Gua yang gelap, hanya ada suatu makhluk hampa yang memiliki kekuatan tersisa setelah berperang melawan para Pahlawan yang menumpas para bawahannya serta kepemimpinannya telah dihancurkan.
Dengan sisa sihir yang ia miliki, memanggil seseorang dari dunia lain dengan harapan ambisinya dapat diwariskan kepada generasi yang berikutnya.
Di atas batuan yang terdapat sebuah lukisan simbol pentagram matahari. Cahaya keunguan menyinari setiap garis yang membentuk simbol tersebut, sesosok manusia yang tengah pada posisi push up terlihat berada di tengah-tengah simbol pentagram tersebut.
Seorang remaja laki-laki yang tengah melakukan latihan fisik. Ia terbingungkan seraya melihat ke sekelilingnya yang gelap, namun terdapat suatu makhluk hampa yang keberadaannya dapat ia rasakan akan aura pekat yang dikeluarkan olehnya.
“Jangan-jangan ini yang disebut dengan dipanggil ke dunia lain?”
Ia bertanya-tanya kepada dirinya sendiri, karena situasi yang tidak ia ketahui saat ini. Remaja tersebut merubah posisinya menjadi berdiri, kedua kakinya cukup kesulitan berdiri akan kerikil karena ia tidak mengenakan alas kaki dan hanya mengenakan celana hitam panjang bersabuk tanpa mengenakan pakaian.
“Apakah kau yang memanggilku?”
Tanya pemuda tersebut, makhluk hampa yang memanggil remaja tersebut mulai mengharapkan ambisinya.
“Ya, daku adalah Raja Iblis yang telah dikalahkan oleh para Pahlawan. Daku memberimu perintah sebagai pemanggil dirimu, hancurkan para Pahlawan dan buatlah kekacauan di dunia ini!”
Ucapan dari makhluk hampa tersebut dapat dimengerti oleh pemuda tersebut. Ia merasakan bahwa bahasa yang berbeda dapat ia dengar dengan normal, dan apa yang ia katakan dalam bahasa asalnya dapat didengar jelas sesuai bahasa lawan bicara.
“Apa yang kau bicarakan seperti menyuruhku melompat dari lantai dua dan mendarat dengan pantat terlebih dahulu.”
“Apa yang kau katakan?”
“Maksudnya mustahil. Lebih baik kau panggil saja selain aku, permintaanmu terlalu egois. Tapi jika seperti itu, mari kita buat kesepakatan.”
Pemuda tersebut mulai memikirkan negosiasi yang akan dilakukannya dengan makhluk hampa yang memanggil dirinya. Tetapi ...
“Manusia rendahan sepertimu tidak berhak! Kau hanya harus mematuhi perintah dariku sebagai pemanggilmu!”
“Tetapi ... kau bisa apa sekarang? Saat ini kau sudah dikalahkan oleh para Pahlawan dan saat ini pastinya kau berharap sekali untuk mendapatkan bantuan. Jangan mimpi, kau bahkan tidak bisa memerintahku dengan paksa.”
Ucapan dari pemuda tersebut membuat makhluk hampa yang memanggilnya terdiam. Memang benar apa yang dikatakannya dan pemuda tersebut cepat tanggap hanya dengan melihat situasi dan kondisi saat ini juga.
“Kesepakatan apa yang kau inginkan?”
“Itu cukup mudah. Sama seperti yang kau katakan yaitu mengalahkan para Pahlawan dan membawa kekacauan ke dunia ini. Dan untuk syarat dariku, hanya ada satu ... ”
“Apa itu? Katakan.”
Pemuda tersebut menghela napas terlebih dahulu. Ia mengerti akan keadaan makhluk hampa yang memanggilnya dengan harapan terakhir dan ambisinya yang pupus.
“Mantan Raja Iblis, aku ingin kau beristirahat dengan tenang dan sisanya serahkan saja padaku.”
Kata-kata yang ia ucapkan membuat makhluk hampa tersebut kebingungan. Tapi jika ia menolak persyaratan tersebut, usahanya untuk meminta bantuan dengan memanggil makhluk dari dunia lain akan sia-sia dan hanya memanggil Pemuda yang ada di hadapannya saat ini.
“Jika aku menyetujuinya, apakah kau benar-benar akan melakukannya?”
