NovelToon NovelToon

HUJAN Di Aksana Grass

Bab 1 : Rapuh

..."Jangan menganggap orang tegas dan kejam itu tidak pernah merasakan rapuh. Mereka juga manusia namun mereka tak pernah menampakkan sebuah kesedihan di hadapan orang lain."...

"Apakah suami ku akan pulang hari ini?" tanya Alifia kepada Alex.

"Iya, tapi saat ini aku tidak bisa menghubungi tuan Angkasa," ucap Alex heran.

"Apa jaringan bermasalah?" tanya Alifia kembali.

"Sepertinya iya, nanti akan ku kabari jika tuan Angkasa telah tiba." Ucap Alex, Alifia pun mengangguk.

4 Jam kemudian.

Tangisan seorang ibu saat melahirkan kedua buah hatinya terdengar menggema di dalam sebuah kamar, ia mempertaruhkan nyawanya untuk sang buah hati. Ia merasa sakit hati karena tak ada suami yang mendampinginya saat ini, sedari tadi ia menunggu sang pujaan hati, namun penantian itu berujung sia-sia.

Kemana kamu mas? batin Alifia.

"Hue. . . hue . . . hue. . . "

Suara bayi mulai menggema di dalam kamar itu, bahkan suara itu terdengar oleh orang yang berada di luar kamar tersebut.

Alifia tersenyum tipis saat mendengar suara tangisan itu. Namun, pandangan Alifia mulai rabun, menit berikutnya Alifia pun tak sadarkan diri.

"Buk Alifia telah pingsan, cepat bawa anak ini pergi dari sini!!" perintah dokter tersebut.

Dokter itu tersenyum puas saat melihat Alifia telah pingsan, karena ia memberikan obat agar Alifia pingsan setelah melahirkan, bukan keinginannya melakukan itu, tapi kali ini ia benar-benar terpaksa melakukannya.

Maafkan aku buk Alifia, batin dokter.

___________________

Angkasa dan Alifia sudah menikah selama satu tahun, pernikahan mereka sangat megah dan mewah, bahkan di tayangkan di beberapa siaran televisi. Setelah satu tahun menikah, akhirnya Allah memberikan kepercayaan kepada Angkasa dan Alifia, kini Alifia sedang mengandung anak Angkasa bahkan di perkirakan anak tersebut kembar berjenis kelamin perempuan.

Hari ini Alifia akan melahirkan, namun Angkasa berada di luar negeri karena ada sebuah pekerjaan. Hari ini ia akan berangkat pulang ke negaranya karena istrinya akan melahirkan, ia berharap bisa cepat berangkat pulang ke indonesia.

"Tuan mohon maaf, sepertinya kita tidak bisa pulang hari ini." Ucap Randi mengabarkan kepada tuannya.

"Apa? bagaimana bisa begitu?" tanya Angkasa kaget mendengar berita dari Randi. Angkasa langsung berdiri dari duduknya saat mendengar berita tersebut.

"Di perkirakan hari ini cuacanya sangat buruk tuan. Sehingga kita tidak bisa berangkat," ucap randi sedikit takut jika Angkasa akan memarahinya.

"Jadi, kapan kita bisa berangkat?" tanya Angkasa.

"Kemungkinan besok atau lusa tuan," ucap Randi gugup.

"Baiklah, silahkan keluar." Ucap Angkasa tak berniat memarahi Randi.

Randi adalah karyawan Angkasa, Randi menemani Angkasa selama di luar negeri. Sebenarnya Angkasa memiliki asisten pribadi yaitu Alex, tapi Angkasa menyuruh Alex untuk menjaga istrinya di rumah karena Angkasa sangat percaya kepada Alex.

Angkasa menghancurkan apa yang ada di dalam kamarnya, ia sangat frustasi jika tidak bisa pulang hari ini. Bagaimana tidak, istri kesayangannya akan melahirkan sebentar lagi, sedangkan ia tak berada di samping sang istri.

"Aku bodoh!!" teriak Angkasa mengusap rambutnya dengan kasar. Bahkan ia membenturkan kepalanya ke dinding beberapa kali.

Angkasa merasa lelaki yang paling bodoh di dunia ini, ia lebih memilih pekerjaan dari pada keselamatan sang istri. Ini akan menjadi hal yang paling bodoh yang pernah ia lakukan.

