NovelToon NovelToon

Bersama Sistem

Chapter 1

(Novel ini adalah Juara Favorit Pembaca dalam lomba Super Sistem S2. Selamat membaca! Semoga terhibur!😁)

...****************...

"Itu dia! Ayo kejar dia!" seru salah satu orang dari kelompok pemuda berjumlah lima orang yang berhasil menemukan tempat persembunyian orang yang sedang mereka cari.

"Ayo! Kita tangkap dan habisi dia!" sahut temannya.

Mereka berlima terus mengejar seseorang yang terlihat lusuh dari baju ataupun celananya. Wajahnya juga tampak lebam akibat sebuah tonjokan yang dia terima sebelumnya.

Pemuda lusuh itu tidak lain adalah Ryan, yang memiliki nama lengkap Ryan Aji Sena. Ryan dikejar oleh sekelompok pemuda itu karena telah melakukan sesuatu yang sangat membuat siapapun akan linu jika mendengarnya saja.

(Flash back on...)

Ryan sedang berjalan dengan santai menuju rumah yang ditinggalinya bersama dengan sang ibu. Dia baru saja pulang dari kuliahnya. Karena hari ini dia sama sekali tidak punya uang untuk membayar angkot untuk pulang, dia pun terpaksa harus pulang dengan berjalan kaki.

Sebelumnya saat di kampus, dia juga hanya berdiam diri didalam kelas saat waktu istirahat. Ryan hanya bisa menelan ludah pahit disaat anak-anak lain semuanya pergi ke kantin dan membeli jajanan yang mereka inginkan.

Ryan terus melangkahkan kakinya dengan perlahan. Terkadang dia bersiul-siul riang untuk menghilangkan kejenuhannya. Namun saat ditengah perjalanan, Ryan dicegat oleh sekelompok anak muda berjumlah enam orang yang menggunakan tiga mobil mewah dan bermerk.

Brumm... Brumm...

Mobil-mobil mewah itu menepi dipinggir dan berjalan perlahan mendekati Ryan.

"Oi.. Miskin! Jalan kaki nih? Biasamya naik angkot! Kemana angkot butut langgananmu itu? Atau kamu sedang tidak punya uang untuk membayar biaya angkot?" teriak salah satu pemuda yang bernama Brian bertanya setelah membuka kaca mobilnya.

Brian ini adalah anak dari salah satu bos yang memiliki banyak perusahaan dan terkenal dimana-mana. Ayahnya juga memiliki saham sekitar tiga puluh persen di kampus tempat Ryan bersekolah. Kekayaan yang dimiliki keluarganya membuat diri Brian begitu angkuh dan bertindak semena-mena.

Brian juga memiliki geng yang kelompoknya terdiri dari anak-anak orang kaya dan selalu membawa mobil-mobil mewah kemana-mana.

Karena suatu alasan, Brian sangat membenci Ryan. Setelah menyelidiki latar belakang Ryan yang ternyata hanyalah anak dari kalangan bawah yang beruntung bisa mendapatkan beasiswa sehingga bisa kuliah ditempat yang begitu elite, dia menjadi orang yang paling sering membully dan menghina Ryan.

Ryan tidak tahu alasan mengapa dirinya selalu dibully dan dihina oleh Brian dan juga teman-temannya. Tapi dia tetap bersikap sabar dan menelan semua takdir itu meski pahit dirasa.

Ryan tidak menanggapi pertanyaan yang dilontarkan oleh Brian. Bahkan kali ini dia tidak menoleh sedikit pun kearah sumber suara seolah suara yang sebelumnya dia dengar adalah angin lalu.

Brian yang merasa diacuhkan oleh pemuda miskin seoerti Ryan menjadi kalap. Dia menghentikan mobilnya secara mendadak yang membuat teman atau lebih tepatnya anak buahnya terkejut.

"Mengapa berhenti bos?" tanya anak buah Brian yang bernama Leo.

