Sudah cepat bereskan piringnya" tegur umi Lusi tersenyum.
"Iya, Mi" Yasmin hanya tersenyum kikuk lalu menyelesaikan pekerjaannya.
"Huft, umi selalu menanyakan kapan aku menikah. Padahal umurku juga baru 24 tahun. Aku belum kepikiran mau nikah. Lagian juga mau nikah dengan siapa?. Pacaran juga nggak" batin Yasmin.
Suara nada dering ponsel berbunyi di atas meja. Yasmin melihat ponselnya yang berbunyi.
"Siapa, ya, yang menelpon?. Apa salah satu perusahaan yang sudah aku masukkan lamaran kemarin, ya?" gumamnya sambil berjalan menuju meja untuk mengambil ponselnya.
"Assalamualaikum" sapa Yasmin mengangkat panggilan telpon.
"Waalaikumsalam. Apa ini benar nomor Yasmin Aprillia?" tanya suara seorang perempuan di seberang sana.
"Iya, betul. Ada apa, ya, Mba?. Mba ini siapa kalau boleh saya tahu?" ujar Yasmin balik bertanya. Karena nomor yang menelponnya adalah nomor yang tidak dia kenal.
"Ya, Allah, Yasmin!!. Kamu sudah tidak kenal dengan suaraku lagi?" seru perempuan tersebut.
"Eh, nih cewek kok balik bertanya. Siapa, ya?. Aku jadi bingung sendiri" batin Yasmin. Dia diam seribu bahasa sambil mengingat-ingat suara siapakah itu, tapi nihil. Yasmin benar-benar tidak ingat siapa perempuan itu.
"Yasmin, kamu sudah memasukkan lamaran kerja di Golden Corp, kan?" tanya perempuan itu lagi.
"Iya betul, Mba" jawab Yasmin. Dia masih bingung sambil menebak-nebak. Siapa cewek yang sedang berbicara dengannya itu?.
"Yasmin, kebetulan sekali. Sepertinya kamu benar-benar tidak ingat aku lagi. Aku Ririn, teman sebangku kamu waktu di SMA" ingat perempuan itu.
"Masya Allah!!. Ririn?. Ririn Fitria, ya?" seru Yasmin tidak percaya hingga dia mengulang lagi nama teman SMA-nya itu .
Setahu dia, itu nama temannya sewaktu di SMA. Tidak ada nama yang sama dengan nama itu. Tidak Yasmin sangka bisa berkomunikasi lagi dengan Ririn setelah bertahun-tahun lamanya tidak bertemu. Setelah tamat SMA, mereka memang berpisah ketika melanjutkan pendidikan di universitas. Ririn melanjutkan kuliahnya di provinsi lain. Sementara Yasmin tetap di kota yang sama.
"Iya, Yas. Ini aku, Ririn Fitria" teriak Ririn senang karena ternyata Yasmin masih ingat dengannya.
"Yas, aku lihat lamaran kamu di kantor atasanku, makanya aku langsung menghubungi kamu" ujar Ririn sumringah. Dia baru saja membaca CV milik Yasmin di mejanya.
"Iya, Rin. Aku coba masukkan saja, siapa tau rezeki. Kira-kira ada lowongan untuk aku nggak?" tanya Yasmin berharap. Siapa tahu dia diterima di perusahaan besar itu.
"Kalau lowongan sesuai dengan jurusan kamu sih nggak ada, Yas. Tapi CEO perusahaan kami lagi membutuhkan sekretaris. Kamu mau nggak menjadi sekretaris?. Pekerjaannya nggak sulit, tapi menyita waktu juga" tawar Ririn sambil tertawa kecil.
"Memang sih, aku lulusan sarjana Akuntansi. Tapi nggak apa juga kali, ya, dicoba tawaran Ririn" batin Yasmin sambil memikirkan tawaran Ririn.