“Ya, karena aku yang dipanggil makanya akan terjadi sesuatu. Karena kau yang telah memanggilku, setidaknya biarkan aku menghormatimu dengan kesepakatan ini.”
Setelah mengatakannya, pemuda tersebut tersenyum kecil seraya menatap makhluk hampa yang memiliki wujud berupa gumpalan asap berwarna hitam dan dikelilingi aura yang memiliki warna ungu kehitaman.
“Baiklah, daku percaya padamu. Tetapi, kau akan melewati jalan yang penuh darah. Kau mungkin akan membunuh manusia, dan paling terburuknya adalah kau yang membunuh Pahlawan.”
“Aku tanya balik. Kalau begitu, kenapa setiap penjahat harus kalah oleh Pahlawan? Kenapa mereka membunuh Raja Iblis sepertimu malah disebut-sebut sebagai Pahlawan? Bagaimana dengan Iblis yang membunuh manusia dan yang lainnya, bukankah mereka dianggap dengan makhluk keji yang tiada ampun terhadap manusia. Akan kukatakan sekali lagi, aku akan membunuh ... manusia yang tidak tahu diri.”
Makhluk hampa tersebut yang merupakan wujud dari Raja Iblis yang telah dikalahkan mulai memudar dan perlahan-lahan hawa keberadaannya menghilang. Pemuda tersebut berbalik badan lalu teringat bahwa ia tidak memiliki persiapan sama sekali.
“Dia pergi begitu saja. Sialan, aku tidak ada persiapan sama sekali.”
Pikirnya seraya berjalan keluar dari gua, ia berjalan secara hati-hati agar kerikil yang tajam tidak menusuk ke kakinya. Ketika ia keluar dari gua, ia seperti manusia purba yang telat menyadari peradaban.
Hanya ada celana panjang hitam yang bersabuk sebagai persiapannya. Tidak ada pakaian, sepatu atau pun yang lainnya. Namun sebelum makhluk hampa yang memanggilnya menghilang, ia mendengar bisikan berupa perintah dirinya untuk mengatakan ‘status’ di atas permukaan apapun itu.
Karena ia penasaran dengan hal tersebut, pemuda tersebut berjongkok lalu menatap rerumputan muda yang bergoyang akan hembusan angin segar. Ketika ia mengatakan status dengan pelan, muncul tulisan yang berasal dari dunia asalnya tepat di atas rumput bergoyang layaknya layar dalam sebuah permainan.
“Skill yang kumiliki adalah Absorber dan Companion. Yang lainnya tidak ada yang berubah sama sekali dan terdapat bar nyawa, ini sama seperti game.”
Setelah ia cukup memikirkan banyak hal akan status yang ia miliki. Pemuda tersebut berdiri lalu melakukan peregangan tangan, memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana lalu berjalan lurus untuk mencari tahu letak geografis saat ini yang ia pijaki.
Setelah beberapa menit berlalu, ia menemukan suatu monster yang bernama Slime. Karena ia bingung bagaimana cara menghajar Slime yang memiliki bentuk gumpalan lendir dengan suatu inti yang berada di dalamnya, ia menghancurkan Slime tersebut dengan cara menjatuhkan batu besar di atasnya sehingga Slime tersebut dapat dikalahkan olehnya dengan singkat.
Ketika ia melihat Slime yang mati tertimpa batu tersebut. Terdapat suatu bentuk yang memiliki warna menguap dari Slime yang mati tersebut, ketika ia langsung meraihnya dengan sekejap.
Terdapat informasi langsung yang ditunjukkan ke dalam pikirannya. Informasi tersebut mengenai mana, yaitu suatu kekuatan dari alam maupun diri sendiri yang dapat menghasilkan suatu kekuatan yang disebut sihir.
Hanya dengan mengingat mana yang ia sentuh secara langsung tadi, ia mulai membayangkan mana di tangan kanannya. Memang tidak terlihat, namun ia merasakan mana tersebut mengalir di tangan kanannya.
Pemuda tersebut mengambil napas panjang lalu menahannya seraya mengalirkan mana ke kedua kakinya. Ia fokus dengan satu tujuan, lompatan yang di luar akal manusia.
Dengan sekejap, ia melakukan lompatan ke depan dengan kedua kaki yang diperkuat oleh mana miliknya. Sehingga, loncatannya lebih bertenaga dan ia mulai menyadari kehebatan sihir yang ada di dunia ini.