"Leo, kau ajak yang lainnya menangkap Ryan sialan itu! Berani-beraninya dia mengacuhkanku sebelumnya! Kita harus memberinya pelajaran!" ucap Brian memberikan perintah.

"Baik bos!" ucap Leo mengangguk lalu turun dari mobil.

Leo mengatakan kepada lima temannya yang lain tentang Brian yang menyuruh mereka menangkap Ryan yang telah berani mengacuhkannya.

Keempat temannya langsung menyetujui dan turun dari mobil masing-masing.

"Jadi bocah miskin itu sudah berani mengacuhkan bos Brian? Bagus! Sangat bagus! Ayo tangkap dia!" ucap temannya yang lainnya.

"Ayo!"

Mereka berlima lalu berlari untuk menangkap Ryan. Sementara orang yang mereka tuju belum menyadari akan bahaya yang akan diterimanya karena dia hanya terus berjalan tanpa menghiraukan apapun.

Tap! Tap!

Dua buah cengkraman tangan yang sangat kuat memegang kedua bahu Ryan dan mengejutkannya.

"Kena kau miskin!" ucap Leo dengan tersenyum menyeringai.

"Leo! A-apa yang kau lakukan! Lepaskan aku!" ucap Ryan separuh berteriak sambil terus memberontak untuk melepaskan diri.

"Diam kau miskin!" ucap tiba-tiba salah satu dari kelima orang itu sambil meninju perut Ryan. Pemuda ini bernama Topan. Dia adalah orang paling ringan tangan alias paling suka memukul tanpa banyak berfikir dalam kelompok Brian.

Bug!

"Ughhh.."

Ryan menahan rasa sakit diperutnya yang diberi bogem oleh Topan.

"Haha.. Mampus kau! Dasar miskin tidak berguna!" ucap Topan sambil tertawa.

"Ughhh.." Ryan hanya bisa mengeluarkan suara itu, karena memang perutnya sangat sakit bahkan kali ini nafasnya sedikit terasa sesak.

"Hahaha.." tawa kelima pemuda itu dengan lantang. Mereka sangat senang melihat Ryan yang sedang menahan rasa sakit akibat tinjuan Topan.

Sementara disisi lain dari dalam mobilnya, Brian dapat melihat Ryan yang sudah tertangkap, dia segera turun dari mobilnya lalu berjalan mendekati Ryan dengan santai sambil memasukkan keempat jari tangan kedalam saku celana.

Setelah sampai, dia langsung tertawa melihat wajah Ryan yang memerah karena menahan sakit pada perutnya.

"Hajar dia! Buat dia menjadi babak belur untukku!" ucap Brian memberi perintah.

"Baik bos!" jawab kelimanya serentak. Mereka berlima dengan senang hati menghajar Ryan hingga babak belur.

Lima menit kemudian, Ryan kini terlihat sangat menyedihkan. Wajahnya penuh lebam, kepalanya benjol, matanya memerah, bahkan dari sudut bibirnya terlihat darah segar mengalir.

Dia dipaksa berdiri dengan dipegangi kanan dan kiri oleh Leo dan Topan. Sementara Brian hanya tertawa terbahak-bahak melihat Ryan yang begitu mengenaskan itu.

"Baiklah.. Sekarang giliranku!" ucap Brian meendekati Ryan sambil mengeluarkan pisau lipat dari dalam sakunya.

Ryan yang tidak sengaja melihat Brian mengeluarkan pisau sangat terkejut. Dia bertanya-tanya, apakah Brian akan mengakhiri hidupnya? Gila! Ini sungguh gila! Batin Ryan.

Ryan menarik nafasnya dalam-dalam sambil merencanakan sesuatu. Brian semakin mendekat kearah Ryan. Dia bersiap mengambil ancang-ancang menusukkan pisau pada perut Ryan.

"Lebih baik mati saja kau samp-.."

Bugggg!

"Aaaaakkkhhh.."

Sebuah tendangan sangat keras dari Ryan mendarat dengan tepat mengenai burung perkutut milik Brian, membuatnya berteriak sangat keras dan berguling-guling di tanah. Entah bagaimana nasib burung perkutut itu saat ini setelah menerima tendangan maut seperti itu. Bisa saja kepalanya langsung patah atau mungkin yang lainnya.