Angkasa langsung mengambil ponselnya untuk menghubungi Alex. Namun, alex tak dapat di hubungi karena jaringan sangat buruk. Angkasa juga menghubungi sang istri, namun tetap saja tidak bisa di hubungi. Berkali kali Angkasa terus mengubungi Alex dan istrinya tapi hasilnya nihil, jaringan benar benar sangat buruk.

"Jaringan di sini apa di sana yang buruk?" angkasa bertanya tanya, ia pun duduk di atas kasur untuk menenangkan diri.

Berkali kali Angkasa menghubungi orang rumah namun tetap saja tak dapat di hubungi, angkasa mulai khawatir akan keselamatan Alifia.

"Kenapa mereka tidak bisa di hubungi," ucap Angkasa sangat khawatir.

Angkasa pun langsung melemparkan ponselnya dengan asal, ia kesal kenapa tidak keluarganya tak dapat di hubungi.

Matahari yang tadi menampakkan diri kini mulai tenggelam memberikan kesempatan pada bulan untuk menyinari bumi. Walau tidak seterang matahari bulan bisa membuat orang bahagia saat memandangnya.

Angkasa semakin frustasi, siang telah berganti menjadi malam. Namun, tidak ada seorang pun yang bisa di hubungi, ia menangis sejadi jadinya karena mengkhawatirkan istri dan kedua putrinya.

Ia gagal menjadi seorang suami, ia sangat menyesali perbuatannya, angkasa juga tidak akan memaafkan dirinya karena perbuatannya ini. Semalaman Angkasa menunggu kabar dari keluarganya tapi tetap saja tidak ada yang dapat di hubungi.

Ia menatap ponselnya berharap jaringan mulai membaik.

Tok.....tok.....tok...

Angkasa langsung bangkit dari kasur menuju pintu, ia lihat ada Randi yang mengetuk pintu kamarnya.

"Ada apa?" tanya Angkasa dingin.

Randi kaget saat melihat kening Angkasa lebam Akibat benturan tadi, tidak dapat di sembunyikan mata Angkasa juga sembab akibat menangis.

"Tuan makan dulu ya," ucap Randi paham dengan keadaan Angkasa saat ini, pasti ia sangat khawatir terhadap istrinya.

"Kalau kamu ingin makan, silahkan. Saya tidak lapar. Jangan ganggu saya." Ucap Angkasa langsung menutup pintunya lagi.

Randi terdiam sejenak di depan pintu kamar Angkasa, ia tidak pandai membujuk Angkasa bahkan jika Randi di posisi Angkasa pasti akan melakukan hal yang sama, tidak selera makan dan hanya mengurung diri di dalam kamar.

Randi pun meninggalkan kamar Angkasa dengan kaki yang melemas, angkasa yang biasa dilihatnya sangat tegas dan berkarisma, kini Randi melihat Angkasa menjadi lelaki yang rapuh.

Setiap manusia memiliki sifat yang berbeda beda. Kebanyakan mereka yang mempunyai sifat tegas dan dingin di kira tidak akan bisa menjadi orang yang lemah. Di hadapan semua orang ia akan menunjukkan sifat tegas bahkan terkadang bisa berubah menjadi kejam, tapi di saat sendirian mereka juga bisa rapuh, bahkan Serapuh yang tidak pernah kita duga sebelumnya.

Ada juga sifat orang yang tidak pernah memamerkan kesedihannya, ia selalu tertawa riya di hadapan semua orang, namun percayalah mereka adalah orang orang yang rapuh.

Itulah yang di lihat Randi hari ini, seorang pengusaha yang sangat tegas bisa jadi serapuh ini bahkan Randi tak pernah menduga Angkasa akan sesedih ini.

Randi berdoa semoga istri dan kedua putri Angkasa baik baik saja.

__________________

Angkasa kembali duduk di atas ranjang, ia memeluk kedua kakinya sambil melamun. Kembali berputar memori kenangan indah bersama Alifia, ia sangat mencintai Alifia begitupun sebaliknya. Angkasa tidak pernah menyangka akan menyakiti Alifia seperti saat sekarang ini. Alifia melahirkan tanpa kehadiran dirinya. Mengingat itu semua Angkasa pun meneteskan air mata, ia tidak pernah ingat kapan terakhir kali ia meneteskan air mata. Namun malam ini ia menangis karena tidak bisa menjadi sosok suami yang baik bagi Alifia.