"Kalau kamu mau, besok langsung datang saja ke kantor. Kalau kamu diterima, nanti aku akan mengajari kamu, kan aku juga sekretaris" tawar Ririn dengan senang hati. Kalau Yasmin diterima di tempat yang sama bakalan jadi reuni, dan persahabatan mereka akan tetap berlanjut.
"Ok, Rin. Insya Allah, besok aku datang. Makasih, ya, Rin. Kamu udah memberitahu informasi ini. Semoga saja aku bisa diterima" ujar Yasmin menerima tawaran dari Ririn.
Yasmin akan mencoba tawaran Ririn. Siapa tahu rezekinya bekerja di tempat yang sama dengan Ririn.
"Sampai bertemu besok, Yas. Aku udah kangen banget sama kamu. Assalamualaikum" tutup Ririn sambil tersenyum.
"Waalaikumsalam" balas Yasmin juga tersenyum bahagia.
'Ya Allah, semoga aku bisa mendapatkan pekerjaan ini,' batin Yasmin berdoa.
Umi Lusi heran melihat Yasmin tampak senyam-senyum sendiri sambil melihat ponselnya.
"Ada apa, Yas?. Kayaknya senang sekali?" tanya umi Lusi.
"Barusan temen SMA aku telpon, Mi. Katanya ada lowongan di tempatnya bekerja sebagai sekretaris" jawab Yasmin.
"Lho, itu kan bukan jurusan kamu, Yas. Apa nggak susah nanti kerjanya?" tanya Umi khawatir jika Yasmin menerima pekerjaan yang tidak sesuai dengan jurusan kuliahnya.
"Nggak apa, Mi. Aku coba dulu, siapa tahu cocok. Kalau nggak cocok kan bisa resign, Mi" jawab Yasmin santai, yang penting kan dia berusaha dulu. Masalah berhasil atau tidaknya dia serahkan semuanya kepada Yang Maha Kuasa. Tugasnya hanyalah berusaha, berdoa dan tawakal.
Yasmin menyimpan nomor kontak Ririn. Gadis itu kemudian masuk ke kamar untuk mencari pakaian yang akan dia kenakan besok.
"Hmm. Kalau ke perusahaan, bagusnya pakai baju apa, ya?" gumam Yasmin sambil membuka lemari pakaiannya.
Yasmin kemudian mencari rok hitam, kemeja serta blazer yang pernah dia pakai ketika praktek kerja lapangan (PKL) sewaktu kuliah dulu. Sehari-harinya, Yasmin selalu mengenakan gamis atau baju tunik. Pakaian formal seperti itu, dia hanya punya sedikit.
"Ehem. Mau ke mana, Kak?. Udah menyiapkan pakaian begitu" tegur Dahlia mengintip Yasmin dari balik pintu kamarnya yang tidak tertutup.
"Ya, Allah, Lia. Buat Kakak kaget saja!" toleh Yasmin ke arah pintu kamar. "Baru pulang?" lanjut Yasmin bertanya.
Dahlia hanya mengangguk lalu masuk ke dalam kamar kakaknya. Gadis itu duduk di tepi ranjang sambil melihat pakaian yang Yasmin letakkan di atas ranjang.
"Mau ke mana, Kak?" ulang Dahlia bertanya kepada Yasmin.
"Besok Kakak mau datang ke perusahaan Golden Corp. Kata teman Kakak, CEO-nya lagi butuh sekretaris. Jadi Kakak mau mencobanya" jelas Yasmin.
"Sekretaris CEO?" ucap Dahlia tidak percaya. "Masa Kakak mau jadi sekretaris?. Bukannya sekretaris bos itu image-nya nggak bagus" sambung Dahlia.
"Nggak semua pekerjaan sebagai sekretaris itu jelek. Yang jelek itu oknumnya, bukan pekerjaannya" jelas Yasmin ikut duduk di samping Dahlia.
"Kak, dengar-dengar nih, banyak sekretaris yang bakal jadian dengan bosnya. Ada yang menjadi istri sah atau selingkuhannya. Cari pekerjaan lain saja, Kak" ujar Dahlia khawatir.
