NovelToon NovelToon

Perubahan Sigadis Cupu

1.prolog

Namaku Bella Saphira antara, orang-orang biasa memanggilku Bella. Aku berasal dari keluarga yang terpandang karena ayahku adalah seorang pengusaha terkenal, sedangkan bundaku mempunyai butik di setiap kota.

Aku memiliki kulit putih mulus, mata berwarna biru langit, dan rambut yang sedikit bergelombang di bagian bawahnya.

Aku sama sekali tidak mempunyai teman, karena tidak ada satupun orang yang mau berteman denganku, mungkin karena diriku cupu dan juga sangat kuno, dan aku juga sering di sebut dengan cewek cupu kutu buku.

Hari ini adalah hari pertamaku masuk sekolah milik ayahku, dan hari ini juga hari pertamaku di kota jakarta yang kata bundaku kota yang penuh kasih sayang.

Tring...tring...tring...(anggap aja suara alarm)

"bella, bangun sayang,dah siang" teriak bunda dari bawah.

"Iya bun, ini udah bangun kok," jawabku dengan suara khas orang baru bangun tidur.

Aku pun segera bangun dan langsung bergegas ke kamar mandi, setelah beberapa menit di kamar mandi akhirnya aku keluar karena ritual mandiku telah selesai.

Aku pun langsung membereskan tempat tidurku. sebenarnya di rumah ini ada ART, namun aku tidak suka jika ada oarng yang memasuki kamarku yang bernuansa biru langit ini, kecuali itu adalah ayah dan bundaku.

Kini aku telah selesai membereskan tempat tidur dan langsung menuju ke cermin lalu mengepang dua rambutku dan tak lupa pula kacamata bulat besar yang melekat di mataku.

Setelah selesai di depan cermin akupun bergegas turun ke dapur untuk menemui ayah dan bunda.

"Pagi yah, pagi bun." Sapaku.

"Pagi sayang." Jawab mereka kompak.

Akupun segera duduk di meja makan dan bersiap untuk sarapan, tapi di saat sarapan kini ayah membuka bicara dan sepertiya ayah akan mengatak sesuatu yang penting, karena wajahnya menunjukan sesuatu yang serus.

"Sayang emang kamu nggak capek tampil cupu kek gitu?" Tanya ayah dengan bella.

"Emangnya kenapa yah?" Bukannya menjawab aku malah balik bertanya.

"Nggak papa, tapi ayah perhatiin kamu itu setiap pulang sekolah pasti mukanya di tekuk."

"Iya yah, soalnya waktu di surabaya aku sering menjadi bahan bully." Ucapku dengan nada memalas.

"Oke kalau begitu kamu harus berubah, dan yang ayah mau di saat sekolah mengadakan lomba kamu harus udah berubah."

"Lomba apaan yah?"

"Lomba vokal.

"Kapan?"

"Satu bulan lagi."

"Tapi kan aku nggak tau apa-apa dalam vokal."

"Tenang aja kan ada bunda." Ucap ayah.

"Hah." Ucapku kaget.

"Kenapa?" tanya mereka kompak.

"Emang bunda tau vokal yah?"

"Ehh kamu jangan remehin bunda yah." Ucap bunda tak terima.

"Hehe iya deh."

Setelah beberapa menit akhirnya kami pun selesai sarapan. Aku pun berangkat ke sekolah tak lupa mencium tangan ayah dan bunda.

Kini aku telah sampai di SMA ANTARA milik ayah. Aku pun segera turun dari taxi yang aku tumpangi.

Bukannya mendapat sapaan, aku malah mendapatkan tatapan jijik dari mereka, tapi aku sama sekali tidak memperdulikan tatapan itu, karena bagiku itu hanyalah tatapan bisa saja yang sudah sering ku alami di surabaya.

Saat menelusuri koridor sekolah tak sengaja kaki ku terpeleset saat aku menuruni anak tangga menuju ruang kepala sekolah.

'Aaww..' ringisku kesakitan.

"Mari saya bantu," tawar seseorang dari belakang ku."

"Makasih, saya nggak papa kok." Ucapku tapi tak mendapatkan jawaban. Dan ternyata orang yang ingin membantuku tadi sudah pergi.

"Kok pergi sih, aku kan ingin bertanya." Gumamku.

"Kamu murid baru yah?" Tanya seseorang dari belakang.

"Iya." Jawabku lalu membalikan badanku dan ternyata itu adalah...."

suasana disekolah

Aku pun segera berjalan menuju tempat yang di tunjuk Bu Riri tadi.

"Haii, namaku bella," sapaku.

"Iya, nama saya Stella," jawabnya sambil memperlihatkan deretan giginya yang rapi.

"Semoga kita bisa menjadi teman baik yah," kataku lagi.

"Iya, tapi kamu nggak malu mempunyai teman sepertiku?" Tanya nya.

"Hah malu? Malu kenapa coba? Kita kan sama-sama manusia jadi buat apa malu?" Tanyaku balik.

"Iya sih, tapi aku hanyalah anak penjual bakso jalanan."

