Seorang Mahasiswi Universitas ternama di Kota DKI Jakarta, terlihat terburu-buru saat akan masuk ke kelasnya.
"Aduh, si Yolanda benar-benar belum datang nih. Tiga menit lagi Pak Dosen datang. Padahal ini hari pertama belajar. Ah, harusnya aku tadi gak ninggalin dia." batin Imelda dengan perasaan gelisah.
Ketika Yola sedikit berlari dari arah kiri, dengan tatapannya terfokus ke arah jam ditangannya. Tiba-tiba dimenabrak seseorang.
"Allahu akbar," Yola pura-pura membentulkan kacamatanya.
"Eh eh. Maaf-maaf." ucap Yola yang langsung menganga saat melihat seorang pria tampan, yang sedang membereskan barang yang dibawanya.
"Ya. Lain kali hati-hati!" ucap pria itu tanpa melirik ke arahnya.
"Maaf. Maaf." Yola menelan salivanya dengan susah, sambil menatap terus pria tersebut.
"Kamu ini kenapa? Kebanyakan bilang maaf?" Pria itu berkata dan sedikit melirik ke arah Yola.
"Kakak ini Mahasiswa?" tanya Yola penasaran.
"Saya Dosen Biologi. Maaf saya buru-buru." ucap Pria tadi sambil berlalu.
"Uh. Yasudah." ucap Yola lalu dia berjalan membuntuti Dosen itu. Namun, Dosen itu mendadak berhenti. Dan langsung menatap penampipan Yola, yang sangat berbeda dengan Mahasiswi lainnya.
"Astagfirullahaladzim. Nih, cewek dandannya? Subhanallah." ucapnya dalam hati, sambil membuang muka.
"Kenapa pak? Lihatin saya?" tanya Yola polos.
"Kamu ini mau kemana?"
"Saya mau masuk kelas pak, permisi." Yola buru-buru pergi sedikit berlari. Dosen itu menatapnya dengan sedikit pertanyaan.
"Kok masuk kesana? (Mengerutkan keningnya) Oww" batin Dosen itu sambil berjalan.
"Selamat pagi!" ucap Dosen itu, yang baru masuk ke kelas Yola. Suara riuh dari para Mahasiswi yang memujinya tidak dia hiraukan.
"Pagiiiiiii Pak Dosen!" Serentah yang dikelas. Kecuali, Yolanda yang baru saja mengeluarkan alat tulisnya dari tas.
Dosen itu melirik sebentar ke arah Yola.
"Selamat belajar untuk kalian Mahasiswa smester enam. Perkenalkan nama saya Reicard Putra Alexandar."
"Owwww. Pak Reicard." Serentak semuanya. Yola yang langsung melihatnya kaget.
"Hah? Dia? Aduh," Yola yang sudah melihat ke arah depan tiba-tiba menunduk.
"Ya Allah, dia ternyata Dosen." Batin Yola.
"Panggilannya apa pak?" tanya Salahsatu Mahasiswi centil. Semua orang menatapnya termasuk Yola.
"Terserah." Dosen itu sedikit tersenyum.
"Owwwwww" Serentak semuanya lagi.
"Kenapa?" Rei sedikit aneh.
"Senyum bapa manis banget." ucap Mahasiswi centil lagi. Yang lain mensorakinya.
"Ah, biasa saja." Celetuk Yola.
"Eeeeehhhhh." Semuanya melirik ke arah Yola, termasuk Yola.
Tidak merasa malu, Yola malah menatap Rei yang juga sedang menatapnya.
"Bagi lho biasa. Karena cowok yang ada dimata lho juga pasti biasa." Ejek Mahasiswi centil lagi. Semua orang mensoraki Yola.
"Apa iya mel?" Yola malah bertanya kepada Imel, yang duduk disebelahnya.
"Hah?" Imel hanya melongo dan melirikan matanya ke kanan dan ke kiri.
"Pake nanya. Ya ngaca dooooong! Lho dari dulu emang kaya gitu, gak sadar banget." Celetuk salahsatu Mahasiswa lain.
"Untuk apa ngaca?" tanya Yola polos.
"Ya lihat penampilan lho! Udah mirip ondel-ondel aja belagu." jawabnya. Semua orang mentertawakannya.
"Heyy? Lho nyuruh gue ngaca, padahal disini gak ada kaca. Lhu bego." ucap Yola, semua orang mensorakinya. Sedangkan Rei hanya terdiam. Melihat apa yang sedang terjadi. Dia sengaja tidak marah, karena mereka Mahasiswa barunya. Belum dikasih aturan saat di jam pelajarannya.
"Apa lho bilang?" Mahasiswa tersebut langsung mendekat dan menarik rambut Yola yang diikat konde.
"Kendor deh, kondenya" Celetuk Mahasiwa lain. Semuanya tertawa lagi.
"Awwww, beraninya kamu." Yola yang kesakitan langsung berdiri. Namun dia duduk kembali, sambil menatap kesal ke arah Mahasiswi tersebut, dan semuanya langsung terdiam. Saat Rei memberikan tatapannya yang sangat tajam.
"Is. Gara-gara Dosen itu, aku belum bisa membalasnya." batin Yola. Imel hanya memegangi tangan Yola. Isyarat agar Yola bersabar.
"Sikap kalian sungguh tidak ada etika sama sekali. Untungnya hari ini hari pertama. Jika hari-hari berikutnya masih seperti itu, saya tidak segan-segan untuk mengeluarkan kalian dari kelas saya. Faham?" tanya Rei tegas.
