NovelToon NovelToon

Mengasuh Raja Iblis

Pria Berjubah

Sudah berhari-hari berlalu, badai salju dan juga angin yang berhembus tampaknya kian mereda. Setelah seminggu lebih prahara disertai kapas beku menghantam negara Selandia Baru, khususnya kota Christchurch. Akhirnya usai juga, meski malam ini hawa masih terasa dingin akibat tumpukan es halus di jalanan.

"Jaket mu tipis sekali, di luar dingin," kata Kasir minimarket peduli.

"Iya, aku juga tahu. Tadi buru-buru, gak sempat ambil jaket." jawabnya ringan. "Bayar pake card."

Yui Maona gadis berusia dua puluh tiga tahun itu kemudian keluar dari minimarket, berjalan kaki menuju apartemen yang tak begitu jauh dengan menjinjing tas belanja. Cuaca begitu buruk saat ini, bahkan baju rajutnya sampai tak kuasa menahan dingin yang menusuk.

Dari kejauhan dia melihat seorang pria dengan pakaian yang begitu mencolok. Pria itu tampak aneh, Yui jadi sedikit ragu untuk melintas dari depan pria di sana.

Hanya itu satu-satunya jalan menuju apartemen mewah miliknya. Yui memberanikan diri dengan penuh siap. Dia menghembuskan nafas dalam-dalam dan mencoba tetap santai saat berjalan dari depan pria dengan baju bak anggota militer kerajaan.

"Dia gak ganggu, dia gak ganggu," ucap Yui berkali-kali dengan pelan untuk meyakinkan diri.

Drap!

Terasa sentuhan keras dari belakang, sebuah tangan menahan langkahnya yang gemetar. Tercium bau darah pekat yang begitu menusuk. Pria aneh tadi?

"Tolong aku!" Suara lirih terdengar berat di telinga Yui. Hembusan nafasnya terdengar lemah.

Pria aneh dengan tubuh berlumur darah tiba-tiba memeluk Yui dari belakang. "Kya! Orang gila!!!" Yui berteriak sambil mencoba melepaskan dekapan pria itu. Tapi sayang, pria itu begitu kuat. "Lepasin, gak?!" tambah Yui mengancam. Suasana semakin mencekam. Nafas pria itu semakin keras berhembus di telinganya. Sangat dekat, hingga Yui susah bergerak. Wanita mana yang tidak mati ketakutan ketika mengalami kejadian naas seperti ini?

"Sebentar lagi, biarkan tetap seperti ini. Jangan lepaskan!" pinta pria itu dengan suara berat.

Deg!

Yui dengan seluruh tenagan mengunci tangan pria itu, lalu membanting tubuh lemah pria tersebut. Pria berjubah hitam itu terkapar ke jalan yang licin. "Untung aku jago taekwondo. Gak sia-sia juga jadi juara satu bertahan," kata Yui dengan bangga.

Suara benturan terdengar keras, pria itu sampai tak sadarkan diri karena ulah Yui Maona. Gadis itu terlalu keras terhadap orang yang tak dikenal itu. Untungnya tidak ada cedera yang serius di kepala. Tapi bagaimanapun jika ada orang lain melihat kejadian ini, yang akan dihukum adalah Yui. "Aku terlalu keras membantingnya."

Akhirnya dia membawa pria itu sebagai pertanggung jawaban atas ulahnya. Dia takut jika terkena kasus.

Yui harus mengobati pria itu hingga siuman. Bukan karena memiliki iba, tapi dia takut jika pria itu menuntut Yui hingga mempermasalahkan kejadian hari ini ke kantor polisi. Untuk menghindari kericuhan di kemudian hari, Yui harus menyelesaikan semua hingga bersih.

Dia memapah pria itu seorang diri ke apartemen miliknya. Untung saja dia tinggal hanya seorang diri, dan ada satu kamar yang tidak digunakan. Dia meletakkan pria itu di atas ranjang kemudian membersihkan seluruh tubuh pria yang berlumur darah tersebut. Perlahan dia membuka pakaian aneh pria itu.