"Ku mohon jaga istri dan kedua putri ku." Air mata Angkasa tak henti hentinya. Angkasa tidak bisa tidur bahkan perutnya pun tak merasakan lapar. Tubuhnya lemas matanya panas, ia tak berdaya sama sekali.

terima kasih udah mampir di novel author semoga ceritanya menarik perhatian teman teman ya 🤗

jangan lupa untuk like vote dan komen ya biar author nya tambah semangat ni wkwkkwkw 🥴

_happy reading_

Bab 2 : Kekhawatiran terjadi

Malam pun di lalui dengan deraian air mata, angkasa berbaring tak berdaya di atas ranjang. Ia tidak tidur hanya menghabiskan malam dengan tangisan. Mata yang sembab, tenggorokan kering, hidung sumbat, tubuh yang melemas, Angkasa masih setia menunggu kabar dari keluarganya. Tapi tetap saja panggilan selalu di luar jangkauan. Angkasa pun tidak bisa Berpikir positif lagi. Ia yakin pasti ada sesuatu yang terjadi kepada Alifia dan kedua putrinya.

Pagi itu, Randi kembali mengetuk pintu kamar Angkasa, semalam ia sangat khawatir akan keselamatan Angkasa.

Tok......tok.....tok...

Angkasa bisa menebak siapa yang mengetuk pintu kamarnya, dengan kepala yang sangat pusing Angkasa bangkit dari ranjang untuk membuka pintu.

"Tuan," sapa Randi saat melihat Angkasa membuka pintu

"Ada apa?" tanya Angkasa dengan suara parau

"Tuan, Alhamdulillah kita bisa berangkat pulang hari ini," ucap Randi memberitahu Angkasa, randi melihat jelas mata Angkasa yang semakin sembab. Randi sangat khawatir dengan kondisi tubuh Angkasa.

"Baik, terima kasih infonya," ucap Angkasa dengan senyuman yang tipis

"Tapi tuan harus sarapan dulu, semalam juga tuan tidak makan, saya takut jika terjadi apa apa kepada tuan saat berada di pesawat," ucap Randi benar benar mengkhawatirkan keadaan Angkasa.

"Bawakan saja roti untuk ku," ucap Angkasa akhirnya mau sarapan.

"Baik tuan," ucap Randi senang. Ia pun langsung mengambil roti untuk Angkasa.

Angkasa membersihkan tubuhnya terlebih dahulu. Setelah itu ia ganti baju untuk siap siap berangkat pulang. Randi membawakan roti dan susu, dengan lahap Angkasa pun menghabiskan roti yang di bawa oleh Randi.

Kini mereka sudah berada di pesawat, butuh 5 jam untuk bisa sampai ke indonesia. Selama di perjalanan Angkasa semakin takut dan khawatir.

Angkasa berdoa agar sang istri dan anaknya selamat, walaupun Angkasa tak bisa berpikir positif lagi. Namun, ia tetap berdoa karena ia yakin dengan Kehebatan doa semua akan baik-baik saja.

Doa adalah senjata yang mampu digunakan untuk melawan segala bentuk serangan yang sedang di hadapi. Jangan pernah meremehkan kekuatan dari doa yang ikhlas

bahkan Aristoteles pernah mengatakan "Doa memberikan kekuatan pada orang yang lemah, membuat orang tidak percaya menjadi percaya, dan memberikan keberanian pada orang yang ketakutan."

Lima jam berlalu, pesawat mendarat di bandara tepat waktu. Angkasa berjalan dengan cepat karena ingin segera sampai di rumah. Mereka menaiki taksi saat itu.

"Pak bawa mobilnya cepat ya," ucap Angkasa yang kini mereka sudah berada di dalam mobil.

"Baik pak." Ucap sopir taksi itu.

Tidak butuh waktu lama mereka sampai di rumah. Angkasa terkejut saat melihat rumahnya di penuhi oleh banyak orang, bahkan kini banyak sekali wartawan yang menunggu Angkasa keluar dari mobil.

"Ada apa ini?" ucap Angkasa sangat panik. Karena tidak ingin bertanya tanya tanpa jawaban, angkasa keluar dari mobil yang langsung di dampingi oleh bodyguardnya.

Wartawan menyerbu Angkasa dengan banyak pertanyaan. Angkasa hanya menunduk melewati semua wartawan itu.

"Bapak kemana saja? kenapa bapak meninggalkan istri bapak melahirkan, bahkan putri Bapak tidak selamat." Ucap salah satu wartawan yang sempat di tangkap oleh telinga Angkasa.