Melihat hal itu, kelima anak buahnya panik menghampiri Brian termasuk Leo dan Topan yang sedang memegangi tangan Ryan. Tidak mau menyia-nyiakan kesempatan, Ryan Langsung lari dengan tertatih-tatih untuk kabur atau mencari tempat bersembunyi.

Brian yang sedang berguling-guling tiba-tiba berhenti berteriak dan bergerak. Dia pingsan dan tampak dari bagian itu ada darah yang merembes melalui celananya.

"Oh tidak! Apakah telurnya pecah?" ceplos Topan merasakan linu sendiri.

"Sembarangan! Ayo kita bawa bos kedalam mobil terlebih dahulu! Dia hanya pingsan saja!Setelahnya kita kejar bajing*n itu lalu bunuh!" ucap Leo dengan kemarahan yang memuncak.

"Baik!" ucap semua pemuda.

Mereka kemudian membawa Brian kedalam mobil dengan cara menggotongnya lalu mulai mengejar Ryan setelahnya.

(Flash back off...)

Chapter 2

Ryan yang melihat tempatnya bersembunyi sudah diketahui oleh Leo dan keempat temannya, dia segera berlari dengan kecepatan tertingginya.

Meskipun merasakan sakit disekujur tubuhnya setelah dihajar habis-habisan oleh kelima pemuda itu, Ryan hanya bisa menahannya dan terus mengayunkan kakinya dengan cepat untuk melarikan diri.

Dia berlari kelorong-lorong sepi yang ada ditempat itu. Sementara kelima pemuda yang mengejarnya terus memperpendek jaraknya dengan Ryan.

'Sial!' batin Ryan saat melihat lorong itu adalah jalan buntu yang tertutup oleh pagar jaring besi setinggi lima meter.

'Tidak! Aku harus bisa selamat!' tekat Ryan lalu berusaha memanjat penutup jalan itu.

Disisi lain, Leo, Topan dan dua temannya yang lain melihat Ryan sedang berusaha memanjat pagar jaring besi mempercepat laju larinya.

"Ayo lebih cepat! Dia hendak naik pagar!" seru Topan kepada teman-temannya.

"Ryan brengs*k! Aku tidak akan melepaskanmu yang telah melukai si bos!" ucap Leo dengan geram.

Ryan terus berusaha menaiki pagar jaring besi itu. Dia tampak kesusahan karena memang pagar jaring besi itu terus bergoyang-goyang seperti artis dandut. Belum lagi ditambah steminanya yang sudah terkuras banyak sebelumnya karena dihajar oleh lima pemuda membuat dirinya semakin kesusahan.

"Aaakhh.."

Ryan menguatkan tekat dengan berteriak kencang. Beberapa kali kakinya terpeleset dan hendak jatuh, namun Ryan segera naik lagi dan lagi.

Ryan telah berhasil mencapai puncak setelah Leo dan rombongannya sampai di pagar jaring besi tersebut. Mereka menggoyang-goyangkan pagar itu berharap Ryan jatuh kearah mereka.

"Oi.. Sialan! Turun kau bajing*n! Aku akan membunuhmu!" teriak Leo sambil terus menggoncang-goncang pagar jaring besi.

Ryan pegangan dengan erat kepada besi yang menjadi landasan tertinggi pagar. Dia sangat khawatir jika tangannya yang sudah agak tidak bertenaga itu terlepas dari pegangannya dan terjatuh dari atas.

Lima meter bukanlah tinggi yang bisa dibuat main-main dan asal loncat bagi manusia biasa seperti Ryan. Jika terjatuh, pastilah akan terasa remuk badan seseorang atau bahkan patah tulang. Terlebih jika Ryan ini jatuh kehadapan musuh, maka tamatlah sudah riwayatnya.

'Haduh! Gimana ini?' batinnya kebingungan. Dia sama sekali tidak menghiraukan teriakan Leo dan teman-temannya.