Betapa terkejutnya Yui, begitu banyak bekas luka di tubuh pria itu. Entah apa yang sudah dilaluinya hingga mendapatkan luka mengerikan ini.

"Apa dia mungkin pembunuh bayaran? Cyber? Spy?" tebak Yui mengira-ngira.

Tentunya luka tubuh mengenaskan itu tak akan bisa diatasi oleh Yui. Bekas sayatan itu harus ditangani langsung oleh pihak medis secara intensif. Perlu melakukan jahitan untuk menutup luka itu. Darahnya masih begitu segar, batin Yui yakin bahwa pria itu baru saja berkelahi.

"Bawa ke rumah sakit aja deh," katanya. Sebelum Yui mengantarkan pria itu ke rumah sakit, dia membalut luka di tubuh pria itu dengan perban dan kasa, menurunkan resiko kehilangan banyak darah.

Ketika Yui mencoba mengangkat tubuh pria itu, tiba-tiba dia bergerak. Dia meringis kesakitan meski matanya masih saja tertutup.

Sontak Yui melepaskan pria itu hingga terhempas ke atas ranjang empuk itu. "Astaga! Kamu gapapa, kan?"

"Agh," rengis pria itu lagi. Kini kesadarannya sudah kembali. Mata indah bak permata itu menatap Yui dengan pandangan menyedihkan. Bibirnya yang merah mulai terbuka dan berusaha untuk bersuara.

"Ka-Kamu… eh, bentar." Yui mengambil air hangat hendak memberi pada pria itu.

"Berhenti!" Tangan pria yang begitu dingin dan berurat menarik tubuh Yui. Dia duduk dari tidurnya, lalu dengan cepat mencium bibir Yui yang masih suci.

Yui melotot tidak dapat berkata-kata. Matanya membulat, sejajar dengan bola mata pria tersebut. Sejenak dia terlena, dia hanya tidak menyangka seseorang begitu lancang terhadapnya.

"Brengsek!" Yui mendorong tubuh pria yang terluka parah itu. Meski Yui mengakui ketampanan pria itu, tetap saja dia merasa dilecehkan.

Tidak hanya sampai disitu saja. Sekali lagi pria itu menarik tubuh Yui yang ramping ke dekapannya, lalu mencium bibir gadis yang sedang gemetar ketakutan tersebut. Kali ini durasi berjalan lama. Pria tersebut mendekap dengan kuat hingga seluruh tulang Yui terasa hampir patah. Yui tidak bisa bernapas, karena pria itu terus memburu.

"Lepasin!!!" Yui sampai batuk karena sesak napas. "Aku bakal laporin kamu ke polisi!" ancam Yui yang sudah ketakutan. "Dasar cabul!"

Pria itu tidak menghiraukan Yui. Dia membuka perban yang baru saja dibalut oleh Yui. Dia begitu fokus hingga tak sadar bahwa ada seseorang yang terus mengamuk dan memakinya.

"Ternyata benar," katanya sambil tersenyum tipis. Dia lega, terdengar jelas dari hembusan nafasnya.

Kala itu Yui sedang memegang sapu di tangan untuk berjaga-jaga.

Trak!

Sapu di tangannya jatuh. Yui terkejut melihat luka di tubuh pria itu hilang seketika. Padahal jelas sekali bahwa tadi banyak bekas sayatan di sana. Bagaimana bisa mungkin? Yui semakin ragu tentang kejadian hari ini. Begitu aneh bahkan dia berpikir bahwa semua hanyalah mimpi.

"Siapa kamu?!" tanya Yui ketakutan. "Kamu dukun?"

Pria itu menoleh ke arah Yui, dengan angkuh dia membusungkan dadan seraya tersenyum. "Aku adalah Raja Iblis, Ken Reymond," katanya dengan bangga.

"ODGJ ini orang," umpat Yui dengan tampang merasa jijik.

