NovelToon NovelToon

Jakarta Is In Danger

prolog

《 DISCLAIMER 》

Cerita ini hanya fiktif belaka dan hasil dari imajinasi Author .Jika ada kesamaan nama tokoh ,tempat kejadian ataupun cerita ,itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan .

*

*

*

Seoul, 1 Agustus 2025

Seorang pria misterius tengah tersenyum menatap seorang wanita yang terisak pelan di atas ranjang dengan kaki dan tangan terikat. Pria itu kemudian berjalan pelan menghampiri si wanita dengan sebuah suntikkan di tangannya.

Sementara si wanita yang melihat suntikkan di tangan si pria, sontak memberontak berusaha melepaskan diri. Tapi apa ada daya, ikatan di tangan dan kakinya sangat erat, membuat si wanita berteriak meminta di lepaskan pada si pria yang sekarang sudah berada di sampingnya.

Melihat wanita di depannya sangat berisik, si pria tak segan menampar pipi wanita itu dengan keras. Senyumnya semakin lebar, pria itu menatap tajam si wanita yang sekarang sedang ketakutan. Lalu, dia menusukkan jarum suntik itu pada lengan wanita di hadapannya.

Entah berisi cairan apa di dalam suntikkan itu, tapi perlahan wanita yang tadi terus berontak mendadak tak bergeming, lalu kejang- kejang dan mengeluar darah dari mulutnya. Melihat itu, si pria menatap kagum. Lalu urat di leher wanita itu tiba- tiba menonjol, matanya memerah. Suara erangan kesakitan dan retakan tulang begitu jelas terdengar di dalam ruangan itu.

Sementara pria itu, tampak antusias melihatnya. Lalu berjalan mengambil sebuah pistol di meja dan kejadian selajutnya membuat siapa saja pasti langsung berigidik ketakutan.

Dor'

Lesungan peluru menembus kepala si wanita, pria itu menatap datar darah yang mengotori ranjang dan tembok ruangannya. Tapi perlahan senyuman lebar terlihat jelas di wajahnya, lalu si pria langsung mengambil beberapa kantong darah dari wanita yang sekarang sudah terbujur kaku di atas ranjangnya.

****

Di sebuah rumah sakit ternama di Seoul, beberapa dokter dan suster di buat kelabakan karena kedatangan seorang korban kecelakaan. Setiap hari, rumah sakit itu tak pernah sepi, banyak sekali orang- orang yang keluar masuk rumah sakit, entah korban kecelakaan, atau orang sakit yang ingin berobat.

Dan sekarang rumah sakit itu kedatangan seorang korban kecelakaan mobil, para dokter dan suster berlari cepat menghampiri mobil ambulance yang baru saja tiba.

Tak terkecuali, seorang dokter bernama Fajar, yang merupakan warga negara Indonesia yang sedang di tugaskan di rumah sakit ternama di Seoul. Fajar, dokter itu terponggoh- ponggoh berlari mengampiri rekan kerjanya yang sudah ada di depan lobby rumah sakit.

"Korban bernama Kim, 31 tahun. Cepat bawa ke ruang UGD!" Perintah atasannya.

Fajar, dan dokter lainnya mengangguk lalu berlari cepat mendorong pria bernama Kim itu bersama beberapa suster ke ruang UGD.

****

Sesampainya di ruang UGD, Fajar memerintahkan salah satu suster memasangkan tabung oksigen pada si pasien. Tapi, mendadak pria bernama Kim itu kejang- kejang membuat Fajar dan 2 dokter yang bersamanya menatap aneh.

"Dok, bagaimana ini?" seru seorang dokter bermata sipit pada Fajar.

Fajar terdiam, dia mengamati kenapa pasien bernama Kim itu kejang, padahal di laporannya, pria itu hanya terbentur pembatas jalan karena mabuk saat mengendarai mobil. Dan lukanya juga tidak terlalu parah, karena sistem penyelamat mobil membantu pria itu tidak terbentur sangat kencang.

