NovelToon NovelToon

Sistem Spin : Kekayaan Dan Kekuatan

Pria Sepuh

Rendi Murdianto, seorang anak yang hidup sebatang kara semenjak duduk di bangku SMP.

Orang tua Rendi meninggalkannya ketika dia masih kecil bersama dengan Neneknya. Dia menjalani kehidupan jauh dari kata layak.

Untuk hidup sehari-hari saja, kadang mereka berdua harus meminta belas kasihan pada tetangga mereka.

Untung saja biaya sekolah Rendi di gratiskan oleh pemerintah, sehingga dia tidak perlu repot-repot mencari uang untuk membayar uang sekolah.

Seragam sekolah dan keperluan lainnya, semua barang pemberian tetangga mereka, hingga pernah suatu ketika, Rendi harus meminta buku bekas temannya yang kertas kosong tinggal beberapa lembar saja dia gunakan.

Tekadnya untuk merubah hidup sangat kuat, sayangnya tekad saja tidak cukup tanpa adanya dorongan finansial yang mendukungnya.

Puncak kesedihan Rendi ketika dia duduk di bangku SMP, Neneknya di panggil sang pencipta, sehingga membuat Rendi sangat sedih. Orang yang merawatnya sejak kecil, orang yang selalu memberikannya kasih sayang, orang yang selalu mendengarkan ceritanya kini telah tiada.

Tentu saja Rendi sangat terpukul, tapi dia tidak menyerah dengan keadaan, dia sudah berjanji pada Neneknya agar suatu saat nanti bisa menjadi orang yang sukses. Namun, perjalanan Rendi sangatlah berat, dia harus menahan ejekan demi ejekan temannya seiring berjalannya waktu.

Ironis memang, tapi inilah cerita Rendi pria lemah sebatang kara yang tidak memiliki apapun, dia hanya memiliki tekad untuk memenuhi janjinya pada sang Nenek.

...***...

"Rendi!" panggil seorang pria paruh baya pada bocah yang sudah duduk di bangku SMA kelas tiga itu.

"Iya pak Kosim!" sahut Rendi yang langsung menghampiri juragan tempat dia bekerja paruh waktu.

"Kamu belikan lima mie Ayam pak Catra, kembaliannya kamu ambil saja." Pak Kosim memberikan uang enam puluh ribu Rupiah.

Rendi tersenyum senang karena akan mendapatkan uang jajan lima ribu Rupiah "baik pak, pedas semua yah seperti biasa?"

"Iya, cepet Ren, Sulis sudah uring-uringan."

"Siap pak!" Rendi bergegas ke tempat pangkalan Mie Ayam Pak Catra.

Rendi memang bekerja di rumah Pak Kosim sebagai penjaga gerbang Rumah, karena sekolahnya sampai jam tiga sore, jadi dia mengambil sip malam dengan seorang penjaga lainnya.

Rendi bisa bekerja di Rumah Pak Kosim, berkat dia sempat menyelamatkan anak gadis Pak Kosim yang bernama Sulistiawati atau biasa di panggil Sulis, yang hampir tertabrak Mobil saat sedang menunggu jemputan di sekolah.

Rendi memang satu sekolah dengan Sulis, tapi karena watak Sulis yang judes, dia menyuruh Rendi agar pura-pura tidak mengenalnya ketika di sekolah. Rendi tidak membantah sama sekali, baginya sudah di terima bekerja di Rumah Pak Kosim saja sudah berkah untuk Rendi.

Sulistiawati, dia gadis cantik yang manja, di tambah sifatnya yang judes dan kalau bicara ketus, membuat pria malas dekat dengannya, sehingga sampai sekarang, Sulis tidak pernah merasakan apa itu yang namanya pacaran.

...***...

Rendi sangat senang ketika pulang beli Mie Ayam, dia senyum-senyum melihat uang lima ribu kembalian yang ada di tangannya.

"Syukurlah, aku bisa membeli buku yang tinggal satu lembar lagi." ucapnya sambil menggenggam erat uang tersebut.

Rendi baru bekerja di Rumah Pak Kosim dua mingguan, dia merasa enggan mau minta kasbon, karena baginya sudah di kasih tempat tinggal dan makan sehari tiga kali saja sudah cukup untuknya. Selama ini dia harus susah payah mencari makan, malah kebanyakan Rendi berpuasa. Karena itulah Rendi tidak menuntut lebih dari Pak Kosim.