"Kini kerajaan milikku tengah hancur, untuk menyelamatkan diri, aku harus bersembunyi di planet ini," sambungnya lagi.

"Stop! Jangan lanjut. Aku bakal telepon polisi sekalian biar dibawain ke rumah sakit jiwa. Sakit parah otak kamu," ucapan begitu tajam keluar dari mulut Yui. Bagimana tidak? Pria yang bernama Ken Reymond itu benar-benar membuatnya pusing. Semua tampak sulit sejak pria itu muncul. "Kenapa cowo ganteng gini bisa sinting, yah?" decak Yui menyayangkan wajah pria itu.

"Di tubuhmu terdapat sumber kekuatan. Luka ku pulih berkat kau. Aku akan memberikan imbalan atas jasamu hari ini. Aku Raja Iblis, Ken Reymond …."

"Husss … cukup cukup! Terserah deh mau kasih imbalan atau enggak, aku ga peduli. Dasar orang gila!" timpal Yui memotong kalimat panjang bak pidato yang baru saja diucapkan Ken.

"Aku akan menghitung penghinaan mu sebagai dosa."

"Penghinaan? Yang kurang ajar itu kamu! Udah syukur aku mau tolong kamu, tapi kamu malah cium sembarangan." Pipi Yui memerah ketika mengakui tentang ciuman tersebut.

"Aku lelah, keluar dari sini!" perintah Ken Reymond dengan lancang.

"Apa?! Kamu ngusir aku? Parah! Ga ada malu yah kamu. Ini apartemen aku loh, harusnya aku yang ngusir kamu dari sini!" tukas Yui berapi-api. Dia begitu kesal melihat tingkah pria itu. Kesalahannya adalah bertemu dengan Ken Reymond, begitu banyak kesialan yang terjadi sejak bertemu pria itu.

Pria yang Aneh

Mereka terus bertengkar dan adu mulut saling mengutuk. Hingga Ken merasa lelah. Dia akhirnya menceritakan kepada Yui kisah di balik tubuhnya yang terluka.

Meski menganggap Ken gila, Yui tetap mendengarkan Ken merawi, meksi tak satu pun dipercayainya, semua terdengar seperti dongeng dan bual belaka.

Ken Reymond adalah seorang raja dari para Iblis di Langit. Dia merupakan penguasa negeri dan ditakuti oleh siapapun. Namun suatu ketika, peperangan terjadi antara Iblis dan Dewa akibat perebutan suatu benda yang menjadi sumber keabadian dan kekuatan, disebut dengan batu Osct.

Kastil Easle hancur dalam satu malam ditaklukkan oleh Dewa di Langit. Perselisihan sudah lama terjadi, sekitar dua puluh tahun lalu, namun kini membara kembali karena kehausan bangsa Dewa. Tidak cukup hanya merampas batu Osct dari bangsa Iblis, kini para Dewa juga ingin menguasai Kastil Easle milik Ken Reymond.

Kekuatan bangsa Dewa begitu besar karena telah memiliki batu Osct sebagai senjata mereka. Selama satu tahun bangsa Iblis dijajah, tepat beberapa hari yang lalu, bangsa Iblis mengalami kekalahan. Ken dan jenderal kepercayaannya mengalami luka begitu parah.

Untuk melindungi diri mereka, keduanya lari dari Langit dan bersembunyi di sebuah planet menggunakan sisa kekuatan mereka. Namun sayangnya, Ken Reymond dan Simon terpisah di lain tempat. Entah dimana rimba jenderal kepercayaannya sekarang.

Seluruh kekuatannya telah habis, bahkan untuk mengobati diri sendiri pun tidak sanggup, apalagi untuk mencari Simon.

Keajaiban pun datang menghampiri dirinya. Ketika tubuhnya berada di titik paling lemah, seorang wanita tepat berjalan di depannya dengan tas jinjingan di tangan. Wanita itu tampak berbeda dari manusia biasa.

