NovelToon NovelToon

Assalamu'Alaikum Pak Polisi 2

Cerita Awal

"Pagi sayang... muuuuuaaacchhhh.... muuuuaaaaccchhhh. " sapa Meidina pada Radit setelah malam panjang, mereka lalui bersama.

Radit membuka kedua mata nya, dan langsung menarik tubuh istri nya kedalam peluk kan nya.

"Ih.. Abang lepas. "

"Nggak mau, Abang ingin meluk kamu."

"Mandi lagi, nanti sarapan. "

"Kan sudah mandi yank, masa mandi lagi. "

"Itu ada bekas air liur nya. " ucap Meidina sambil terkekeh dan Radit langsung mengusap nya.

"Satu jam lagi ya, Abang remuk semua nih."

"Di suruh siapa, tadi malam main nya nggak ada istirahat. "

"Permainan kamu, bikin nagih. "

"Sudah bangun, terus katanya mau ke bukit cinta. "

Kedua mata Radit langsung terbuka sempurna, Meidina membuka selimut yang menutupi tubuh Radit.

"Bangun Bang, saya sudah masakin Abang." ucap Meidina.

Kedua nya langsung tinggal di rumah baru, setelah proses akad nikah. Rumah, yang di siapkan oleh Radit untuk tinggal bersama Meidina.

"Masak banyak? kapan belanja? " tanya Bagas melihat isi meja yang penuh dengan lauk pauk.

"Tadi ada Mamang penjual sayur lewat. "

"Kalau begini, Abang bisa tambah gemuk."

"Biarin, biar nggak ada yang melirik Abang."

"Bingung, lauk nya macam - macam."

"Jadi mau yang mana? "

"Ikan goreng, sambal, sama lalap, terus sayur asem. "

"Ok, saya ambilkan ya Bang. "

Radit pun lalu, makan dengan lahap, Meidina tersenyum melihat suami nya begitu lahap makan masakan nya.

"Nggak makan Yank? "

"Nggak, lihat Abang kenyang. '

" Makan lah, masa nggak makan. Abang suapin ya? "

"Nggak ah, kenyang. "

"Nggak, Abang suapin. " ucap Radit langsung menyuapi Meidina.

"Abang nggak mau, kamu mengurus Abang tapi malah kamu nya tidak terurus. "

"Iya Abang sayang."

****

"Sayang, sudah siap? " panggil Radit

"Sudah sayang. " ucap Meidina sambil berjalan merapikan kerudung nya.

"Masya Allah, istri Abang cantik sekali." ucap Bagas.

"Ih.. Abang, bikin merah wajah Mei aja."

"Serius, kamu cantik banget sayang."

"Udah ih, jangan ngegombal terus, yuk berangkat. "

"Iya, kita jalan. " ucap Radit langsung membukakan pintu mobil untuk Meidina.

***

"Sayang, kita siap jalan kan? " tanya Bagas.

"Siap dong. " jawab Anisah.

"Sudah bawa nya ini saja? " ucap Bagas sambil mengangkat tas pakaian kedua nya.

"Sudah Mas, ini saja. "

"Semua nya sudah di kunci kan? "

"Sudah, kita jalan sekarang."

"Ok, kita ke puncak...!! " ucap Bagas langsung membukakan pintu mobil untuk Anisah.

****

"Akhirnya, bisa juga bulan madu disini." ucap Meidina saat sampai di sebuah villa di bukit Cinta.

Radit memeluk tubuh Meidina dari belakang, sambil bersama menatap indahnya pemandangan.

"Abang, makasih ya sudah bawa saya kesini. Impian saya kesini, terwujud juga. "

"Sama sayang, Abang akan turuti semua yang kamu mau."

"Abang memang suami idaman."

"Jelas , Radit gitu loh. "ucap Radit mengecup pipi Meidina.

****

Radit bangun dari atas tubuh Meidina, setelah melakukan penyatuan. Radit langsung memeluk tubuh Meidina dari belakang, dan mengusap perut istri nya yang masih rata.

" Semoga, kamu cepat hadir. "

"Baru saja berapa kali Bang. "

"Ya semoga saja, minggu depan jadi."

"Ih.. ngaco. "ucap Meidina.

" Bang, kalau misalnya saya tidak bisa hamil lagi gimana? "

"Kita usaha dulu, jangan berpikir seperti itu."

