Ruangan aula itu terlihat begitu ramai dengan para tamu undangan yang datang silih berganti. Membuat wanita bernama Widuri Raelene terlihat sangat sibuk menyambut para tamu yang berdatangan.
Sebenarnya Widuri bekerja sebagai resepsionis di sebuah perusahaan. Karena Perusahaan tempatnya bekerja sedang bermasalah, dan mengharuskan seluruh karyawan di rumahkan, termasuk Widuri. Widuri pun mengambil kesempatan menerima tawaran pekerjaan sementara untuk mengurus pernikahan salah satu bos di perusahaan tempatnya bekerja. Lumayan, karna bayarannya sangat mahal di banding bekerja menjadi seorang resepsionis.
"Wid, sana istirahat. aku udah memesan kamar hotel untukmu."
Widuri langsung menoleh ke arah wanita hamil yang mendekatinya. Dia adalah Marya, wanita yang beruntung menikah dengan pemilik perusahaan tempat mereka bekerja.
"Tapi tamu masih berdatangan" ucap Widuri. Selain membantu mengurus persiapan pernikahan itu beberapa Bulan ini. Widuri juga bertugas menjadi penerima tamu hari ini.
"Gak apa apa, ini udah di penghujung acara, udah gak banyak lagi yang datang. Pak Haris dan Cici aja udah masuk kamar" balas Marya, menyebutkan nama pengantin di acara pesta pernikahan itu.
Refleks Widuri menoleh ke arah pelaminan, benar, kedua mempelai sudah tidak ada di sana.
"Ya udah, kalau begitu aku istirahat dulu. Bumil juga harus cepat istirahat. Dimana suami kamu, kenapa Pak Kanzo masih membiarkanmu berkeliaran?"oceh Widuri sambil mengelus elus perut buncit sahabatnya itu.
"Tuh lagi ngobrol sama temannya" tunjuk Marya dengan dagunya ke arah suaminya.
"Kalau begitu aku pergi dulu. Huh! capek banget hari ini." Widuri menghembuskan napasnya kasar, benar benar merasakan tubuhnya sangat lelah hari ini.
"Sana istirahat" Marya mendorong pelan tubuh sahabatnya itu, supaya segera pergi istirahat ke kamar hotel yang di pesannya.
"Kamu juga" balas Widuri dan langsung pergi. Marya pun mengulas senyumnya, lalu melangkah pergi ke arah suaminya.
Sampai di kamar hotel yang di pesan sahabatnya itu untuknya. Widuri langsung menghempaskan tubuhnya ke atas kasur tanpa membuka pakaian dan high heel yang melekat di kakinya seharian. Tubuhnya benar benar lelah, hingga tak sadar Widuri pun ketiduran.
**
Di salah satu kamar hotel, tepatnya di sebuah kamar pengantin. Seorang pria yang merangkak di atas tubuh wanitanya, terus mencumbui leher wanita itu sambil melucuti kalian yang melekat di tubuh wanita itu satu persatu.
"Ah! Haris!"
Wanita itu Mendes*h saat merasakan nikmatnya cumbuan pria yang berada di atas tubuhnya. Berhasil membuat pria itu semakin bersemangat untuk sampai ke bagian terdalam tubuh wanita itu. Apa lagi ke dia tangan wanita itu ikut aktif mengusap usap punggung pinggangnya.
"Sabar Ci" ucap Haris dengan suara yang sudah berubah sengau.
Melihat istrinya sepertinya sudah siap di masuki. Haris pun mengarahkan senjatanya ke arah....
Haris langsung berhenti, terdiam dan mengarahkan pandangannya ke arah Cici yang membuang muka ke arah lain. Saat merasakan senjatanya begitu mudah tertancap ke dalam tubuh wanita yang baru di nikahi nya tadi pagi.
"Ci" panggil Haris bernada kecewa.
Cici yang berada di bawah tubuhnya, diam dan menggigit bibir bawahnya tanpa berani melihat ke arah Haris.