"Kalau bosnya masih muda dan single, nggak apa juga kali" ucap Yasmin bercanda sambil tertawa kecil.
Dahlia pun ikut tertawa. Dia yakin kakaknya bisa menjaga diri di mana pun dia bekerja.
Bayu Rizky Mahendra, CEO perusahaan Golden Corp. mengetuk-ngetuk bolpointnya di atas meja kerjanya. Dia tampak sedang memikirkan sesuatu.
Sudah berapa kali dia gonta-ganti sekretaris. Di matanya, sekretaris sebelumnya tidak ada yang becus. Sekarang dia menugaskan Fauzan, Manager HRD sekaligus sahabatnya untuk mencarikan sekretaris yang sesuai dengan dengan kriterianya, berpakaian sopan, tidak pecicilan dan cekatan. Rencananya hari ini, Fauzan akan memperlihatkan CV dari beberapa pelamar untuk menjadi sekretaris barunya.
Tok. Tok. Tok.
Suara pintu ruangan Bayu diketuk. Fauzan membuka pintu ruangan Bayu.
“Eh, kamu, Zan. Masuklah” perintah Bayu.
Fauzan masuk dan duduk di depan meja kerja Bayu.
“Ini ada beberapa lamaran yang masuk, kamu pilih sendiri” ujar Fauzan sambil menyerahkan beberapa surat lamaran sekretaris barunya.
Setelah melihat sekilas surat lamaran yang diberikan Fauzan barusan, Bayu kemudian melemparkan semua kertas-kertas itu di atas mejanya.
"Tidak ada yang sesuai dengan kriteriaku" gumam Bayu kesal.
“Dibaca dulu, Bay. Jangan langsung tolak begitu, dong” gerutu Fauzan.
"Dari sekilas isi lamarannya saja, aku tidak tertarik. Dan foto yang ada di map mereka semua, bukan kriteriaku" tegas Bayu.
“Kamu tuh cari sekretaris, bukan cari istri, lho" dengus Fauzan ikut kesal dengan sikap Bayu. Soalnya sudah banyak lamaran yang Bayu tolak.
Tok.Tok.Tok.
Bayu dan Fauzan serempak melihat ke arah pintu yang sedang diketuk seseorang.
“Masuk” perintah Bayu.
Rupanya Ririn sekretaris Fauzan. Dia masuk lalu berjalan menghampiri Fauzan.
“Ada apa, Rin?” tanya Fauzan.
“Maaf, Pak. Ada satu lamaran lagi ada di saya. Sebenarnya surat lamaran ini punya teman saya, tapi dia bukan melamar untuk menjadi sekretaris melainkan staf keuangan. Tapi karena bagian staf keuangan belum membutuhkan karyawan baru, bagaimana kalau dia menjadi sekretaris Pak Bayu" jawab Ririn menjelaskan tentang surat lamaran yang dia bawa.
“Coba aku lihat dulu, Rin” pinta Fauzan meraih map yang diserahkan Ririn kepadanya.
Fauzan kemudian melihat biodata lamaran yang diberikan oleh Ririn. Fauzan pun tersenyum setelah membaca dan melihat foto si pelamar.
“Bay, cocok banget nih dengan kriteria kamu" ucap Fauzan sambil menyodorkan map merah berisi surat lamaran itu.
Bayu pun mengambil map tersebut. Dia melihat ada foto seorang gadis berjilbab di sana.
”Fresh graduate" pikir Bayu sambil membaca CV pelamar yang bernama Yasmin Aprillia itu.
“Hmm. Pak, teman saya itu sudah ada di luar. Kalau Bapak ingin wawancara dengannya langsung, nanti saya panggil ke sini" ucap Ririn antusias.
“Gimana, Bay?” tanya Fauzan melihat ke arah Bayu.
Bayu hanya mengangguk. "Apa salahnya ku lihat dulu" batin Bayu.