"Kalau, tidak keguguran pasti sudah besar, lagi lucu - lucu nya. "

"Abang akan, menghapus semua kenangan buruk kamu, berganti dengan kenangan yang indah."

"Jujur Bang, saya masih tidak menyangka. Kalau saya menikah sama Abang."

"Sama sayang, Abang juga tidak menyangka bisa memiliki kamu."

"Abang tidak menyesal kan? "

"Mau orang berkata apa, tidak ada kata penyesalan. "

Meidina membalikkan tubuh nya, kini saling berhadapan. Jemari nya, bermain di area wajah Radit.

"Wajah tampan ini, bakal terus di lihat setiap hari. "

"Sama, wajah cantik ini bakalan kangenin setiap saat. " ucap Radit mengecup bibir Meidina, dan Meidina membalas kecupan bibir dari Radit.

****

"Saya ucapkan terima kasih, untuk semua nya." ucap Abi Mulia pada Mami Rosa.

"Saya yang berterima kasih, hadir nya Meidina membuat hidup saya yang hampa terasa begitu berwarna. Dan kini, saya telah melepaskan gadis kecil yang kini sudah dewasa dan telah memiliki pendamping hidup.

" Mba Rosa, kalau boleh saya minta ijin. Apa Mba, mau menikah dengan saya? "

Mami Rosa tersentak kaget, saat mendengar ucapan Abi Mulia. Dan Mami Rosa hanya, melemparkan senyum ke arah nya.

"Sa - saya. " ucap Mami Rosa.

"Tidak perlu di jawab sekarang, apapun jawaban nya saya akan terima. Saya kenapa, bicara seperti, karena melihat Sahara begitu sangat dekat sama mba Rosa."

"Beri saya waktu."

****

"Abang... ih.. geli sudah dong Bang."

"Abang , nggak akan lepasin kamu selama kita bulan madu. " ucap Radit, yang terus menahan Meidina di atas tempat tidur.

"Abang, tadi kan sudah, masa sih mau lagi. Kita berhenti nya, kalau mau shalat saja. Capek Bang, masa bolak balik kamar mandi, keramas terus." ucap Meidina berusaha menyingkirkan tangan Radit, yang terus memeluk nya.

"Nggak akan Abang lepaskan."

"Abang....!!! "

Radit langsung menarik selimut, hingga menutupi kedua nya. Terlihat Meidina berusaha untuk lepas, namun tenaga nya tak sebanding dengan tenaga Radit. Hingga terjadi kembali, di balik selimut penyatuan cinta kedua nya.

****

"Apa Mami? " ucap Meidina kaget, hingga Radit langsung menatap ke arah istri nya.

"Mami juga, nggak menyangka. Tidak ada angin, tidak ada hujan. Abi kamu, ngajak nikah Mami. "

"Terus jawaban Mami apa? "

"Mami bingung, mau jawab apa. "

"Kalau itu, terserah Mami, saya nggak bisa ngomong. "

"Mami, ngerasa nggak pantas saja. Kalau seorang ustadz tiba - tiba, ngajak Mami menikah. Mami kan, bukan wanita baik - baik."

"Kalau Mei, jujur setuju saja kalau Mami menikah sama Abi. Mei, kan jadi memiliki orang tua yang lengkap."

"Tapi Mei, Mami tidak memiliki rasa sama Abi kamu. Apalagi, buat kepikiran nikah."

"Ya sudah, Mami pikirkan matang - matang, untuk memberikan jawaban sama Abi."

"Iya Mei, Mami akan pikirkan lagi. Ini Mami, masih shock loh. Mami seperti nya, tidak bisa tidur untuk malam ini."

"Santai Mami, santai."

Setelah Meidina mengakhiri panggilan telepon nya, Radit bertanya dengan apa yang sedang terjadi.

"Kenapa Yank? "

"Abi, mengajak Mami menikah. "

"Abi!!! serius? "

"Serius Bang, saya juga tidak menyangka. Abi, ngajak Mami menikah. Menurut Abang gimana? "

"Ya setuju saja, Mami Rosa kan janda, dan apalagi dia orang tua angkat kamu. Dan Abi kamu duda, apa salah nya kalau memang mereka harus menikah."

"Ini seperti mimpi Bang. "

"Mimpi indah. "

"Iya, mimpi indah. Dan memang tidak ada, kepikiran Abi melamar Mami."