"Kamu membohongiku Ci" lirih Haris lantas memisahkan tubuh mereka.
Cici meneteskan air matanya." Aku...."
"Pantas saja kamu mendesak ku untuk menikahi mu Ci. Ternyata kamu...." potong Haris tidak bisa melanjutkan bicaranya.
Cici menangis terisak." Aku menyimpan sendiri aib ini bertahun tahun Ris. Berpikir tidak akan ada laki laki yang menerimaku. Dan saat aku tau kamu menyukaiku, aku mencoba memberanikan diri untuk memulai hidup baru dengan seorang pria. Aku pikir kamu akan tulus menerimaku Ris. Ternyata kamu sama seperti pria pria lain."
"Aku bukan wanita murahan, Ris" lirih Cici." Aku di perk*sa pacarku sendiri. Dan tidak mau bertanggung jawab."
"Tapi seharusnya kamu jujur dari awal Ci" tangis Haris yang sudah turun dari atas tempat tidur, memungut pakaiannya dari lantai dan langsung memakainya. Haris sangat kecewa kepada Cici, wanita yang baru sah menjadi istrinya itu.
"Kalau aku jujur, apa kamu masih mau menikah denganku Ris?. Aku mencintaimu Ris" tangis Cici terisak.
"Aaaakh!" Haris pun berteriak, kemudian melangkahkan kakinya ke arah pintu.
"Ris! kamu mau kemana?. Aku minta maaf. Aku berjanji akan menjadi istri yang baik untukmu, Ris!. Aku mohon jangan pergi. Jangan tinggalkan aku Ris!. Aku mohon, terima kekuranganku Ris" seru Cici sambil menangis.
Haris yang masih berdiri di dekat pintu, memutar tubuhnya ke arah Cici yang sudah duduk di atas kasur.
"Aku butuh waktu untuk memikirkannya, Ci" ucap Haris. Membuka pintu di depannya dan langsung keluar.
Cici yang di tinggalkan di kamar pengantin itu, hanya bisa menangis terisak. Menekuk kakinya dan menjatuhkan kepalanya ke atas lututnya.
Sedangkan Haris yang sudah sampai di luar kamar, melangkahkan kakinya ke arah club' yang berada di dalam hotel itu. Sampai di sana, Haris langsung mengambil sebotol minuman yang di bawa oleh seorang bartender yang ke betulan lewat di depannya, dan langsung meneguknya hingga habis.
Haris langsung pergi, setelah menghempaskan botol minuman di tangannya ke lantai, sampai botol itu pecah.
"Seharusnya aku memilih kamu Wid" gumam Haris mulai merancau.
Widuri adalah wanita yang sebenarnya di sukai Haris. Namun karena kejahilan sahabatnya, Haris terpaksa memilih Cici, karena tidak tega jika harus membuat wanita itu tersinggung. Apa lagi melihat reaksi Cici saat itu sangat senang dan bahagia, mendengar sahabat Haris bernama Kanzo mengatakan, kalau Haris menyukainya.
"Wid, Aku mencintaimu, Wid. Coba saja kamu tidak menolak cintaku terus. Aku sudah pasti menikah denganmu. Bukan dengan Cici. Aku dimana sayang" rancau Haris sambil berjalan, pikirannya sudah mulai tidak waras.
Haris terus melangkahkan kakinya, dengan pikiran mencari wanita bernama Widuri. Wanita yang sebenarnya di cintai nya.
"Pak Haris"
Pucuk di cinta, Widuri pun tiba. Haris manajamkan penglihatannya ke arah wanita bertubuh kurus yang berdiri di ambang pintu salah satu kamar hotel itu.
"Widuri, kamu di sini sayang" ucap Haris, tanpa aba aba menghambur memeluk tubuh Widuri, dan mendorongnya masuk ke dalam kamar hotel itu.
"Pak Haris!" tegur Widuri, memberontak di dalam pelukan pria bertubuh tegap dan gagah itu. Tanpa Widuri sadari, gerakannya berhasil membangunkan tongkat sakti pria itu.