“Sihir memang hebat, tetapi pakaian dan alas kaki sangat dibutuhkan saat ini.”
Rambut yang agak kusut dan penampilan tubuh yang agak kotor karena berjalan ke sana kemari di hutan ini. Rambutnya yang agak panjang hingga menutupi dahinya, membuat sebagian penglihatannya terhalangi beberapa helaian rambut.
Pemuda itu hanya mengalahkan Slime dengan cara menjatuhkan batu ke atas mereka. Seraya mencari jalan utama di hutan yang penuh dengan pepohonan, ia menemukan baju bekas yang bagian belakangnya robek.
Dari pada kedinginan tanpa mengenakan pakaian, ia memungut pakaian tersebut dan kini ia terlihat seperti pengemis. Hanya saja tidak ada cara lain, kini ia menemukan jalan lurus yang ukurannya cukup besar dan terdapat jejak roda serta langkah kuda yang tekanannya kuat.
Ketika ia tengah berjongkok seraya melihat ke bawah. Terdapat suara ranting pohon yang terinjak di belakangnya, ia segera pergi ke balik semak-semak lalu menunggu.
Dalam beberapa detik, terdapat sekelompok orang yang membawa pedang serta perisai bundar dan terdapat salah seorang manusia yang menyeret seekor serigala berbulu hitam menggunakan tali.
“Bagaimana yang di sana? Apakah sudah kau buru salah satu teman Serigala Harvod ini?”
Tanya salah seorang yang berjalan paling depan seraya membawa pedang di bahunya. Lima temannya menggelengkan kepala seraya menjelaskan bahwa mereka tidak menemukan Serigala Harvod yang satunya lagi.
Pemuda tersebut tidak sengaja saling bertatapan dengan Serigala Harvod yang diseret menggunakan tali. Matanya yang sayu dan napasnya yang sesak, membuat makhluk hidup yang diseret tersebut dapat ia rasakan perasaan dan penderitaannya saat ini.
“Yah ... membunuh enam orang sekaligus akan membuatku kesulitan setengah mati. Tapi karena aku belum pernah membunuh manusia, apa yang harus kulakukan?”
Pikirnya, meski begitu mereka pun tidak segan-segan pastinya untuk membunuh makhluk hidup yang lainnya. Karena itu, Pemuda tersebut pun beranggapan bahwa ia membunuh manusia karena mereka juga pembunuh makhluk hidup yang lainnya.
Ia menggenggam dua batu seukuran genggaman tangannya. Mengatur napas terlebih dahulu lalu mengalirkan seluruh mana ke setiap sel yang ada di tubuhnya.
Keluar dari semak-semak, berdiri di belakang keenam orang yang sudah lewat dari tadi. Ia mengambil napas panjang, berlari dengan cepat seraya mempersiapkan kedua tangannya.
Melompat dengan cepat, ia menghantamkan dua batu yang digenggam olehnya ke bagian belakang kepala dua orang yang ada di belakang. Serigala Harvod yang diseret itu pun terjatuh, luka di kakinya masih terbuka dan sepertinya ia terkena jebakan dan gagal kabur.
Empat orang sisanya langsung panik karena terdapat seorang Pemuda barbar yang menghantam dua kepala temannya. Dari pada melawan sisanya, pemuda tersebut langsung menarik tali yang mengikat serigala tersebut lalu kabur dengan langkah kaki yang cepat dengan sisa mana yang akan habis jika dipakai lebih lama.
* * * * *
Berdiam diri di bawah pohon, merobek sebagian bajunya lalu mengikatkan bagian yang dirobek tersebut tepat pada luka Serigala Harvod yang terkena jebakan di bagian paha.
Pemuda tersebut mengelus-elus kepala serigala tersebut seraya mengatakan baik-baik saja beberapa kali agar serigala tersebut tetap tenang. Karena ia masih lelah setelah berlarian seraya memangku serigala yang terluka, Pemuda tersebut pergi untuk mencari air.
Tidak jauh dari tempat sebelumnya, ia menemukan genangan air yang cukup bersih di atas permukaan tanah. Setelah menemukan air, ia segera kembali ke tempat di mana serigala yang terluka ia tinggalkan.
Dengan harapan serigala yang terluka itu masih hidup, ia segera kembali dengan cara berlari. Namun, terdapat serigala yang lain tengah menjilati luka yang telah ditutup menggunakan bagian robekan baju.