*****

"Abi, ingin menikah sama Mami Rosa? " ucap Anisah kaget.

"Iya nak, apa kamu setuju? " ucap Abi Mulia.

"Ntar dulu, kenapa Abi tiba - tiba, minta ijin menikah lagi? "

.

.

Menolak Ijin

"Nggak Abi, saya tidak setuju." ucap Anisah, dan Bagas langsung menoleh ke arah Anisah.

"Kenapa, kamu tidak setuju? "tanya Abi Mulia.

" Abi tidak paham ya, kalau saya itu benci yang nama nya Ibu tiri. Benci yang nama nya, kehadiran orang lain di dalam kehidupan keluarga kita. Apa Abi, tidak ingat begitu saya sangat tidak suka, dengan almarhumah Umi Sarah. Saya kira, Abi tidak akan menikah lagi, tapi Abi malah ingin menikahi orang tua angkat Meidina."

"Abi, ingin di hari tua ada yang menemani. Kalian, tidak akan mungkin bisa selalu temani Abi. Hanya itu, yang Abi ingin kan."

"Bisa kan, tidak harus menikah lagi. Saya juga bisa, menemani Abi sampai tua nanti, sampai akhir hayat nya. Tidak harus dengan menikah lagi, pokok nya saya tidak setuju."

"Anisah, Abi itu niat baik. Apa salah nya, kalau kamu restui keinginan Abi." ucap Bagas.

"Mas, saya itu tidak suka, kalau tidak ya tidak. Jangan mentang - mentang sesama pria, kamu ijinkan Abi untuk menikah lagi. "

"Anisah, lagian Abi menikah, dan Mami Rosa usia nya juga sudah tidak memungkinkan memiliki anak."

"Bukan masalah itu Mas, saya tidak mau punya Umi tiri. " ucap Anisah langsung pergi.

"Abi, maafkan Anisah. "

"Iya kak, tidak apa - apa. "

"Saya, akan bicara baik - baik sama Anisah."

****

"Kamu tidak boleh seperti itu, sama Abi. Bagaimana juga, dia orang tua kamu. Abi, ingin ada yang menemani di usia senja nya." ucap Bagas.

"Mas, kamu pikir, saya tidak sanggup apa mengurus Abi. Tidak harus, dengan menikah lagi. Sekali, saya tidak setuju, tidak setuju."

"Apa Karena, Mami Rosa seperti Meidina? "

"Kamu paham kan Mas. "

"Mami Rosa, sudah insaf. Dan itu bagian masa lalu, dan apa bedanya dengan Meidina yang dulu kamu ingin dia hijrah."

"Tapi bukan untuk, jadi Umi saya Mas. "

"Satu dua dengan kasus Meidina, kamu asli nya menerima tidak memiliki saudara seperti Meidina? "

"Saya terima Mas, terima. Tapi tidak dengan Mami Rosa, saya tidak mau memiliki orang tua tiri."

"Ok, itu alasan kamu. Dan Abi pun, menyadari kalau kita tidak mungkin akan selalu ada, apa Abi mau ikut dengan kita? apa salah nya, kamu katakan setuju, dari pada Abi Zina. Abi itu seorang pria, pasti ingin ada yang mengurus nya. Anak dan istri, cara nya itu beda. Kita sudah dewasa, apa karena masa lalu Abi kamu, menyakiti hati Umi kamu. Dan cukup hanya, Umi Sarah saja yang jadi orang tua tiri kamu. Dan kamu harus tahu, Meidina korban nya. Mas, tidak membela Abi, tapi pikirkan lagi baik - baik, apalagi Mami Rosa itu dekat dengan Meidina. Mungkin salah satu nya, agar bisa dekat dengan Meidina juga. Kamu sadar nggak? kalau Meidina itu lebih dekat dengan Mami Rosa dari pada Abi. "

"Tapi tidak dengan menikah sama Mami Rosa. "

*****

"Abang, kita jadi pulang hari ini kan? " tanya Meidina pada Radit, yang masih setia memeluk tubuh istri nya yang hanya berbalut selimut.

"Iya, nanti sore aja ya. Abang masih betah begini. " ucap Radit tambah mengeratkan pelukan nya.

"Bang, dua minggu lagi, kita resepsi pernikahan loh. Abang santai aja, nggak mikirin apa - apa. "

"Sayang, semua nya kan sudah 100 persen, mau apa yang di kerjakan."