Haris pun menutup pintu kamar hotel itu dan menguncinya. Kemudian membawa tubuh wanita di dalam pelukannya itu ke arah kasur.
"Pak Haris! apa apaan kamu!" bentak Widuri saat Haris menjatuhkan tubuh mereka ke atas kasur.
Namun Haris yang terbakar gairah dan emosi, sepertinya tidak mendengar suara bentakan Widuri. Haris menindih tubuh wanita itu dan menyerang bibinya dengan brutal. Membuat Widuri kewalahan dan tidak bisa melepas diri dari serangan pria itu.
"Pak Haris, aku mohon, jangan" teriak Widuri mulai meneteskan air matanya.
"Sayang, aku belum memasukkannya, kenapa kamu berteriak" rancau Haris.
'Ya Tuhan, sepertinya Pak Haris mabuk' batin Widuri, mencium aroma tak sedap dari bibir pria itu. Widuri terus berusaha melepaskan diri dari serangan pria itu. Namun semua itu percuma. Karena tenaga Haris jauh lebih kuat meski pria itu dalam keadaan mabuk. Sehingga teriakan Widuri pun melengking di dalam kamar kedap suara itu.
"Aaaaaaa!!!!!!!!!!."
*Bersambung
"Aaaaa!!!!!!."
Widuri memejamkan matanya dengan air mata berurai keluar dari sudut matanya. Karena merasakan sangat sakit saat senjata pria itu berhasil merobek tubuhnya dengan kasar. Dan bukan hanya bagian tubuh nya yang sakit, tapi hatinya juga ikut terluka. Hancur sudah masa depannya di tangan pria yang pernah mengakui mencintainya itu, tapi malah memilih menikah dengan wanita lain.
"Trimakasih sayang, kamu sudah menjaga kesucian mu, untukku" rancau Haris terus menikmati tubuh wanita di bawah kungkungan nya itu.
Widuri yang merasa putus asa, terdiam menikmati rasa sakit dan perih di hati dan tubuhnya akibat perlakuan pria itu.
Sedangkan Haris yang berada di atas tubuhnya, terus merancau mengucapkan kata kata cinta dan sesekali berteriak dengan suara merdunya.
"Widuri, aku sangat mencintaimu sayang. Uhkh!, kau begitu nikmat."
Mendengar Haris terus mengatakan mencintainya. Bukannya senang, malah Widuri semakin terluka. Memikirkan nasibnya, setelah melewati malam panjang ini.
Bukan hanya sekali, Haris terus melakukannya sampai tiga kali malam itu. Dan terus menanam benihnya di dalam rahimnya. Membuat tubuh Widuri lemah tak berdaya.
Sampai akhirnya, tubuh Haris ambruh di atas tubuhnya, dan langsung tak sadarkan diri. Haris langsung tertidur pulas di atas tubuhnya, setelah puas menganiaya masa depannya.
Widuri yang di timpa beratnya tubuh Haris, pun berusaha menyingkirkan pria itu dari atas tubuhnya dengan bersusah payah. Namun saat Widuri berhasil menjatuhkan tubuh Haris, Haris malah memeluk erat tubuhnya sembari merancau.
"Wid, aku mencintaimu. Kenapa kamu gak percaya."
Bibir Widuri bergetar menahan isak tangis mendengar penuturan Haris di bawah alam sadar pria itu.
"Tapi kau tega melukai ku" lirih Widuri berbicara getir.
Selama ini, diam diam Widuri memang menyukai Haris. Tapi, mengingat asal usulnya yang hanya gadis sederhana yang berasal dari desa. Widuri merasa tidak pantas mencintai pria itu. Meski Haris sendiri pernah mengungkapkan perasaannya, tapi Widuri menolaknya, karena Haris juga sudah jadian dengan seorang wanita bernama Cici. Wanita yang sudah menjadi teman Widuri semenjak sahabatnya, Marya, menikah dengan Kanzo, sahabat Haris sendiri.