Dalam tubuh wanita itu terdapat sumber kekuatan yang dapat mengembalikan kekuatan Ken, meski hanya sedikit. Dia langsung mendekap wanita itu dan menyerap kekuatan yang ada padanya. Seketika rasa sakit di tubuhnya mereda, walau hanya sebentar.

Ternyata wanita itu merasa terancam dan menyerang dirinya hingga kehilangan kesadaran. "Begitu ceritanya," ucap Ken dengan penuh penghayatan saat berbicara pada Yui.

"Dongengnya bagus." Yui bertepuk tangan dengan muka datar tidak merasa terhibur. "Aku yang salah udah mau dengerin kamu cerita," ucapnya mengeluh dengan suara pelan.

"Aku tidak akan paksa agar kau percaya. Tapi luka ku sudah sembuh. Gunakan otak kecilmu itu! Bagaimana bisa luka sayatan sembuh dalam sekejap?"

Yui terdiam. Dia tidak bisa menjawab logika Ken. Memang ada benarnya, tidak mungkin luka sayatan bisa kering bahkan tak meninggalkan bekas sama sekali dalam sekejap.

"Mu-Mungkin kamu dukun," pungkas Yui asal.

"Wanita bodoh!" hina Ken dengan mulut ringan. "Aku akan tinggal denganmu sampai kesehatanku pulih," katanya dengan lancang.

Mata Yui sampai melotot hampir keluar mendengar kalimat dari mulut pria aneh itu. "Kok kamu yang atur? Gak bisa! Sekarang kamu keluar dari sini, atau aku lapor ke polisi!" usir dan ancam Yui.

"Aku akan bunuh polisi itu jika datang ke sini. Sebaiknya pikirkan lagi!" ancam Ken balik. "Ck, naif sekali," sambungnya merendahkan.

Yui benar-benar murka, melihat betapa bersemangat pria itu berdialog tentu menyadarkan Yui bahwa Ken telah siuman, tidak ada alasan lagi untuk menampung pria itu di sana. Segera dia menyeret paksa Ken keluar dan mengunci pintu rapat-rapat.

"Aku akan maafin kejadian hari ini, jadi jangan pernah muncul lagi di hadapanku!" Itu adalah kalimat terakhir yang diucapkan Yui pada Ken. Dia masuk ke kamarnya untuk menyambut pagi yang cerah. Tak tenang, dia belum juga terlelap, pikirnya terus melayang mengingat pria aneh yang bahkan tidak dikenalnya.

Sesekali dia melihat ke luar melalui monitor intercom apartemen miliknya.Tampak pria itu masih saja berdiri di depan pintu, bahkan berulang kali Yui memeriksa, namun pria tersebut tak kunjung pergi. Sudah dua jam berlalu, pria di sana masih berada di posisi awal, tak bergerak sama sekali. Dia hanya berdiam diri tanpa melakukan apa pun.

"Ih, seram." Yui berlari masuk ke dalam kamar.

...****************...

Matahari menyingsing cerah di celah jendela kaca yang tertutup tirai tebal milik Yui Maona. Dia terbangun dari lelapnya malam. Begitu segar pagi ini. Badai telah berakhir dan tampaknya musim akan berganti. Hari yang baik untuk memulai kegiatan.

Seperti biasa, Yui berangkat bekerja di sebuah cafe miliknya sendiri. Kehadirannya tidak terlalu penting, karena dia memiliki tiga karyawan di sana. Hanya saja karena tidak ada kegiatan lain, dia rutin datang ke cafe miliknya yang diberi nama, Cafe Sweet.

Dia begitu kegirangan ketika hendak berangkat bekerja. Tapi tak berlangsung lama, Yui dikejutkan dengan keberadaan pria aneh semalam di samping pintu apartemen.

Ken berdiri dengan tangan terlipat di atas dada dan raut yang angkuh. Semalaman dia tegak di sana hingga pagi tiba.

"Kamu ngapain sih?" tanya Yui keheranan, dia begitu risih sampai ingin menyingkirkan pria itu.

