Sekolah adalah tempat untuk belajar mencari ilmu. Tapi bagaimana jika sekolah itu hanya untuk pamer followers dan subscribers? entahlah, yang pasti aku hanya ingin menjalankan hidup santai sebagai seorang pengguna sosmed saja.
Namaku adalah Mikhail Nico, aku berusia 17 tahun sekarang ini. Aku baru saja lulus dari SMP. Aku berniat untuk masuk ke sekolah Infamous yang dibicarakan oleh orang-orang, maupun itu dari brosur, majalah, atau di sosmed itu sendiri.
Untuk masuk ke sekolah itu, diwajibkan memiliki minimal 1000 followers. Jika kalian berpikir bagaimana jika ada siswa yang sangat pintar ingin masuk ke sekolah ini, namun ia hanya memiliki followers dibawah minimal tersebut? Jawabannya adalah ditolak.
Bodoh sekali pemerintahan masa kini, mereka mementingkan popularitas daripada kepintaran. Bahkan jika followers mu hanya 999 tetap saja ditolak oleh mereka. Sekolah itu sudah dibiayai oleh pemerintah semenjak bertahun-tahun yang lalu.
Kembali ke ceritaku. Sekarang aku sedang mendaftar untuk masuk ke sekolah itu. Ternyata untuk daftar saja juga sangat ribet, formulir nya harus menyertakan nama sosmed, followers nya, email, alamat dan segalanya. Tapi aku akan mengisi seluruhnya demi masuk sekolah itu.
Apa yang ku harapkan dari sekolah ini? tidak, aku hanya ingin bersekolah saja. Kenapa aku tidak sekolah di SMA biasa saja? aku tidak mau menjawabnya. Yang pasti aku memiliki tujuan tersendiri mengapa aku ingin masuk sekolah ini.
"Yah beres. Tinggal menunggu lulus review saja." Aku meregangkan tubuhku setelah mengetik formulir di komputer milikku.
Mengenai tempat tinggal ku, aku tinggal di apartemen yang berada di tengah kota ini. Orang tuaku menyuruhku untuk belajar mandiri dan disiplin. Maka itu aku tinggal sendiri di apartemen ini.
Kemudian aku berdiri dan membuka pintu balkon, aku melihat pemandangan kota yang sangat indah di malam hari. Angin malam yang sangat segar sekali, tetapi aku merasa seperti mendengar sesuatu.
Aku mendengar suara wanita di sebelah apartemen ku, "tetangga wanita?" aku melihat gadis cantik di sebelah apartemen ku.
Dia berambut hitam pendek. Sedang mendengung seperti bernyanyi. Dari wajahnya, sepertinya ia masih pelajar juga. Namun semenjak aku pindah kemari, aku baru saja tahu kalau tetangga ku itu ternyata seorang gadis cantik.
Ia sedang melihat pemandangan kota sepertinya. Aku sebagai tetangga baru ingin menyapanya. Tetapi ketika aku mencoba menyapa dan melambaikan tanganku kepadanya, ia sudah kembali ke dalam apartemennya. Aku hanya bisa pasrah saja. Mungkin belum waktunya untuk menyapanya juga.
Kemudian aku kembali ke dalam kamar untuk tidur. Aku juga menunggu kapan formulir ku diterima. Lalu aku mematikan lampu dan bersiap-siap untuk tidur. Karena terlalu bersemangat menunggu lulus review, sampai aku kepikiran sehingga membuatku susah untuk tidur.
Lalu aku memakai headphone untuk mendengarkan musik sebagai pembantu tidurku. Sampai akhirnya aku tertidur dan menunggu esok hari.
Keesokannya, aku bangun dan langsung membuka tirai jendela. Kemudian aku langsung menyalakan komputer milikku dan langsung mengecek email.
Setelah aku melihat hasil review-nya, "YESSSSSS" aku berteriak kesenangan dan menuju ke balkon untuk merayakannya dengan melakukan dance.
Aku diterima oleh sekolah seleb itu sehingga membuat ku kesenangan. Aku berjoget ke sana kemari di balkon itu sampai aku berhenti karena sesuatu. Kemudian aku melihat ke belakang.
Tanpa kusadari, ternyata sedari tadi aku dilihat oleh tetanggaku yang seorang gadis cantik itu. Kami sama-sama bertatapan untuk beberapa saat. Kemudian ia tertawa kecil dengan menutup mulutnya.