Merasakan tubuhnya tak berdaya, Widuri pun pasrah di dalam pelukan Haris, meratapi nasibnya yang di lukai pria itu.
Padahal tadi Widuri sudah ketiduran, tapi Widuri harus terbangun karena merasakan perutnya lapar. Sangking sibuknya tadi bekerja menyambut tamu undangan, sampai Widuri lupa untuk makan malam. Tadi Widuri keluar untuk mencari makanan di sekitar hotel. Namun tidak di sangka, musibah besar menghampirinya saat keluar dari kamar hotel itu.
**
Pagi hari, Haris yang terbangun dari tidur lelapnya, langsung membuka kelopak matanya dan mengarahkan pandangannya ke arah kasur di sampingnya. Di lihatnya Widuri sedang tertidur pulas di sampingnya. Wajah wanita itu terlihat sembab dan sedikit pucat.
'Aku minta Maaf, Wid' batin Haris mengingat tadi malam, apa yang sudah dilakukannya pada wanita itu.
Meski dalam keadaan mabuk, tapi Haris masih sadar, dan tau apa yang sudah di lakukan nya pada Widuri.
Cup!
Haris mengecup pipi wanita itu dari samping. Sontak membuat Widuri langsung terbangun. Widuri pun membuka kelopak matanya, mengarahkan penglihatannya ke arah Pria di sampingnya.
"Apa yang Pak Haris harapkan dariku, setelah menghancurkan masa depanku?" lirih Widuri, berbicara dengan merapatkan gigi giginya.
"Aku minta maaf." Haris meneduhkan pandangannya ke arah Widuri.
Widuri mendudukkan tubuhnya sambil memegangi selimut yang menutup tubuhnya. Begitu juga dengan Haris, ikut mendudukkan tubuhnya.
Plakk!
Refleks Haris memegangi pipinya yang tiba tiba mendapat tamparan dari tangan berjari lentik dan kurus itu.
"Setelah merenggut kesucian ku!" Widuri berbicara keras sampai seluruh tubuhnya bergetar di iringi air mata mengalir deras dari sudut matanya." Apa salah ku?. Kenapa Pak Haris tega menghancurkan masa depanku?. Apa!?" teriak Widuri lagi.
Haris langsung menarik tubuh Marya ke dalam pelukannya. Memeluk wanita itu dengan erat, karena Widuri memberontak.
"Aku akan bertanggung jawab, aku akan menikahi mu" ucap Haris.
"Kamu pikir aku mau menjadi istri keduamu?. Jangan bermimpi!" geram Widuri berbicara merapatkan gigi giginya.
"Aku akan menceraikan Cici" ucap Haris lagi.
"Aku gak peduli. Dan itu bukan urusanku. Sekarang lepaskan aku. Dan pergi dari sini." Widuri berusaha mendorong tubuh Haris. Namun itu percuma, Haris memiliki tenaga berkali lipat dari tubuh kurusnya.
"Lepaskan!" teriak Widuri lagi, karena Haris masih memeluk erat tubuhnya.
"Aku gak mau, Wid" tolak Haris." Aaaa!!!!" jerit Haris tiba tiba dan langsung melepas tubuh Widuri. Karena wanita itu menggigit dadanya sampai berbekas.
Widuri pun segera turun dari atas tempat tidur, berjalan tertatih masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Sampai di kamar mandi, setelah menghidupkan shawer, Widuri langsung menjatuhkan tubuhnya ke lantai, dan menangis terisak.
Tok tok tok!
"Haris! buka pintunya!. Mama tau kamu di dalam!."
Haris yang masih berada di atas tempat tidur, langsung menoleh ke arah pintu kamar hotel itu.
"Mama" gumam Haris.
Haris pun bergegas turun dari atas tempat tidur, memungut pakaiannya yang berserak di lantai dan langsung memakainya.
"Haris! keluar kamu!."