"Faham pak." serentak semuanya menjawab. Begitupun dengan Yola, hanya saja dia terlihat memalingkan wajahnya.
Beberapa menit kemudian, saat Rei sudah meninggalkan kelasnya.
"Mau kemana?" tanya Yola ketus kepada Mahasiswi yang menarik kondenya tadi.
"Heyyyy. Nanya sama siapa lho?" jawab Mahasiswi tersebut.
"Ya sama lho lah." ucap Yola sambil menarik tas Mahasiswi tersebut. Semua pandangan yang dikelasnya terpusat kepada mereka.
"Lho mau balas dendam?" Menatap tajam Yola.
"Seperti yang terlihat." ucap Yola. Tak lama mereka langsung jenggut-jenggutan. Saling cakar, dan saling dorong.
Sementara itu, Imel yang kaget langsung keluar untuk mengejar Rei.
"Pak? Pak Reicard?" teriak Imel. Rei yang saat itu sudah berjalan sekitar 10 meter, langsung berbalik badan melihat Imel yang berlari ke arahnya.
"Kenapa?"
"Pak? Pak? Buruan! Itu teman saya, Yolanda sama Anatasya berantem pak." ucap Imel sambil berlalu duluan. Karena takut Yola terluka.
Rei yang kaget langsung berjalan cepat untuk bakik ke kelasnya.
"Berhenti! Berhenti Yolanda! Mau ada pak Reicard." teriak Imel, namun tidak dihiraukan Yolanda yang lagi emosi. Berbeda dengan Anatasya yang mendengarnya, dia langsung pura-pura lemah. Padah tangan Yola sudah banyak cakaran dari kukunya.
"Hentikan! Astagfirullah," ucap Rei yang menahan tubuh Anatasya yang didorong Yola. Sedangkan Anatasya sendiri pura-pura pingsan.
Imel menghampiri Yolanda, membereskan rambutnya yang acak-acakan.
"Puas lho? Puas bikin Anatasya pingsan?" ucap temannya Anatasya, sedangkan dia sendiri dibawa oleh beberapa teman-temannya ke uks.
"Benaran pingsan apa pura-pura?" tanya Imelda menyunggingkan bibirnya.
"Jangan memulai lagi!" ucap Rei kepada Imelda.
"Maaf," ucap Imelda. Sedangkan Yola hanya terdiam.
"Yola? Apa ini? Banyak sekali luka cakaran. Pasti perih." ucap Imelda. Sedangkan yang lain ikut menunduk karena ada Rei.
"Biarkan saja! Tidak terlalu perih dari ucapan mereka yang selalu membuli saya." Yang ada dikelasnya semakin menunduk, sebagian dari mereka merasa tersindir.
"Harusnya kamu gak berantem. Ini bukan tempatnya." ucap Rei.
"Dulu iya saya gak sampe berantem. Hanya membiarkan mereka yang senang membuli saya. Sayangnya sekarang beda. Maaf saya buru-buru. Permisi." ucap Yola sambil membenarkan tasnya, tanpa melirik Rei.
"Permisi pak." ucap Imel dan langsung mengejar Yola.
"Bubar!" titah Rei kepada semuanya yang masih berada dikelas, sambil berlalu.
3 Bulan kemudian
Pemandangan taman yang sangat indah terlihat dari jendela kamar utama lantai dua. Saat itu Yolanda sedang berada didepan meja rias. Dia menyanggul rambut panjangnya yang hampir setengah punggung dan begitu lebat. Tidak lupa dia juga memakai kacamata biasa yang bukan kacamata minus atau cembung.
Tubuhnya yang sangat seksi bak gitar spanyol dan kulitnya yang putih, selalu ditutupi oleh pakaian besar dan panjang.
Tidak hanya untuk pergi ke Kampus. Dirumah pun dia selalu memakai rok panjang, daster panjang, celana kulot, atau baju-baju yang tidak memperlihatkan bentuk tubuh.
Dan tidak hanya bentuk tubuhnya yang ditutupi. Dia juga selalu menutupi kecantikanya dengan memakai ukiran alis yang ditebalkan, lipstik yang berwarna terang, dan tahi lalat palsu sedikit besar dipinggir kanan hidungnya.
Wajah aslinya tidak seperti itu. Dia sangatlah cantik. Mirip sekali dengan Ayahnya yang begitu tampan dengan hidung mancung tapi tidak terlalu besar. Wajahnya sangat imut, punya lesung pipi, kalau tersenyum manisnya luar biasa. Saat itu, dia memandangi tubuhnya yang hanya memakai celana lejing dan kaos singlet.
Ilustrasi Yola saat rambutnya terurai
Lalu dia teringat masalalunya.
Flashback On
Dulu, sekitar 5 tahun yang lalu. Usia Yolanda yang baru 17 tahun. Dan dia baru saja lulus dari SMA. Dia meminta kepada orang tuanya yang saat itu adalah orang kaya terpandang di Desa nya, untuk menikah dengan laki-laki tampan yang beberpa bulan menjalin kasih denganya.
Karena kebucinanya. Dia berpura-pura meminjam tespeck positif hamil kepada temanya yang sudah menikah. Untuk dilihatkan kepada orang tuanya. Itu semua agar orang tua nya merestui hubungan mereka.
Dengan penuh kekecewaan dan amarah yang tiada henti. Akhirnya orangtua nya menikahkan dia dengan laki-laki pujaanya.