"Hmp" aku tersenyum.
Dengan cepat aku langsung masuk ke dalam kamar dan menutup kembali ruangan ku.
"Apa yang dari tadi ku lakukan!!!!!!????" aku berteriak dalam pikiranku untuk memendam rasa yang sangat amat malu sekali setelah dilihat olehnya.
Aku sangat malu sekali sehingga aku membenturkan kepalaku sendiri ke tembok untuk melupakan apa yang baru saja kulakukan barusan.
...[Beberapa jam sudah berlalu]...
Aku sudah mandi dan bersih-bersih. Aku bersiap-siap keluar untuk belanja stok makanan. Aku mengecek hp ku untuk melihat jam, lalu aku sadar jika aku rada kesiangan. Sehingga aku langsung secepat mungkin untuk memakai sepatu, lalu keluar dan mengunci pintu.
Aku berlari ke lift yang hendak tertutup, "Tahan sebentar!" aku berteriak untuk menyuruh seseorang di dalamnya untuk membukanya.
Akhirnya aku masuk ke dalam lift dengan terengah-engah sembari membungkuk, "Huh, terima kas--" aku mengangkat kepalaku dan melihat wajah orang itu.
Ternyata dia adalah tetanggaku yang seorang gadis cantik, ini adalah pertama kalinya kami bertemu secara langsung secara kebetulan.
"Oh, kau orang yang tadi pagi berjoget-joget di balkon sebelah bukan?" tanya gadis itu.
"Sial, ternyata dia benar-benar melihat semuanya" lalu aku mengangkat badanku dan memegang kepalaku, "Ya . . . ya . . . itu benar" jelas aku menahan rasa malu.
Ia tertawa kecil, "maaf, aku tidak bermaksud mengejek. Tapi itu sangat lucu."
"Tidak, tidak apa. Itu memang momen yang bisa ditertawakan oleh orang lain." Aku berusaha untuk tetap tenang dan tidak malu dihadapannya.
"Jadi kamu adalah tetangga yang baru pindah ya?" tanya dia.
Ternyata dia juga tahu kalau aku baru pindah kemari, "Ya, baru saja aku pindah minggu-minggu kemarin" jawabku.
Lalu dia mengulurkan tangannya, "Namaku adalah Hana, Kimi Hana" dia memperkenalkan diri.
Aku bersalaman dengannya, "Nico, Mikhail Nico" aku memperkenalkan diri kepadanya.
"Senang bertemu denganmu. Bilang saja jika ada yang bisa dibantu ya."
Sial wajahku memerah, "senang bertemu denganmu juga." Itu adalah pertama kalinya aku berkenalan dengan Hana.
Setelah kami keluar dari lift, kami memiliki tujuan yang berbeda.
"Baiklah sampai jumpa lagi" Hana melambaikan tangan kepadaku, kemudian dia pergi menggunakan taksi yang lewat.
Aku melambaikan tanganku juga kepadanya. Kemudian aku pergi ke tujuanku sendiri, yaitu berbelanja.
Semenjak itu, aku merasa tidak menyesal untuk pindah kemari. Sembari menunggu hari sekolah masuk, aku juga membeli perlengkapan sekolah juga untuk nanti. Masih sekitar beberapa minggu lagi sampai masuk sekolah.
Tujuanku masuk ke sekolah seleb itu adalah, untuk menikmati hidup yang nyaman sebagai Ziutuber yang masih memiliki jutaan subscribers yang tidak banyak.
Dikarenakan aku belum pernah face reveal di sosmed sebelumnya, mungkin hanya kepala sekolah dan guru-guru yang lain tahu siapa identitas ku sebenarnya. Followers ku sangat rahasia, suatu saat akan ku beritahu kepada semua orang tentang sosmed ku dan followers ku nanti.
Tapi musuh utamaku di sekolah itu adalah, Kakak perempuan ku sendiri. Dia memiliki 134 juta followers, yaitu followers paling tinggi di sekolah itu. Dia adalah seorang vlogger yang sudah sering ke luar negeri untuk melakukan vlog nya itu ketika liburan. Untuk sekarang, dia adalah vlogger termuda di dunia saat ini. Karena dia masih kelas 12 dan berumur 19 tahun.
Sangat berkebalikan sekali denganku. Ia berani untuk menampilkan wajahnya di dunia maya, dibandingkan denganku yang menggunakan topeng untuk membuat konten.