Mendengar suara Ibunya terus berteriak memanggilnya, Haris melangkahkan kakinya ke arah pintu sambil merapikan pakaiannya, lalu membuka pintu kamar itu.
"Apa apaan kamu Haris? Ha!. Kenapa kamu meninggalkan Cici di kamar kalian sendirian?" bentak wanita yang paru baya yang berdiri di depan pintu, lalu menyingkirkan Haris dan melangkah masuk bersama Cici di belakangnya.
Melihat kasur di kamar itu berantakan dan melihat selembar kain kecil terletak di lantai, Wanita yang tak lagi muda itu memutar tubuhnya ke arah Haris. Lalu....
Plakk!
"Kamu meninggalkan Cici sendiri di kamar kalian dengan alasan Cici sudah tidak suci. Dan apa yang kamu lakukan bersama wanita lain di sini Haris!?" bentak wanita yang bernama Ilona itu.
Sedangkan Widuri yang berada di kamar mandi, menghentikan tangisnya, mendengar suara seorang wanita memarahi Haris di dalam kamar. Widuri pun membersihkan dirinya dengan cepat. Setelah memakai jubah mandi yang tersedia di kamar mandi itu, Widuri langsung keluar. Widuri langsung terdiam, melihat Cici dan Ibu Ilona berada di dalam kamar sedang melihat ke arahnya.
"Widuri" lirih Cici menggelengkan kepalanya tidak percaya, jika wanita yang tidur bersama suaminya itu adalah wanita yang dekat dengannya akhir akhir ini.
"Kamu salah paham Ci. Aku...aku gak menyuruh Pak Haris datang ke sini. Justru...."
"Justru apa?" tanya Ibu Ilona bernada marah, sehingga berhasil membuat mulut Widuri bungkam."Haris datang sendiri ke sini begitu?."
Widuri menundukkan pandangannya, tidak berani membalas tatapan wanita yang masih terlihat cantik itu meski usianya sudah tak muda lagi.
"Pak Haris...."
"Aku gak percaya Wid, kamu tega menikung ku di malam pertama pernikahanku. Kita sudah menjadi teman kan, Wid?. Apa kita juga harus berbagi suami?" Isak tangis Cici.
Widuri terdiam tidak bisa menjelaskan apa yang sudah terjadi. Kalau sebenarnya, dia adalah korban dari nafs* bejat Haris.
"Widuri tidak bersalah, aku yang bersalah" ucap Haris melihat Ibu dan istrinya menyalahkan Widuri.
*Bersambung
"Widuri tidak bersalah, aku yang bersalah" ucap Haris melihat Ibu dan istrinya menyalahkan Widuri."Tapi itu semua gara gara kamu Ci, kamu membohongiku Ci." Haris berbicara getir dengan sudut bibir tertarik ke samping.
Cici terdiam dan hanya bisa menangis, mengakui kesalahannya telah membohongi Haris.
"Haris, maafkan aku. Aku berjanji akan menjadi istri yang baik buat kamu" ucap Cici menatap Haris dengan wajah memohon.
"Aku harus menikahi Widuri" ucap Haris. Berhasil membuat Cici terdiam lagi, lalu mengarahkan pandangannya ke arah Widuri.
"Pak Haris, tolong kalian tinggalkan kamar ini. Aku ingin sendiri. Dan juga, saya tegaskan kepada Pak Haris. Saya tidak mau menikah dengan Pak Haris" tegas Widuri, menatap tajam wajah Haris dengan mata berkaca kaca.
"Pak Haris gak perlu harus menikahi ku, demi menutupi perbuatan bejat Pak Haris" ucap Widuri lagi." Saya benci pria seperti Bapak. Pria yang tidak punya perasaan. Pria yang tega memperlakukan wanita seperti binat*ng" maki Widuri.
Haris hanya bisa terdiam dan meneduhkan pandangannya ke arah Widuri.