Biasanya Rendi membeli buku atau peralatan sekolah dengan mengerjakan tugas sekolah temannya. Bayarannya seiklasnya, ada yang memberi dua puluh ribu, ada juga yang memberi sepuluh ribu. Namun, karena Rendi sudah terbiasa hidup susah, baginya uang dengan jumlah kecil pun, sudah cukup banyak untuk dirinya.

Saat dia sedang berjalan sambil bersenandung ria, mata Rendi tertuju pada seorang pengemis tua renta, yang terlihat sangat kurus sedang duduk di pinggir jalan dengan lemas.

Rendi yang teringat Neneknya, dia tentu saja langsung menghampiri pengemis tersebut.

"Kakek tidak apa-apa?" tanya Rendi perhatian.

Pria sepuh tersebut menatap Rendi dengan sendu "Cu, beri kakek makanan, Kakek sudah dua hari tidak makan."

Tentu saja hati Rendi langsung terusik, dia saja yang masih muda, kalau sedang tidak ada makanan rasanya tidak karuan, bagiamana dengan pria sepuh renta tersebut.

Rendi bingung mau menjawab apa, dia melihat Mie Ayam yang ada di plastik yang dia tenteng.

Rendi ragu sejenak, mau memberikan Mie Ayam pada pria sepuh tersebut atau tidak. Kalau dia memberikannya takut Pak Kosim marah.

Rendi menghirup napas dalam-dalam dan mengeluarkannya, dia langsung mengambil satu bungkus Mie Ayam tersebut.

"Kakek, makanlah ini dan ini ada uang kecil, buat pegangan Kakek." Rendi tidak peduli jika di marahi Pak Kosim, baginya menolong pria tua itu lebih penting.

"Terima kasih banyak, Cu." ucap Pria sepuh tersebut sambil tersenyum.

"Sama-sama Kek. Rendi pergi dulu yah Kek." ketika Rendi berdiri dan akan pergi, pria sepuh tersebut memanggilnya.

"Cu, tunggu dulu."

Rendi menoleh ke arah Pria sepuh tersebut "iya, ada apa yah Kek?"

Pria sepuh tersebut menyodorkan sebuah ponsel, tapi layarnya hanya berisi gambar Spin "ambillah itu sebagai hadiah, karena kamu sudah baik dengan Kakek."

Rendi menatap benda yang seperti Ponsel tersebut, dia menyentuhnya tapi layarnya tidak berubah sama sekali.

"Ini apa K...." saat Rendi mau bertanya pada pria sepuh tersebut, sosoknya sudah menghilang dari sana.

Sontak saja Rendi terkejut, tubuhnya merinding "jangan-jangan dia jurig!"

Rendi memasukkan benda yang seperti ponsel tersebut ke sakunya, dia kemudian lari pontang-panting karena ketakutan.

Rendi tidak berani menoleh ke belakang, dia terus berlari hingga sampai di Rumah Pak Kosim.

Teman penjaga Rendi bertanya "kamu kenapa Ren? Seperti di kejar setan saja."

Rendi mencoba menyetabilkan napasnya, sebelum dia menjawab "Iya, aku melihat setan!"

Rendi terlihat sangat ketakutan, sehingga temannya itu mengernyitkan dahi, kemudian dia tertawa terbahak-bahak.

"Hahahaha... Kamu gila yah? Mana ada Setan sore-sore begini." ejek temannya sambil tertawa terpingkal-pingkal.

"Terserah kamu saja!" ucap Rendi ketus dan langsung masuk ke dalam Rumah pak Kosim.

Rendi bingung mau memberikan alasan apa, karena Mie Ayam yang dia beli tadi di berikan pada pria sepuh yang kelaparan, tapi pria itu tiba-tiba menghilang.

Rendi hanya bisa menghela napas berat, dia yakin kalau Sulis akan memarahinya habis-habisan nantinya.

Rendi dengan langkah berat menghampiri pak Kosim "Pak ini Mie Ayamnya, tapi tadi aku tidak sengaja menjatuhkannya satu."