Dia bimbang jika harus melompat maka bisa-bisa dia sama tidak selamatnya dengan tertangkap oleh mereka. Lalu jika dia turun secara perlahan disisi berlawanan dari mereka, sudah dipastikan dia akan terluka karena Topan tampaknya membawa pisau yang dipegang oleh Brian sebelumnya.

Topan bisa saja menusuknya jika Ryan turun karena pagar itu hanyalah jaring besi yang berlubang-lubang.

Disisi lain Leo, Topan dan dua temannya semakin menggila untuk menggoncang pagar jaring besi itu saat melihat Ryan hanya diam diatas dengan tubuh melekat seperti cicak.

"Sialan kau brengs*k miskin! Leo dan kalian berdua, kalian diam dulu! Aku akan naik juga!" ucap Topan dengan geram.

"Baik! Bunuh saja dia jika mungkin!" ucap Leo lalu diam membiarlan Topan untuk naik pagar seperti yang Ryan lakukan.

Wajah Ryan memburuk saat Topan mulai naik pagar sambil membawa pisau. Dia menggoncang-goncang pagar jaring besi itu dengan kedua kakinya. Namun tampaknya hal itu tidak terlalu berhasil. Topan terus naik sedikit demi sedikit.

'Cih! Kampret ini melekat seperti cicak saja!' batin Ryan asal-asalan tanpa memperhatikan kata-katanya yang sangat aneh. Yaitu menyamakan kampret dengan cicak.

Ryan kembali memutar otaknya untuk berfikir. Dia mencari cara agar Topan tidak pernah sampai diatas menyusulnya. Tiba-tiba wajah Ryan yang sebelumnya terlihat suram dan serius kini tersenyum menyeringai.

'Mengapa aku begitu bodoh? Aku yang diatasnya! Dia harus dengan hati-hati naik dan menjaga keseimbangan agar sampai ditempatku! Hehehe.. Jangan salahkan aku jika sedikit kejam lagi!' batin Ryan sambil terus tersenyum menyeringai.

Dia menempelkan kedua telapak kakinya dengan posisi yang tertekuk disisi yang berbeda lalu mengencangkan pegangan pada tangannya. Hal ini cukup evektif untuk memperjauh jaraknya dengan Topan yang semakin mendekat.

Topan yang melihat Ryan justru tersenyum saat dirinya menghampiri menjadi semakin kalap. Dia mempercepat gerakannya untuk segera sampai diatas.

"Aku akan membunuhmu!" teriak Topan.

"Ehehe.. Kemarilah jika kau bisa angin topan!" ujar Ryan mengejek.

"Bajing*n kau!" geram Topan.

Topan terus naik hingga jaraknya dengan Ryan sudah semakin dekat. Dengan kemarahan yang memenuhi hatinya dan ejekan Ryan yang semakin membuat dirinya tidak bisa berfikir dengan jernih.

Topan terus berusaha naik meski beberapa kali kakinya terpeleset. Saat jarak antara dirinya dan Ryan sudah tinggal satu meter lagi, tiba-tiba kaki Ryan yang sebelumnya dalam posisi tertekuk dan saling apit satu sama lain antar telapak kini mendatangi dirinya atau lebih tepatnya wajah Topan bagian hidung dengan sangat cepat dan tidak terduga.

Buak!

"Ugh!"

Topan yang terkejut secara reflek memegang hidungnya yang terasa patah dan melepaskan pegangan tangannya pada jaring pagar. Dia pun terjatuh dan menimpa Leo dan dua temannya yang lain yang tepat berada dibawahnya.

Brukk!

"Aaakkhh.."

Topan, Leo dan dua temannya yang lain saling berteriak kesakitan. Topan berteriak karena hidungnya yang patah dan berdarah. Sementara Leo dan satu teman yang lain berteriak karena sakit tertimpa oleh tubuh Topan. Satu orang yang tersisa dengan cepat berusaha menenangkan keempat orang itu.