"Dan apa tadi?. Kamu meninggalkan Cici Karena tidak suci lagi?. Lalu bagaimana dengan Pak Haris sendiri yang merasa suci tapi tega merenggut kesucian ku?." Widuri berbicara dengan menyipitkan sebelah matanya ke arah Haris." Lihatlah! karena perbuatan Bapak, Cici dan Nyonya Ilona menjadi salah paham padaku. Mereka berpikir aku yang mengundang Bapak ke sini. Cici berpikir aku berusaha merebut Pak Haris darinya. Sekarang, pergi kalian dari sini!" teriak Widuri di akhir kalimatnya.
"Sombong sekali Anda! Cih!" Ibu Ilona berdecih menatap remeh ke arah Widuri, karena tidak terima di usir."Haris, ayo kita pergi. Jangan sekali kali kamu menemui wanita miskin itu lagi." Bu Ilona pun menarik Haris keluar dari kamar hotel itu.
Sedangkan Cici yang masih berada di dalam, melangkahkan kakinya mendekati Widuri.
"Buktikan Wid, kalau kamu tidak berniat merebut Haris dariku. Kali ini kamu ku maafkan Wid. Tidak dengan lain kalinya" ucap Cici dan langsung melangkahkan kakinya keluar dari kamar itu.
Sepeninggal Haris, Ibu Ilona dan Cici di kamar hotel itu. Widuri menjatuhkan tubuhnya ke lantai, lalu menangis terisak, kembali memikirkan nasibnya setelah melewati malam yang panjang dengan pria bernama Haris.
Setelah puas menangis, baru Widuri memakai pakaiannya, kemudian menarik sprei kasur yang terdapat bercak warna merah di sana. Widuri menggulung sprei itu lalu memasukkannya ke dalam plastik, dan membawanya pulang.
Sedangkan Haris yang sudah sampai di kamar pengantinnya dengan Cici. Langsung masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri. Haris menengadahkan wajahnya ke arah shawer yang mengguyur tubuhnya, lalu mengusap wajahnya kasar dan menyugar rambutnya ke belakang. Meski dalam keadaan mabuk tadi malam. Haris tidak lupa, betapa nikmatnya tubuh Widuri tadi malam. Tubuh kurus wanita itu, ternyata mampu menghidupkan gairahnya berulang kali. Sehingga Haris melakukannya sampai tiga kali malam itu.
"Widuri" gumam Haris dengan mata terpejam. "Bagaimana pun caranya, kamu harus menjadi miliki, sayang" gumam Haris lagi, tersenyum.
Sedangkan Cici yang mendudukkan tubuhnya di sofa kamar pengantin itu, duduk termenung dengan pandangan lurus ke depan. Berpikir, apakah Haris benar benar tidak bisa menerimanya?. Apakah setelah kebohongannya, Haris akan menceraikannya? Tidak tidak tidak!. Cici menggeleng gelengkan kepalanya, tidak bisa membayangkan jika pernikahannya harus hancur.
Ceklek!
Mendengar pintu kamar mandi terbuka, refleks Cici menoleh ke arah Haris yang keluar dari dalam kamar mandi. Pria itu hanya memakai handuk di lilit di pinggangnya, sehingga menampakan otot otot dada dan perutnya.
"Bersiaplah, kita pulang sekarang" ujar Haris melihat Cici terus memperhatikannya dengan intens. Dan Haris pun segera memakai pakaiannya.
Tanpa menjawab, Cici berdiri dari tempat duduknya, dan langsung mengemas barang barang mereka ke dalam koper. Setelah selesai langsung menariknya ke arah pintu kamar hotel itu.
"Aku akan tetap menikahi Widuri" ucap Haris sembari melangkah mendekati Cici. Cici terdiam dan menundukkan kepalanya dengan mata berkaca kaca menahan tangis.
Hati istri yang mana yang tidak sakit. Mendengar suaminya akan menikahi wanita lain, padahal mereka baru saja menikah.