"Beri dia obat penenang!" Perintah Fajar.

Salah satu suster mengangguk dan mengambil obat penenang, lalu memberikannya pada Fajar yang dengan segera dokter itu masukan ke dalam selang infus si pasien.

Perlahan pasien bernama Kim itu tenang, Fajar dan yang lainnya bernafa lega melihatnya.

Pintu ruang UGD tiba- tiba di buka seseorang, hampir saja Fajar berteriak kesal, tapi saat ia melihat siapa pelaku yang membuka pintu, dirinys berdecak kesal.

"Untuk apa kamu kesini dokter Malik?" Tanya Fajar pada salah satu rekannya yang sama- sama dari Indonesia.

"Maaf, saya di perintahkan atasan untuk membantu anda dok." Fajar menatap Malik datar. Lalu mendengus kesal dan kembali melihat keadaan di pasien.

Pria bernama Kim itu membuka matanya, semua orang termasuk Fajar menatap heran. Tapi sedetik kemudian, erangan Fajar terdengar sangat keras di ruangan UGD itu. Karena si pasien tiba- tiba mengigit tangan Fajar, membuat dokter itu tak tahan untuk tidak berteriak karena sakit.

Semua orang yang melihatnya mencoba melepaskan Fajar dari gigitan si pasien, tapi entah kenapa, tenaga pria bernama Kim itu sangat besar, padahal pria itu baru saja mengalami kecelakaannya.

Dengan sendiri akhirnya pasien itu melepaskan gigitannya, lalu berlari tiba- tiba keluar dari ruang UGD membuat semua yang berada di sana terbelalak kaget.

"Cepat kejar pasien itu akhh!" Perintah Fajar memegangi tangannya yang berdarah karena ulah pria bernama Kim tadi.

Dua dokter dan beberapa suster yang berada di dalam ruang UGD sontak berlari mengejar pria bernama Kim itu. Semua mata yang melihat seorang pria berlari kencang di susul para dokter dan beberapa suster berlarian mengejarnya bertanya- tanya sebenarnya apa yang sedang terjadi.

Bagai di rasuki setan, pria bernama Kim berlari sangat cepat, bahkan para dokter dan suster pun harus bersusah payah mengejar pria itu. Tiba- tiba pria bernama Kim itu berhenti di dekat sebuah balkon, para dokter dan suster yang mengejarnya bernafa lega.

Tapi, kejadian selanjutnya membuat mereka tertegun kaget. Semua pasang mata membelalak melihat pria bernama Kim itu terjun bebas dari balkon lantai 4 rumah sakit. Tak terkecuali Fajar, dokter yang baru sampai itu menatap tidak percaya pada pasiennya.

"Kita tidak bisa mengubah takdir." Ucap Malik pada Fajar.

Setelah mengucapkan itu,dia melenggang pergi meninggalkan Fajar dengan sudut bibir yang melengkung tipis.

9 jam setelah kejadian.

Di kantin rumah sakit, Malik tengah bercanda ria bersama suster bernama Na Yeon. Sesekali pria berkulit eksotis itu menggoda suster yang terkenal pintar di rumah sakit tempatnya bekerja .

"Dokter Malik tahu? ternyata pasien kemarin yang bunuh diri itu seorang jaksa." Ucap Na Yeon pada Malik yang tengah meniupi kopi nya.

"Iyakah?" Na Yeon mengangguk antusias, perempuan korea asli itu kembali menyantap makan siangnya dengan lahap .Malam ini Dokter Fajar kembali ke Indonesia, memikirkan hal apa yang akan terjadi saat dokter itu kembali ke Indonesia, membuat Malik tak tahan untuk tidak tersenyum

"Kenapa dokter tersenyum?" Tanya Na Yeon penasaran .

Perempuan itu menatap Malik aneh, dia merasa jika Malik akhir- akhir berperilaku sangat mencurigakan, dia juga beberapa kali memergoki Malik sedang tertawa menatap sebuah jarum suntik saat dokter itu tengah sendirian.