Melihat hal demikian, tanpa menunggu waktu lagi, Ryan turun dari atas pagar dengan tergesa-gesa. Karena saking tergesa-gesanya dan panik, dia tanpa sadar sudah meloncat saja saat ketinggian masih berukur tiga meter.

Brukk!

"Aduh! Sial! Ternyata masih terlalu tinggi!" ucapnya mengeluh karena dia mendarat dengan posisi kaki kurang pas. Akibatnya dia sedikit keseleo dan merasakan sakit yang luar biasa.

Ryan berusaha menahan rasa sakitnya. Kali ini dia sudah aman! Dia berusaha tersenyum saat melihat Leo, Topan dan kedua temannya yang lain sedang berteriak kesakitan.

Setelah beberapa saat, keempat orang pemuda itu sudah mulai tenang sambil menatap Ryan dengan tatapan kebencian. Terlebih Topan yang hidungnya patah dan kini terus mengalirkan darah.

"Hehehe.. Angin topan busuk! Bagaimana rasanya telapak kakiku? Nikmat bukan?" ucap Ryan dengan berani.

"Keparat kau Ryan! Aku berjanji akan membalas semua perbuatanmu ini!" teriak marah Topan sambil terus memegangi hidungnya yang terasa sakit dan nyeri tidak karuan.

"Hehehe.. Itu adalah pelajaran buat kalian! Lain kali aku akan memberikan yang lebih untuk kalian semua!" ucap Ryan sambil terkekeh.

"Beraninya kau!" geram Leo.

"Oiya! Gimana kabar bos kalian? Apakah telurnya pecah? Jika pecah suruh digoreng saja! Hahaha!" ujar Ryan sambil tertawa lantang.

"Kau!" ucap semua pemuda itu dengan geram namun tanpa sadar tangan mereka bergerak menutupi bagian burung perkututnya. Mereka merasakan sedikit linu yang menjalar jika mengingat nasib Brian yang sedang terkapar didalam mobilnya.

"Hahaha.. Yasudah! Kalau tidak ada kepantingan lagi aku pergi dulu!" ucap Ryan sambil terus tertawa lalu bangkit untuk pergi meninggalkan kelima pemuda anak buah Brian.

"Kau!" kelimanya tidak bisa berkata-kata lagi saat Ryan sudah berbalik badan meninggalkan mereka.

Menanggapi teriakan mereka, Ryan hanya mengangkat tangannya sambil memperlihatkan jari tengah yang membuat kelimanya semakin murka namun tidak bisa berbuat apa-apa.

Chapter 3

Ryan berjalan dengan gontai keluar dari lorong-lorong sempit itu untuk mencari jalan besar. Dia tidak tahu saat ini sedang berada dimana sebab dia belum pernah memasukinya. Satu-satunya jalan adalah dengan mencari jalan besar untuk mengetahui arah.

Dia hanya terus melangkahkan kakinya. Kadang berbelok ke kanan dan beberapa kali belok kekiri. Ryan juga mencari orang yang mungkin ada ditempat itu untuk bertanya, namun kenyataan pahit harus sekali lagi Ryan rasakan. Tidak ada satu orang pun yang dia temui. Lorong itu tampak sangat sepi dan hanya dia satu-satunya orang yang ada ditempat itu.

'Sial!' batinnya sambil mengacak-acak rambutnya sendiri.

Hari semakin sore. Setelah sekitar setengah jam berputar-putar, Ryan akhirnya berhasil menemukan jalan besar dan dia bisa bernafas dengan lega.

'Haiih.. Akhirnya..' batinnya.

Dia pun berjalan dengan santai setelah mengetahui jalan besar mana tempat itu. Dia tidak terlalu terburu-buru karena memang tidak ada yang mengharuskan dirinya untuk terburu-buru.

Beberapa kali Ryan juga duduk dikursi yang ada di pinggir jalan tempat orang-orang menunggu angkot atau taksi datang untuk beristirahat. Lalu setelahnya dia kembali melanjutkan perjalanannya menuju rumah.