Hanya saja saat malam sesudah aqad. Dia diajak pergi suaminya untuk menginap di Apartemen. Malam itu, dia sudah menunggu suaminya untuk melakukan malam pertama. Dia menunggu suaminya yang tak kunjung masuk kamar sampai waktu dini hari. Dia mundar-mandir gelisah. Berulang-ulang melihat layar hpnya hanya untuk menunggu kabar.
Namun, itu semua sia-sia. Dia malah lama menunggu. Padahal suaminya bilang. Hanya pergi keluar sebentar. Karena dia lelah menunggu. Dia pun tertidur. Hingga waktu subuh tiba, dia terbangun, dia melihat suaminya belum kunjung datang.
Akhirnya, dia mengambil hp dimejanya untuk menghubungi suaminya yang susah dihubungi.
Beberapa menit kemudian. Yola berteriak kesal. Lalu air matanya cepat menetes. Lama kelamaan tangisan yang sedikit pelan itu berubah menjadi suara tangisan sesegukan. Dia membaca chat dari suaminya. Yang megirim gambar dan menjelaskan panjang kali lebar. Bahwa Dirinya sedang bersama dengan seorang wanita yang sedang hamil.
Suaminya menceritakan bahwa dia itu sudah menikah. Dia juga mengatakan bahwa dia berpura-pura kaya untuk merampas harta orang tua dan perhiasan yang selalu dipakai Yola. Laki-laki itu berpura-pura sebagai seorang anak dari Dirut RS dikota besar. Dengan membawa orang tua palsu, mobil pinjamann dan menunjukan rumah besar milik orang lain.
Dengan penuh rasa malu dan bersalah. Akhirnya Yola memutuskan untuk balik ke rumah orang tua nya. Dan membawa tespeck garis satu miliknya. Dia pun menceritakan semuanya kepada orang tuanya. Dengan penuh amarah. Orang tuanya langsung mengurungnya.
Untungnya dia tidak bersedih. Hanya kesal dan merasa bersalah telah membuat orang tua nya malu.
Dua tahun kemudian, saat usianya sudah 19 tahun dan semuanya sudah normal kembali. Yolanda akan melanjutkan pendidikanya ke Universitas ternama di Kota Jakarta. Karena tidak ingin, anak tunggalnya itu berulah kembali. Ketika kuliahnya sudah menginjak semester 6. Orangtua nya lelah memantaunya. Ditambah bisnis mereka yang keuntunganya sedang menurun.
Akhirnya dengan penuh pertimbangan. Orangtuanya menikahkan dia kembali dengan anak Sahabat Bisnisnya yang anaknya itu adalah Seorang Dosen.
Sikapnya sangat dingin dan masa bodoh. Dosen itu bernama Ricard Putra Alexandar yang lebih dikenal dengan panggilan Rei.
Usianya 28 tahun jalan 29. Dia tidak terpaksa menerima perjodohan itu. Karena Papanya sudah mengizinkanya untuk dia manjadi seorang mualaf. Dan Mamahnya sering sakit-sakitan bahkan hampir depresi dari semenjak usia Rei masih 27. Dikarenakan Rei yang sering menyendiri dan bersikap lebih introvert kepada siapapun termasuk orang tuanya. Itu disebabkan karena Rei harus berpisah dari Sarah (mantan kekasihnya yang saat itu masih berbeda keyakinan dengan dirinya).
Flashback Off.
Hal itulah yang menjadi alasan kenapa dirinya menutupi kecantikan dan bentuk tubuhnya. Dia ingin mendapatkan laki-laki yan benar-benar menerima apa adanya. Bukan yang hanya melihat dari materi ataupun fisiknya.
Selama mereka menikah Rei pun belum tahu wajah dan bentuk tubuh aslinya. Karena saat mereka sudah menikah. Mereka selalu pisah kamar. Tanpa sepengetahuan orangtua nya.
Tuk tuk tuk
Suara pintu diketuk membuyarkan lamunanya.
"Iya. Siapa ya?" tanya Yola dan buru-buru memakai baju gamisnya yang berbahan katun.
"Ini bibi neng. Tuan sudah menunggu dibawah." ucap bibi Lea (ART dirumah Rei)
"Oiya bi. Ini udah." ucap Yola.
Saat dia akan mengambil tas yang sudah disiapkanya dikasur. Dia melihat foto pernikahanya dengan Rei. Lamunan pun kembali. Dia merasa sangat sedih. Karena sudah tiga bulan mereka menikah. Rei belum mau menyentuh dirinya.
Namun, dia selalu berdo'a dan mencoba bertahan dengan pernikahan keduanya. Jika sedang berada didekat Rei dia selalu menunjukan wajah ceria. Menjadi sosok wanita yang lebih dewasa, mandiri, tidak manja, dan tidak cengeng.
"Ayah, ibu? Aku akan memberikan yang terbaik untuk kalian. Aku akan patuh kepada suamiku. Aku akan berusaha memperbaiki kesalahan aku kepada kalian." batin Yolanda. Kemudian dia memakai jaketnya dan buru-buru turun.
Dilantai satu Rei sedang menatap layar hpnya. Kemudian dia melihat Yola yang baru saja turun. Penampilan Yola yang selalu seperti itu. Membuat dirinya semakin eneg dan males melihatnya.