Malik menggeleng membalas pertanyaan Na Yeon, lalu kembali perlahan menyeruput kopinya yang sudah mulai dingin.

Sementara itu, di ruang kerja Fajar, pria itu tengah sibuk mengompres keningnya karena tiba - tiba suhu tubuhnya mendadak tinggi.

"Padahal malam ini, aku harus berangkat ke Jakarta karena besok hari pertunaganku." Gumamnya sambil memijit pelan keningnya pusing .

5 tahun menjalin kasih, akhirnya perempuan yang dia cinta menerima lamarannya meskipun masih tahap pertunangan. Tapi bagi Fajar, itu membuatnya sangat bahagia .

Fajar membuka laci di mejanya, lalu memgambil obat penurun demam dan meminumnya dalam sekali tenggak.

"Aku harus bekerja." ucapnya bangkit dari kursi.

Sambil berjalan gontai, Fajar keluar ruangannya kembali bekerja, karena meskipun dirinya sedang sakit, dokter itu harus tetap bekerja menyelamatkan orang - orang yang membutuhkannya .

Saat sedang berjalan tiba - tiba matanya berkunang- kunang, hampir saja Fajar oleng jika tidak ada yang menompang tubuhnya, untungnya, Malik yang entah muncul dari mana dengan sigap menahan tubuh Fajar yang hampir limbung.

"Ahk maafkan aku." Ucap pelan Fajar .

Dia merasa kepalanya sangat pusing, dan merasa suhu panas di tubuhnya bukannya menurun malah semakin naik .

"Tidak apa - apa, lain kali jika anda sedang sakit, jangan di paksakan untuk bekerja dokter Fajar." Jawab Malik sambil menekan kata sakit di dalam kalimatnya.

Fajar yang tidak ambil pusing hanya mengucapkan terima kasih dan pamit pergi meninggalkan Malik yang tersenyum tipis melihat kepergian Fajar. Mulutnya bergumam pelan entah apa yang dia katakan.

****

Di bandara incheon Fajar tengah duduk menunggu pesawat yang akan dia tumpangi lepas landas. Pria itu melihat jam di tangannya dan kaget saat mendapati luka bekas gigitan di tangannya memburuk.

Buru- buru Fajar pergi ke toilet, dia membuka tasnya dan mengambil salep obat luka lalu mengoleskannya di tangannya yang terluka.

Pria itu kemudian pergi saat mendengar pengumuman jika pesawat yang akan dia tumpangi akan lepas landas.

****

Di dalam pesawat semua orang sibuk dengan kegiatan nya masing - masing ,tak terkecuali dengan Fajar yang sedang mengistirahatkan tubuhnya .Suhu badannya kembali tinggi, pria itu meronggoh obat penurun demam di tas nya, lalu meminumnya 2 tablet sekaligus.

"Apa anda baik - baik saja pak?" Tanya seorang pramugari yang melihat keadaan Fajar kacau dengan keringat dingin bercucuran di pelipisnya.

Fajar menoleh, kemudian menggeleng pelan.

"Baiklah, jika ada yang bapak butuhkan, bisa beritahu saya atau petugas lainnya" Ucap si pramugari pamit pergi.

Pesawat pun akhirnya mengudara, tanpa menyadari hal yang besar akan terjadi begitu pesawat itu mendarat di bandara Soekarno Hatta.

*

*

*

**Hai sobat sachie ...

Gimana penasaran kan ?ada apa dengan dokter Fajar?

Ada yang bisa tebak ngak?hahaha kalau mau tau jawabannya yuk trs pantengin cerita [Jakarta is in danger] di jamin bikin bulu kunduk merinding haha yang ngak kuat ga usah baca hihi .sampai jumpa lagi di episode selanjutnya.bye bye**

H-1

《 DISCLAIMER 》

Cerita ini hanya fiktif belaka dan hasil dari imajinasi Author .Jika ada kesamaan nama tokoh ,tempat kejadian ataupun cerita ,itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan .

*

*

*

Pagi itu, di sebuah rumah sakit ternama di kota Jakarta, semua orang sibuk hilir mudik keluar masuk rumah sakit, para dokter dan suster pun sibuk melayani para pasiennya. Sebuah mobil ambulance tiba di depan lobby rumah sakit, membuat beberapa dokter dan suster yang melihatnya buru-buru berlari cepat membantu supir ambulance untuk mengeluarkan si pasien dari mobil.

Sementara itu, seorang perempuan berjas dokter baru saja tiba di parkiran rumah sakit, lalu matanya menatap kaget, dan berlari menghampiri rekan kerjanya yang tengah berusaha mengeluarkan si pasien dari mobil. Begitu hampir sampai, Jihan perempuan itu melihat rekan kerjanya berdiri mematung menatap orang yang terbaring lemah di atas brankar, membuat Jihan semakin mempercepat larinya karena penasaran.

Deg!

Mata Jihan terpaku, tubuhnya nyaris limbung jika perempuan itu tak memegang bahu rekan kerjanya secara spontan.

"Dokter Jihan!" Seru rekan nya.

Perempuan itu masih tak bergeming, menatap orang yang berada di atas brankar rumah sakit, "FAJAR" kekasihnya. Pria itu sekarang tengah terbaring lemah, dengan mulut mengeluarkan banyak darah. Tubuh Jihan langsung lemas, dia tidak menyangka kekasih yang dia cintai sekarang terbaring lemah di hadapannya.

"Apa yang terjadi?" Tanya Jihan dengan suara parau. Tenggorokannya sangat sakit karena perempuan itu menahan tangisnya.

"Salah satu warga menelpon, dia berkata jika ada kecelakaan di dekat bandara, dan aku pun kaget, ternyata orang yang di maksud Dokter Fajar." Jawab rekannya.

Jihan menatap kekasihnya nanar, dirinya merasa sangat bersalah karena tidak menjemput pria itu. Sebelum dia berangkat ke rumah sakit. Fajar menelponnya meminta perempuan itu untuk menjemputnya, karena pria itu mengatakan jika dia mendadak tidak enak badan, takut jika menyetir sendirian akan terjadi hal yang tidak di inginkan. Dan akhirnya yang di takutkan pria itu terjadi.

"Tunggu apa lagi! cepat bawa ke IGD" Seru Jihan mencoba menegarkan hatinya.

Namun sebelum mereka sempat mendorong brankar, tubuh Fajar mendadak kejang, urat-urat di lehernya menonjol, lalu pria itu memuntahkan banyak darah dari mulutnya membuat lantai rumah sakit licin karena darah.

Salah satu suster yang terkena cipratan darah dari Fajar mendadak ambruk, lalu kejang-kejang membuat semua orang yang melihat itu berlarian panik menyelamatkan diri.

Namun, si suster yang tadi kejang tiba-tiba bangkit dan menyerang semua orang secara acak, teriakan panik, raungan kesakitan dan darah menambah kengerian di rumah sakit pagi itu.

"Tolongg." Ucap seorang pria memegang kaki Jihan. Dokter yang terkenal ramah itu menatap ngeri pada si pria dan tanpa sadar menendang kepala pria itu.

"DOKTER JIHAN!" Teriak salah satu suster yang selamat seperti Jihan.

Suster itu langsung menarik tangan Jihan pergi menyelamatkan diri, sementara itu, tanpa mereka sadari seorang wanita yang sudah terinfeksi berhasil lolos melewati tangga darurat rumah sakit .

****

Sementara itu, di sebuah kontrakan kecil. Bayu tengah sibuk mengolesi rotinya dengan selai coklat diskonan yang dia beli di minimarket.

"Kak." Panggilan dari arah belakang membuat pria itu menoleh, lalu tersenyum menatap adiknya yang tengah mengucek-ngucek matanya karena masih mengantuk.