Aku memasang headset ku. Sembari mendengarkan musik, aku melihat beranda sosmed ku untuk melihat berita. Tetapi setiap membuka beranda, pasti selalu ada dia, kakakku.
"Lihat saja nanti, kakak. Aku pasti akan membalap followers mu dan menjadi terkenal di dunia!" janji ku.
Kemudian aku mematikan ponselku dan mendengarkan musik saja. Ini adalah perjalananku menjadi seleb sosmed termuda di dunia. Aku berharap jika sekolah ini tidak terlalu membuatku kecewa nantinya.
Ini adalah perjalananku sebagai ziutuber terkenal di dunia. Nama channel di platform ku adalah "Second Son" yang kini masih memiliki 30 juta followers. Aku menggunakan topeng sebagai penutup identitas ku di dunia virtual maupun sosial.
Berharap saja sekolah ini hanyalah sekolah seleb biasa yang sesuai ekspektasi ku. Dan sebisa mungkin aku akan tetap menjaga identitas ku sampai saatnya nanti.
Ya, suatu saat aku akan melakukan face reveal setelah aku berhasil membalap followers kakakku di sosmed. Dan suatu saat kalian akan tahu konten apa yang ku buat selama ini.
Berminggu-minggu sudah berlalu. Masa sekolah sudah kembali berjalan. Ini adalah hari pertamaku masuk ke sekolah yang paling terkenal di dunia, yaitu sekolah selebriti sosial media.
Seragam yang dipakai untuk sekolah ini sangatlah berbeda dari sekolah lain. Dimana seragam sekolah ini terkesan elit dan terlihat mahal. Tentu saja ini diberikan gratis khusus murid sekolah ini.
Sehari sebelum sekolah, aku mengecek daftar murid, dan ternyata aku masuk dalam kelas 1-A. Sekolah ini memiliki banyak fasilitas, dimulai dari kolam renang, lapangan basket, lapangan bola, lapangan futsal, lapangan tenis, sampai lapangan badminton. Di dalam gedung sekolah banyak ruangan yang memiliki ruangan khusus ekstrakurikuler juga.
Ketika aku baru saja melangkah memasuki gerbang sekolah. Banyak wanita memandangiku dengan wajah malu-malu, seperti mereka sedang membicarakan diriku. Aku berjalan menuju gedung sekolah sembari menggunakan headphone, aku mendengarkan lagu yang berbagai macam jenis. Aku menggendong tas ku yang isinya hanya buku tulis dan pensil, sedari dulu aku selalu membawa ini dengan tas milikku.
Mungkin kalian sedikit bertanya-tanya, berapa followers ku? bagaimana aku bisa masuk sekolah ini? lupakan.
"Hmp" aku menatapi gedung sekolah yang besar.
Kemudian aku berjalan dan masuk ke dalam. Aku langsung pergi ke kelas untuk mengklaim bangku pojok belakang dekat jendela. Siapa yang tidak mau duduk di spot terbagus di kelas? aku lah orang beruntung yang berhasil menaklukkan kursi belakang dekat jendela.
Kemudian aku duduk dan mengambil hp ku dari dalam tas. Setelah itu aku menyalakan hp dan membuka aplikasi sosmed yang banyak digunakan orang di seluruh dunia, aku melihat beranda yang dipenuhi dengan berita tentang sekolah ini.
Kemudian seseorang datang dan duduk di depanku, "Oh, hai" dia menyapaku dari depan.
Awalnya aku tidak mendengar karena aku masih menggunakan headphone yang masih ditelinga. Ditambah musik yang ku putar juga sangat tinggi volumenya, sehingga aku tidak sadar orang-orang di sekitar ku.
"Eum halo?" dia melambaikan tangan.
Lalu aku sadar orang itu sedang berbicara kepadaku.
Dengan cepat aku membuka headphone ku dan meresponnya, "maaf, kau berbicara kepadaku?"
"Oh iya, tidak. Aku hanya menyapa saja" dia kembali melambaikan tangannya.
"Oh ok, halo juga" aku memegang kepalaku.
Kemudian dia kembali berbalik ke mejanya. Aku juga menggunakan headphone ku kembali.
Sembari menunggu bel masuk, semakin banyak orang juga yang masuk ke kelas seiring berjalannya waktu. Terkadang aku merasa seperti banyak wanita yang membicarakan ku. Tapi aku hanya mengabaikannya, aku beranggapan bahwa aku hanya GeEr saja.
