Novel pertama, jika alur, penulisan atau semuanya ada yang kacau balau mohon di mengerti...
꧔꧖.
Puteri Lintang Kinasih, adalah seorang perempuan biasa, yang bekerja sebagai pelayan, di sebuah cafe yang terletak di pusat kota Jakarta.
malam ini, tepatnya pukul setengah dua belas, Lintang Pulang Berjalan kaki seperti hari hari sebelumnya.
Lintang terus berjalan, Karena jarak dari kafe dan ke rumah peninggalan mendiang orang tua nya sangatlah dekat. hanya terpisah oleh rumah warga yang berjumlah sekitar sepuluh dan tempat pembuangan sampah.
Disaat Lintang melewati tempat pembuangan sampah, ia mendengar suara tangisan seorang balita yang sangat kencang.
Lintang perlahan berjalan mendekat, ia hanya memastikan bahwa yang di dengar nya adalah kenyataan. “Hello... apakah ada orang di sana?!”
Lintang berjalan semakin mendekat, betapa terkejutnya tiba-tiba seorang balita laki-laki tengah memeluk kakinya. Lintang menunduk, ia ingin memastikan bahwa yang memeluk kakinya bukanlah suster ngesot seperti yang di bicarakan oleh orang orang.
Ternyata memang benar, seorang balita laki-laki yang tiba-tiba memeluk kakinya. Lintang kemudian berjongkok untuk menyetarakan tinggi nya dengan sang balita.
Perlahan, kedua tangan Lintang mencakup wajah mungil pria di depannya ini, sekali lagi, Lintang di kejutkan oleh wajah balita di depan nya yang sebagian sudah membiru, mungkin karena ia mendapatkan kekerasan fisik dari seseorang yang sengaja. tapi tak bisa Lintang pungkiri adalah, wajah pria kecil itu sangat lah tampan dan menggemaskan.
Lintang melihat mata balita itu sedikit demi sedikit terpejam, mata mungil itu sudah membengkak, entah itu karena terlalu lama menangis atau terkena pukulan juga.
Duk...
kepala pria kecil di depannya terjatuh di dada Lintang. Lintang terlihat panik, “Udahlah aku bawa pulang aja lah yah, mungkin orang tuanya ga mau sama dia” monolog Lintang, kemudian ia mengangkat tubuh itu kedalam gendong nya, mungkin sekarang ia akan mengasuh anak ini dan akan mengangkat nya sebagai anaknya.
“Aunty.... Help Elivan” ucapan itu membuat Lintang bernafas Lega, setidaknya pria kecil yang menyebut nya sebagai... Elivan?. Mungkin mananya adalah Elivan. masih sadarkan diri.
Lintang mengangguk “Iya, sebentar yaa, Nanti kita Ke rumah Aunty” ujar Lintang sambil mengelus-elus punggung Elivan.
Tak butuh waktu lama untuk Lintang sampai di rumahnya, dengan perlahan ia menaruh tubuh Elivan ke kasur nya, ia prihatin, kenapa ada yang tega membuang nya padahal anak itu adalah anugerah.
Lintang berdiri untuk mengambil air hangat untuk mengompres luka Elivan,
dengan hati-hati Lintang mengompres luka lebam di bagian pipi, dagu dan pelipis, sekali lagi, mata Lintang terbuka semakin lebar, karena ia melihat darah yang keluar dari area pelipis nya.
“Ssstttt” Ringis Elivan di tengah tidurnya.
“Ssttt, tenang yaa, sudah selesai kok” Lintang mengelus-elus bagian tangan Elivan, kemudian ia menaruh wadah bekas mengompres luka Elivan di meja kecil samping ranjangnya.
Lintang merebahkan diri nya di samping tubuh Elivan, ia perlahan memeluk tubuh Elivan dan menyalurkan kehangatan dari tubuhnya, Entah kenapa ia sangat ingin melindungi Pria kecil ini.