"Kamu udah bangun dek, sana mandi dulu"

Ara adiknya Bayu mengangguk, lalu berjalan sempoyongan ke kamar mandi, membuat Bayu menggeleng pelan melihat adiknya. Lalu kembali mengoleskan selai pada roti yang sudah 1 minggu lalu dia beli.

10 menit kemudian, Ara sudah selesai mandi, adik Bayu itu berjalan menghampiri Bayu dengan seragam yang sudah rapi melekat di tubuhnya. Tanpa ada pembicaraan, mereka melahap rotinya dalam diam .

"Dek kakak nanti bakal pulang malam mungkin, tolong jaga diri baik-baik ya!" Ucap Bayu pada Ara yang sedang memakai sepatu nya.

"Memangnya kakak mau kemana? melamar kerja lagi?" Tanya Ara tanpa menoleh.

"Iya dek hm, nanti makan malam beli saja di warung depan ya." Ucap Bayu mengelus pucuk kepala adiknya.

"Memangnya kakak punya uang?"

"Ada dek, nih" Bayu pun memberikan uang 20 rb pada adiknya.

Ara mengangguk, lalu pamit pada kakaknya, setelah kepergian adiknya, Bayu membereskan rumahnya sebentar lalu bergegas pergi berangkat melamar kerja.

Sesampainya di sekolah, Ara langsung bergegas masuk ke dalam kelas karena bel sudah berbunyi. Gadis itu kemudian duduk di kursinya dan menunggu sang guru memasuki kelas. Beberapa menit kemudian gurunya datang dan memulai pelajarannya.

"Baiklah anak - anak, buka buku pelajaran halaman 124." Ucap seorang Guru pada muridnya.

"Baik Bu." Jawab semua murid.

Ara dengan malas membuka buku pelajarannya, gadis cantik itu kemudian menatap ke luar jendela saat melihat seorang wanita yang ingin menerobos masuk gerbang sekolahnya. Wanita yang berperilaku aneh di mata gadis itu membuatnya memicingkan matanya penasaran.

Adik dari Bayu itu melihat satpam sekolahnya yang sedang mencoba menghentikan si wanita yang akan masuk ke dalam sekolahnya.

"Ara apa yang sedang kamu lakukan!" Seru gurunya membuat ara kaget.

"Maaf bu." Jawab Ara cengengesan.

"Karena kamu tidak memerhatikan pelajaran, maka ibu akan menghukummu! pergi ke perpustakaan dan hitung semua buku yang ada disana." Perintah gurunya membuat Ara menatap horror pada guru yang terkenal killer itu.

Karena Ara merasa itu memang kesalahannya, dengan lesu Ara berjalan pergi meninggalkan kelas tanpa mengetahui jika wanita yang dia lihat tadi sudah terbujur kaku bersama si satpam yang sedang kejang - kejang memuntahkan darah dari mulutnya.

****

Sementara di tempat kakaknya, Bayu sedang di interview oleh si pemilik toko tempatnya melamar kerja, pria itu menatap cemas pada Pak Dadang si pemilik toko karena takut tidak di terima.

"Kamu mantan pemadam kebakaran?" Tanya pak Dadang pada Bayu.

Bayu menggaruk kepala belakangnya kaku, lalu mengangguk pelan membenarkan perkataan pak Dadang.

Pak Dadang terdiam sejenak menatap Bayu, pria tua itu berdiri dari kursi dan menepuk pelan bahu Bayu mengangguk setuju.

"Maksud bapak aku di terima?" Ucap Bayu tidak percaya.

"Jika kamu tidak mau, silahkan pergi" Jawab Pak Dadang melenggang masuk ke dalam ruangannya.

"Terima kasih pak, dengan senang hati aku menerimanya" Seru Bayu senang menatap bosnya.

Pak Dadang yang mendengarnya tersenyum kecil, sambil melambaikan tangannya tanpa menoleh pada Bayu.