Serigala yang satunya lagi menyadari kedatangan si Pemuda. Ia memasang wajah permusuhan seraya memperlihatkan giginya yang tajam dan napsu pembunuh yang ia tunjukkan tertuju pada si Pemuda.
Ketika mereka berdua saling berhadap-hadapan. Serigala yang terluka melolong dan membuat Serigala Harvod yang menghampirinya terdiam lalu menoleh ke belakang.
Mereka berdua saling berkomunikasi, Pemuda tersebut masih memasang kuda-kuda jika saja Serigala Harvod yang akan menyerangnya siap menerjang. Tetapi, Serigala Harvod yang akan menyerangnya berjalan ke arahnya lalu menurunkan badannya dengan kepala yang menyentuh permukaan tanah.
Serigala tersebut mendengkur, perlahan-lahan Pemuda itu berjongkok lalu mengelus-elus kepala serigala yang entah kenapa menghormati manusia tersebut. Tetapi, ia teringat dengan suatu hal lalu segera memangku Serigala Harvod yang terluka ke tempat di mana ia menemukan genangan air.
Ia memangkunya lalu berlari dan diikuti oleh Serigala Harvod yang merupakan salah satu teman Serigala yang terluka tersebut. Sesampainya, Pemuda tersebut menggunakan tangannya sebagai wadah air lalu memberi minum kepada serigala yang terluka.
Setelah dirasa cukup, ia membiarkan serigala yang terluka tersebut berbaring sebentar sedangkan ia meminum sisa air di genangan tersebut yang memang merupakan air hujan. Untuk bertahan hidup tidak ada cara lain, karena dari awal pun manusia juga sudah sama busuknya.
Ketika ia selesai membasuh muka. Serigala yang mengikutinya melolong lalu mengibaskan ekornya beberapa kali seperti memberi perintah kepada si Pemuda.
Ia mengerti dengan hal itu, Pemuda tersebut lalu memangku Serigala Harvod yang terluka kemudian pergi ke suatu tempat seraya dipandu oleh Serigala Harvod yang satunya lagi.
* * * * *
Suatu tempat yang mereka tuju merupakan hutan yang dijadikan sarang Serigala Harvod. Kedatangan Pemuda tersebut tidak disambut dengan baik, namun Serigala Harvod yang memandunya menjelaskan kepada sekutunya lalu membiarkan Pemuda tersebut lewat meskipun masih memasang wajah permusuhan.
Ketika ia menurunkan Serigala Harvod yang terluka. Mereka berdua langsung dikerumuni oleh Serigala Harvod yang lainnya, satu persatu dari mereka mulai saling berkomunikasi.
Ada yang membawa beberapa daun, air pada wadah lalu Pemuda tersebut melepaskan ikatan yang menutupi luka yang timbul dari jebakan. Daun yang dibawa oleh salah satu Serigala Harvod ia makan terlebih dahulu, rasanya agak masam namun ia mengerti bahwa daun tersebut salah satu obat herbal.
Ia mengunyah beberapa daun tersebut lalu menempelkannya ke luka yang ada di paha. Sekali lagi, ia melepas pakaiannya lalu merobeknya lagi dan diikatkan pada paha Serigala Harvod yang terluka.
Dengan seperti itu, pertolongan pertama dapat dilakukan meski pakaian lusuh dan robek yang ia dapatkan menjadi berguna bagi yang lainnya. Sekawanan Serigala Harvod memberi rasa hormat kepada Pemuda tersebut dengan cara menurunkan badan mereka hingga menyentuh permukaan tanah.
Ia merasakan ada sesuatu yang berbeda dengan tubuhnya. Ia kembali berjongkok lalu mengatakan status seraya menatap permukaan tanah. Ia dikejutkan akan tulisan Companion yang di bawahnya terdapat kata Harvod Wolf.
Dengan kata lain, sepertinya ia telah dijadikan sekutu oleh para Serigala Harvod. Lalu ada satu hal lagi, setiap serigala yang menghormatinya mengeluarkan aliran mana yang diserap olehnya menggunakan skill khusus miliknya yaitu Absorb.
Setelah cukup lama, aliran mana telah diserap habis oleh dirinya sendiri. Ia menemukan tujuan awal, jika manusia merusak dan memburu habitat Serigala Harvod maka ada satu cara lain.