.......................................................................................
“AAAGGGRRHHH, KENAPA SIALAN?, KENAPA KAU MEMBUANG ANAK MU SENDIRI JALA NG? KENAPA? DIA ITU ANAK KANDUNG MU,BANGSAT” Ucap seorang pria yang sedang memarahi istri nya karena tega membuang sang buah hati hanya demi tantangan dari teman sekumpulan nya.
“HUH... HARI INI, DETIK INI KAU ERLITA LOUIE, KAN KU CERAIKAN KAU JALANG.” Ucap pria itu menggebu gebu.
Perlahan, Air mata Erlita mengalir, membasahi pipinya.
“HANYA KARNA AKU MEMBUANG ELIVAN, KAU LANGSUNG MENCERAIKAN KU HAH?” DIMANA OTAK CERDAS MU ITU FAREED?!!” Maki Erlita ketika ia tak menerima jika ia di ceraikan oleh calon mantan suaminya, hanya karena membuang anak nya ke luar negeri.
“HANYA, KATAMU HANYA HAH? DI SINI YANG PERLU DI PERTANYAKAN ADALAH DI MANA OTAK BODOH MU ITU LITAA?!!” Fareed tidak bisa berkata-kata lagi sekarang, ia sudah kehabisan tenaga dan pikirannya sedang kacau, ia ingin menenangkan dirinya sekarang.
“PERGI.., PERGI, DARI HADAPANKU SEKARANG, PERGI.. SAMPAI KAU HILANG DARI PANDANGANKU IBLIS!!!” usir Fareed dengan amarah yang ingin ia lampiaskan.
“ARRRGGGHHHHH...... KEMANA DIRIMU LINTANG, AKU MEMBUTUHKAN MU.”
……………
Pagi yang begitu cerah, secerah senyum Lintang yang kini sedang menjemur baju yang telah di cucinya, di depan rumahnya.
“Hati yang terkunci kembali terkunci~~” nyanyi Lintang, meniru lagu di salah satu aplikasi. lagu yang sedang viral di kalangan anak muda belakangan ini.
Lintang menyanyi sambil melompat lompat kecil, bahkan menggoyangkan pinggulnya ke kanan dan ke kiri, ia sekarang merasa seperti artis papan atas yang tengah tampil di atas panggung.
Lintang Langsung menoleh ketika ia merasa ada yang menarik narik baju belakangnya. Lintang tersenyum lebar mendapati seorang balita yang di tolongnya kemarin, sedang memegang baju belakangnya.
Lintang langsung menjemur baju yang terakhir ia gantung. Kemudian ia berjongkok untuk mensejajarkan dirinya dengan balita yang sekitar 3 tahunan.
“Eh, Elivan sudah bangun, gimana lukanya?apa masih sakit?” Tanya Lintang sambil meraba-raba tubuh mungil Elivan.
“hm” jawab Elivan yang tak mengerti ucapan apa yang di katakan oleh Lintang. Jawaban itu membuat Lintang melebarkan matanya terkejut. Ia berpikir kenapa bocah seusia ini bisa se-cuek itu padanya, apa karena pergaulan? tapi tak mungkin anak seusia nya adalah usia anak yang sedang aktif aktifitas beraktivitas.
Atau mungkin orang tuanya seorang militer sehingga didikannya begitu keras? juga bisa jadi karena keturunan nya?.
“Eh, Ayo kita masuk, Aunty eh bilang apa ya?”
tanya Lintang yang sedang kebingungan, Elivan memanggilnya apa.
“Aunty” sahut Elivan.
“Eh, kamu bisa bahasa Indonesia?” tanya Lintang, karena ia pikir Elivan adalah anak seorang bule yang sedang tersesat, karena Lintang bisa melihat wajah kecil Elivan yang ke bule bule an.
“Sorry Auntie, I do not understand your language" Jawab Elivan yang tidak mengerti bahasa apa yang di maksud oleh Lintang.