“Ok. Suruh dia masuk. Kalian berdua boleh lanjutkan urusan masing-masing” ujar Bayu setuju. Dia menyuruh Fauzan dan Ririn keluar karena tidak mau diganggu ketika dia sedang mewawancarai teman Ririn tersebut.
Di luar ruangan, Yasmin melihat Ririn dan seorang laki-laki keluar dari ruangan yang bertuliskan CEO di atas pintu. Ririn pun menghampiri Yasmin yang duduk di kursi tunggu.
“Bagaimana, Rin?” tanya Yasmin cemas ketika Ririn menghampirinya.
"Aku pasti ditolak lagi karena penampilanku" batin Yasmin sedih.
“Hey, kenapa murung kayak begitu? Kamu disuruh masuk. Pak Bayu mau wawancara langsung dengan kamu" jawab Ririn.
“Benarkah?” seru Yasmin tidak percaya.
“Buruan masuk. Nanti dia berubah mood" ucap Ririn tersenyum.
“Oke. Doain aku, ya, Rin” Yasmin lalu berjalan mendekati ruangan CEO itu.
"Bismillah" Yasmin kemudian mengetuk pintu ruangan CEO dengan jantung berdebar.
Tok. Tok. Tok.
“Masuk” Yasmin mendengar suara bas dari dalam menyuruhnya masuk.
“Assalamualaikum" sapa Yasmin ramah.
Gadis itu melihat seorang laki-laki duduk di balik meja kerja sedang membelakanginya.
"Dia tidak menjawab salamku. Mungkin dia non muslim" lamun Yasmin.
Yasmin memperhatikan di atas meja kerja ada papan nama yang bertuliskan nama Bayu Rizky Mahendra.
Tak lama Bayu berbalik menghadap Yasmin. Bayu menatap Yasmin dari ujung kaki sampai ujung kepala.
Deg. Mata mereka bertemu. Yasmin menunduk.
"Masya allah laki-laki di depanku ini begitu dingin tatapannya. Wajahnya sih ganteng, sepertinya blasteran. Tapi namanya Indonesia banget" ucap Yasmin di dalam hatinya.
“Yasmin Aprillia" panggil Bayu menyebutkan nama lengkap gadis yang ada di hadapannya.
“Ini surat lamaran kerja atau buku diary" ujar Bayu sambil melempar map lamaran Yasmin di atas meja kerjanya.
Jantung Yasmin pun berdegup kencang. "Ya Tuhan, aku malu sekali. Surat lamaran yang ku masukkan ke dalam map ternyata proposal ta’arufku yang tidak jadi kemaren" ucap hati Yasmin.
Keringat dingin sudah membanjiri punggungnya. Tatapan dingin Bayu membuat hatinya mengkeret.
“Ma ... maaf, Pak. Saya salah kirim” ucap Yasmin sedikit gemetar melihatnya.
"Haduh, ini pengalaman pertamaku diwawancarai" batinnya.
“Kamu bisa apa untuk menjadi sekretarisku? Ku lihat di biodata ini, pendidikkanmu bukan jurusan sekretaris. Tidak ada hubungannya” ujar Bayu sinis.
“Saya bisa beberapa aplikasi di komputer, Pak. Saya memang belum punya pengalaman sebagai sekretaris tapi saya mau belajar, Pak" ujar Yasmin menyakinkan Bayu.
"Ya, aku butuh pekerjaan ini untuk mencari pengalaman dan juga untuk membantu umi membiayai kuliah adikku."
“Well, untuk sekarang kamu saya terima sebagai sekretaris saya. Tapi kalau pekerjaan kamu tidak becus, saya tidak segan untuk langsung memecat kamu" tegas Bayu masih menatap tajam Yasmin. Bayu ingin memberikan kesempatan kepada gadis yang sepertinya masuk ke dalam kriteria yang dia inginkan
“Terima kasih, Pak” ucap Yasmin tersenyum bahagia. Tapi tidak sedikit pun Bayu membalas senyumannya.
"Bodo amat, dah, yang penting aku diterima bekerja" teriak hati Yasmin bahagia.