"Tetap saja, ibu sama Ayah yang kesana kemari, sedangkan kita asik - asik an bulan madu. Udah lebih dari tiga hari loh."

"Ini punya istri bawel banget sih."

"Awwww... ih Abang. " Meidina memukul tangan Radit, yang memegang dengan keras salah satu bagian dada Meidina.

"Habis, ngoceh terus. Yuk, kita bikin dede lagi, terus kita pulang."

"Ini punya suami, kerjaan nya ngajakin bikin anak terus, istirahat dulu kenapa. "

"Habis, kamu candu buat Abang."

"Candu sih candu, minta istirahat sebentar saja. "

"Ok, hanya 10 menit. "

"Kok 10 menit, 2 jam ya."

"Nggak bisa. "

"Ih nggak adil. "

"Dosa, loh nolak suami."

****

"Anisah." ucap Mami Rosa, saat Anisah datang ke rumah nya.

"Masuk Anisah."

Anisah pun masuk, setelah bersalaman dengan Mami Rosa, lalu duduk di sofa tamu. Dan Mami Rosa, melebarkan senyum nya pada Anisah, tapi tidak dengan Anisah.

"Mau minum apa? "

"Tidak usah repot - repot, saya hanya ingin kasih tahu Mami, tolong tolak lamaran Abi."

Mami Rosa tersenyum, ke arah Anisah. Tidak dengan Anisah, hanya menatap lurus ke arah Mami Rosa, yang kini duduk berhadapan lurus dengan nya.

"Mami, belum kasih jawaban sama Abi kamu, dan Mami juga kaget, secara tiba - tiba Abi kamu, bicara seperti itu. "

"Jadi, Abi sama Mami itu, sebenar nya belum terjadi suatu hubungan? "

"Anisah, Mami saja kan komunikasi sama Abi kamu itu , bisa di hitung sama jari. Dan awal nya juga, tidak ada yang lebih, baru kemarin. Makan nya, Mami itu kaget, tiba - tiba Abi kamu meminta Mami jadi istri nya."

"Tolong Mami, jangan diterima. Karena saya, tidak Mau memiliki orang tua tiri. Cukup, Umi nya Meidina saja. "

"Baik Anisah, Mami akan berikan jawaban itu."

"Terima kasih Mami, kalau begitu saya pamit. Assalamu'alaikum. "

"Walaikumsalam."

Mami Rosa menggelengkan kepala nya, dan saat membalikkan badan sudah ada, Wulan dan Eva.

"Mami kalau jadi menikah, sama Abi nya Meidina. Apa sanggup memiliki anak tiri seperti dia? " ucap Wulan.

"Seperti nya, dia keras kepala. Dan hanya ingin, menang sendiri saja." ucap Eva.

"Sudah, lagian juga Mami masih mikir - mikir lagi. " ucap Mami Rosa langsung pergi.

"Kamu, setuju tidak sih kalau Mami nikah sama Abi nya Mei? " tanya Eva pada Wulan

"Setuju saja, tapi apa kamu tidak lihat. Belum apa - apa, anak nya sudah datang kesini. Gimana kalau, jadi nikah. Seperti nya, bakalan ngamuk - ngamuk disini."

"Benar kata kamu, tapi kayak nya si Mei sih setuju saja." ucap Eva.

"Jelas lah, watak nya juga beda. Walau masih satu Pabrik, tapi kan beda cetakan. " ucap Wulan, lalu kedua nya saling tertawa.

****

"Saya masih di jalan Anisah, memang nya ada apa? " ucap Meidina saat menerima telepon dari Anisah.

"Ya sudah, kamu ke rumah saya. Jangan dulu pulang ke rumah kalian." ucap Anisah dari seberang.

"Baik, mungkin satu jam lagi sampai."

"Ya sudah, saya tunggu. Assalamu'alaikum."

"Walaikumsalam." ucap Meidina mematikan ponselnya.

"Ada apa? " tanya Radit.

"Kita ke rumah Bang Bagas dulu. "

"Ada apa? "

"Tidak tahu, Anisah minta kita kesana. "

"Ok, kita ke sana. " ucap Radit, langsung berbelok ke arah jalan menuju ke rumah Bagas.

"Ada masalah apa ya, Anisah tumben minta kita kesana, seperti penting begitu."