Jantung Angkasa berdegup lebih kencang dari biasanya, badannya mulai melemas tak berdaya. Sesampainya di dalam rumah, bodyguard Angkasa langsung menutup pintu agar wartawan itu tidak masuk sembarangan.

Angkasa terkejut mendapati semua keluarganya berada di ruang tamu, mamanya menangis sesenggukan saat melihat Angkasa pulang.

"Kemana saja kamu nak?" tanya mama yang masih menangis, mama mendekati Angkasa yang sedang berdiri mematung.

"Mah, ada apa?" tanya Angkasa dengan suara yang putus asa.

Mama mengelus bahu Angkasa dengan lembut, mama menatap sendu ke arah Angkasa. Mama masih menangis ia belum menjawab pertanyaan dari Angkasa.

"Mah, ini ada apa?" tanya Angkasa lagi.

"Maafkan mama. Mama gak bisa jaga putri mu dengan baik." Mama menangis memeluk Angkasa.

Mendengar hal itu Angkasa langsung paham, ketakutan dan khawatirannya Semalam pun telah terjadi. Tubuh Angkasa kembali tak berdaya dunia serasa runtuh seketika.

"Mah," angkasa membalas pelukan sang mama.

"Maafkan mama, salah satu putri mu tidak bisa di selamatkan," ucap mama menangis dalam pelukan Angkasa

"Ini bukan salah mama ini salah ku, aku yang bodoh ma. Meninggalkan Alifia saat melahirkan. Aku yang bodoh Ma." Ucap Angkasa mulai menyalahkan diri sendiri.

Tangis Angkasa pun pecah, ia menyalahkan diri sendiri atas kejadian ini. Dia bukan suami yang baik dan bukan Ayah yang baik untuk anaknya.

Mendengar apa yang terjadi membuat Angkasa semakin terpuruk dan lemas, ia masih menangis di pelukan sang mama. Kini penglihatan Angkasa mulai rabun, angkasa belum bisa menerima semua ini, dengan hitungan detik Angkasa pun pingsan di pelukan sang mama.

"Ya Allah, angkasa. Tolong!!" ucap mama panik saat melihat Angkasa tidak sadarkan diri.

Randi yang masih setia di sana langsung membantu mama untuk membawa Angkasa ke dalam kamar. Randi pun menangis mendengar berita yang sangat menyakitkan ini.

Angkasa kini sudah di baringkan di atas ranjang. Memberikan ruang untuk dokter memeriksa keadaan Angkasa. Randi masih tetap setia menemani pemeriksaan Angkasa.

Dokter menyarankan setelah Angkasa sadar ia harus makan karena perut yang kosong, kepala yang pusing, akibat tidak tidur membuat Angkasa tidak sadarkan diri. Dokter pun memberikan beberapa obat untuk Angkasa, Randi pun menerima obat tersebut.

Randi menatap lekat ke arah Angkasa, wajah Angkasa sudah nampak pucat. Randi pun langsung menyelimuti tubuh Angkasa. Setelah itu ia memutuskan untuk keluar dari kamar tersebut.

Randi mencari Alex saat itu. Ia ingin bertemu dengan Alex, ia pun menemui Alex di kamar Alifia. Alifia saat itu sedang istirahat.

"Alex." Panggil Randi.

Alex pun langsung keluar dari kamar itu saat melihat Randi memanggilnya.

"Kalian pulang dengan selamat?" tanya Alex basa basi.

"Iya kami selamat, namun tuan Angkasa pingsan saat sampai di rumah," ucap Randi masih mengingat bagaimana pucatnya wajah Angkasa.

"Kenapa kalian tidak bisa di hubungi semalam?" tanya Randi yang semalam juga berusaha menghubungi Alex.

"Jaringan kalian sangat buruk, aku mendapat informasi bahwa cuaca di sana sedang buruk, apa itu benar?" tanya Alex. Randi pun langsung mengiyakan perkataan Alex, akibat cuaca yang buruk membuat pesawat mereka tidak bisa berangkat.