Lima belas menit berlalu. Disaat Ryan sedang melewati sebuah toko baju atau butik yang cukup mewah, dia melihat seseorang yang membuat hatinya sedikit bergetar.

Benar! Dia melihat seorang wanita cantik yang bernama Novie! Lebih lengkapnya adalah Novie Sanjaya Ningrum yang sedang berjalan berduaan dengan seorang pria yang dia kenal juga karena teman satu kampusnya. Namanya Dimas Kurniawan.

Novie bisa dibilang adalah mantan pacar Ryan. Namun setelah dia mengetahui latar belakang Ryan yang miskin dan tidak berpunya setengah tahun lalu, dia berpaling dari Ryan dan memilih Dimas yang meskipun sedikit cupu sebagai pacarnya. Sungguh tragis memang hidup Ryan ini. Miskin dan selalu mengalami hal-hal pahit dalam hidupnya.

Ryan terus menatap kedua sejoli itu dalam diam. Dia sebenarnya masih belum bisa menerima kenyataan ini. Meskipun dia sadar dan sedikit bersyukur bahwa Novie ini adalah cewek matre dan tidak baik untuknya.

Novie yang secara tidak sengaja melihat Ryan sang mantan pacarnya sedang melihatnya dengan tatapan nanar segera membuat ulah dengan memeluk tangan Dimas secara tiba-tiba.

"Eh? Ada apa?" tanya Dimas yang terkejut dengan sikap tiba-tiba pasangannya itu.

"Say.. Terima kasih atas belanjaannya hari ini! Ini semua baju-baju MAHAL semua loh! Kamu memang yang terbaik say!" ucap Novie sengaja mengeraskan suara dan menekankan kata mahal agar Ryan mendengarnya. Dia juga dengan bangganya menenteng barang bawaannya yang baru dibelikan oleh Dimas untuknya.

Dimas yang belum menyadari keberadaan Ryan hanya bisa menjawab ucapan wanitanya itu dengan jujur dan polos. Apalagi ada sedikit rasa-rasa kenyal yang menempel di lengan kirinya itu. Membuat jantung pria lugu ples cupu itu dag-dig-dug tidak karuan.

"Tenang saja! Buat gadisku, apapun akan aku berikan!" ujar Dimas dengan santainya.

"Aduuh say aku! Memang tiada tandingannya! Love-love say!" tutur Novie bermanja-manja sambil terus memeluk lengan Dimas.

Dimas sangat senang dengan hal itu. Terlebih sesuatu yang kenyal-kenyal dan panggilan 'say' dari Novie begitu khas dan khusus untuknya seorang. Hati Dimas dibuat suka seperti bunga yang bermekaran. Ya! Tapi bunga bangkai jika itu menurut Ryan.

Ryan yang melihat acting Novie hampir muntah dibuatnya. Dengan tekat yang pasti, dia melangkah kaki menghampiri kedua pasangan yang sedang bahagia itu.

"Eh Ryan! Apa kabarmu Yan? Mengapa kamu babak belur begitu?" tanya Dimas yang polos.

"Em.. Kurang baik Mas! Kamu bisa lihat sendiri lah! Oiya, aku cuma mau bilang. Jangan terlalu senang dipanggil 'say'! Karena 'say' itu memiliki dua kemungkinan! Yaitu sayang dan satunya lagi sayton! (setan)" ujar Ryan santai sambil menepuk-nepuk bahu Dimas kemudian berlalu begitu saja dari kedua pasangan tersebut.

Wajah Novie memerah karena marah, sementara Dimas si pria cupu lagi lugu menatap Novie dengan tatapan tajam.

"Sayang! Kamu memanggilku dari kata terusan yang mana? Sayang apa sayton?" tanya Dimas dengan wajah menyelidik.

Novie hanya bisa berteriak didalam hati dengan kepolosan lelakinya itu.

"T-tentu saja sayang dong sayangku! Mana mungkin aku memanggilmu begitu dengan niat memanggil sayton! Itu mustahil lah sayangku!" ujar Novie sambil memaksakan dirinya untuk tersenyum.