Dengan kata lain, menyerang balik Desa yang menyerang dan merusak habitat Serigala Harvod maka bukankah adil? Kini yang diburu menjadi pemburu dan pemburu menjadi diburu, itulah yang ia pikirkan.
Pemuda tersebut berdiri dengan tegap. Ia menghirup napas cukup dalam terlebih dahulu, karena teknik pernapasan selalu ia tekankan karena dapat menambah stamina dan kekuatan meskipun sementara.
“Aku sebagai sekutu yang kalian percayai. Meskipun kalian tidak mengerti dengan apa yang aku ucapkan. Namaku adalah Rindou, dan aku meminta bantuan kalian untuk menyerang Desa yang membuat hidup kalian tidak tenang.”
Para Serigala Harvod yang menghormatinya langsung melolong meskipun masih siang hari. Serigala Harvod yang lainnya perlahan-lahan mulai melolong, hutan ini dipenuhi kebisingan akan lolongan Serigala Harvod yang semangat dan harga dirinya diangkat kembali oleh sesosok Pemuda yang bernama Rindou.
“Saatnya tugas pertama dari Mantan Raja Iblis dilaksanakan.”
* * * * * *
Meskipun begitu ... Rindou masih memikirkan rencana penyerangan ke Desa ditemani dengan api unggun karena ia tidak mengenakan pakaian bagian atas karena dipakai sebagai perban.
Terdapat Serigala Harvod yang sebelumnya menjadi pemandu, menemani di sampingnya dan Rindou dapat mengenalinya karena di bagian wajahnya terdapat garis putih yang hanya ia miliki di kawanannya.
“Menyerang Desa dengan sekumpulan Serigala Harvod memang rencana yang bagus. Tapi kemungkinan akan ada Petualang yang disewa sebagai penjaga Desa tersebut, dua orang yang kemarin kuhantam dengan batu kemungkinan masih belum tewas dan mengalami cedera fatal. Jika menggunakan kekuatan yang aku dapatkan, Desa dapat diserang namun efeknya belum kucoba sama sekali.”
Seraya memikirkannya, ia mengelus-elus kepala Serigala Harvod yang menemaninya. Karena mereka kemungkinan besar dapat memahami satu sama lain, mereka berdua saling bertukar nama namun sang Serigala Harvod tidak memiliki nama.
Karena itu, Rindou menuliskan sebuah nama yang akan diberikan kepada Serigala Harvod yang menemaninya. Zeek, itulah nama yang ia berikan dan Serigala Harvod yang melihat tulisannya mulai mencakar-cakar nama yang ditulis Rindou.
Mereka berdua dapat berteman dengan baik. Meski begitu, Rindou mulai mengerti dengan apa yang dirasakan oleh Mantan Raja Iblis yaitu melindungi yang lemah dari sekumpulan manusia tidak tahu diri.”
“Tidurlah Zeek, besok pagi kita akan langsung menyerang Desa. Maukah kau membantuku?”
Tanya Rindou seraya mengusap-usap kepala Zeek. Zeek hanya menjawabnya dengan dengkuran, karena sudah malam maka Rindou pun mulai berbaring di atas rerumputan seraya memeluk Zeek karena suasana malam amat dingin apalagi ia tidak mengenakan pakaian.
Pagi sekali, Rindou dibangunkan oleh Zeek dengan cara diberi kentut tepat di depan wajahnya. Cara ini amat mujarab namun hati-hati karena korban akan mengamuk.
Rindou yang mencium aroma busuk, memejamkan matanya lalu menatap pantat berbulu dari Zeek yang baru saja kentut. Langsung saja, ia menampar pantatnya kemudian pergi jauh-jauh seraya mencari udara segar yang tidak terkontaminasi oleh kentut Zeek.
“Meskipun kemarin aku dapat mempengaruhi para Serigala Harvod. Untungnya keinginan mereka untuk membalas balik perbuatan manusia yang ada di Desa Kirel menjadikan pemicu utamanya mereka setuju denganku. Sedangkan Zeek, dia ingin membalaskan dendam dari temannya yang terluka.”
Pikir Rindou seraya membasuh wajahnya pada genangan air meskipun isinya sedikit. Rindou dan Zeek pergi ke bagian depan hutan tanpa melewati jalan utama ke Desa, Rindou memerintah agar para Serigala Harvod menyerang dari belakang dan Rindou sendiri datang dari depan sebagai pengembara numpang lewat.
