...~Happy Reading~...
Bandara Soekarno-hatta
Seorang gadis, berparas cantik berambut pendek dengan celana jins dan tank top yang di balut dengan sebuah jaket jins terlihat begitu tergesa melangkahkan kaki nya menyusuri setiap lantai di Bandara.
Laki laki yang di sebelahnya memiliki wajah mirip dengan gadis tersebut, terlihat seperti seorang bodyguard dengan pakaian yang serba hitam nya.
Kaos hitam, jaket hitam, topi hitam serta kaca mata hitam namun salah satu koper yang ia bawa berwarna pink muda.
"Yan, bisa pelan dikit gak sih jalan nya. Capek tau!" ucap gadis itu memberengut membuat langkah kaki lelaki itu ikut terhenti.
"Tadi yang ngajak jalan buru buru siapa?" tanya laki laki itu yang tak lain adalah saudara kembar nya, Ryan.
"Ya tadi kan biar kelihatan estetik gitu, tapi ternyata capek. Huh, mana pakai hells lagi!" keluh nya semakin memberengut kesal, merutuki dirinya sendiri yang menggunakan sepatu hak. Padahal, sebelum mereka naik pesawat, Ryan sudah memberikan saran agar memakai sepatu kets saja, namun saudara kembar nya itu ngeyel dan tetap kekeuh menggunakan sepatu heels.
Dan, begini lah akhirnya. Sepanjang jalan dia selalu mengeluh seperti biasa.
"Sedikit lagi Na, tuh Mommy sama Daddy udah di sana!" ucap Ryan menunjuk kedua orang tuanya yang sudah berdiri tak jauh dari tempat nya berada.
"Mommy!" pekik gadis itu langsung melepaskan sepatu nya dan berlari menuju ibu nya.
Empat tahun lamanya ia tidak bertemu dengan kedua orang tuanya, sahabat juga orang di sekitarnya.
Selama empat tahun, ia menyelesaikan kuliah nya dan ia hanya berinteraksi dengan Ryan seorang.
Mungkin sesekali ia akan melakukan panggilan video Call dengan orang tua ataupun sahabatnya. Namun itu hanya sebentar dan bisa di hitung dengan jari seberapa banyak ia melakukan itu selama empat tahun ini.
Entah mengapa, Ryana membatasi dirinya. Bahkan, dengan Ryan yang tinggal satu atap dengan nya saja, ia juga jarang terbuka.
Ryana hanya ingin fokus dengan belajar nya, selebihnya ia akan mengurung diri di dalam kamar sampai jam makan tiba.
"Astaga, Mommy kangen banget sama kamu, Sayang!" ucap mom Nasya langsung memeluk putri kesayangan nya, hingga membuat air matanya menetes tanpa sadar.
Bukan kemauan Mom Nasya atau daddy Adnan tidak mengunjungi Ryan dan Ryana. Namun, itu adalah kemauan Ryana sendiri.
Pernah sekali orang tuanya mengunjungi Ryan dan Ryana di sana, namun saat itu juga Ryana memutuskan untuk pergi menjauh.
Ia pergi berkelana seorang diri sampai orang tuanya pulang ke Indonesia, baru dia pulang ke apartemen.
Dan saat ia di tanya mengapa tidak mau bertemu orang tuanya, jawaban nya sangat aneh. Itu semua karena dia ingin mandiri, ia ingin mengumpulkan rindu untuk nya saat pulang nanti ke Indonesia, saat dimana ia sudah berhasil menyelesaikan kuliah nya
Dan sejak saat itu Adnan dan Nasya memutuskan untuk tidak mendatangi kedua anaknya lagi. Namun ia juga selalu mewanti wanti anak sulung nya jika terjadi sesuatu harus memberikan kabar.
Bersyukur karena empat tahun itu sudah di lewati Ryan dan Ryana dengan begitu cepat dan tanpa kendala apapun, mungkin.
"Hehehe, maafin Ryana Mom," ujar nya tersenyum menyengir.
"Bagaimana kabar kamu Nak?" tanya Mom Nasya seraya mengusap bahu dan seolah mengecek semua kondisi tubuh anak nya.
"Ryana harus selalu sehat dan kuat kan Mom," jawab nya seraya menyengir kuda.
"Kau tak merindukan Daddy, hem? Kenapa hanya Mommy mu saja yang kau peluk?" tanya seorang laki laki paruh baya yang sejak tadi berdiri di samping mom Nasya.
Suaranya terdengar seperti orang iri dan sedikit kesal lantaran di abaikan oleh putri kandung nya sendiri.
"I miss you so much, Dad!" ucap Ryana yang langsung memeluk ayah nya dengan begitu erat.
Tentu saja Ryana sangat merindukan orang tuanya. Hampir empat tahun lamanya ia berpisah dan tidak bertemu, dan ternyata itu sangat menyiksa nya.