Lintang mengangguk kecil. Bekerja sebagai seorang pelayan yang berada di pusat Indonesia membuat nya harus bisa menguasai bahasa Inggris untuk di terima sebagai salah satu pegawai kafe itu.
“Oh, ya maaf, mari kita sarapan dulu” Ajak Lintang menggunakan bahasa Inggris, sambil menuntun Elivan masuk kedalam dapur rumahnya.
“Maaf, rumah ku tak seindah rumah mu.” ujar Lintang merasa tak enak dengan Elivan, ia berpikir pasti di tempat nya tinggal sangat luas dan nyaman, karena Lintang sering melihat di sebuah aplikasi. Rumah rumah orang luar negri itu sangat bagus.
“Apakah bibi tinggal sendirian?.” tanya Elivan sambil menolehkan kepalanya ke arah kanan dan kiri, untuk mencari seseorang yang tinggal bersama nya sekarang, selain bibi yang sedang menggandeng tangannya.
“Ya, aku tinggal sendirian, karena, kedua orang tua ku sudah meninggal.” Jawab Lintang seadaanya.
“Baiklah, silahkan duduk, aku akan mengambilkan piring untuk mu” Lintang menarik kursi plastik yang biasanya digunakan untuk duduk saat makan.
Elivan melirik sekitar rumah Lintang “Rumahmu sangat sederhana, tapi aku merasa nyaman di sini, tidak seperti di rumah lamaku, meski sangat besar, tapi aku tidak merasa nyaman di sana.” Ucap Elivan ketika ia mendengar suara langkah kaki Lintang.
Lintang yang mendengar itu hanya tersenyum simpul, ia tak tau harus beranggapan seperti apa, jujur saja karena ia tak pernah berada di posisi itu.
“Ayo makan dulu, nanti lagi mengobrol nya.” Ajak Lintang mengalihkan pembicaraan.
Dua puluh menit berlalu, Lintang dan Elivan sekarang duduk lesehan di ruang tengah sambil menonton film action yang berasal dari tempat kelahiran balita itu.
“Hmm, what's your real name” tanya Lintang, meskipun ia pernah mendengarnya tadi malam, saat balita di depannya ini meminta tolong, Lintang akan bertanya sendiri dengan jelas.
“Elivano P” jawab Elivan yang tak ingin nama terakhir nya di ketahui oleh orang-orang yang tak di percayainya.
“Elivano P, kenapa tidak menyebutkan nama akhir mu juga?” tanya Lintang merasa sedikit... em... aneh.
“Aku masih belum mempercayai mu” Jawab Elivan enteng, seakan kata itu adalah hal biasa, Lintang mengangguk kecil sambil mengerutkan keningnya, ia semakin ingin tau sebenarnya Elivan berumur berapa.
“How old are you?.”
“Four years next month.” sekali lagi, Lintang hanya merespon nya dengan mengangguk kan kepalanya. ia tak tau harus berkata apa lagi.
“Hm, apakah kamu tahu di mana orang tuamu berada” tanya Lintang, pelan, seolah ia tak ingin menyinggung perasaan Elivan.
“Aku tidak mau kembali ke rumah ku, Aku sudah dibuang oleh mereka.”jawab Elivan lugas, Elivan tahu yang di maksud dengan pertanyaan Lintang yang sesungguhnya. Lintang membulatkan matanya, kenapa ada orang tua yang tega membuang anaknya?
Suasana kembali hening, “can you teach me how to speak Indonesian?”
Salam, penulis amatir.
“can you teach me how to speak Indonesian?” [bisakah kamu mengajariku bagaimana berbicara bahasa Indonesia]
tanya Elivan dengan mata yang berbinar-binar, membuat Lintang yang melihat itu tak kuasa untuk menolak.
“Bagaimana jika sekarang kita belajar?” tanya Lintang yang memiliki waktu luang. Elivan langsung memberi sebuah anggukan antusias sebagai respon terhadap pertanyaan Lintang.