Para Serigala Harvod menunggu perintah dari Rindou kecuali salah seorang serigala yang terluka kemarin karena ia terkena jebakan. Dengan satu kata dan ayunan tangan, Serigala Harvod langsung menyerbu Desa dari belakang dengan cara meloncati pagar yang ukurannya setengah meter.
Rindou segera pergi ke depan Desa di mana ia menggunakan jalan utama menuju Desa. Terdapat seorang petani yang berumur empat puluh membawa pisau menyadari kedatangan Rindou yang tidak mengenakan pakaian.
“Ada apa anak muda? Apakah kau baru saja dirampok?”
Tanya petani tersebut, Rindou menganggukkan kepala lalu menghampiri petani yang bertanya padanya.
“Begitulah Pak, ngomong-ngomong boleh saya pinjam pisau itu?”
Tanya Rindou seraya menunjuk pisau tajam yang dipegang oleh petani tersebut.
“Boleh saja, memangnya untuk apa?”
Tanya petani tersebut seraya memberikan pisaunya kepada Rindou. Ketika ia menerima pisau tersebut, Rindou langsung mengatur napasnya lalu menggunakan pergerakan cepat yang dihasilkan dengan pengaliran mana ke seluruh tubuhnya agar fisiknya lebih kuat dari biasanya.
Ia menebas leher sang petani, namun karena ia tidak tepat memotong arteri dan urat nadinya sehingga si petani tersebut belum mati sepenuhnya. Karena Rindou tidak ingin membuat si petani menderita lebih lama, ia memutar kepalanya dengan cepat.
“Memang benar. Membunuh seseorang memang sama dengan membunuh makhluk hidup yang lainnya, yang jadi pacuannya hanya mental dan ketentuan.”
Pikir Rindou, ia segera pergi ke dalam Desa untuk mencari tahu apa yang sudah terjadi. Ketika ia memasuki bagian dalam Desa, sudah terdapat sekawanan Serigala Harvod yang menyerang dan ada juga yang tengah melawan tiga Petualang yang menjaga Desa.
Rindou melihat setidaknya tiga Serigala Harvod telah dikalahkan dengan luka parah dan mungkin saja meninggal. Jika mereka terus melawan para Petualang, kemungkinan besar akan ada banyak korban jiwa dari Serigala Harvod.
Maka dengan berinisiatif, Rindou segera berlari lalu menggunakan kemampuan yang ia dapatkan setelah dipanggil ke dunia ini. Companion, itulah skill yang ia gunakan seraya berlari.
Tubuhnya mulai ditumbuhi dengan rambut hitam, fisiknya membesar dan matanya berubah menjadi binatang buas. Dalam sekejap, ia berubah menjadi sesosok manusia serigala yang disebut dengan Werewolf.
Yang Rindou rasakan kini adalah kekuatan fisiknya bertambah dan ia dapat menggunakan cakar tajam sebagai senjatanya. Dia dapat mendengar lebih baik dan penglihatannya lebih tajam, mengendus darah dan bau yang lainnya dapat dia rasakan dengan jelas.
Dengan cepat, Rindou berlari layaknya seekor serigala karena fisiknya lebih mendukung akan pergerakan binatang buas. Ia menerjang dari samping, tangan kanan ia ayunkan dengan cepat dan membuat salah satu Petualang langsung tewas dengan membantingnya lalu memotong urat nadi yang ada di leher.
Tersisa dua Petualang lagi, Rindou melolong dengan nyaring hingga semua Serigala Harvod mengerti dengan perintah dari lolongannya. Sekitar lima Serigala Harvod yang ada di sekitarnya, langsung menerjang dua Petualang yang tersisa dan menewaskan mereka dengan dicabik-cabik dan dipatahkan lehernya dengan gigitan yang kuat.
Yang tersisa hanya penduduk Desa. Para Serigala Harvod dan Rindou menyerang semua orang yang ada di Desa bersamaan anak kecil yang mungkin akan menjadi bibit dendam dan saksi yang mungkin saja tumbuh dengan kebencian yang mendalam.