Yola menghampiri Rei dan menanyakan apakah dirinya sudah sarapan atau belum. Rei yang mendengarnya tidak menjawab. Hanya melirik Yola sebentar lalu memutarkan kedua bola matanya.
Melihat suaminya yang selalu bersikap seperti itu membuat hari-harinya sedikit suram. Namun, karena ingat kesalahan yang dilakukan kepada orang tuanya. Membuat dia selalu bersabar menghadapinya.
Beberapa menit kemudian, mereka sudah berada dimobil. Selama didalam mobil mereka tidak pernah mengobrol. Yola selalu menatap kaca pintu mobil. Sedangkan Rei selalu fokus menyetir.
Tiap hari mereka berangkat bareng ke kampus. Namun, Yola selalu berhenti diterminal. Yang kemudian meneruskan perjalanan ke kampusnya memakai angkot. Rei menyuruhnya untuk membawa mobil sendiri tetapi dia selalu menolak. Dia lebih suka janjian untuk berangkat bareng sahabatnya. Yaitu, Dimas dan Imelda.
Saat Yola turun dari mobil, kedua sahabatnya itu terlihat sedang duduk di warung kopi pinggir jalan dekat terminal tersebut. Dia buru-buru mengucapkan salam kepada Rei. Yang kemudian Rei menjawabnya dan langsung melajukan mobilnya.
Mereka tidak pernah berangkat bareng ke kampus karena menyembunyikan identitasnya sebagai pasutri. Yang tahu hanya kedua sahabatnya itu dan salahsatu Mahasiswa yang menjadi pacarnya Imelda.
Dimas laki-laki berwajah tampan. Hanya saja penampilanya selalu culun. Pakaian dimasukan kedalam, pakai kacamata minus 4, dan berjalan selalu menunduk.
Sedangkan Imelda wajahnya cantik dan badanya sedikit gemuk. Penampilanya selalu memakai celana yang memperlihatkan lekuk kakinya. Tapi bajunya selalu sebetis dan rambutnya selalu dikuncir satu.
Karena melihat Yola yang sudah datang. Imel yang super bawel teriak-teriak menyapa Yola sambil melambaikan tangan. Kemudian Yola dan Imel saling merangkul. Sedangkan Dimas langsung buru-buru berdiri dan memberhentikan angkot. Merekanpun berangkat.
Seperti biasa mereka selalu ngobrol-ngobrol didalam mobil sampai digerbang kampus.
Sesampainya dikampus. Yola tidak pernah menghubungi Rei. Mereka selalu sibuk dengan kegiatanya masing-masing. Kalau mereka berpapasan pun Rei hanya memalingkan wajah. Dan Yola hanya tersenyum sambil menganggukan kepala.
Dikampus
"Eh, tuh cewek gak ada malunya. Di make up tebel banget kaya ondel-ondel"
"Pas banget sama bajunya tuh, kegedean."
"Dia kenapa ya kaya gitu? Dia anak biologi kan?"
"Gak tahu. Dari awal masuk dia emang kaya gitu. Tapi dia cerdas loh. Terkenal juga dikampus"
"Benar. Dia emang cerdas. Tapi kasihan ya, dia selalu jadi perundungan dikelasnya."
"Coba dia ubah penampilannya."
Para Mahasiswi berbisik-bisik membicarakannya. Tapi, itu adalah makanan dia sehari-hari. Yola tidak pernah menggubrisnya. Setiap, ada yang menghinanya Yola selalu sabar. Dan selalu menghindar.
"Haduh tuh orang. Gak ada bosannya tiap haru ngegibah ya." ucap Imel.
"Biarkan saja. Suka-suka mereka mel. Ayo!" ajak Yola.
"Ayoo. Oh iya. Yola? Kamu masih pisah kamar sama Pak Rei?" bisik Imelda.
"Iya mel,"
"Sampai kapan? Memangnya kalian belum saling mencintai gitu?"
"Aku sih mulai baper. Hahhaa. Tapi gak tahu dengan dia. Mungkin tidak akan pernah kali. Apalagi tiap melihat penampilanku dia terlihat seperti jijik." Yola menunduk.
"Akan ada waktunya. Sabar terus ya!" Imel memeluknya.
"Iya sabar terus Yola! !" ucap Dimas yang selalu membuntuti mereka dan mendengar pembicaraanya. Karena dia hanya bisa nguping. Jarang sekali diajak ngobrol.
"Yeehhhhhh" ucap Yola dan Imel menengok ke belakang.
Masih di Kampus
Hari itu Rei mengajar jam keduanya dikelas Yola. Imelda dan Dimas saat itu duduk bersebelahan dibarisan ketiga. Sedangkan Yola ada dibarisan kedua.
Ilustrasi Reicard Putra Alexandar
Saat Rei masuk ke kelasnya. Yola hanya meliriknya dan cuek. Begitupun dengan Rei yang hanya meliriknya kemudian langsung duduk dan membuka Laptopnya.
Saat Rei akan memulai pelajaran. Tiba-tiba dia ditelpon oleh Rekanya sesama Dosen. Dosen itu bernama Laila. Rei sering memanggilnya Bu Laila. Karena usianya sudah hampir 42 tahun. Bu Laila menelponya untuk menyuruh Dimas agar menemuinya. Karena ada sesuatu yang urgent.
"Muhammad Dimas Edward? Ditunggu diruang Dosen oleh bu Laila." ucap Rei.
"Iya pak. Mohon izin pak." ucap Dimas yang langsung berdiri.
Rei mempersilahkanya.