"Kau hendak kemana?" tanya Ken.

"Bukan urusanmu!" jawabnya ketus. "Kamu diri di situ semalaman?"

"Hmm," angguk Ken.

"Kamu manusia apa bukan? Aneh deh."

"Aku adalah Raja Iblis, pemilik Kastil Easle," jelas Ken lagi.

"Aduh … kamu perlu dibawa ke rumah sakit jiwa, ha?" keluh Yui kewalahan. Dia tidak paham lagi dengan Ken.

"Tidak," tolak Ken cepat.

Lelah berbincang dengan Ken, Yui lantas meninggalkan pria itu dan berusaha tidak terpancing amarah di pagi hari yang cerah ini. Dia menahan diri agar tidak goyah dengan gangguan pria itu. Dengan anggun dia melangkah ke parkiran basement tempat mobilnya berada.

...****************...

Yui mengira bahwa gangguan itu akan berakhir ketika dia mencoba melupakan Ken. Tidak cukup merusak mood paginya, Ken mengikuti Yui sampai ke basement. Parahnya pria itu sampai mengetuk kaca mobil Yui seakan meminta untuk diberi tumpangan.

Yui menginjak pedal mesinnya dengan kencang dan melaju pergi dari basement. "Dia beneran gila apa? Argh! Apa perlu lapor polisi? Tuhan, lindungi aku," pinta Yui. Kepalanya terus terngiang dengan pria aneh itu. Seharian penuh dia terus mempertanyakan tujuan Ken dan juga alasan pria itu menempel padanya. Sungguh dia tidak mengerti dengan pola pikir pria itu.

Pria yang mengaku raja iblis itu tidak menyakiti dirinya sama sekali, dan juga tidak mencuri barang di apartemen, lalu apa tujuannya? Hanya itu yang ada di kepala Yui kini.

Karyawan-karyawan yang bekerja di cafe miliknya pun sampai kebingungan dengan tingkah Yui yang berbeda. Atasan mereka itu selalu riang gembira dan tidak pernah semurung yang mereka lihat sekarang.

"Bos kenapa?" tanya Lena, karyawannya.

Tidak ada sahutan dari Yui. Dia tampak kosong dan tak berjiwa. "Bos?" Lena mencoba mengambil perhatian Yui dengan melambaikan tangan ke arah bosnya tersebut.

"Eh, apa?" tanya Yui yang baru saja sadar dari lamunan.

"Bos kenapa? Kayaknya hari ini bos kurang fit," kata Lena khawatir.

"Iya, aku lagi mikirin sesuatu." Yui berdiri dari kursi. Dia keluar dari ruangan tersebut dan beranjak pulang ke apartemen.

"Jaga cafe, yah, aku pulang cepat hari ini," kata Yui meminta.

"Pulang? Bos baik-baik aja, kan?" tanya Lena memastikan kembali.

"Iya," jawabnya singkat dan buru-buru meninggalkan cafe.

Pesona Raja Iblis

Creeet!

Decitan ban mobil Yui yang memburu terdengar karena berhenti mendadak. "Aku udah yakin," keluhnya.

Yui melihat Ken berdiri di basement tepat berada di parkiran mobilnya terakhir kali. Pria itu tampak sedang menunggu. Ketika melihat mobil milik Yui, dia langsung menghampiri.

Plak!

Tamparan keras mendarat di wajah tampan Ken. Yui begitu murka hingga tidak dapat mengontrol emosi. Matanya memerah karena marah dan tak tahan melihat Ken berada di sana.

"Sebenarnya tujuan kamu apa?" tanya Yui dengan nada tinggi.

Ken Reymond tidak menjawab sama sekali. Dia diam dan terus menatap Yui. Matanya tidak menggambarkan ekspresi apa pun, begitu datar hingga Yui semakin kesal pada Ken.

"Ngomong dong! Kamu maunya apa?!" tanya Yui lagi.

