NovelToon NovelToon

JodohKu

Episode 1

“ah ... menyebalkan” Hujan sepertinya enggan berhenti sore ini, sehingga membuat seorang gadis yang sejak tadi terus menggerutu tak juga beranjak dari duduknya di sudut ruangan yang memang langsung berhadapan dengan jendela kaca,

tak jarang matanya menatap keluar untuk memperhatikan hujan, dia adalah Diah Wulandari siswi SMA di desa yang terpencil di jawa timur, di kota kelahiran pahlawan proklamator kita Blitar

“Diah ....., piye nggak muleh to (gimana nggak pulang to)?” tampak seorang teman menghampiri Diah yang termenung di sudut aula

“aku nggak bawa mantel” jawab Diah pelan sambil memperhatikan air hujan yang masih terus menetes

“yo wes ra po po (Ya sudah nggak pa pa), nebeng aku aja!” anak cowok dengan rambut yang sedikit bergelombang itu menawarkan tumpangan pada Diah karena memang rumah mereka bersebelahan, mereka berteman sejak kecil,

tapi nasib Anwar lebih baik karena dia adalah putra dari tuan tanah di desanya, jadi sudah pasti hidupnya berkecukupan,

berbeda dengan Diah dia hanya seorang anak buruh tani, karena tak punya sawah sendiri untuk di garap, jadi bapaknya biasa menggarap sawah milik keluarga Anwar.

Keluarga mereka memang sangat dekat, mereka sudah seperti kerabat dekat, sering kali keluarga Anwar yang mengulur tangannya untuk membantu keluarga Diah,

tapi tak jarang keluarga Diah enggan menerima bantuan karena tidak mau terlalu berhutang budi pada keluarga anwar

“nggak usah lah aku nunggu hujannya reda saja !” Diah masih mencoba menolaknya,

“Iki wes sore lo (Ini sudah sore lo), nanti ibuk mu cemas lo!” setelah terlihat berfikir sebentar

“baiklah, ayo ...!”

Diah beranjak dari duduknya disambut senyum lega oleh Anwar ,

mereka pun berjalan beriringan menuju ke parkiran tempak anwar memarkirkan motornya, langkah mereka terhenti di samping motor metik warna putih milik Anwar,

biasanya Diah lebih suka naik angkot sampai di jalan utama, dan akan jalan kaki menuju rumahnya kira-kira 5km lagi, tapi dia juga lebih sering di bonceng oleh Anwar,

apa lagi jika berangkat sekolah, mereka selalu berboncengan, karena orang tua Anwar selalu memaksanya untuk berangkat bareng.

“tas sama sepatumu kamu masukkan sini saja biar nggak kehujanan!” Anwar tampak memegangi tas kresek yang sudah terbuka yang dia ambil dari dasbor motornya,

dia memang selalu sedia tas kresek unjuk jaga-jaga.

“tasnya saja lah yang aku masukkan, sepatunya biara aku pakai saja, sini tasmu sekalian!” Diah mengambil alih tas kresek dan memasukkan tasnya ke dalamnya dan kini dia juga meraih tas milik Anwar

**********************

Di rumah Diah

“pak udan e kok nggak terang-terang yo ... (Pak hujannya kok nggak reda-reda ya)!” tapak bu kasih ibunya Diah mondar mandir di depan pintu

“Duduklah buk ....., Diah mestine sek ngiyup to buk, udan-udan ngene (Diah pastinya masih berteduh, hujan-hujan seperti ini), nggak usah khawatir!” sahut bapaknya Diah,

pak Darman yang sedang duduk di ruang tamu yang luasnya kura-kira hanya 4x3m itu dengan kursi rotan dan meja jadulnya, dan di atasnya ada secangkir kopi yang di temani singkong rebus di dalam piring.

“bapak ini gimana .....!, ini sudah sore pak, wes mau magrib, tapi Diah belum juga pulang!” keluh Bu Kasih, ibunya Diah.