Namun, saat Dimas yang terburu-buru akan keluar. Dia terjatuh karena langkahnya dihalangi oleh salahsatu Mahasiswa bandel. Semua orang dikelasnya tertawa. Imelda hanya shok. Sedangkan Yola buru-buru menolongnya untuk bangun karena kacamatanya terlepas.
Setelah Dimas bangun dan langsung keluar. Yola menarik baju Mahasiswa bandel tersebut.
"Apa yang kamu lakukan?" tanya Yola melotot.
Rei dan Mahasiswa lainya shok.
"Waw. Sobatnya ngebela. Kenapa emang?" tanya Mahasiswa bandel tersebut yang bernama Devan.
"Bangun gak lho?" teriak Yola menarik baju Devan.
"Hey. Hentikan!" ucap Rei.
Devan hanya menyunggingkan bibirnya. Yola yang mendengar Rei berbicara melepaskan baju Devan.
"Apa yang terjadi?" tanya Rei kepada Yola yang masih berdiri.
"Dia sengaja menghalangi jalan Dimas dengan kaki kirinya."
"Sudah! Jangan ribut disini. Duduk!" titah Rei.
"Bagaimana tidak ribut. Dimas itu sahabat saya dan Imel. Saya akan membelanya." Yola terkekeh.
"Mau ribut apa kamu keluar dari kelas saya?" bentak Rei.
"Keluarin aja pak!" ucap Mahasiswi yang selalu menghinanya.
"Iya pak, benar pak." ucap beberpaa orang anggota geng Mahasiswi tersebut.
"Ondel-ondel gak pantes disini." celeteuk lagi Mahasiswi tersebut
"Jangan menhina orang lain, hey!" teriak Imel melempar buku ke arah Mahasiswi tersebut. Rei yang melihatnya hanya berkaca pinggang.
"Apa lho? Berani ya!" Mahasiswi tersebut mendatangi meja Imel. Dia tiba-tiba akan menarik rambut Imel. Namun, Yola keburu melemparkan tas yang sudah digenggamnya ke arah Mahasiswi tersebut.
"Masih berani lho sentuh Imel?" Yola menatap tajam.
"Masih." Mahasiswi tersebut langsung menarik rambut Imel. Yola langsung mengambil tasnya. Lalu dia mengeluarkan cutter dan mengarahkannya ke arah wajah Mahasiswi tersebut.
"Mau disebelah mana?" tanya Yola. Semua yang ada dikelas menjerit. Mahasiswi tersebut langsung melepaskan rambut Imel. Tak terkecuali Rei, dia langsung teriak.
"Jangan bermain-main dengan cutter Yolanda!"
"Apa Pak? Giliran saya mengeluarkan ini untuk membela sahabat saya. Semuanya jadi shok. Tapi giliran saya diam, saat saya dirundung. Tidak ada seorang pun yang bela saya. Kenapa?" ucap Yola sambil menyimpan cutternya lagi ke tas.
"Lah ya iyalah. Siapa yang mau bela lho cewek ondel-ondel? Kebanyakan yang disini Ilfeel lah sama lho." ucap temannya Mahasiswi tersebut. Semua orang bersorak. Namun, Yola hanya terdiam. Dia menatap Rei, yang menatap Mahasiswi yang bicara tersebut.
Dan tanpa pikir panjang. Yola mengambil tasnya lalu pergi keluar kelas. Namun, sebelum dia keluar. Dia mengeluarkan spidol dari tas nya. Lalu mencoret baju putih Devan. Dengan huruf X. Dan membuang spidolnya. Semua orang dikelasnya shok. Termasuk Rei yang wajahnya sudah mulai penuh amarah. Devan ingin mengejar Yola. Namun, Rei teriak.
"Devan?" teriak Rei. Spontan Devan melirik Rei.
"Bawa barang-barang kamu! Keluar dari kelas saya." ucap Rei.
Tanpa basa-basi Devan pun keluar.
"Imel, Rin, Dan kamu Angel. Silahkan ikut keluar!" titah Rei, sambil menatap mereka.
Devan pergi ke Taman. Sedangkan Yola pergi ke Mushola.
"Misi berhasil. Kenapa kamu males mengikuti kelasnya?" Pesan dari Devan dibaca Yola.
"Dia membuat saya cemburu. Seperti biasanya. Terlihat asyik mengobrol dengan Mahasiswi yang katanya primadona. Cih"
"Oh. Cemburu lagi."
"Ya. Terrimakasih ya van, udah bantu!"
"Sama-sama!".
Dirumah.
Rei sudah lama menunggu Yolanda. Mondar-mandir kesana kemari dan berulang kali melihat jam. Karena, tidak seperti biasanya. Yola telat pulang ke rumah hampir dua jam lamanya. Bukan apa-apa. Hanya khawatir yang dirasakan oleh Rei saat itu. Bagaimanapun Yola adalah istrinya. Terlebih lagi, mamanya hampir tiap malam menanyakan kabar istrinya itu. Saat dia akan duduk untuk merebahkan tubuhnya.
Ting nung ting nung
Tiba-tiba suara bel berbunyi. Rei pun segera membukanya.
Terlihat disana Yola yang baru saja pulang sudah berdiri didepan pintu. Dengan wajah masam, tidak tersenyum, dan hanya memberikan salam. Lalu Rei menjawabnya. Belum mempersilahkan istrinya masuk.
"Darimana?" tanya Rei nada tinggi.