“Tunggu di sini sebentar” Lintang beranjak dari duduknya, kemudian berjalan menuju ke kamar nya untuk mengambil sebuah buku, kamus dua bahasa Indonesia dan Inggris serta sebuah pensil untuknya dan Elivan.
“Di dalam penggunaan bahasa indonesia tidak perlu menggunakan rumus, semuanya sangat mudah, aku yakin setelah satu bulan kamu belajar bahasa indonesia kamu akan mahir” terang Lintang yang tengah mencoba untuk menjelaskan bagaimana struktur dalam berbahasa Indonesia. Mendengar penjelasan dari Lintang, Elivan hanya mengangguk mengerti.
“Ini adalah sebuah kamus, tugas mu untuk sekarang mencari kata dan susun lah sebuah kalimat yang mendeskripsikan tentang dirimu, dan jangan lupa untuk menulis nya di buku.”
Dengan perlahan, Elivan membuka kamus tersebut mencari kata demi kata untuk di rangkai nya menjadi sebuah kalimat yang mendeskripsikan dirinya.
Setengah jam berlalu tapi Elivan yang kini sedang menatap serius buku yang di pegangnya, belum juga selesai entah apa yang di tatapnya ataukah mungkin ia sedang memba— Ugh Lintang lupa menanyakan kepada Elivan apakah ia sudah bisa membaca atau tidak.
“Elivan apakah kamu bisa membaca” tanya Lintang yang kini sedang mencoba menahan rasa kantuknya.
“Aku sudah bisa membaca, dan Aku juga sudah selesai mengerjakan tugas yang diberikan olehmu”
jawab Elivan tanpa menolehkan kepalanya ke arah Lintang, fokusnya hanya di sebuah kamus di tangannya.
Lintang mengangguk, ia mengambil buku yang berada di bawah kaki Elivan, kemudian ia membaca dan mengamati isi tulisan itu,
...['Nama ku Elivano P, aku berasal dari Amerika dan anak dari kedua pasangan suami istri yang gila, Ibuku menyuruh seseorang untuk membawaku pergi jauh darinya, dan akhirnya aku di buang oleh orang itu disini, beruntung nya aku bertemu dengan orang baik yang mau menerima ku, Sementara ayah ku sibuk dengan urusan pekerjaan nya, ia sama sekali tak memperdulikan ku.']...
betapa terkejutnya ia mendapati seorang balita berusia empat tahun bulan depan sudah bisa merangkai, menerjemahkan, dan menulis dengan se Apik ini, Apakah balita di depannya ini Genius, tau cerdas? Lintang akan memeriksa nya jika dia mempunyai uang. Tapi di sisi lain, Lintang juga Merasa iba karena seorang anak kecil seperti Elivan, sangatlah membutuhkan waktu dan kasih sayang yang cukup dari orangtuanya. karena kasih sayang dan waktu sangatlah berperan penting dalam tumbuh kembang balita, baik dari segi fisik maupun psikis.
“Bagus, untuk pelajarannya sekarang sampai disini dulu, besok kita akan belajar bagaimana mengucapkan kata-kata yang kamu pelajari tadi.” ujar Lintang Sambil menutup buku di tangannya, dan mencoba untuk tidak memejamkan mata nya.
“Oke, bolehkah aku meminjam kamus ini untuk aku pelajari?” Lintang mendengar itu hanya mengangguk, jujur saja, kekuatan matanya hanya tinggal satu Watt, ia tak sanggup lagi menahan kantuk yang menyerang dirinya.
“Ya, lakukan sesukamu, tapi ingat jangan keluar rumah, di luar sangat lah bahaya. aku akan tidur, aku tidak bisa membuka mata lagi.”] ucap Lintang sebelum ia tertidur. Elivan yang melihat itu hanya mengangkat bahu nya acuh, kemudian kembali fokus pada objek di depannya.
...........
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!