Dalam hati Novie, dia sangat dendam kepada Ryan yang telah mempermalukannya seperti ini dan dia tidak akan melupakan kejadian hari ini serta bertekat akan memberikan perhitungan kepada si miskin Ryan suatu hari nanti. Sungguh, wanita memanglah makhluk pendendam dan tidak mudah melupakan!

.

.

Ryan sampai dirumahnya tepat setelah matahari benar-benar telah terbenam.

"Ibu! Aku pulang!" ucapnya sambil membuka pintu rumahnya yang tidak terkunci dan memasukinya.

"Kamu sudah pulang nak! Uhuk! Uhuk!" ucap suara serak seorang wanita dari dalam kamar sambil terbatuk-batuk.

Lalu Ryan melihat sosok wanita yang paling dia hormati diseluruh alam melebihi apapun keluar dari kamar yang tidak lain adalah ibunya.

Lastri Darmawanti adalah nama dari sosok itu. Lastri sudah beberapa hari ini sedang menderita sakit demam dan sakit tenggorokan yang membuatnya selalu batuk disetiap waktu.

Ryan sudah membelikan ibunya itu obat di apotik dari hasil kerjanya dihari minggu di sebuah bengkel motor. Namun karena takdir memang belum memberikan garisan sehat untuk sang ibu, maka ibunya itu masih saja sakit hingga saat ini.

Lastri keluar dari kamarnya dengan senyuman khas seorang ibu kepada anaknya untuk menyambut kepulangan sang anak. Namun senyuman indah itu seketika menghilang saat melihat wajah buah hatinya tampak lebam dan terluka.

"Nak! Kenapa dengan wajahmu?" ucapnya bertanya khawatir sambil buru-buru memeriksa wajah Ryan.

"Aw! Ibu.. Itu.. Tadi aku buru-buru ingin cepat pulang karena kesorean! Eh.. Tidak sengaja aku terpeleset dan jatuh! Kakiku juga sedikit terkilir tadi! Tapi sekarang sudah sembuh!" jawab Ryan berbohong.

Ryan terpaksa melakukannya agar ibunya tidak terlalu mengkhawatirkannya. Namun yang tidak Ryan ketahui adalah ibunya tentu tahu anaknya sedang berbohong. Jika memang itu terjatuh, mana mungkin akan lebam seperti itu.

Dan perlu diketahui juga bahwa orang yang paling mengenali sifat dan sikap seorang anak adalah ibunya. Jadi bagaimanapun Ryan berbohong maka Lastri ibunya tentu mengetahuinya.

Lastri hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah Ryan.

"Oiya ibu, bagaimana dengan obat yang kemarin Ryan berikan? Apakah ada evek yang membuat ibu baikan?" tanya Ryan.

"Belum nak! Uhuk! Ibu masih saja batuk seperti ini! Uhuk! Namun tenanglah.. Ibu tidak apa-apa! Lambat laun ibu pasti akan sembuh!" ucap Lastri dengan lembut.

"Baik ibu! Tapi besok Ryan akan dapat gajian lagi dari bengkel tempat Ryan kerja! Ryan akan membelikan obat yang lebih berkualitas untuk ibu!" ucap Ryan sambil tersenyum.

Hati Lastri melembut saat mendengar ucapan anaknya yang begitu perhatian kepadanya. Dia hanya mengangguk dan berterima kasih kepada Tuhan yang telah memberikan karunia anak seperti Ryan.

"Baik nak! Sekarang kamu mandi dan gantilah bajumu!" ucap Lastri.

"Baik bu!" turut Ryan.

Ryan pun masuk kedalam kamar untuk meletakkan tas bawaannya lalu bersiap untuk membersihkan diri. Namun dalam hati Ryan, dia bertekat dalam hatinya jika Tuhan memberikan dia takdir yang bagus berupa kekuatan atau kekuasaan, maka dia akan menjaga dan membahagiakan ibunya sampai dia mati pun.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!