Kemudian seseorang duduk di sebelah kananku. Aku rasa itu wanita, tetapi penampilannya rada familiar.
"Eh, Nico?" ternyata benar itu Hana.
Entah mengapa, aku bisa mendengar suaranya. Padahal volume headphone ku sangat tinggi, apakah dia berteriak?
"Loh, Hana?" aku melepas headphone ku.
"Wah, kebetulan sekali kita bisa satu kelas."
Aku awalnya tidak percaya jika itu adalah Hana, tetapi setelah aku mencubit tanganku sendiri, aku sadar bahwa aku sedang tidak bermimpi.
"K . . . keren, kupikir kau tidak bersekolah disini."
"Ya, aku diterima beberapa minggu sebelumnya" Hana menjelaskan.
Aku menanggapinya dengan mengangguk.
...[KRINGGGGGG]...
Bel masuk berbunyi, semua orang sudah duduk di tempat mereka masing-masing.
"Mohon bantuannya ya, Nico."
"Mohon bantuannya juga, Hana" wajahku memerah sedikit.
Beberapa saat kemudian, wali kelas kami masuk ke dalam kelas. Ia adalah guru wanita, dari yang ku amati, kurasa ia kisaran berusia 30 an.
"Semuanya selamat pagi. Saya adalah wali kelas 1-A, yaitu kelas ini. Kalian bisa memanggil saya Bu Ellie. Ibu berharap agar kelas ini menjadi kelas yang terbaik dari yang lain" Bu Ellie menjelaskan.
"Siap bu!" semua orang menanggapinya.
"Baiklah, hari ini kita akan memperkenalkan diri kalian masing-masing."
Kemudian ada seseorang yang mengangkat tangan, "Apakah harus menyebutkan berapa followers nya juga?"
"Tidak. Aku rada sedikit benci murid yang suka pamer" jawab Bu Ellie.
Kemudian masing-masing orang memperkenalkan diri, dimulai dari paling depan pojok sampai pojok belakang.
Semua orang sudah memperkenalkan diri, aku tidak terlalu memperhatikan dan mengingat nama-nama mereka. Yang ku ingat adalah Hana seorang.
"Namaku adalah Hana, Kimi Hana. Mohon bantuannya" Hana memperkenalkan diri di depan kelas.
Berikutnya giliran ku untuk memperkenalkan diri. Setelah Hana kembali ke bangkunya, kini aku yang maju ke depan untuk memperkenalkan diri.
"Terakhir. Silahkan perkenalkan dirimu" Bu Ellie mempersilahkan.
Kemudian aku menghela nafas, "Perkenalkan, namaku adalah Nico, Mikhail Nico. Mohon bantuannya" aku memperkenalkan diri.
"Mohon bantuannya jugaaaa!!!" para wanita di kelas lebih bersemangat menyapaku.
"Baiklah Nico, kau boleh kembali duduk."
"Terima kasih" kemudian aku berjalan kembali menuju tempat dudukku.
Setelah duduk, Hana sedikit berbicara kepadaku.
"Sepertinya kau populer di kalangan wanita" kata Hana.
"Ah tidak. Apa yang spesial dariku?" aku menoleh ke wajahnya.
"Kau tampan . . . . "
Aku sedikit terkejut, kata-kata itu entah mengapa membuat hatiku berdegup.
"Mungkin menurut mereka" Hana meluruskan.
"Oh, ya mungkin" seketika aku berganti ekspresi menjadi datar.
...[KRINGGGGG]...
Beberapa jam telah berlalu, bel istirahat sudah berbunyi. Aku kembali mengambil hp ku untuk kembali bermain sosmed. Tetapi orang yang berada di depanku kembali berinteraksi dengan ku.
"Hei, kau ingin makan siang bersama, eum Nico?" dia mengajak ku.
Aku melihatnya sembari mengingat-ingat kembali siapa namanya, "Boleh, eum . . . ."
"Sagi, namaku Youshido Sagi. Apa kau lupa?" dia kembali memperkenalkan diri.
"Oh maaf, aku tidak memperhatikan beberapa orang tadi" aku menggaruk kepalaku.
"Ya tidak apa-apa, setidaknya aku masih dikenal di sosmed."
"Kalau boleh tahu, berapa followers mu di sosmed?" tanya ku.
"Wahahahahha" dia tertawa.