"Aku sudah merenggut kesuciannya. Aku harus memberinya status" ucap Haris lagi menatap intens wajah Cici yang tidak berani menatapnya.
"Jangan khawatir, aku tidak akan menceraikan mu. Kalau memang kamu menerimanya. Aku akan berusaha adil sama kalian nanti" ujar Haris lagi.
Perlahan Cici mengangkat wajahnya, mencoba untuk membalas tatapan Haris.
"Kalau begitu, sentuh aku sekarang. Berikan hak ku sekarang sebagai istri. Buktikan sekarang kalau kamu akan berusaha adil Ris!" cerca Cici dengan bibir bergetar.
Haris terdiam tanpa melepas netra nya dari Cici.
"Aku udah sah menjadi istrimu kan, Ris?. Sedangkan Widuri, tidak" ucap Cici lagi dengan air mata yang tidak bisa di bendung nya lagi.
"Ayo Ris, berikan hak ku." Cici melepas gagang koper di tangannya, lalu membuka satu persatu kancing depan dress yang di kenalannya, lalu membiarkan baju itu jatuh ke lantai.
"Kenapa diam Ris?" lirih Cici melihat Haris diam saja." Aku pun begitu Ris, sama seperti Widuri. Hanya saja Widuri lebih beruntung dari aku. Pria yang merenggut kesuciannya mau bertanggung jawab, sedangkan aku...."
Cici tidak bisa meneruskan kalimatnya, Karena bibirnya tiba tiba di bungkam Haris dengan ciuman, perlahan mengiring tubuh Cici ke arah tempat tidur.
**
Widuri yang sudah sampai di depan rumah yang di tempatnya, langsung turun dari dalam taxi yang mengantarnya. Sampai di dalam rumah, Widuri langsung masuk ke dalam kamarnya dan menyusun barang barangnya ke dalam koper. Widuri akan pulang kampung untuk sementara waktu, dan mungkin juga selamanya, mengingat saat ini Widuri sedang tidak ada pekerjaan.
Tok tok tok!
"Wid!"
"Ya! sebentar!" sahut Widuri mendengar sahabatnya memanggilnya dari luar rumah Widuri yang sibuk menyusun barang barangnya, pun berjalan ke arah pintu, untuk membukakan pintu untuk sahabatnya itu.
"Serius kamu mau pulang kampung?" tanya wanita yang lagi hamil itu langsung sambil melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah.
Sebenarnya rumah itu adalah rumah Marya, sahabat Widuri sendiri. Widuri hanya menempatinya saja secara gratis.
"Iya, mumpung lagi gak ada kerjaan" jawab Widuri.
"Kenapa baru bilang?, jadi gak sempat buat beli oleh oleh" ujar Marya sembari mendudukkan tubuhnya di sofa ruang tamu rumah itu.
"Rencanakan pulang sih sebenarnya besok. Tapi tadi Adik ku nelepon, Ayahku lagi sakit" jawab Widuri.
"Sakit apa?" tanya Marya lagi.
"Demam biasa aja. Tapi Ayah memintaku segera pulang, katanya kangen" jawab Widuri lagi.
Marya mengangguk anggukkan kepalanya. Dan tiba tiba teringat dengan sang Ayah."Aku juga udah lama gak ketemu Ayah" ucapnya sambil mengelus elus perut buncitnya.
"Ayah mu kan tinggal di kota ini. Kenapa gak menemuinya?" tanya Widuri.
"Kadang aku malas ingin menemui Ayah. Apa lagi semenjak Ayah nikah lagi." Wajah Marya langsung berubah masam mengingat Ayahnya yang sudah menikah lagi, padahal Ibunya baru beberapa Bulan meninggal.
"Bagus Ayahmu menikah lagi, dari pada main wanita tidak jelas" ujar Widuri dan langsung terdiam, mengingat apa yang sudah di lakukan Haris kepadanya tadi malam.
"Kamu kenapa?" Marya mengerutkan keningnya ke arah Widuri, melihat Widuri terdiam.
*Bersambung
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!