...~To be continue......
...~Happy Reading~...
Setiba nya di rumah. Ryana langsung memasuki kamar nya, kamar yang sudah empat tahunan tidak ia singgahi. Namun, meski begitu kamar itu masih terlihat sama seperti dulu saat dirinya pergi meninggalkan rumah nya.
Brukk!
“Nyaman nya, kamar ku adalah surga ku,” gumam Ryana saat merebahkan dirinya di atas kasur Spring bed berukuran king size dengan mata terpejam nya.
Aku merindukanmu
Setengah mati merindu
Tiada henti merindukanmu
Masih hatiku untukmu
Aku tetap menunggumu ...
Ryana langsung membuka matanya saat tanpa sengaja mendengar suara lagu. Dirinya tidak sedang mendengarkan lagu, namun mengapa di dalam kamar nya ada lagu? Batin Ryana.
Ia segera bangkit dan mencari kemana sumber suara lagu nyanyian tersebut. Hingga saat dirinya berjalan menuju walk in closed, ia menemukan sebuah speaker box mini yang tengah memutar lagu dari artis Judika tersebut.
“Apa ini punya Bibi? Mungkin dia lupa pas tadi beresin kamar?” gumam Ryana mencoba berfikir positif, ia pun mematikan music box tersebut lalu memutuskan untuk segera mandi agar badan nya terasa lebih fresh.
Sementara itu, di lantai bawah. Terlihat Ryan yang masih belum masuk ke dalam kamar. Ia masih berbincang santai dengan kedua orang tuanya, hingga saat tiba tiba seorang laki laki terlihat menuruni tangga dan menghampiri semuanya.
“Hloh, kok—“ Ryan langsung mengerutkan dahi nya saat melihat kedatangan laki laki tersebut dari lantai dua.
“Raka selalu menginap disini, dan tadi dia habis membereskan kamar nya,” ucap mom Nasya memberitahu anak nya.
“Kamar mana? Kamar ku? Atau kamar—“
“Aku suami Ryana, bukan suami kamu Yan!” saut Raka dengan cepat dan ekspresi wajah datar nya karena kesal.
Bagaimana tidak kesal, menurut Raka, pertanyaan Ryan sangat lah konyol. Bagaimana bisa ia menanyakan dirinya tidur di kamar mana, sedangkan ini adalah rumah mertuanya, orang tua dari istrinya, tentu saja ia tidur di kamar istrinya.
“Haiss, maksud ku, bagaimana bisa? Berarti kamu tadi sudah ketemu sama Ryana?” tanya Ryan sedikit berdecak.
“Belum!” jawab Raka dengan cepat menggelengkan kepala nya.
Ya, Raka belum sempat bertemu langsung dengan Ryana. Ia hanya melihat dari kejauhan saja dan mendengarkan suara wanita tersebut tanpa berani untuk mendekati.
Bukan tidak berani, hanya saja Raka berusaha untuk menghargai Ryana. Karena menurut informasi yang ia dapatkan dari Ryan, hingga saat ini Ryana masih belum bisa mengingat dirinya.
Maka dari itu, Raka memutuskan untuk berpura pura seperti dulu lagi. Ia akan berjuang untuk mendekati Ryana dari awal, mencari perhatian nya dan mencuri hatinya kembali sampai wanitanya itu luluh dan mau memaafkan nya kembali.
“Sebelum Ryana turun, jadi Raka pamit dulu ya Mom, dad.” Ujar Raka berdiri dan hendak berpamitan.
“Kamu yakin gak mau ketemu sama Ryana dulu?” tanya Ryan mengerutkan dahi nya.
Bohong jika Raka mengatakan iya, tidak mau bertemu langsung dengan Ryana. Namun, ia juga takut akan membuat Ryana kembali sakit jika mengingat dirinya. Itulah sebab nya ia ingin segera pergi sebelum bertemu Ryana, agar wanita itu tidak berfikir macam macam yang akan membuat kepala nya kembali sakit.
“Aku—“
“Woahhh sefemes itu ya Yan kamu?” celetuk seorang wanita cantik dengan mengenakan celana hot pant pendek serta kaos oblong polos menuruni tangga.
“Baru juga pulang, udah di samperin tamu tak di undang!” imbuh nya menyindir keberadaan Raka.
“Na, jangan seperti itu,” tegur mom Nasya menggelengkan kepala nya.
“Iks Mommy kok belain dia sih.” Ryana memberengut dan memanyunkan bibir nya, “Ryana tuh gak suka sama dia, dari dulu selalu saja rese bin rusuh. Dan Ryana yakin, kedatangan dia kesini pasti bukan hanya untuk nemuin Ryan tapi mau cari gara gara sama Ryana!” imbuh nya mendengus dan melirik sinis ke arah Raka.