Anak kecil diserang oleh para Serigala, sedangkan Rindou menyerang orang dewasa yang menggunakan senjata tajam berupa pedang, pisau, tombak, dan cangkul. Meskipun begitu, luka yang ia terima perlahan-lahan menutup meskipun membutuhkan waktu lama.
Hanya dalam dua jam, Rindou dan para Serigala Harvod memusnahkan satu Desa dengan serangan kejutan. Para Serigala Harvod memakan berbagai hewan ternak, sedangkan Rindou menenangkan dirinya terlebih dahulu dan perlahan-lahan wujudnya kembali menjadi seorang manusia.
Akan tetapi, efek dari kekuatan Companion yang ia gunakan muncul. Di kepalanya, terdapat telinga serigala yang tumbuh beserta ekor yang menjadi karakteristik dari seekor serigala.
Rambutnya memanjang hingga melewati bahu, matanya menjadi normal namun warna irisnya menjadi kuning sedikit keemasan. Dan satu lagi, gigi taringnya tumbuh dan dapat dilihat jika ia membuka mulutnya.
Hanya dengan seperti itu, Rindou mulai mengerti dengan kemampuan Companion yang ia gunakan. Kemampuan khusus yang ia dapatkan memang memiliki tingkatan yang bagus, namun ia tidak yakin dapat mengalahkan Pahlawan hanya dengan kekuatan yang ia miliki saat ini.
Zeek kembali ke tempat Rindou yang tengah membasuh tubuhnya yang dipenuhi darah di dekat sumur. Zeek melaporkan bahwa para kawanannya akan kembali ke sarang mereka, Rindou dapat mengerti perkataannya dan ia menyuruh Zeek untuk pergi terlebih dahulu.
Setelah Zeek pergi, Rindou mengecek statusnya seraya menatap genangan air yang ada pada wadah ember kayu. Di atas permukaan air, status miliknya ditampilkan dan terdapat beberapa perubahan.
Name : Rindou (?????)
Unique Skill : Companion \= Harvod Wolf Form (Werewolf)
Skill: Mana Manipulator, Animal Breath, Unleashed Form, Language Comprehension.
Setelah membaca perubahan dan beberapa skill baru yang tertulis. Ia menghela napas lalu status yang ada di permukaan air hilang, ia mengangkat ember kayu tersebut lalu mengguyur dirinya sendiri dengan air.
* * * * *
Rindou memutuskan untuk pergi seorang diri. Ia mengambil pakaian, sepatu, celana apapun itu yang menjadi persiapan awalnya salah satunya adalah uang. Membawa sebilah belati sebagai senjatanya dan ia pergi setelah menyiapkan persiapan tanpa berpamitan kepada Zeek maupun para Serigala Harvod.
* * * * *
Diperjalanannya menyusuri sepanjang jalan menuju kota. Ia berpas-pasan dengan seorang pedagang yang membawa kereta kuda sebagai tumpangannya.
Rindou menerima tawaran pedagang tersebut setelah beberapa kali mengajukan pertanyaan. Lagipula ini juga menjadikan keuntungannya untuk pergi ke kota yang akan dituju menjadi lebih cepat.
“Apa kau ada urusan untuk pergi ke Kota Morez?”
“Begitulah, ada yang ingin kupastikan.”
“Begitukah, tapi ini peringatan dariku. Lebih baik kau pergi ke Kota yang lain, Kota Morez saat ini akan membuatmu muntah.”
“Kenapa?”
“Kau tidak tahu? Kota Morez dipenuhi oleh budak dari ras Demi-Human sepertimu.”
Ucapan dari pedagang tersebut baru disadari oleh Rindou, ia baru saja menyadari bahwa telinga serigala serta ekor yang tumbuh menjadikannya mirip dengan sosok Demi-Human.
“Apakah memang seburuk itu?”
“Entahlah, yang jelas ... sejak Penguasa baru yang datang di Kota Morez. Pergerakan dan kebebasan Para Demi-Human dibatasi, sepertinya dia punya dendam pribadi.”
Rindou mengerti dengan hal tersebut. Bukan tentang dendam pribadi, Rindou mengerti akan manusia yang merasa dirinya makhluk paling sempurna.
Sedangkan para Demi-Human yang setengah-setengah pastinya dilakukan tidak adil oleh manusia yang menganggap derajatnya lebih tinggi.
“Manusia yang seperti itu ... harus dimusnahkan.”
To Be Continue .....
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!