“Satu yang perlu kamu ingat” pesan Bayu tetap dengan wajah datarnya.
“Ya, Pak” sahut Yasmin cepat.
“Kamu jangan pernah jatuh cinta dengan atasanmu" lanjut Bayu menatap tajam Yasmin. Gadis itu hanya melongo mendengarkan ucapan Bayu.
“Ihh, percaya diri sekali, sih” gumam Yasmin pelan sekali. "Belum tentu juga aku naksir manusia kutub kayak kamu" gumam Yasmin lagi.
“Apa kamu bilang!!” bentak Bayu seperti mendengar ucapan Yasmin.
“Eh ... nggak, Pak” kata Yasmin takut.
“Kamu boleh keluar. Tanya dengan Ririn, apa tugas yang harus kamu kerjakan” perintah Bayu.
“Baik, Pak. Saya permisi. Assalamualaikum,” pamit Yasmin langsung keluar dari ruangan itu.
----------------
Yasmin tampak bahagia sekali bisa mendapatkan pekerjaan meskipun bosnya itu dingin sekali. Ririn juga ikut senang dia bisa bekerja satu tempat dengan Yasmin walaupun berbeda ruangan.
“Ya, ampun, Rin. Pak Bayu itu orangnya dingin banget, tidak ada senyum-senyum sama sekali” ucap Yasmin sebel.
“Hmm. Itulah Pak Bayu, tidak ada yang betah menjadi sekretarisnya. Orangnya perfectsionis, dingin, disiplin dan tegas" jelas Ririn. Yasmin menghela napas mendengar ucapan Ririn.
“Semoga saja kamu betah, Yas” sambung Ririn.
“Insya Allah" balas Yasmin pelan. “Eh, dia belum nikah, kan?” tanya Yasmin ragu.
Ririn terbahak-bahak mendengar pertanyaan Yasmin.
“Kenapa kamu tertawa ?” tanya Yasmin heran.
“Wajahnya memang ganteng, Yas. Tapi tidak ada yang berani mendeketi dia. Kamu lihat sendirikan orangnya seperti apa” jawab Ririn.
“Iya juga, sih. Pada keder duluan perempuan yang mau mendekatinya" timpal Yasmin setuju.
Yasmin kemudian berpamitan pulang. Besok dia akan mulai bekerja di perusahaan yang sama dengan Ririn. Dia akan mencoba dan berusaha untuk bekerja sebaik mungkin. Kalau pun nantinya dia tidak betah bekerja sebagai sekretaris Bayu nantinya, toh dia tinggal mengundurkan diri saja.
Akhirnya Bayu mendapatkan juga sekretaris baru yang sreg di hatinya. Melihat penampilannya dari ujung kaki sampai ujung kepala, Yasmin sudah masuk kriterianya. Tubuhnya tertutup rapat berpakaian formal ala kantor dengan balutan hijab yang panjang menutup dada. Tidak mengumbar aurat. Hanya wajah dan telapak tangannya saja yang bisa Bayu lihat. Dari sana Bayu pun bisa menebak bahwa Yasmin memiliki kulit yang putih. Wajah Yasmin polos tanpa make-up tebal terlihat lebih cantik alami. Tidak seperti kebanyakan sekretaris di perusahaan lain yang bermake-up menor untuk menarik perhatian lawan jenis.
Beberapa hari bekerja sebagai sekretaris Bayu perkembangan kerja Yasmin cukup lumayan. Dia cepat belajar dengan Ririn sekretaris, Fauzan.
Bayu melihat Yasmin sedang fokus di depan laptopnya. Laki-laki tampan itu bisa melihat Yasmin dari pintu kaca transparan yang menyekat ruangnya dengan ruangan Yasmin.
Bayu lalu menekan bel di atas mejanya yang menandakan bahwa dia memerlukan Yasmin. Tak lama kemudian Yasmin pun masuk ke ruangannya. Seperti biasa gadis itu masuk selalu mengucapkan salam. Itu pun hanya Bayu jawab hanya di dalam hati.