"Rumah Imel, belajar biologi. Tadi gak ikutan kelas, karena Dosennya bikin kesel." Sindir Yola menyunggingkan bibir.
"Kenapa bikin kesal?" ucap Rei.
"Dulu saya pernah berantem hanya untuk membela diri. Dan sekarang saya berantem membela teman. Tapi sikap Dosennya tetap aja sama. Sedikitpun gak ada pembelaan." Sindir Yola.
"Setelah saya cari tahu. Kamu dan Devan hanya bersandiwara. Untung saya tidak membela kamu."
Sontak Yola kaget. Lalu memutarkan bola matanya.
"Memangnya kalau itu benar kenapa?" tanya Yola sambil mencoba menerobos masuk ke dalam saat pintu masih dihalangi oleh Rei.
Namun, tanganya dicekal kencang oleh Rei.
"Begitukah sikapmu kepada suamimu?"
"Dan begitukah sikapmu kepada istrimu?" Yola melepaskan tangan Rei dengan kasar.
"Tiga bulan lamanya kita menikah. Saya ikhlas menerima perjodohan ini. Ikhlas belajar mencintai kamu yang bagi saya sudah pasti, kamu itu laki-laki asing. Saya tiap hari pulang ke rumah. Dirumah hanya tidur, belajar, kadang masak, kadang beres-beres.
Tidak ada kegiatan bareng kamu sedikitpun. Saya tidak tahu kamu ini kenapa. Saya malah bingung sendiri. Namun, saya tidak bersedih. Saya juga tidak akan menyerah. Saya selalu berusaha bakti kepada Suami dan Orangtua.
Tapi nyatanya saya lemah juga. Seperti sekarang. Saya yang hari-harinya bersabar-bersabar. Unjung-ujungnya emosi juga. Dan saya tidak tahu kedepanya. Apa selamanya? Kamu tidak akan pernah menganggap saya ini istri apa gimana?
Dan saya tidak tahu kenapa kamu seperti itu. Apa karena saya tidak cantik, tidak seperti Mahasiswi yang primadona itu, yang katanya lagi dekat sama kamu. Atau karena kamu masih teringat sama mantan kamu itu. Atau,"
"Yolanda? Mulut kamu." Rek melotot.
"Kenapa? Atau karena aku ini seorang janda? Jadi kamu tidak mau menganggap aku ini istri kamu?" Yolanda menyeka air matanya yang sudah diujung bibir mata dengan kasar.
Dreeett dreet dreet
Hp Rei bergetar. Dia melihat siapa yang menelponya.
Namun, hp itu keburu diambil Yola. Dan benar saja. Laura. Mahasiswi Primadona itu menelponya.
"Maaf. Hanya ingin memastikan. Dan benar saja. Dia lagi-dia lagi." teriak Yola sambil menyimpan hp Rei dimeja dengan kasar.
Lalu dia sedikit berlari menaiki tangga. Rei hanya duduk dan menarik nafasnya, lalu membuangnya dengan kasar.
Malam telah berlalu dan waktu berganti menjadi pagi.
Ntah kenapa Yola yang saat itu sedang beres-beres membantu bi Lea. Tiba-tiba penasaran dengan keberadaan Rei. Lalu dia pura-pura nyapu didekat kamar Rei.
Namun, disana sangatlah hening. Tidak ada suara sedikitpun. Pikir Yola mungkin bukan disini. Tapi dia masih penasaran. Mungkin diluar rumah. Dia coba keluar rumah. Menelusuri setiap bagian sudut rumah. Sapu yang dibawanya tidak terlepas dari genggamanya. Takutnya Rei tiba-tiba ada. Jadi dia akan beralasan sedang menyapu. Saat dia sedang menelusuri halaman rumah. Sampailah dia digarasi. Darah mudanya tiba-tiba mendidih karena amarah. Nafasnya naik turun.
"Tiiiiddaaaaaakkkkkkkkk. Kemana mobilnya? Kenapa hanya satu? Dimana mobil putih itu? Apa dia pergi sepagi ini? Apa? Apa jangan-jangan si cewek nyebelin itu sudah janjian denganya? Oh tidaaaakk." oceh Yola. Sapu yang digenggamnya dilempar sembarangan ke Taman.
"Cari siapa?" tanya Rei yang tiba-tiba ada dibelakangnya.
Yola yang sangat kaget. Matanya melotot. Lalu dia buru-buru pergi ke belakang mobil untuk memakai lipstik tebal, alis tebal, tahi lalat palsu dan kacamata. Peralatan itu, sudah disiapkanya dicelemek yang dikenakanya.
Rei yang melihat tingkahnya. Semakin merasa eneg.
Namun, hal itu juga membuat dirinya terasa dihibur. Rei benar-benar belum melihat wajah asli istrinya itu. Karena dia sungguh tidak peduli. Selain rasa cintanya belum ada. Dia juga masih fokus untuk menyelesaikan kasus pembunuhan Mahasiswi semester 7. Yang terjadi di Hotel Jakarta miliknya.
Saat itu Rei akan kembali ke kamarnya. Namun, langkahnya berhenti saat Yola memanggilnya.
"Rei tunggu!" Sapu yang dilemparnya diambil kembali.
"Kenapa? Mau ngoceh lagi?"
"Hehe. Jangan su'uzan! Saya hanya mau minta maaf. Maafya semalam. Reog nya lagi keluar hehe."
"Ya memang selalu seperti itu kan?"