‘Aku kesini memang bukan untuk Ryan, tapi untuk kamu sayang, istri ku. Aku sangat merindukan mu,’ gumam Raka dalam hati nya, sambil terus menatap pada wanita yang berada tak jauh dari tempat nya berdiri.
...~To be continue .......
...~Happy Reading~...
“Sayang, kamu itu sudah dewasa, gak bagus berfikir negatif terus begitu. Raka baik kok, lagian dia dari tadi juga diem, kenapa kamu—“ ucap mom Nasya namun belum selesai sudah di potong oleh Ryana.
“Nah kan, belum apa apa, lo udah racunin keluarga gue. Udah sono lo pulang aja, manusia kadal, ngapain sih kesini!” cetus Ryana berdecak, ia segera berbalik dan hendak pergi, namun tiba tiba langkah nya terhenti.
Ia menundukkan kepala nya, memejamkan mata saat merasakan sakit luar biasa kembali menyerang kepala nya, “Ssshhh auwhh,” ringis nya pelan, berusaha untuk tidak terdengar.
“Sayang, kamu kenapa?’ tanya daddy Adnan khawatir dan langsung menghampiri putri nya.
“Hah?” Ryana mendongakkan kepala nya, ia tersenyum menatap sang ayah, “Ryana gapapa Dad, Cuma laper. Kita makan aja yuk, biar Mommy aja sama Ryan yang ngadepin tamu nya. Ryana kesel!” imbuh nya segera menggandeng tangan sang ayah dan berjalan menuju meja makan.
“Kamu sabar ya,” ujar mom Nasya mengusap lengan menantu nya pelan.
“Ini juga salah kamu Ka, kenapa kamu dari dulu usil banget sih hobi nya. Jadi pertengkaran dan [perdebatan antara kalian berdua dari kecil itu yang selalu dia ingat!” imbuh Ryan menghela napas nya dengan berat.
Sebenarnya, ia tidak tega melihat Raka yang sellau mendapatkan amukan dan cibiran ketus dari Ryana. Hanya saja, ia juga tidak bisa berbuat apapun apalagi memaksa Ryana agar berlaku baik kepada Raka.
Karena memang sejatinya, sejak awal keduanya tidak pernah akur. Raka dan Ryana bahkan sejak duduk di sekolah dasar sudah seperti musuh bebuyutan. Jadi tak heran jika Ryana masih selalu terbawa emosi jika berhadapan dengan Raka.
Andai, jika boleh memilih, mungkin Raka ingin request, agar ingatan Ryana di hilangkan saat bertengkar dengan nya saja. Namun saat mereka sudah menikah dan selalu bersikap romantis Ryana sellau mengingat nya. Namun sayang, itu semua tidak semudah membalikkan telapak tangan nya.
“Sudahlah, Raka pulang dulu Mom, sudah siang,” ucap Raka berpamitan.
“Loh kenapa pulang? Kamu gak mau ikut makan siang bareng dulu?” tanya mom Nasya tidak enak.
“Enggak Mom, Raka harus ke makam hari ini.” jawab Raka mencoba tersenyum walau tipis.
“Ah iya, ini hari jumat. Ya udah kamu hati hati ya, Mommy dan Daddy belum bisa ke sana lagi,” tutur mom Nasya membuat Raka kembali tersenyum.
“Tidak apa Mom, cukup doakan saja mereka itu sudah bahagia kok,” balas Raka hendak pergi, namun lagi lagi tangan nya di tahan oleh Ryan membuat nya kembali berdecak dan langsung menarik napasnya kasar.
“Aku ikut!” ucap Ryan saat mendapatkan tatapan kesal dari saudara ipar nya, “Sejak mereka di makamkan, aku baru ke sana sekali. Dan sekarang aku sudah pulang, biarkan aku ikut,” imbuh Ryan membuat Raka langsung menganggukkan kepala nya.
Raka dan Ryan pun berpamitan pada Mom Nasya lalu segera pergi. Sementara mommy Nasya, ia kembali masuk dan menyusul suami serta putri nya di meja makan untuk makan siang.
Kedua anak nya yang lain, masih berada di sekolah, lantaran sedang ada ulangan. Jadilah mereka tidak bisa ikut menjemput Ryan dan Ryana di Bandara. Hanya daddy Adnan saja yang bisa menemani mommy Nasya lantaran di kantor memang sedang tidak banyak pekerjaan.
Lagipula, meskipun ada pekerjaan penting. Daddy Adnan juga tetap akan membatalkan semua pekerjaan nya, demi anak anak nya.
Sesibuk apapun dan sepenting apapun urusan kantor nya, jika sudah menyangkut soal keluarga maka daddy Adnan akan meninggalkan semuanya. Termasuk menjemput kedua anak nya di Bandara, itu adalah salah satu hal yang termasuk sangat penting bagi nya.
...~To be continue .......
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!