Baru saja Rendi berkata, Sulis yang memang menunggu Mie Ayam tersebut langsung marah "Kamu ini teledor banget sih jadi orang! Baru di kasih tugas seperti itu saja tidak becus!"

Sistem SPIN

Sulis memang selalu mengambil kesempatan untuk memarahi Rendi, dia tidak bisa melihat Rendi salah sedikit saja.

Terkadang Rendi bingung sendiri, kenapa Sulis seperti itu padanya, dikit-dikit marah, dikit-dikit mencacinya.

Rendi menundukkan kepala, dia memang sudah pasrah jikalau Sulis akan memarahinya, tapi untung saja Pak Kosim berbeda dengan Sulis, dia begitu baik dengan Rendi.

"Sudah-sudah, lagi pula, bapak juga tadi nyuruh beli lima, buat Rendi satu." Pak Kosim melerai Sulis yang memarahi Rendi.

"Bapak ini, selalu saja membela dia!" ucap Sulis ketus.

Pak Kosim tersenyum kecut, dia menepuk bahu Rendi "kamu lanjutkan pekerjaanmu Rendi, untuk Mie ayamnya kamu tidak perlu memikirkannya."

Rendi mengangguk "terima kasih Pak." ucap Rendi seraya meninggalkan keluarga majikannya itu.

Pak Kosim memiliki dua orang anak dari istrinya yang Bernama Masayu, anak pertamanya Sulis yang seumuran dengan Rendi dan yang kedua Heri Susanto yang masih duduk di bangku kelas lima SD.

Berbeda dengan Sulis yang selalu ketus dengan Rendi, Masayu dan Heri tidak begitu, mereka cenderung masa bodo dengan apa yang di lakukan Rendi.

Rendi kembali ke gerbang dengan wajah di tekuk. Santoso, teman sip malam Rendi menegurnya kembali.

"Kenapa Ren? Di marahi Nona Sulis lagi yah?" tanya Santoso yang memang sudah akrab dengan Rendi.

Rendi menghela napas "ya begitulah, entah dia kenapa bisa benci banget sama aku."

"Sabar Ren, orang sabar biasanya darah tinggi kemudian struk." celetuk Santoso menggoda Rendi.

"Sialan! Kamu ini malah doain yang gak baik!" gerutu Rendi kesal.

"Hahahaha... Lah, aku bicara fakta." jawab Santoso sambil tertawa keras.

"Fakta gundulmu!" bentak Rendi kesal.

Meskipun Santoso lebih tua dari Rendi, tapi mereka berdua kalau bercanda memang sudah tahu batasan satu sama lain, jadi wajar kalau mereka memang sering saling menggoda seperti itu.

Rendi masuk ke dalam Pos penjaga, sementara Santoso duduk di luar sambil memainkan ponselnya.

"Apa aku akan terus seperti ini?" gumam Rendi lirih.

Rendi duduk di sebuah kursi yang ada di dalam Pos penjaga, ada sesuatu yang mengganjal di sakunya. Dia teringat kalau di beri benda yang mirip ponsel oleh pria sepuh yang tiba-tiba menghilang.

Rendi merogoh sakunya dan mengeluarkan benda tersebut, dia membolak-balik benda tersebut.

"Mainan apa sih ini?" tanyanya pada diri sendiri.

Tiba-tiba saja benda tersebut seolah menyala, Spin yang berwarna-warni itu menyala bagaikan lampu sesuai dengan warnanya.

Tentu saja Rendi terkejut, dia kemudian melihat baik-baik benda tersebut, dia melihat sebuah tulisan digital di atas gambar Spin.

[ Selamat anda mendapatkan Sistem Spin : Kekayaan dan Kekuatan! Anda dapat memutar Hadiah sekali dalam satu hari, silahkan Klik layar Spin anda! ]

Tentu saja Rendi mengerutkan keningnya, dia pikir itu hanyalah sebuah mainan anak-anak dan tidak ada gunanya sama sekali.

"Huh, apa gunanya benda seperti ini?" Rendi berbicara dengan malas sambil menyenderkan tubuhnya di dinding.

Rendi iseng-iseng menekan layar, dia pikir daripada tidak ada kerjaan, lebih baik bermain dengan benda tersebut.

Layar Spin memutar dengan cepat, terlihat tulisan-tulisan yang ada di Spin. Namun, Rendi tidak memerhatikan sama sekali.