"Emang kenapa? jual bakso itu haram yah? sampe-sampe nggak ada yang mau temenan sama kamu?" Tanyaku dengan cepat dia menggelang menandakan bahwa jawabannya itu tidak.

***

Kriingg....(anggap aja bel)

"Eh udah bel tuh, ke kantin yuk!" ajak Ku.

"Nggak deh, kamu aja yang ke kantin."

"Loh kok gitu sih?" tanyaku.

"Kamu aja yah yang ke kantin."

"Iya deh."

Aku pun segera ke kantin, tak lama kemudian aku pun sampai dan langsung memesannya.

"Mbak beli bakso nya dua yah, sama jus jeruk nya juga dua," ucapku.

"Iya neng, tunggu bentar yah."

"Iya mbak."

Tak lama kemudia baksonya udah selesai di sajikan di dalam mangkuk, dan siap untuk di santap.

"Ini neng."

"Iya mbak makasih yah," ucapku sambil memberikan uang lima puluh ribu untuk membayarnya.

"Loh neng ini kebanyakan."

"Nggak papa kok mbak, sisanya untuk mbak aja."

"Makasih yah neng kalau begitu semoga kebaikan neng di balas yah."

"Amin, makasih yah mbak."

"Iya sama-sama neng."

Aku sudah tak membalas perkataan ibu itu, karena aku langsung ke kelas untuk menemui Stella.

***

"Stel ke taman yuk," ajak aku.

"Ayuk."

Kami berdua pun segera ke taman.

***

"Nih buat kamu!" ucapku sambil memberikan semangkuk bakso dan segelas jus jeruk.

"Ini beneran buat aku?" Tanya nya memastikan.

"Iya itu buat kamu."

"Makasih yah bel."

"Iya sama-sama."

Kami pun segera memakan bakso itu, dan aku pun melihat wajah Stella yang sangat lahap memakan bakso.

"Enak Stel?"

"Iya pake banget malah, ini tuh sama banget rasanya sama yang di buat almarhum Ayahkku."

"Hah almarhum? Ayah lo udah meninggal?"

"Iya, dia meninggal saat aku masih duduk di bangku kelas satu SMP."

"Ohh maaf yah Stel."

"Udah nggak papa kok."

"Yaudah kita lanjut makan aja deh, ceritanya entar aja."

***

Kami pun melanjutkan makan bakso, setelah beberapa menit akhirnya kami telah selesai menyantap bakso itu. Setelah selesai kami pun segera mengembalikan mangkuk yang kami pakai makan bakso tadi, tapi tiba-tiba Stella melihat siswa-siswi sedang berkumpul di depan papan informasi.

"bel itu kenapa yah? Kok siswa-siswi pada kumpul di sana semua?" Tanya nya padaku tapi aku hanya menjawab dengan mengangkat bahu menandakan bahwa aku tak mengetahuinya.

"Ya udah kalau gitu, kita pulangin dulu mangkuknya, lalu kita lihat," ucapnya.

"Iya deh."

Kami pun segera mengembalikan mangkuknya.

"bel gue tunggu di sini yah."

"Iya, tunggu bentar yah gue balikin mangkuknya dulu."

"Iya."

Aku pun segera berjalan menemui mbak penjual bakso tadi untuk mengembalikan mangkuknya. Tak membutuhkan waktu lama akhirnya aku kembali menemui Shella.

"Udah?" Tanya nya.

"Iya."

"Yuk kita lihat."

"Ayuk."

Kami pun segera berjalan ke depan papan informasi, dan untungnya para siswa-siswi sudah bubar, jadi kami tak perlu menunggu antrian untuk melihat sesuatu yang di tempel di papan informasi.

"bel cepetan dong, kebetulan juga para siswa-siswi udah pada bubar."

"Iya bawel."

"Ehh ini beneran akan mengadakan lomba ini?" Tanya nya sambil menunjuk tulisan yang bertuliskan 'Vokal' di papan informasi itu dengan tatapan yang tak percaya.

"Loh kok ekspresi lo kek gitu?" tanyaku.

"Iya, soalnya ini sekolah nggak pernah ngadain lomba selain lomba olahraga."

"Hah, beneran lo?" tanyaku kaget.

"Iya."

"Ehh minggir lo." Ucap seseorang dari belakang.

Kami pun segera berbalik dan ternyata itu adalah...

Bella dan Stella bersahabat

Kami pun segera berbalik dan ternyata itu adalah rina, yang di berikan julukan ratu bullyng.

"Lo pada dengar nggak sih gue bilang apa?" tanya nya dengan amarah.

"Maaf kak." Ucap kami tertunduk.

"Yau dah, minggir deh lo pada."

"Iya kak."

***

Kami pun segera meninggalkan tempat itu.

"Stel yang tadi itu siapa sih?" tanyaku.

"Ohh, yang tadi itu rina si ratu bullyng."

"Hah ratu bullyng?"

"Iya, jadi mendingan kita nggak usah berurusan sama dia."

"Emang kenapa?"

"Karena kemungkinan kita dan keluarga kita bakalan terancam."

"Emang sekejam itu?"