“Ada apa, Pak?" tanya Yasmin.
“Apa jadwal saya hari ini?" Bayu balik bertanya sambil bersandar di kursinya.
“Hmm, ada meeting jam 11 nanti dengan Pak Santoso, pemilik Sanjaya Corp" jawab Yasmin berdiri di depan meja kerja Bayu.
“Siapkan berkas-berkas untuk keperluan meeting nanti” perintah Bayu.
“Baik, Pak” sahut Yasmin cepat.
“Oya, satu lagi. Kamu ikut saya !!” sambung Bayu.
“Hah. Tapi, Pak. Ketikan saya belum selesai" ucap Yasmin mencari alasan agar tidak pergi berdua dengan bosnya itu.
“Bisa dilanjutkan nanti setelah meeting” tegas Bayu menatapnya.
“Apa saya memang harus ikut?” tanya Yasmin lagi sambil menunduk menghindari tatapan mata Bayu.
“Tugas sekretaris, ya, memang begitu. Menemani bosnya ke mana pun pergi dalam hal urusan kantor” jawab Bayu datar.
“Hah!” lagi-lagi Bayu melihat Yasmin tampak terkejut. Bayu ingin tersenyum melihat ekspresi Yasmin itu tapi dia tahan. Jaim.
“Sudah !! Tidak perlu kaget begitu. Siapkan berkasnya, jangan sampai nanti kita terlambat" perintah Bayu.
“Baik, Pak. Saya permisi" ujar Yasmin menurut lalu keluar dari ruangan Bayu.
***
Yasmin tidak tahu kalau pekerjaan sebagai sekretaris harus menemani bos dalam urusan meeting dan lain-lainnya di luar kantor. Itu artinya, dia akan berdua terus dengan bosnya ke mana-mana.
"Ya, Tuhan. Punya bos sedingin es kutub selatan. Nggak asik banget. Aku belum pernah melihat dia tersenyum walaupun sedikit. Pelit banget, sih. Mungkin dia merasa jelek kali kalau tersenyum. Hah, bodo amat dah" gumam batin Yasmin.
Tiba-tiba bel berbunyi, itu artinya bos Yasmin sedang memanggilnya. Dia melihat jam di tangannya sudah menunjukkan pukul 10.00. Yasmin segera mematikan laptopnya dan mengemasi berkas-berkas yang akan dibutuhkan untuk meeting nanti.
Segera dia mengetuk pintu dan masuk ke ruangan Bayu. “Sudah siap?” tanya Bayu.
“Iya, Pak. Kita mau berangkat sekarang?” tanya Yasmin.
“Tempatnya agak jauh, jadi kita pergi sekarang karena saya tidak mau terlambat” jawab Bayu sambil mengancingkan jas hitam yang dipakainya lalu mengambil kunci mobilnya.
Yasmin berjalan mengiringi Bayu dari belakang. Gadis itu mengamati tubuh Bayu yang ternyata jangkung sekali.
"Ah, pria idaman banget. Eits, tapi tidak untukku. Agamanya aja nggak jelas. Saat istirahat kantor aku saja belum pernah melihat dia sholat di musholla" batin Yasmin.
Memang tidak banyak karyawan yang sholat di musholla perusahaan meskipun rata-rata mereka muslim.
Sesampai di parkiran kantor, mereka berhenti di samping mobil fortuner metalik yang ternyata milik Bayu. Setelah Bayu masuk ke mobil Yasmin baru membuka pintu bagian belakang.
“Ngapain duduk di belakang. Kamu kira saya sopirmu apa!!” teriak Bayu marah.
“Tapi, Pak. Saya duduk di belakang saja" ujar Yasmin takut. Dia merasa tidak enak harus duduk berdekatan di samping bosnya itu.
“Tidak ada tapi-tapi. Cepat pindah ke depan !!” paksa Bayu.
“I ... iya" ujar Yasmin gemetar. Dia pun segera pindah ke depan duduk di sampingnya.