Tidak ada angin tidak ada hujan, tiba-tiba tubuh gagah pria itu ambruk tepat di depan Yui. Untung saja wanita kuat itu langsung menangkap tubuh Ken.

Badan ramping Yui terhimpit Ken yang tak sadarkan diri, dia tersandar di sisi kiri luar mobilnya. Sebentar dia tak bisa bergerak karena ruang yang terlalu sempit.

"Astaga, dia berat banget," keluh Yui sambil berusaha bergerak.

Tidak tega meninggalkan Ken sendiri. Akhirnya Yui memutuskan untuk membawa Ken ke apartemen lagi. Lalu menghubungi petugas keamanan untuk membawa Ken.

"Ini yang terakhir, Raja Iblis, aku gak akan tolong kamu lain kali," bisik Yui dengan nafas terengah-engah karena lelah sudah memapah tubuh kekar Ken hingga ke apartemen.

Sembari menunggu petugas keamanan datang menjemput Ken, Yui mencoba berusaha untuk menyadarkan pria itu.

"I-Ibu… i-ibu." Sejak tadi Ken terus mengigau dengan suara yang begitu menyayat hati. Sedikit air mata menetes meski tak sampai membasahi wajahnya.

"Ken! Ken! Ken!" Yui mencoba menyadarkan pria itu. Dia terus memanggil nama Ken karena takut terjadi sesuatu pada pria itu.

Suara Ken kembali terdengar, kali ini dia sudah dalam keadaan sadarkan diri. Matanya terbuka lebar dan dapat berbicara meski suaranya terdengar rapuh, "Jangan tinggalkan aku," pinta Ken pada Yui yang tengah berdiri tepat di samping ranjang. "Aku tidak punya siapapun di bumi ini. Aku tidak punya tempat atau tujuan. Bisakah kau mempercayai ku?" Suaranya begitu tulus berkata-kata. Sampai Yui tergoyah.

"Petugas keamanan bentar lagi datang, kamu bisa istirahat sampai dia tiba," sambung Yui berpura-pura tak acuh. Dia meninggalkan Ken di dalam kamar, dan duduk di sofa sembari menunggu petugas keamanan komplek apartemen tiba.

Tidak berapa lama, bel berbunyi. Petugas keamanan sudah datang. "Nona Yui Maona?" tanya petugas itu.

"Y-Ya," jawabnya ragu.

"Saya dapat laporan jika seseorang pingsan di basement dan Anda menyelamatkannya, apa benar?" Petugas itu mulai menanyakan klarifikasi dari Yui. "Benar, Pak," angguk Yui tanpa gairah.

"Bisa langsung saya bawa?"

Gesekan pintu kamar dimana Ken berada terdengar. Pria itu keluar dari dalam sana dan berjalan dengan kaki lemah ke arah Yui berada.

Sontak Yui keluar dari apartemennya dan menutup pintu rapat-rapat. Kini dia berada di luar bersama dengan petugas keamanan tersebut.

"Ekhem … Bapak, sebenarnya orang yang pingsan tadi udah pergi, hahaha, jadi dia ga ada di sini. Ba-Bapak boleh lanjutkan tugas Bapak yang lain, yah," geraknya terlalu jelas sedang menutupi sesuatu.

"Saya lihat pria di dalam tadi, bukan dia yang pingsan?" tanya petugas keamanan itu lagi.

"Ha? Oh bu-bukan, Pak, beda. Itu … ehm, itu pacar saya, iyah, pacar saya, hahaha," jawabnya asal. "Jadi beres kan, Pak? Kalau gitu saya masuk dulu, yah. Maaf udah repotin, Bapak." Dengan buru-buru Yui masuk ke dalam dan menutup pintu rapat.

Drap!

Suara gesekan pintu keras terdengar. Yui dengan terburu-buru meninggalkan petugas keamanan di luar dan masuk ke dalam apartemen.

Entah bisikan apa yang datang padanya, hati kecilnya memerintah agar menampung pria itu. Mungkin kasihan? Bisa jadi. Sempat dia tergoyah mendengar igauan Ken. Selain itu, masih ada beberapa pertanyaan mengganjal yang ingin dia bahas.