"Semalam keadaannya sangat kacau, aku menenangkan Alifia yang menangis histeris. Hampir semua yang ada di rumah ini menangis Histeris saat mendengar salah satu anak tuan meninggal. Bahkan dari semalam banyak sekali wartawan yang nongkrong di depan rumah untuk mendapatkan info yang lebih baru." Ucap alex menceritakan sebagian kecil dari kejadian semalam. Namun ia menyembunyikan sesuatu dari Randi.

terima kasih udah mampir di novel author semoga ceritanya menarik perhatian teman teman ya 🤗

jangan lupa untuk like vote dan komen ya biar author nya tambah semangat ni wkwkkwkw 🥴

_happy reading_

Bab 3 : Maafkan aku alifia

Malam telah tiba, angkasa sudah bangun dari pingsannya, namun ia masih berdiam diri di dalam kamar. Hampir 3 jam ia tak ingin keluar dari kamar. Angkasa masih sangat terkejut dengan apa yang terjadi.

Pukul 9 malam Angkasa memberanikan diri keluar dari kamar untuk bertemu Alifia yaitu istrinya. Alifia berada di dalam kamar mereka berdua. Angkasa membuka pintu tanpa mengetuknya.

Angkasa melihat Alifia yang sedang terbaring lemah menatap ke luar jendela. Saat Angkasa membuka pintu, pandangan Alifia pun teralihkan untuk melihat Angkasa.

Mereka terdiam sejenak sambil menatap satu sama lain. Angkasa dapat melihat Kesedihan dari tatapan Alifia. Hati Angkasa terasa sakit melihat wanita kesayangannya bersedih, bahkan kesedihan itu juga berasal dari Angkasa sendiri.

"A. . . Li. . . fia. . ." ucap Angkasa terbata-bata, matanya masih tetap menatap sang istri.

"Mas kemana saja?" tanya Alifia dengan tetesan air mata, ia sangat merindukan sosok Angkasa. Alifia pun sangat kecewa karena Angkasa tidak ada saat ia melahirkan.

Angkasa mendekati Alifia yang terbaring di atas ranjang, ia duduk di samping Alifia yang sedang berbaring.

"Maafkan aku," air mata Angkasa kembali membasahi pipinya, ia membelai rambut Alifia dengan lembut.

"Maafkan aku." Ucap Angkasa berulang kali

Alifia tau pasti suaminya juga merasakan kehilangan, tidak bisa di tutupi mata Angkasa yang sampai saat ini masih sembab. Alifia berusaha untuk duduk di bantu oleh Angkasa, air mata Alifia pun jatuh saat melihat dekat wajah Angkasa. Alifia memeluk Angkasa. Nyaman, Itulah yang di rasakan Alifia, dari dulu Angkasa adalah orang yang bisa membuat Alifia merasa nyaman dan tenang bahkan di saat Alifia merasa kecewa, Alifia masih merasakan kenyamanan dari pelukan Angkasa.

"Maafkan aku hiks . . . hiks. . ." Angkasa memeluk erat sang istri. Alifia tak bisa berkata kata, ia pun hanya menangis di dalam dekapan Angkasa.

_______________________

"Anak yang malang," ucap Intan menangis saat menatap bayi yang berada dalam dekapannya.

Selama di perjalanan Intan tak berhenti menangis. Bahkan ia berulang kali meminta maaf kepada bayi yang ada dalam dekapannya. Kini ia sedang berada di terminal, ia ingin pulang ke kampung sambil membawa bayi.

Seharusnya Intan pulang semalam ke kampung halaman. Namun, karena kehabisan tiket akhirnya Intan pulang hari ini. Ia sedang menunggu bus yang akan ditumpanginya, tak sengaja Intan melihat berita yang ada di televisi terminal mengabarkan bahwa mobil semalam jatuh ke jurang, tidak ada penumpang yang selamat.

"Innalilahi wa innailaihi Raji'un, itu kan bus yang ingin saya tumpangi semalam." Ucap intan bersyukur tidak menumpangi bus tersebut.

Beberapa menit kemudian Intan menaiki bus, ia berdoa agar selamat sampai tujuan. Bayi yang ada dalam gendongannya kini sudah tidur pulas, intan tersenyum saat melihat bayi tersebut.

"Aku berjanji akan membesarkan mu semampu ku, aku juga tidak akan meninggalkan mu, hanya maut lah yang bisa memisahkan kita." Ucap Intan tersenyum, ia membayangkan bagaimana nanti ia merawat bayi ini, bahkan ia tak sabar menanti bayi ini bisa merangkak sampai berjalan.

Butuh waktu 24 jam untuk bisa sampai ke kampung halaman, Intan sangat kelelahan.

Saat membuka tas intan terkejut karena tidak menemukan ponselnya.

"Loh ponsel ku mana?" intan masih terus mencari ponselnya.