Setelah beberapa saat, Layar Spin perlahan menjadi pelan, anak panah layar Spin menunjuk pada sebuah hadiah uang 50 juta rupiah dan kartu bank.

[ Selamat, Anda mendapatkan uang 50 Juta Rupiah, berikut dengan kartu Banknya.]

Rendi tersenyum getir "andai saja ini nyata."

Setelah Rendi berucap seperti itu, tiba-tiba saja entah dari mana datangnya, sebuah buku Rekening dan Kartu ATM jatuh di pangkuannya. Sontak saja pemuda yang sudah menderita selama puluhan tahun itu terkejut.

"Apa ini?" Rendi mengambil buku Rekening dan Kartu ATM-nya.

Betapa terkejutnya Rendi ketika melihat di buku Rekening tertulis nama dirinya dan juga ada uang senilai 50 juta rupiah sesuai dengan apa yang di dapatkan dalam Spin-nya tadi.

"I-Ini serius?!" ucap Rendi terkejut.

"Hah, Apa Ren?" Santoso mengira kalau Rendi memanggilnya, karena suara Rendi sedikit keras tadi.

"Ti-Tidak, aku tidak memanggilmu." Rendi tentu saja tidak mungkin memberitahukan hal tersebut pada Santoso.

Rendi melihat benda pipih yang seperti ponsel tersebut, terlihat benda itu tidak bersinar lagi, dan hanya ada tulisan 'sampai ketemu besok.'

"Apa ini nyata? Aku besok harus mengeceknya di ATM dekat sekolah." Rendi berharap kalau itu semua sebuah kenyataan, agar dia tidak perlu hidup susah lagi.

Malam tersebut terasa sangat panjang untuk Rendi, dia sangat penasaran dengan Kartu Bank yang di berikan oleh benda yang menyebut dirinya Sistem Spin itu.

Rendi yang biasanya kalau larut malam sudah mengantuk, entah kenapa malam itu dia tidak merasa mengantuk sama sekali, dia terus menerus mondar-mandir di depan gerbang, sambil memegangi tas sekolahnya yang berisi buku rekening dan Kartu ATM-nya.

Santoso sampai keheranan dengan sikap aneh Rendi, tapi Santoso malah senang, dengan begitu dia bisa tiduran di pos dan Rendi yang berjaga sendirian.

...***...

Malam pun berganti pagi, sinar mentari mulai menunjukan eksistensinya. Hari yang sangat cerah yang akan menyambut kehidupan baru Rendi.

Rendi tampak sudah siap berangkat sekolah, dia yang biasanya nebeng mobil Pak Kosim, sekarang lebih memilih untuk berjalan kaki, tentu saja dia sudah tidak sabar mengecek kebenaran dari hadiah Sistem Spin-nya.

Rendi terlihat sangat bersemangat pergi Ke ATM, dia berjalan dengan langkah cepat, berharap kalau semua yang di lihatnya kenyataan.

Sesampainya di ATM Rendi langsung masuk ke sana, walaupun ini pertama kalinya, tapi dia pernah melihat di Tv bagaimana orang menggunakan ATM.

Ketika dia di suruh memasukkan PIN, Rendi tentu saja kebingungan "aduh, PIN-nya apa yah?"

Rendi kemudian teringat dengan buku Rekeningnya, benar saja, di sampul buku ada enam digit angka yang merupakan hari kelahirannya.

"Mudah-mudahan ini benar." Rendi sedikit berdoa.

Mata Rendi langsung membelalak besar ketika sudah memasukkan PIN dan melihat saldonya. Uang 50 juta rupiah benar-benar ada di sana.

"A-aku kaya!" Rendi tanpa sadar berteriak, untung saja tidak ada orang yang mengantri di sana.

Rendi dengan semangat mencoba menarik uang dua ratus ribu Rupiah, uang tersebut keluar dari ATM.

Tangan Rendi bergetar ketika mengambil uang itu "ini nyata, terima Kasih Tuhan, akhirnya Engkau mengabulkan doaku." ucap Rendi sambil memeluk uang itu di dada.

Rendi mengambil kartu ATM-nya, kemudian keluar dari sana, dia langsung mengeluarkan Sistem Spin pemberian pria sepuh kemarin.