Jantung gadis itu berdetak tidak beraturan karena takut. "Huh, nih orang. Kok, nggak ada manis-manisnya sama perempuan" gerutu batin Yasmin.
Yasmin melihat dari ekor matanya, sesekali Bayu melirik ke arahnya.
“Kamu nggak pernah naik mobil mahal, ya?” tanya Bayu tiba-tiba membuat mata Yasmin melotot.
"Songong banget, nih, Bos. Sabar ... sabar, Yasmin. Mungkin dia hanya mengujimu. Kalau kau balas kata-katanya, dia bisa memecatmu kapan saja dia mau" batin Yasmin. Gadis itu pun hanya diam saja, dia tidak mau terpancing.
“Dudukmu itu tegang banget ,Yasmin. Kayak saya mau gigit kamu saja” toleh Bayu sambil melihat Yasmin duduk merapat ke pintu mobil.
Yasmin mengeryitkan keningnya. "Asal kamu tahu saja, Pak bayu. Aku nggak pernah duduk berduaan begini dengan laki-laki manapun."
------------------
"Aaargh. Nyebelin. Ternyata di acara meeting tadi, aku tidak terlalu dibutuhkan. Tanpa ada aku, meeting tetap bisa berjalan, kan. Aku lebih suka mengerjakan pekerjaan di kantor saja daripada ikut keluar" gerutu Yasmin kesal setelah meeting selesai.
Selesai meeting, Pak Santoso mengajak mereka makan siang, yang sudah disiapkan oleh karyawannya. Yasmin permisi meninggalkan Bayu untuk ke Musholla karena adzan dzuhur sudah 10 menit berlalu. Dalam pikiran Yasmin, kalau Bayu sudah makan dan mengajaknya pulang, dia kan nanti tinggal makan di kantor saja. Yasmin berusaha untuk sholat tepat waktu di mana pun dia berada.
Selesai sholat, Yasmin menghampiri ruang meeting tadi, namun sudah sepi.
”Cari siapa, Mba?" tanya seorang perempuan, berdiri di dekat Yasmin.
“Pak Bayu, Bos saya. Sudah pulang, ya?” jawab Yasmin.
“Oh, pria ganteng yang kayak bule tadi, ya” ujar perempuan itu.
“Iya, Mba" ucap Yasmin.
“Tadi masih ngobrol dengan Pak Santoso di lobi, tapi mungkin sekarang sudah pulang” jelas perempuan itu lagi.
“Makasih, ya, Mba” Yasmin pun bergegas menuju ke parkiran mencari mobil Bayu.
"Jangan-jangan Pak Bayu sudah meninggalkanku di perusahaan ini. Huh, tega banget, sih" pikir Yasmin sambil berlari kecil.
Tiba di parkiran, dengan napas ngos-ngosan, Yasmin melihat Fortuner metalik milik Bayu masih ada di sana. Yasmin pun bernapas lega. Yasmin berjalan mendekati mobil lalu mengintip dari kaca pintu mobil, apakah memang betul mobil Bayu, kalau salah bagaimana.
“Tidak usah ngintip-ngintip. Buruan masuk!!” teriak Bayu dari dalam mobil setelah menurunkan kaca jendela mobil yang sedang diintip oleh Yasmin. Yasmin pun segera masuk dan duduk manis di samping Bayu.
“Kenapa kamu tidak ikut makan dulu, sholat kan bisa nanti setelah makan?"
tanya Bayu sambil memutar mobilnya keluar dari area parkiran.
“Kalau sudah mendengarkan adzan, saya langsung sholat, Pak. Apalagi kalau sedang dalam perjalanan. Kita kan tidak tahu ajal bisa datang kapan saja ... yang penting saya sudah menunaikan kewajiban saya” jelas Yasmin. Bayu hanya diam saja sampai mereka tiba di kantor.
"Ya Tuhan, apa kata-kataku telah menyinggungnya" batin Yasmin cemas.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!