Aku diam saja dengan wajah datar.
"Followers ku tidak banyak. Hanya 1,2 juta saja" dia pamer.
"Keren" aku bertepuk tangan.
"Bagaimana dengan followers mu? apakah kau masih di bawahku? jika iya, maaf sekali."
Aku tertawa, "rahasia" aku mematikan ponselku.
"Ayo, kita makan siang" aku kembali mengajaknya.
Kemudian kami sama-sama makan siang di kantin sekolah. Tetapi sebelum itu aku sempat berpikir, Hana makan siang dimana ya?
Yah, pasti dia sudah punya kehidupan nya sendiri. Aku tidak berhak untuk mengatur kehidupannya. Lagipula kami juga belum terlalu dekat.
...[KRINGGGGG]...
Beberapa jam telah berlalu. Bel pulang sudah berbunyi, sudah waktunya untuk pulang ke rumah. Hari pertama di sekolah ini ternyata tidak buruk juga, ditambah sangat jauh dari keburukan ekspektasi ku mengenai sekolah ini. Padahal sekolah ini hanyalah sama seperti sekolah umum biasanya, namun sekolah ini hanya lebih elit dan memiliki berbagai aturan.
Setelah aku keluar dari gerbang sekolah, aku berjalan menuju arah pulang. Beberapa saat kemudian seseorang menepuk bahuku, dan itu sedikit membuatku terkejut.
"Nico!" ternyata itu adalah Hana yang menyapaku.
"Oh, Hana. Hai" aku melepaskan headphone ku.
"Mau pulang bersama?" dia mengajak ku.
Seketika aku kembali sadar jika ia adalah tetanggaku, "Oh tentu saja. Kita bersebelahan kan?"
"Ya, aku masih mengingat dimana kau berjoget-joget di balkon mu."
"Sial, jangan diingatkan kembali" wajahku merah malu-malu.
Lalu kami sama-sama berjalan sampai apartemen kami. Setelah sampai, kami masuk ke dalam lift untuk ke atas.
Di dalam lift, aku bingung apa yang harus dibicarakan. Sehingga momen ini sangatlah canggung. Daripada diam saja, aku mencoba membuka topik.
"Kalau boleh bertanya Hana, bagaimana kau bisa masuk sekolah itu?"
"Aku memang sengaja ingin masuk ke sekolah itu" jawab Hana.
"Apa yang membuatmu ingin masuk ke sekolah itu?"
"Tidak ada sih, aku hanya ingin mengembangkan dan mengasah kemampuanku untuk sosmed ku."
"Memangnya berapa total followers mu?"
"Rahasia" Hana menolak untuk menjawab.
"Ya, itu benar. Kadang jangan pernah memberitahu rahasiamu kepada orang lain" aku memberikan saran.
Lalu kami berdua sama-sama kembali diam. Bukan karena bosan, melainkan sama-sama bingung mencari topik.
"Nico" ia memanggilku.
"Ya?" aku merespon dan menatap wajahnya.
"Apakah kita bisa bertukar kontak?"
"Oh tentu" kemudian aku memberikan kontak ku kepadanya.
"Memang untuk apa?" tanyaku.
"Ya, karena kita bersebelahan, aku ingin kita mengakrabkan satu sama lain" jawab Hana.
Wajahku memerah, tetapi aku mencoba untuk tidak terpengaruh.
Setelah itu kami sudah sampai di lantai atas. Lalu kami sama-sama keluar dari lift dan menuju kamar masing-masing.
"Baiklah, sampai jumpa lagi Nico" dia melambaikan tangannya.
"Kau juga, Hana" aku melambaikan tangan kembali.
Kemudian kami sama-sama masuk ke dalam kamar untuk merapikan diri. Setelah itu aku berbaring di kasur sembari merenung. Sampai akhirnya aku tertidur dan sudah siap untuk hari esok.
"Huahhhh" aku menguap dan meregangkan badan setelah bangun dari tidur.
Aku melihat jam digital di atas meja yang sudah menunjukkan pukul 07:01.
"Masih ada 1 jam lagi."
Lalu aku membereskan kamar dan membersihkan diri, tidak lupa juga untuk gosok gigi, mandi, dan sarapan. Setelah semuanya beres, barulah aku menggunakan seragam untuk sekolah dan segera bersiap-siap.