Tak berapa lama tampak motor Anwar berhenti di tepi jalan

“alhamdulillah ...!” bu kasih tampak lega melihat Diah bersama Anwar sudah pulang

“maaf ya buk, kami terlambat pulangnya!” Anwar ikut turun dan mencium punggung tangan bu Kasih bergantian dengan Diah

“nggak pa- pa nak, ibuk seneng kamu bareng sama Diah, ibuk sudah khawatir, makasih ya, kamu masuk dulu biar ibuk buatkan teh anget!”

“nggak usah buk, aku langsung pulang saja, bajuku basah, nanti saja kesini lagi!”

Sebelum Anwar melangkahkan kakinya untuk menuju motornya

“nggak masuk dulu, ini ada singkong rebus kesukaanmu lo!” bak Darman dari dalam ikut menyahut

“nanti saja pak, saya pulang dulu”

“makasih ya ...!” Diah ikut bicara dan melambaikan tangan pada Anwar

“iya”

Diah pun segera masuk ke dalam rumah dan masuk ke dalam kamar mandi setelah melepas sepatu basahnya dan menaruh tas kreseknya

🌺🌺🌺🌺🌺

jangan lupa kasih dukungan dengan memberikan like dan komentarnya ya

kasih vote juga

biar tambah semangat nulisnya

Follow Ig aku ya

tri.ani.5249

Happy Reading 😘😘😘😘

Episode 2

Setelah selesai sholat magrib Diah segera merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur yang Cuma cukup untuk satu orang,

ya tempat tidur tanpa dipan hanya spon di atas lantai, lantainya pun masih dari semen belum keramik yang dilapisi dengan karpet plastik dengan motif bunga warna biru, lantai semen ‘mester’

karena kamarnya hanya berukuran 2x2m saja hanya bisa di masuki satu spon dan satu lemari plastik kecil dua pintu serta satu meja

, mejanya pun tidak tinggi karena di sesuaikan dengan posisi duduk, kamar itu tidak akan cukup jika di masuki kursi lagi.

Rasa dingin dan lelah membuat mata Diah enggan untuk terjaga, tapi belum sampai ke alam mimpi sebuah panggilan membuatnya kembali membuka mata

“mbak .... mbak....., mbak Diah ...!” Ajeng menggoyang-goyangkan pundak Diah, dia adik perempuan Diah, Ajeng berusia 14 tahun , masih berada di bangku kelas 2 SMP , mereka hanya dua bersaudara.

“apa sih dek ......!” Diah nampak jengkel dan enggan untuk membuka matanya

“mbak ini ah ...., di cari mas Anwar tuuh ....!” sekarang gantian Ajeng yang bersungut karena mendapat lemparan guling dari diah

“uaaaahhhh!” Diah pun menguap sambil meregangkan badannya

“kenapa sih Anwar kesini?” diah belum terlalu sadar dari tidurnya matanya langsung terbelalak saat mendengar ucapan adiknya

“ngapelin mbak kali ...!” ya walaupun diah suka pada anwar tapi dia juga tahu jika orang tuanya tidak akan setuju

“ngaco deh ...!” diah segera bangun dari tidurnya, tak mau mendengar ocehan lebih banyak lagi dari adiknya, walaupun lebih kecil, tapi ajeng lebih dewasa dalam menyikapi hidup,

“auuhhh, sakiiit mbak!” Diah mencubit pinggang Ajeng,supaya adiknya itu tidak lebih lanjut memberi wejangan

“makanya jangan macam-macam sama mbak, tau rasakan!” diah pun berlalu meninggalkan ajeng yang masih meringis kesakitan

***

Di ruang tamu

“gimana sekolahmu le ....?” tanya pak Darman pada Anwar yang sudah duduk di kursi kecil di ruang tamu yang sederhana itu.