Benda tersebut menyala kembali saat Rendi melihatnya. Dia tersenyum senang "dengan ini, aku bisa mewujudkan mimpiku dulu bersama nenek!" ucap Rendi penuh dengan semangat.

Dapat Motor

Rendi langsung pergi ke kantin, karena dia pikir selagi belum ada teman-temannya yang berangkat sekolah, dia mau sarapan di sana terlebih dahulu.

"Bu, Baso satu mangkok sama lontongnya tiga yah." ucap Rendi dengan wajah yang berbunga.

Bu Kantin menoleh, karena pagi-pagi sudah ada yang memesan makanan, ketika dia melihat Rendi, langsung mengerutkan keningnya, karena tidak biasanya Bu Kantin melihat Rendi makan di sana.

"Rendi, tumben sekali kamu mau makan di kantin?" tanya Bu kantin menyelidik.

"Hehehe... iya Bu, kebetulan aku baru dapat rejeki, sesekali mau makan enak boleh dong." jawab Rendi dengan wajah gembira.

"Ya sudah, tunggu sebentar." Bu kantin pergi menyiapkan pesanan Rendi.

Rendi duduk di kursi Kantin, tersenyum-senyum sendiri seperti orang gila saja. Dia mengeluarkan Sistem SPIN, kemudian langsung menekan tombol Spin yang ada di tengah-tengah layar.

"Mudah-mudahan dapat uang lagi." doa Rendi berharap mendapatkan uang lagi dari Sistem Spin.

Layar Spin terus berputar, perlahan putaran mulai melambat, kemudian jarum penunjuk berhenti di sebuah gambar. Sistem langsung memberikan pemberitahuan di layar.

[ Selamat, Anda mendapatkan Motor Aerox Connected 150cc, berikut dengan surat-suratnya.]

Rendi terkejut saat tahu dia mendapatkan Motor, tapi sesaat kemudian wajahnya langsung berubah menjadi jelek.

"Kenapa malah dapat Motor? Naik sepeda saja aku sangat jarang, gimana mau naik Motor?!" gerutu Rendi kesal, padahal dia berharap dapat uang saja. Rendi tidak tahu saja kalau Motor yang dia dapatkan merupakan keluaran motor Matic terbaru.

"Kamu tidak bisa naik Motor, Ren?" tegur Bu Kantin yang mendengar Rendi menggerutu, sambil meletakkan pesanan Rendi di hadapannya.

"Eh... Bu Dani, hehehe... iya Bu, aku tidak bisa naik Motor, mau bagaimana lagi, aku tidak punya Motor, naik sepeda saja kalau ada yang minjemin. " ucap Rendi polos.

Bu Dani terlihat sendu. "sabar yah Ren, Tuhan pasti akan memberikan kamu yang terbaik nantinya."

Rendi tersenyum. "iya Bu, aku tahu kok, kalau aku tidak sabar, tidak mungkin aku masih bersekolah di sini, hehehe...."

Bu Dani memang mengagumi Rendi, dia tahu betul bagaimana kehidupan anak tersebut, jika saja anaknya tidak banyak, mungkin dia mau mengadopsi Rendi, tapi sayangnya anak dia sudah Lima, jadi hanya bisa menatap Iba Rendi saja.

Rendi melahap Bakso dan tiga Lontong yang di pesannya, dia terlihat sangat rakus saat memakan bakso tersebut, maklum Rendi sangat jarang memakan bakso atau makanan yang biasa di jajahkan pedagang kaki lima.

Bu Dani tersenyum, dia meninggalkan Rendi yang asyik memakan pesanannya, tidak ada jeda sama sekali ketika dia makan.

Saat dia sedang makan Baso yang ukurannya kecil, seseorang menepuk punggungnya dari belakang.

"Hayo Lo! makan sendirian saja!" tegurnya dengan keras.

Sontak saja Rendi terkejut, bakso yang tadi di suapkannya langsung tertelan bulat-bulat, sehingga tenggorokannya terasa tercekat.

"A-er...!" ucap Rendi tergagap karena tersedak bakso, di tambah kuahnya yang pedas.

Orang tersebut terkejut. "kamu kenapa Ren, duh...."

Orang itu bergegas mengambilkan air mineral dalam botol dan memberikannya dengan buru-buru. "ini minum Ren!"