Setelah itu, aku keluar dari apartemen dan mengunci pintu. Namun setelah aku berbalik badan,
"Oh, selamat pagi Nico" itu adalah Hana yang kebetulan lewat menyapaku.
"Selamat pagi juga Hana" aku menyapa balik.
Aku juga baru ingat jika Hana satu sekolah denganku, ditambah ia juga sekelas denganku.
"Kau juga ingin berangkat?" Tanya Hana.
"Oh tentu. Sudah biasa aku seperti ini" jawabku.
"Mau berangkat bersama?" Hana mengajakku.
Aku terdiam sebentar, lalu seketika aku sadar kalau dia baru saja mengajakku untuk jalan bersama.
"Eh, a . . .eum . . .oke. Boleh" dengan sedikit malu, aku menerima tawarannya.
Lalu aku berangkat ke sekolah bersamanya, tapi sesaat di lift ia membuka topik.
"Aku masih penasaran dengan followers mu Nico" Hana masih mempertanyakan.
"Sebegitu nya kah kau ingin tahu?"
"Soalnya aku tidak pernah melihatmu di sosmed manapun" Hana keheranan.
Aku terdiam sebentar, lalu melihat ke atas untuk menjelaskan. "Aku tidak memiliki followers, melainkan subscribers."
"Loh, memang berapa subscribers mu?" Hana masih menanyakan.
"Sudah kubilang rahasia," aku sedikit risih didesak terus olehnya.
"Huhhh" Hana menghela nafas sebagai tanda putus asa.
Lalu aku menatap wajahnya yang imut itu, "atau mungkin suatu saat aku akan memberitahumu."
Hana menoleh balik, "beneran?"
"Jika aku ingat" aku menoleh ke cermin lift.
"Akan kuingat terus sampai kau risih."
Aku tersenyum.
Kemudian kami sudah sampai di depan lobby apartemen, lalu kami keluar dari gerbang untuk berjalan ke sekolah. Sekolah dari sini tidak terlalu jauh, tetapi juga tidak terlalu dekat. Yang pasti aku lebih suka berjalan kaki ketimbang menggunakan kendaraan umum.
"Apakah boleh membawa mobil ke sekolah?" tanya ku kepada Hana.
"Kalau tidak salah untuk bulan pertama ini dilarang untuk membawa kendaraan pribadi dahulu" Hana mengingat-ingat.
"Hmm" aku mengeluh sedikit.
"Memangnya kenapa? kau punya mobil? kau bisa mengendarainya?" tanya Hana.
"Di tempat parkir, aku memakainya hanya saat bepergian jauh saja. Jika ingin belanja bahan-bahan dan stok, aku lebih baik berjalan kaki. Itung-itung olahraga juga." Jawab ku.
Hana bertepuk tangan.
"Tidak tidak, menurutku itu masih biasa" aku menurunkan tangannya Hana.
"Itu bagus loh, berbeda denganku yang lebih sering menggunakan kendaraan umum."
"Jangan dibiasakan, nanti kau jadi pemalas" saranku.
Hana menanggapinya dengan mengangguk.
Beberapa saat kemudian ketika kami sedang berjalan, ada beberapa wanita di seberang jalan yang melihat kami berdua sedang jalan.
"Lihat lelaki yang disana, dia sangat tampan sekali." entah aku yang salah dengar atau bagaimana, "apakah perempuan yang disana itu pacarnya? sial, aku iri dengannya."
"Apa orang yang di seberang jalan sana sedang membicarakan kita?" tanya Hana.
"Aku harap tidak. Aku lebih suka dipuji oleh seseorang yang dekat denganku saja." jawabku.
"Eum . . . oke."
Selang waktu kami sudah berada di sekitar gerbang sekolah. Dari sini kami dapat melihat beberapa orang yang terkenal di depan gerbang,
"Siapa orang yang disana baru turun dari mobil?" aku menunjuk salah satu perempuan yang turun dari mobil setelah diantar oleh supirnya.
"Rea Manabe, nama sosmed nya @rea_vlog. Dia adalah seorang gadis yang terkenal di sosmed dengan video vlogging yang ke berbagai macam tempat. Followersnya di sosmed sudah mencapai 4 juta. Dan dia adalah teman sekelas kita." Hana menjelaskan.
"Keren, kalau yang disana?" aku menunjuk salah satu lelaki yang sedang dikerumuni beberapa wanita.