“nggeh ngoten-ngoten mawon pak (Ya gitu-gitu aja pak)!” anwar menyatukan kedua tangannya di atas pangkuan sambil meremas kecil jari jarinya untuk menghilangkan rasa gugupnya

“pye to kok ngono ae ki le (Gimana kok gitu-gitu aja sih le), sebentar lagi kan lulus, mau nglanjutkan kemana rencananya?” pak Darman menyesap kopinya yang terlihat masih panas

“kata bapak saya suruh nglanjutkan kuliahnya ke Bandung saja pak soalnya di sana ada kerabat dekat, jadi ada yang ngawasi !”

tampak pak Darman memperhatikan penjelasan Anwar sambil sesekali meneguk kopinya

“kalau Diah, melanjutkan kemana pak?” anwar mengumpulkan keberaniannya untuk menanyakan hal sensitif itu pada bapaknya diah

pak Darman kembali meneguk kopinya “kayaknya nggak le, wes cukup sampek SMA saja, bapak nggak ada biaya”

Dari dalam nampak Diah menghampiri mereka, sebenarnya Diah mendengar obrolan mereka, raut wajahnya yang biasa ceria terlihat sedikit berbeda tapi diah tak mau terlalu membebani orang tuanya

“Anwar ada apa?” diah langsung menghadap anwar dan membelakangi bapaknya

“eh Diah .....” Anwar seketika memegang dadanya tampak terkejut dengan kedatangan Diah yang tanpa suara, biasanya dia yang paling cerewet

“aku mau ngambil tas ku!” Anwar pun segera menetralkan perasaannya, walaupun sejak kecil berteman, tapi tetap saja hanya dengan memandang diah, aliran darah nya akan berdesis lebih kencang dari biasanya

“tas ....” Diah berfikir sejenak untuk mengingat ingat dan senyum,nya kembali muncul

“waduh .... maaf Anwar kebawa ya, biar aku ambil dulu!” tanpa menunggu aba-aba Diah pun langsung berlari kembali ke kamarnya,

sikap itu lah yang paling di sukai Anwar, spontan dan ceria walaupun sikap spontan nya itu kadang terlihat sangat lucu dan sedikit ceroboh, ya gadis ceroboh dengan berbagai keunikan

Tak butuh waktu lama, Diah sudah membawa tas Anwar

“inih ....!” Anwar pun menerimanya dengan senyum yang kata orang orang jawa ngangenin, giginya yang sedikit gingsul menambah kesan manis di wajah Anwar ,

karena wajah manis yang katanya ‘nggak malehi’ kalau di pandang itu bikin banyak cewek di sekolah Anwar dan Diah mengejar cintanya.

Bersambung

jangan lupa kasih dukungan dengan memberikan like dan komentarnya ya

kasih vote juga

biar tambah semangat nulisnya

Follow Ig aku ya

tri.ani.5249

Happy Reading 😘😘😘😘

Episode 3

“Diah ..., nanti pulang sekolah bareng sama aku saja ...!” anwar yang menghampiri Diah di jam istirahat karena kelas mereka berbeda.

“iya ...!” kata singkat Diah membuat hati Anwar terasa tak nyaman, ia merasa Diah menyembunyikan sesuatu, walaupun Diah tampak menyembunyikan sesuatu.

"aku ke perpus dulu, tunggu aku di kantin ya ..." lagi lagi diah hanya membalas dengan anggukan dan senyum tipis di bibirnya

ya ..., Anwar memang sejak SMP sudah menaruh hati pada Diah, bukan tak pernah Anwar mengatakan perasaannya tapi Diah meminta mereka hanya bersahabat saja, Diah beralasan tak mau jika hubungan yang terjalin baik akan renggang karena adanya cinta di antara mereka, padahal mereka juga sama sama tahu jika mereka sama mencintai