"Oh oh nggak. Nggak ih. Em. Em. Kalau boleh tahu abis darimana?"
"Siapa?"
"Kamu. Tadi kan saya cari-car. Eh hehe."
"Nih mulut lemes banget." batin Yola.
"Mau apa cari saya?"
"Mau minta maaf kan. Kan kalau istri salah harus minta maaf duluan. Ya walaupun cinta di rumah tangga kita ini belum ada. Hehe."
Rei tidak menjawabnya. Dia hanya mengangguk kemudian berlalu meninggalkan Yola.
Hari minggu dirumah Yola. Dia sudah siap-siap untuk pergi berenang bersama Imelda. Tas ransal yang berisi baju ganti, casan, dan dompet sudah dibawanya. Dia cepat-cepat menuruni tangga dan menuju kamar Rei.
Tuk tuk tuk
Yola mengetuk pintu, tapi belum dibuka.
Tuk tuk,
Pintu dibuka oleh Rei. Yang sama-sama sudah rapih.
"Ya ampun pagi-pagi. Disambut oleh istri yang penampilanya masih sama. Sunggh sangat geli melihatnya. Ntah bagaimana wajah aslinya. Tapi yasudahlah." batin Rei menatap Yola.
"Kenapa menatapku seperti itu? Apa jijik ya? Ah. Tapi sudahlah itu terserah kamu. Saya hanya minta izin untuk main bareng sama Imelda."
"Ya terserah. Tapi pulang tepat waktu. Oh iya. Apa ayah tidak pernah menelpon kamu?"
"Tidak. Ayah dan ibu sengaja tidak sering menelponku. Hanya seminggu sekali saja. Mungkin agar aku berfikir. Dan mencari ilmu sendiri untuk menajalani rumah tangga ini."
"Ya bagus. Saya mau pergi juga. Mau bareng?"
"Gak usah. Saya mau bawa motor aja. Boleh minjem kunci?"
"Motor yang mana? Yang metik dibawa Pak Maman pulang."
"Pinjem si blue boleh? R15?"
"Jangan bahaya!"
"Tolonglah! Ayo."
Rei pun masuk kedalam kamarnya lagi untuk mengambil kunci motor. Lalu kunci itu diberikan kepada Yola. Tanpa mengatakan apapun.
"Rei, hati-hatiya! Assalamu'alaikum!"
Rei belum menjawab salamnya. Yola buru-buru pergi.
Rei menggelengkan kepalanya.
"Mumet." batin Rei.
Dreet dreet dreet
"Dimana Rei? Aku udah ditempat biasa nih." Suara Laura disebrang sana.
"Ya tunggu disana!" Rei mematikan telponya.
Disebrang sana Laura berdecih kesal dan menghentak-hentakan kakinya ke tanah.
"Belum juga selesai bicara," ucapnya.
Beberapa jam kemudian. Rei dan Laura sudah berada dimobil. Laura selalu mengajak ngobrol Rei dengan nada bahasa yang dibuat-buat dan dimanjakan. Selain itu dia juga terlalu agresif. Diluar Kampus dia suka tiba-tiba merangkul Rei, kadang menggenggam dan menyenderkan tubuhnya ke tubuh Rei.
Saat itu mobil Rei berhenti karena lampu merah. Laura pun mulai agresif. Tangannya menggenggam tangan kiri Rei yang sedang berhenti menyetir. Namun, Rei langsung melepaskanya. Rei sebenarnya sangat risih. Kalau bukan karena kasus yang sedang dihadapinya. Dia tidak akan mau didekati oleh Laura. Hanya saja, Laura ada kaitanya dengan kematian Salma Yaitu, kakak Dimas yang terbuhun di Hotel miliknya.
Dimas sebenarnya tidaklah culun. Semenjak 3 bulan yang lalu semenjak Rei menikah dengan Yola. Rei dan Dimas membuat janji. Dimana Dimas yang gagah dan tampan diminta Rei untuk mengubah penampilanya agar bisa bersahabat dengan Yola dan Imelda. Karena bagaimanapun Rei harus memantau Yola yang menjadi istrinya. Yaitu lewat Dimas.
Sedangkan, Dimas meminta Rei untuk mencari alasan kematian kakak satu-satunya itu. Dimas meminta Rei mendekati Laura. Karena Laura sangat mengagumi Rei. Dimas merasa ada kejanggalan pada kematian kakak nya itu. Karena kakak nya berpacaran dengan Mantan kekasihnya Laura. Dimas tidak sanggup mencari tahu sendiri. Karena dia merasa takut.
"Rei? Bukanya itu si cewek ondel-ondel sama si centil ya?" tunjuk Laura ke arah pintu luar kaca mobil dekat Rei.
Rei yang melihatnya sangat kaget. Melihat Yola dan Imelda yang berboncengan. Yola berpenampilan seperti biasanya, hanya saja saat itu Yola memakai masker.
Sedangkan Imel. Dia seperti biasanya memakai celana jeans, membawa ransal, dan bajunya yang sedikit ketat. Rambutnya digerai dan tidak memakai masker. Para pengemudi motor dan mobil memandang mereka. Seolah mereka jadi pusat perhatian. Karena, Yola membawa motor R15 yang terlihat keren dan sangat menarik.
Ketika Yola dan Imel sedang mengobrol sembari menunggu lampu hijau. Tiba-tiba 2 orang pria tak dikenal yang berada disamping motor mereka menggoda Imel dan mencolek lengan atas Imel.