.

.

.

Tidak Merestui

"Hi.. Radit, Mei" sapa Bagas, langsung menyambut kedua nya.

"Baru pulang? " tanya Bagas.

"Iya nih, istri kamu suruh kita kesini dulu." jawab Radit.

"Kira - kira ada apa ya Bang? " tanya Meidina.

"Nah, Abang kurang tahu ya. Nanti tinggu saja, dia sedang pergi ke minimarket seberang." jawab Bagas.

"Gimana bulan madu nya lancar? "

"Lancar, tapi Nyonya minta pulang terus.'

" Ih.. minta pulang lah, memang nya Abang nggak mau kerja. Terus saya makan apa? "ucap Meidina.

"Makan cinta dong sayang."

"Nggak kenyang, kalau belum makan nasi." ucap Meidina dan membuat Bagas tersenyum.

Anisah datang dengan membawa barang belanjaan, dan langsung bercipika cipiki dengan Meidina.

"Kalian mau pada minum apa? atau makan. Habis perjalanan jauh, pasti capek." ucap Anisah.

"Nggak perlu repot - repot." ucap Meidina.

Anisah lalu duduk di samping Bagas, setelah membuatkan sirup dingin rasa leci.Dan beberapa kue kering, yang di suguhkan untuk Meidina dan Radit.

"Begini Mei, saya hanya ingin kasih tahu kamu, kalau Abi ingin menikah dengan Mami Rosa. "

"Iya, kemarin Mami sempat telepon saya, bahas masalah itu. Terus gimana? "

"Jujur, saya tidak setuju. Makan nya, saya undang kamu kemari, untuk bahas ini."

"Kalau saya pribadi, nggak masalah. kalau Abi , ingin menikah lagi. Lagian, Mami Rosa baik kok orangnya. "

"Nggak, saya tidak setuju. Karena saya, tidak mau memiliki orang tua tiri. Baik bagi kamu, tapi tidak bagi saya."

"Abi, mungkin ingin ada yang menemani di hari tua nya, mungkin tujuan nya itu."

"Kita juga, bisa menemani Abi di hari tua. Apalagi, nanti kalau kita memiliki anak, bisa menghibur Abi." ucap Anisah, sedang Bagas dan Radit hanya menjadi pendengar.

"Saya juga belum tahu banyak, dari Mami dan Abi, kan saya baru saja pulang. Kita ini, nggak pulang dulu ya Bang, langsung kemari. Takut nya, ada berita penting apa. "

"Iya, kalau kita pulang dulu, yang ada kepikiran terus. " ucap Radit.

"Anisah, Mas sependapat sama Meidina." ucap Bagas.

"Nggak, kalian tidak boleh, ada yang memberikan restu. Dan kamu Mei, ajari Mami kamu. Untuk tidak tergoda dengan, bujuk rayuan Abi. "

"Iya Anisah, saya akan kasih tahu Bund."

****

"Bang, saya tuh jujur. Dukung saja, apa keputusan Abi, kalau saya bilang menolak, saya malah mematahkan hati Abi."

"Abang mengerti, mungkin disisi lain, posisi Umi nya Anisah tidak bisa terganti kan, makan nya Anisah menolak. " ucap Radit sambil mengusap kepala Meidina.

"Mungkin juga Bang, tapi saya juga belum tahu, gimana tanggapan Mami, soalnya Mami kan belum kasih jawaban."

"Menurut Ayank, Mami nerima nggak? "

"Kemarin sempat bilang, kaget dan memang tidak punya rasa apa - apa."

****

"Kemarin Anisah sempat kesini, melarang Mami untuk menerima lamaran Abi kamu." ucap Mami Rosa.

"Ya sama Mami, sama Mei juga gitu, ya kan Bang." ucap Meidina.

"Iya Mami, kita di perjalanan pulang, suruh mampir ke rumah nya, ternyata bahas masalah ini."ucap Radit.

"Jujur, Mami tuh belum ada rasa Mei, nggak ada pikiran untuk dekat sama Abi kamu. "

"Mami, kalau Mei, tidak melarang Mami atau pun Abi, Mei setuju saja. Bahkan, terlihat juga Bang Bagas setuju, Bang Radit setuju, tapi kan mereka berdua hanya menantu. Sedang kan Anisah, tidak mengijinkan yang anak sendiri. Ini juga, saya belum tahu, bagaimana tanggapan dari keluarga besar. "

"Sudah, jangan bahas lagi, masalah Abi kamu. Sekarang kita fokus, sama resepsi pernikahan kalian." ucap Mami Rosa.