Rendi lekas meminum Air mineral tersebut hingga hampir habis satu botol, dia bernapas lega setelah bakso tadi meluncur kedalam perutnya.

"Maaf Ren, aku tidak sengaja tadi." ucap orang tersebut sambil duduk di depan Rendi.

"Kak Rinto sering gitu, bercandanya gak lucu tahu, bagaimana kalau tadi baksonya masuk lubang hidung." ucap Rendi kesal.

"Hehehe... ya mana mungkin Ren, wong baksonya gede, mana muat masuk lubang hidungmu." ucap orang yang di panggil Rendi, Rinto itu sambil terkekeh geli.

"Huh, kakak ini." dengus Rendi kesal.

Rinto tersenyum. "ngomong-ngomong tumben kamu makan di kantin, biasanya tidak pernah jajan kamu?"

"Kebetulan ada rejeki Kak, oh iya... kalau kakak mau pesan makan, pesan saja, nanti Rendi yang bayar." ucapnya dengan percaya diri.

"Wih, sepertinya kamu habis dapat lotre nih?" ucap Rinto senang.

Sebagian orang di sekolah Rendi, mereka semua sudah tahu dengan kondisi Rendi, jadi tidak heran kalau Rinto, yang merupakan petugas kebersihan sekolah juga tahu tentangnya.

Rinto cukup dekat dengan Rendi, karena Rendi selalu membantunya bersih-bersih sekolah sebelum pulang, dengan bayaran nasi bungkus.

"Sudah, kakak pesan saja, kapan lagi Rendi bisa traktir kakak." ucap Rendi lagi sambil menyuapkan bakso ke dalam mulutnya.

"Oke!" Rinto memesan bakso juga sama seperti Rendi.

Mereka berdua makan sambil ngobrol-ngobrol santai, umur Rinto yang tidak terpaut jauh dengan Rendi, membuat keduanya bisa berbaur satu sama lain.

Setelah mereka berdua selesai makan, Rendi membayar makanannya dengan milik Rinto, dia hanya menghabiskan tiga puluh lima ribu rupiah saja saat makan.

"Bu, ini uangnya, sekalian bayarin kak Rinto juga yah." ucap Rendi sambil menyerahkan uang seratus ribu Rupiah.

"Kamu ini, baru saja punya duit main traktir dia." Bu Dani memelototi Rinto.

Rinto pura-pura tidak melihatnya, dia memalingkan wajahnya agar tidak kena omel Bu Dani.

"Gak papa Bu, mumpung Rendi ada rejeki, biasanya juga aku yang selalu di traktir kak Rinto."

Bu Dani benar-benar tidak bisa berkata-kata, karena pemuda tanggung di depannya itu sangat baik, dia menyayangkan takdir yang seolah mempermainkan Rendi.

***

Jam pelajaran pun di mulai, Rendi seperti biasanya belajar dengan serius dengan arahan wali kelasnya.

Tiba-tiba saja, kepala sekolah masuk ke ruang kelas Rendi, tentu saja hal tersebut membuat semua siswa bertanya-tanya.

Bu Lili, wali kelas Rendi menghampiri kepala sekolah. "ada apa yah Pak Julianto?"

Pak Julianto tersenyum. "tidak ada apa-apa, aku datang kemari untuk memanggil Rendi saja." pak Julianto menyapu pandangannya ke arah Rendi. "Ren, kamu ikut bapak sebentar!"

Rendi yang sudah biasa di perintah ini itu, tentu saja dia tidak menolak sama sekali, dia langsung berdiri dan menghampiri kepala sekolahnya itu.

Bu Lili juga tidak menghalangi, karena biasanya kalau Rendi di panggil ada sesuatu yang sedikit penting dengannya. Begitu juga dengan siswa lainnya.

Kepala sekolah dan Rendi langsung meninggalkan kelas tersebut, Bu Lili kembali melanjutkan pelajarannya kembali.

"Ada apa yah pak?" tanya Rendi ketika sudah berjalan keluar sekolah.

Kepala sekolah menghela napas. "kamu ini loh, kalau punya uang mbok ya jangan di hambur-hamburkan."

Rendi mengerutkan keningnya, dia tidak tahu apa maksud perkataan Pak Julianto, kepala sekolahnya itu.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!