"Hay cantik?" Sapa salahsatu dari mereka.
"Ih apaan sih colek-colek. Kurang ajar banget." teriakan Imel didengar Yola. Diapun menengok sedikit ke arah Imel.
"Kenapa?" tanya Yola.
Imel tidak menjawabnya. Dia hanya kesal dan melihat ke samping kaca mobil Rei. Imel pun tak sengaja melihat Rei. Lalu memperhatikan mobilnya.
Namun, Rei pura-pura tidak melihatnya. Karena shok. Imel membalikan lagi wajahnya ke arah pria yang menggodanya tadi.
"Hay cantik." Pria itu terus menggodanya dan memainkan cantelan tas milik Imel. Imel kesal. Yola yang melihatnya dari spion langsung menepis tangan pria tersebut dengan tangan kananya.
Namun, pria tersebut malah menggenggam tanganya. Spontan, tangan kirinya menonjok muka pria tersebut.
"Gak sopan." teriak Yola. Imel yang melihanya hanya bangga. Laura yang berada didalam mobil mentertawakanya.
Sedangkan Rei sangat kesal. Lampu merah pun berganti menjadi lampu hijau. Mereka meneruskan perjalananya. Termasuk Rei dan Laura.
Waktu menunjukan pukul 10:15 menit.
Terlihat Yola dan Imel yang sedang berenang dan berada ditengah-tengah air. Mereka sama-sama menggunakan leging dan kaos pendek bukan singlet.
"Yola. Sumpah ya. Cantikmu luar biasa Yol. Kalau suami kamu itu tahu. Wah. Dijamin deh dia langsung bucin yol. Haha"
"Bisa aja kamu mel."
"Ih beneran. Kamu kenapa mehapus make kamu mel? Tidak takut Pak Rei juga ada disini?"
"Nggaklah. Mungkin dia lagi sama si genit itu mel. Tadi saya lihat dia juga udah rapih. Ngajakin berangkat bareng. Tapi aku menolaknya. Biarkan saja. Yang penting aku happy sekarang. Udah lama gak main air meeeeel. Oh ya. Aku kalau berenang pake make up. Wajah aku sedikit gatel mel." Yola megubah posisinya yang tadinya gaya kupu-kupu seperti Imel, manjadi gaya dada.
Imelda yang melihatnya hanya tersenyum bangga. Dan meneriaki Yola untuk mengajak mereka break.
"Rei? Kenapa tidak ikut berenang? Ayolah ikut aja! Seru tahu main air." ajak Yola yang terlihat mengenakan pakaian sedikit seksi.
"Saya gak enak badan. Kesini juga kan maksain." ucap Rei yang sedang menatap layar hpnya.
"Loh? Kenapa kamu gak bilang dari tadi?"
"Gak penting. Udah kamu lanjutin aja dulu renangnya!"
"Oke."
Ketika Laura akan melanjutkan renangnya. Tiba-tiba disana ada Revan. Yaitu, mantan kekasihnya. Revan melihat Laura dan sedikit berlari untuk menghampirinya.
Namun, Laura buru-buru memeluk Rei dari belakang dengan mesra. Rei yang masih menatap layar hpnya sangat kaget. Dia mencoba melepaskan pelukan Laura tapi sangat susah.
Imel dan Yola yang baru saja naik dari kolam, dan akan memesan minuman melihat Laura yang masih memeluk Rei dari kejauhan. Mereka shok.
Yola yang melihatnya. Langsung buru-buru menghampiri Mereka. Lalu menampar Laura.
"Apa yang kamu lakukan?"
"Aw. Beraninya kamu menampar saya. Memangnya kamu siapa?"
"Saya ini istrinya."
Rei, Laura, dan semua orang yang ada disana kaget mendengarnya.
Laura hanya mengangap dan memegang pipi yang ditampar Yola.
Rei yang juga kaget karena ada Yola dengan wajahnya yang berbeda, langsung berdiri.
Karena tubuhnya yang sudah gemetar, dan hawa panas keluar sebab Amarah. Yola langsung menghampiri Rei. Dan mecengkram kerah bajunya.
"Saya pikir hanya sebatas dekat. Saya pikir hanya dia yang genit. Dan saya pikir kamu laki-laki yang sangat menjaga kehormatan wanita. Nyatanya, itu semua salah. Kalian sudah melebihi batas. Lihat! Lihaaat! (Yola meneteskan air mata) Saya ini istri kamu. Kita sudah berbulan -bulan menikah. Namun, sedikitpun kita tidak pernah bersentuhan. Walaupun hanya uluran tangan dari murid kepada gurunya. Kenapa? Kenapa Ricard? Apa karena saya ini janda. Jadi, kamu tidak mau menyentuh saya?" (Rei masih terdiam)
"Ya dia lebih milih gadis lah daripada janda." teriak Laura. Berkaca pinggang.
Yola melepaskan cengkramannya dari kerah baju Rei dan tubuhnya melemas.
"Hey. Dia Walau Janda, masih perawan sok tahu ya" teriak Imelda yang juga kesal.
Tiba-tiba wangi minyak kayu putih membangunkanya. Karena Yola saat itu sedang pingsan. Dan itu semua hanyalah mimpi. Dia pingsan saat melihat Laura memeluk Rei dari belakang. Rei tidak tahu, kalau Yola ada disana. Karena, Imelda langsung membawa Yola ke ruangan khusus penanganaan.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!