Diah dan Anwar tidak satu kelas karena berbeda jurusan,

Sepertinya Diah masih sangat mengingat obrolan bapaknya dengan Anwar kemarin malam,

dalam hatinya terbesit rasa kecewa, dia ingin sekali melanjutkan kuliah seperti teman-temannya,

tapi apa daya jika Allah tidak menghendaki, untuk menempuh pendidikan SMA saja Diah mengandalkan beasiswa, karena Diah merupakan salah satu siswa berprestasi, walaupun prestasinya masih di bawah Anwar,

Diah selalu jadi nomor dua atau tiga, sedangkan Anwar diam diposisinya peringkat pertama. Walaupun anak orang kaya tapi Anwar memang sudah didik jadi anak yang mandiri dan bertanggung jawab

Jadi dia tak pernah berpangku tangan menikmati kekayaan orang tuanya, jika hari libur maka dia juga akan ikut ke sawah, atau ke peternakan sapi milik bapaknya. Dia akan membantu sebisanya.

***

Di kantin sekolah

“Diah ..., ada Anwar tuh ...!” Yeni memberi tahu Diah yang memang posisinya membelakangi pintu masuk kantin

“dia ke sini ya?” tanpa menoleh ke belakang , walaupun tahu anwar akan datang ke kantin tapi tetap saja diah merasa gugup

“ya iya lah ...., ini kan kantin” yeni menjawab nyinyir

“ya sudah aku pergi ke kelas ya, aku bawa minum mu ya!” saat Diah berbalik badan hendak berdiri dari duduknya

Byuuuurrrr

Minuman yang di pegang Diah tumpah mengenai baju Anwar yang posisinya sangat dekat dengan Diah yang tidak menyadari gerakan tiba-tiba Diah

“uuuphs ....” Diah segera menutup mulutnya dengan satu tangan

Anwar tampak mengaitkan ketua alisnya, matanya sudah membulat penuh

“Diaaaaah ....!” Anwar benar-benar menahan amarahnya karena ia selalu jadi sasaran kecerobohan diah

“apa yang kamu lakukan?”

“maaf” wajah Diah tampak memelas dengan suara rendahnya, mirip berbisik tapi masih bisa di dengar oleh Anwar

“entahlah ...., jadi nggak berselera makan!” Anwar pun langsung meninggalkan Diah dengan wajah kesalnya

***

Di toilet

“dasar cewek ceroboh ...., kenapa sih aku yang selalu kena getahnya, “ Anwar terus mengomel sambil membersihkan bajunya

“kenapa juga aku bisa suka sama cewek seceroboh itu!”

“ya Allah ..., mudah- mudahan ini yang terakhir kali”

Tanpa Anwar sadari dari belakang sudah ada Bima yang memperhatikannya

“kamu kenapas kok dari tadi aku perhatikan ngomel terus , kayah mak mak ....?” Anwar sedikit terkejut, tapi segera dia netralkan kembali keterkejutannya karena kedatangan bima

“lihat bajuku," anwar memperlihatkan bajunya yang basah

“itu kenapa?” bima terlihat penasaran sambil terus mencuci tangannya

“kenapa lagi kalau bukan Diah”

“ha ha ha hah ...” Bima malah tertawa terpingkal-pingkal

“ kenapa lagi, ini sudah yang ke berapa kali, di tendang sudah, kebakar bajunya sudah, di siram air kobokan sudah, di kenai bola basket sudah, di jatuhkan dari motor sudah,rambut di kasih permen karet, em .....!” Bima tampak berfikir

“apa lagi ya bro yang belum?” bima benar benar puas menggoda anwar yang tampak semakin kesal

“di masukin ke tong sampah!” Anwar tampak sewot menanggapi ledekan Bima, ya memang benar itu tadi adalah catatan kelam kecerobohan yang di buat Diah kepada Anwar

“resek kau ....!” Anwar berlalu meninggalkan sahabatnya yang masih terus menertawainya tampa henti

bersambung

jangan lupa kasih dukungan dengan memberikan like dan komentarnya ya

kasih vote juga

biar tambah semangat nulisnya

Follow Ig aku ya

tri.ani.5249

Happy Reading 😘😘😘😘

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!