"Mami, cepet ya, nggak nyangka. Kemarin nikah, sebentar lagi resepsi. Dan sebentar lagi, ada Radit junior hadir. " ucap Radit.

"Amin..!! " ucap Mami Rosa dan Meidina bersamaan.

"Bang Radit, sudah ingin jadi Ayah banget nih Mam."

"Yaiyalah, tujuan menikah itu apa sih, selain ingin punya anak. "

"Tapi kan, apa kata yang di atas Bang, semuanya Allah yang mengatur. Kalau belum, di percaya ya belum di kasih. Kalau sudah waktu nya, pasti di kasih. "

"Kita kan sebagai manusia, doa dan usaha, jangan sampai lepas."

****

"Gimana sayang, kemarin bulan madu nya? " tanya Ibu Heni.

"Senang banget Bu, apalagi Bang Radit nggak mau pulang. " jawab Meidina.

"Betul Radit? "

"Ibu ini gimana, namanya juga pengantin baru. " ucap Radit sambil menyandarkan kepala nya di bahu Meidina.

"Tuh, lihat Bund, Abang manja banget, waktu sebelum nikah begini nggak? " ucap Meidina.

"Boro - boro begitu, waktu masih kecil iya. Sekarang sih nggak. "

"Sekarang kan beda bu, apa segala sudah ada yang mengurus, mulai dari pakaian, makan sampai bangun kadang di bangunin."

"Dasar, manja. " ucap Ibu Heni tersenyum.

****

"Abi serius sama Mami Rosa? " tanya Meidina.

"Abi serius nak, Abi merasakan sangat cocok. Apalagi, dia sayang sama kamu." jawab Abi Mulia.

"Tapi Anisah tidak setuju Abi, saya tidak bisa berkata apa - apa lagi. Kalau Mei, setuju saja. Tidak melarang Abi untuk menikah lagi. "

"Terima kasih Nak, nanti Abi akan bicara lagi sama Anisah."

"Kalau keluarga besar bagaimana? "

"Kalau mereka tidak banyak bicara, selalu mendukung keputusan Abi. Dengan menikahi Mba Rosa, Abi tidak lupa dengan Almarhumah Umi Salmah dan Umi Sarah, dia akan tetap selalu ada di hati Abi. " ucap Abi Mulia.

"Saya akan mendukung apapun itu keputusan Abi, bagi Abi yang terbaik, bagi saya pun yang terbaik. "

"Terima kasih Nak. "

"Sama - sama Abi." ucap Meidina memegang tangan Abi Mulia.

****

"Anisah, apa kamu tidak ingin Abi kita bahagia?

" Kamu itu paham nggak sih Mei, saya tidak mau ya tidak mau, tidak setuju. Umi saya hanya Umi Salmah, tidak ada yang bisa di gantikan. Begitu juga, dengan kehadiran Umi Sarah, saya tidak pernah menganggap dia ada."

"Saya paham disini, saya memang anak dari istri kedua. Kamu pantas seperti ini, apa kamu tidak mengabulkan nya, untuk Abi di usia senja nya. "

"Saya akan rawat, dan hibur Abi, tidak mesti harus menikah lagi. Kalau kamu tidak mau, merawat Abi ya sudah, biar saya saja. Dari dulu juga saya, yang dekat sama Abi. "

"Bukan begitu Anisah. "

"Sudah jangan bahas masalah itu, kamu fokus saja dengan persiapkan resepsi pernikahan kamu."

Meidina hanya mengehela nafas panjang, menatap saudara nya, yang sedang menatap kesal ke arah nya.

"Ya sudah, kita bicarakan baik - baik lagi, dengan Abi. Dan Mami Rosa juga, belum tentu mau karena belum kasih jawaban."

****

"Bunda...!!! "

Seorang wanita terbelalak kaget, saat seorang wanita yang telah lama pergi, kini kembali. Air mata, yang tidak terbendung membuatnya, menangis dan langsung memeluk seorang wanita, yang kini berada di depan mata nya.

"Kamu...!!! hiks.. hiks.. hiks...

" Bunda...!!! "

"Ini kamu? "

.

.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!