"Yah gitu deh, ohh iya lomba vokal itu kan di adakan sebulan lagi!" ucap Stella.

"Lah terus kenapa?"

"Di situ kan terulis lomba dansa dan nyanyi, aku kan nggak tau."

"Ohh soal itu, kamu tenang aja, entar sore kamu ke rumah aku aja, nanti kita latihan bareng."

"Lo bisa?"

"Yah nggak sih, tapi Bunda aku yang bakalan ngajarin kita buat itu semua."

"Ohh, terus gue ke rumah lo jam berapa?"

"Jam 3, nanti alamatnya gue kirim lewat wa aja, tapi nomor lo mana?" Ucapku sambil memberikan handphon ku.

Dia pun segera mengotak-atik handphone ku, tak membutuhkan waktu lama dia menyimpan nomornya dia pun langsung memberikannya kepadaku.

"Nih!" ucap Stella sambil menyodorkan handphone ku.

"Di taro siapa nih namanya?"

"Stella sohib gue."

"Widihh, nama lo keren yaa," Ejek ku.

"Itu bukan nama gue bel."

"Hehe iya deh udah tau."

"Emang lo tau nama gue?"

"Nggak."

***

Kini jam telah menunjukan pukul 01:00 siang, dan waktunya untuk pulang.

"Rumah kamu di mana Stel?"

"Nggak jauh kok."

"Mau aku anterin?"

"Nggak usah, lagian cuma selisih tujuh rumah kok."

"Ohh ya udah aku di luan yah, lagian arah kita juga berbeda."

"Iya, hadidu yah."

"Apaan tuh?"

"Hati-hati dapat duda," ucapnya yang di iringi dengan tawa.

"Gila lo, yaudah gue di luan yah, assalamu'alaikum."

"Iya wa'alaikumsalam."

***

"Assalamu'alaikum Bun, bella datang," ucapku sambil membuka pintu rumah.

"Wa'alaikumsalam, eh anak Bunda udah pulang nih," ucap Bunda.

"Hehe iya bun." ucapku menghampiri bunda dan mencium punggung tangannya.

***

"Yau dah gih, kamu mandi terus makan, habis itu kamu istirahat dan nanti kalau udah jam tiga baru bunda bangunin."

"Iya Bun."

"Kalau gitu bunda ke butik dulu yah sayang, soalnya tadi karyawan yang di butik lagi izin, jadi untuk sementara bunda dulu yang gantiin."

"Emang izinnya berapa hari bun?"

"Katanya sih nggak tau, tapi katanya sampai neneknya sembuh."

"Tapi jangan lama yah bun."

"Iya nggak lama kok."

"Yau dah kalau gitu aku ke kamar dulu bun."

"Iya, bunda juga pergi dulu yah."

"Iya bun."

***

Sampai di kamar aku langsung menuju ke kamar mandi, setelah selesai melakukan ritual mandi, aku langsung menuju dapur dengan memakai kaos lengan pendek berwarna biru langit dan celana legging panjang berwarna hitam.

"Siang non Bella," sapa bi Siti.

"Siang bi."

"Mau makan apa non?"

"Makan apaan aja bi."

"Gimana kalau bibi buatin nasi goreng sama telor mata sapi?" Tanya bi Siti dengan nada menawarkan.

"Boleh bi, tapi jangan lupa mie nya yah bi."

"Siap non."

Setelah lima menit menunggu tiba-tiba aku teringat ucapan ku kepada Stella kalau aku akan mengirimkan alamat rumahku.

Aku pun segera berlari ke kamar untuk mengambil handphone ku, tak membutuhkan waktu lama aku kembali lagi ke dapur untuk menemui bi siti.

Lalu aku mengotak-atik gawai ku untuk mengirim pesan kepada Shella.

[Stel ini aku bella, silahkan di Sv] send.

[Ohh pasti aku sv kok, ohh iya sebentar jadi kan latihan nya?]

[Iya jadi, kamu tinggal datang aja ke jalan siliwangi rumah nomor 11.]

[Oke, sampai ketemu yah.]

Kini aku tak lagi membalas pesannya, dan langsung meletakkan gawaiku di atas meja.

"Ini non makanannya udah siap."

"Yau dah taro di atas meja aja bi."

"Baik non."

"Oh iya, bibi nggak usah nungguin aku habis makan, nanti yang di meja makan aku aja yang beresin."

"Tapi non!"

"Udah nggak papa kok bi, lagian ini juga udah biasa kok."

"Baik non."

bi Siti pun meninggalkan ku sendirian di meja makan. Aku memakan makanan itu dengan lahap.

Kini aku telah selesai makan, dan langsung membersihkan meja makan. Lalu membawa piring ke dapur untuk di cuci.

***

Kini tak terasa waktu berputar begitu cepat hingga jam menunjukan pukul 02:30.

"Duh, kata bunda tadi dia nggak lama, tapi ini kok jadi lama sih!" gerutuku.

Tok...tok....

"Itu pasti bunda."

Aku pun langsung membuka pintu rumah dan ternyata itu adalah...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!