"Aku baru saja berniat menyerahkan diri," kata Ken dengan mata puas karena Yui tak jadi melaporkan dirinya.

Urat kepala Yui sampai berlilit mendengar kalimat menjengkelkan dari mulut Ken. Dia mencoba untuk tetap tenang dan tak terpancing. Dia meredakan amarahnya yang hampir meletus, dan kemudian berbicara baik-baik pada Ken.

"Alamat kamu dimana? Aku anterin," tanya Yui.

"Kastil Easle, tentunya jauh di atas langit," jawabnya dengan tengil. Dia duduk di sofa sambil menyandarkan tubuhnya dengan angkuh. Satu kakinya diangkat ke kaki sebelahnya bak seorang pemimpin.

"Aku serius!" tegas Yui.

"Apa aku terlihat bercanda?," balasnya.

"Aku … aku gak yakin. Cuma aku masih penasaran, kok luka di badanmu bisa sembuh, bahkan … bahkan yang paling gokil gak ada bekas luka sama sekali." Yui mencoba berpikir keras menemui jawaban logis kemana semua luka-luka itu pergi.

Ken tersenyum licik, dia semakin berbangga hati karena ada manusia yang tampak takjub dengan kekuatannya yang luar biasa. Pandangannya seolah menganggap rendah gadis itu seraya berkata," Manusia bodoh! Aku adalah Raja Iblis, luka seperti itu tidak ada apa-apanya bagiku."

"Ok, anggap aja aku percaya kamu Raja Iblis atau apalah itu. Sekarang yang buat aku bingung, kenapa kamu ngikutin aku mulu, ha?!"

"Karena kau adalah manusia yang dipilih secara langsung," jawab Ken seolah memberi anugrah.

"Huuwweek … manusia pilihan apaan? Malam ini kamu boleh tidur di sini, besok kamu harus pergi! Paham?"

Yui meninggalkan Ken selepas untaian kata-kata keluar dari bibir ranumnya. Entah hasutan apa yang dia dapat sampai memperbolehkan pria itu tinggal di apartemen miliknya padahal tak mengenal Ken sama sekali.

Melihat wajah Ken yang pucat, Yui yakin bahwa pria itu memang membutuhkan perawatan dan tempat untuk beristirahat. Mungkin terdengar seperti sebuah alasan, tapi ... yah, dia sedikit tergoda dengan wajah tampan pria di sana.

Saat langkahnya hampir di depan pintu kamar, Ken memanggil Yui. "Kenapa kau izinkan aku tinggal di sini?" tanya Ken.

Yui terdiam, dia tidak tahu harus menjawab apa. Bahkan dirinya sendiri bertanya-tanya mengapa dia begitu iba melihat pria itu.

Sejak awal pria itu memang terlihat berbeda. Baik dari pakaian yang dikenakan. Tepat kali pertama bertemu pria itu seperti seorang pangeran kerajaan yang hampir terbunuh. Bukan hanya itu, dilihat dari tampang dan bahasa yang begitu baku, sudah jelas bahwa Ken bukanlah orang biasa. Luka di tubuhnya dalam sekejap hilang tanpa bekas setitik pun. Cukup untuk dijadikan pertanyaan.

"A-Aku cuma penasaran aja sama kamu," jawab Yui.

"Hmm? Aku kira karena jatuh cinta padaku," tebaknya sambil tersenyum tipis.

"Idih, najis banget suka sama kamu. Ogah!" Yui masuk ke dalam kamarnya karena malu. Tiba-tiba suasana berubah karena Ken menggodanya.

Meski runtutan pertanyaan masih berputar di kepalanya, Yui memaksakan matanya untuk terlelap. Tubuhnya terasa lelah karena hari yang dilalui begitu panjang, tapi entah mengapa dia tak kunjung tidur. Hanya ada Ken dan Ken lagi di dalam pikirannya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!