"Apa jangan jangan tinggal di kontrakan?" tebak Intan yang masih tetap mencari. Beberapa menit ia mencari ponselnya, namun tak kunjung ketemu, ia mengingat ingat kembali di mana ia menaruh ponselnya.

"Sepertinya tinggal di kontrakan." Ucap intan pasrah karena sudah pasti ponselnya tinggal di kamar kontrakan.

_______________

"Bagaimana apa kalian sudah menghubungi suster itu?" tanya Alex kepada bodyguardnya.

"Belum tuan, ponselnya tidak aktif. Sepertinya bus yang semalam kecelakaan adalah bus yang ditumpanginya." Tebak bodyguard tersebut.

"Bagus kalau gitu, aku tidak perlu mengotori tangan ku sendiri untuk membunuh anak angkasa, lihat lah bahkan alam saja sangat mendukung rencana ku ini," ucap Alex tersenyum puas. Ini lah yang ia tunggu tunggu sejak lama yaitu menghancurkan Angkasa.

Alex adalah asisten pribadi Angkasa, sebelum Angkasa menikah Alex sudah bekerja sebagai asisten pribadi. Dulu Alex Sangat menyayangi Angkasa bahkan ia menganggap Angkasa sebagai kakaknya. Namun, setelah Alex tau bahwa Angkasa memiliki hubungan dengan Alifia Alex mulai tidak suka.

Alex dulu adalah teman Alifia saat SMA, ia sudah lama jatuh cinta kepada Alifia. Alex juga sering menyatakan perasaan kepada Alifia. Namun, Alex di tolak. Tolakan itu tidak membuat Alex Putus asa untuk mendapatkan Alifia, ia selalu berusaha semaksimal mungkin. Namun saat mengetahui fakta bahwa Angkasa dan Alifia akan menikah. Di situlah Alex mulai membenci Angkasa yang ia anggap sebagai kakaknya.

__________________

Hari berganti hari, kini tepat tujuh hari setelah kepergian salah satu putri dari Angkasa dan Alifia. Kehilangan itu masih membekas bahkan mungkin sampai selamanya.

Angkasa masih menyalahkan diri sendiri akibat kejadian ini, ia pun mulai menghilang dari publik. Banyak sekali wartawan yang ingin menemui keluarga Angkasa. Namun, untuk saat dan kedepannya Angkasa mungkin akan menghilang dari publik. Rumah Angkasa pun di jaga ketat oleh semua Bodyguardnya.

"Sampai kapan kalian akan begini?" tanya mama Angkasa. Mereka sedang berkumpul di ruang tamu. Di sana ada kedua orang tua Alifia dan mama Angkasa. Ayah Angkasa sudah meninggal dua tahun lalu jadi Mamanya lah yang selalu menemani Alifia dan Angkasa.

Mereka yang ada di sana hanya terdiam, semua merasakan kehilangan tapi tidak sepantasnya Kesedihan berlarut-larut sehingga yang membutuhkan kasih sayang malah di abaikan.

Mama Angkasa merasa kecewa dengan Angkasa dan Alifia. Selama seminggu ini mereka hanya melamun dan bersedih bahkan putri yang satu lagi mereka abaikan.

Putri mereka di beri nama Alda Haruka, itu adalah nama yang di berikan oleh Angkasa sendiri.

"Benar. Kita sama sama kehilangan, maka dari itu cobalah untuk kembali bersemangat jangan sampai Alda tidak menerima kasih sayang dari kalian berdua hanya karena kehilangan putri yang seharusnya memang hanya titipan Allah," ucap ayah Alifia juga memberi nasehat kepada Angkasa dan juga Alifia.

"Iya ayah, kami minta maaf. Memang seharusnya kami tidak seperti itu." Ucap Angkasa mengakui kesalahannya.

Malam itu pun hanya nasehat yang di terima oleh Angkasa dan Alifia. Kedua orang tua Alifia pamit untuk pulang, sedangkan Mama Angkasa memang tinggal serumah dengan mereka.

Angkasa menggendong Alda sambil menidurkan bayi itu, ia menatap lekat ke arah Alda, ia berjanji akan menjadi ayah yang baik untuk Alda.

terima kasih udah mampir di novel author semoga ceritanya menarik perhatian teman teman ya 🤗

jangan lupa untuk like vote dan komen ya biar author nya tambah semangat ni wkwkkwkw 🥴

_happ reading_

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!