"Oh, kalau itu kalau tidak salah si Leo Heisenberg. Nama sosmednya adalah @itsleo, ia memiliki 3,4 juta subscribers di sosmednya. Ia adalah seorang gamer yang terkenal saat ini." Hana kembali menjelaskan.
Aku mengangguk, kemudian aku berniat untuk menanyakannya lagi, "Sudahlah, ayo kita masuk ke kelas."
Hana menarik tanganku dan mengajaknya ke kelas.
Sampai di kelas, aku bertemu dengan mereka yang memiliki followers dan subscribers tinggi. Aku berniat untuk berinteraksi dengan mereka, namun seseorang menarik ku.
"Yo Nico, selamat pagi" ternyata itu adalah Sagi.
"Sagi? selamat pagi juga" aku menyapa balik, "ada apa denganku Sagi?"seketika aku lupa tujuanku untuk berinteraksi dengan mereka.
...[KRINGGGGG]...
Bel masuk berbunyi, semua orang sudah masuk ke kelas masing-masing.
"Baiklah sudah bel, nanti lagi kita berbincang-bincang."
"Oke" lalu kami sama-sama kembali ke tempat duduk.
Kini aku bisa melihat beberapa seleb sosmed yang lain lebih jelas lagi. Mereka jika di kelas ternyata sifat nya biasa saja, tidak terlalu mencari perhatian, tidak terlalu suka berinteraksi juga, atau dia ingin seseorang berinteraksi dengannya?
Ketika guru sudah masuk, Leo mendadak izin ke toilet. Dari yang kulihat wajahnya, ia seperti sangat takut.
Bu Ellie memulai pelajaran, "Baiklah semuanya, buka buku catatan kalian. Kita akan---"
Aku masih kepikiran dengan apa yang terjadi dengan Leo di toilet, lalu aku mencari cara untuk menyusulnya.
Kemudian aku mengangkat tangan, "Ahh ibu maaf, perutku sangat sakit. Sepertinya aku terlalu banyak makan pedas semalam" aku mencari alasan untuk ke toilet.
"Cepatlah, pelajaran sudah dimulai" Bu Ellie akhirnya mengizinkan.
"Segera Bu" dengan cepat aku pura-pura memegang perutku dan langsung lari menuju toilet.
Hana yang di sebelahku sebelumnya sempat kebingungan dengan apa yang terjadi denganku. Tapi ia lebih memilih untuk menghiraukannya, karena pelajaran sudah dimulai.
"Hey, apakah kau dekat dengan Nico?" Sagi bertanya kepada Hana.
"Bukan saatnya untuk bertanya" Hana mengabaikannya.
Kemudian Sagi sedikit kecewa, ia berbalik ke mejanya lagi untuk mengambil buku.
...[Sementara itu di toilet]...
Leo sedang berdiri bercermin sembari mencuci tangan di wastafel. Wajahnya terlihat sangat cemas ketakutan seperti sangat depresi. Aku yang diam-diam mengamatinya dari luar toilet, kemudian aku ikut masuk untuk mencoba berinteraksi dengannya.
"Oh, wow. Kau pasti Leo Heisenberg" aku pura-pura mengenalnya.
Leo masih menundukkan kepala ke wastafel, kemudian ia langsung mengelap tangannya yang basah, lalu pergi dengan cepat.
Aku masih mencoba untuk berinteraksi dengannya, "Hei, apa kau--" aku yang sadar jika hp nya tertinggal, kemudian langsung ku pungut untuk kuberikan. "Hei ponselmu tertinggal."
Dan hp nya otomatis menyala setelah ada notifikasi dari ponselnya. Secara tidak sengaja aku membaca apa yang ada di notifikasi itu.
"Berikan!" ia langsung mengambil hp nya dengan cepat secara terburu-buru.
Aku terkejut setelah melihat apa yang ada di notifikasi dia, "Hei tunggu sebentar!" aku menarik bahunya.
Ia berhenti, namun tidak berani untuk berbalik badan.
"Kau . . . . " ia sedikit melirik, "sedang diteror ya?" tebak ku.
Leo sangat terkejut, kemudian ia membungkuk dan jongkok memeluk dirinya sendiri. Beberapa saat kemudian ia menangis, "iya, tolong aku" wajahnya sangat ketakutan sekali dan panik.
Wajahku berekspresi tidak percaya jika seseorang yang terkenal dan tampan seperti dia diteror oleh seseorang yang tidak menyukainya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!