"Akhirnya aku dapat pekerjaan" Ucap Bayu tersenyum bahagia.

*****

Sedangkan di rumah sakit, semua orang tengah kejang-kejang dan menyerang satu sama lain bahkan ada yang menyerang diri mereka sendiri. Membuat Jihan dan Ningsih yang menatap pemandangan mengerikan di layar cctv rumah sakit berigidik ketakutan.

"Dok bagaimana ini?" Tanya Ningsih pada Jihan dengan raut wajah ketakutan.

Jihan yang tidak tahu harus bagaimana pun hanya mengelengkan kepalanya pada Ningsih. Perempuan itu juga bingung dengan apa yang sedang terjadi sekarang.

Tok.. tok

Suara ketukan pintu membuat Ningsih dan Jihan kaget, Dua perempuan itu saling memandang satu satu sama lain lalu berjalan pelan menghampiri pintu.

"Aku akan mengeceknya." Ucap Jihan mengintip di balik lubang kunci.

"Ada apa dok?" Tanya Ningsih ketakutan .

Jihan memicingkan matanya mengedarkan pandangannya ke sekitar dari lubang pintu. Meskipun dia tahu hanya bisa melihat dari satu arah, tapi setidaknya dia bisa melihat bayangan orang jika memang ada.

"Aku pikir tadi ada orang." Ucap Jihan merasa lega.

Sambil tersenyum dokter cantik itu menghampiri suster Ningsih yang sedang ketakutan.

Tok..tok..tok

Belum sempat Jihan berjalan 5 langkah, suara gedoran pintu kencang terdengar kembali, membuat mereka menutup mulutnya seketika, karena takut jika orang itu seperti yang mereka lihat di layar cctv.

"TOLONG.. SIAPA SAJA TOLONG BUKA PINTUNY!APA ADA ORANG DI DALAM?" Sebuah suara yang familiar di telinga Jihan, membuat dokter itu menatap pada Ningsih dan pintu secara bergantian.

"Itu suara Bu Mega resepsionis." Ucap Ningsih nyaris berbisik, suster itu langsung berjalan ke pintu dan menatap Jihan meminta izin.

Jihan mengangguk setuju, lalu Ningsih pun dengan pelan membuka pintu. Dan saat pintu di buka, terlihat Mega menatapnya ketakutan.

"Argh sial! kenapa lama sekali membukanya."Ucap Mega pada Ningsih.

Perempuan resepsionis itu langsung masuk dan tanpa babibu mengunci pintu ruang cctv.

"Hoshh.. hoshh ada apa dengan rumah sakit ini?membuatku kesal saja." Kesal Mega menatap Jihan meminta jawaban. Sebenernya perempuan itu sangat takut saat dia keluar keluar dari toilet keadaan rumah sakit sangatlah kacau.

Tanpa rasa malu Mega duduk di meja, lalu meminum air yang ada rak dekat Jihan. Untung saja ruangan cctv di rumah sakitnya menyediakan stok makanan dan minuman.

Setelah selesai menghilangkan rasa hausnya, Mega menatap tajam Jihan, membuatnya langsung menceritakan apa yang sebenarnya terjadi.

"Aish jadi ini salah kekasih mu?" Umpat Mega kesal.

Jihan yang mendengar nya langsung menundukkan kepalanya menatap lantai sambil tersenyum kecut.

"Bu Mega, bisa tidak jangan bicara seperti itu di depan dokter Jihan, dia baru saja kehilangan seseorang yang dia cintai." Jelas Ningsih memegang pundak dokter cantik itu.

"Aku tahu, tapi kenyataannya seperti itu" Jawab Mega malas.

Drtdd... drtddd

Suara dering hp membuat Mega langsung mengambil hpnya, diamelihat notif siapa yang masuk, Dan saat perempuan itu melihat notifikasi yang tertera di layar hpnya.

prak!

Hpnya langsung jatuh dari genggamannya, tubuhnya bergetar ketakutan menatap hpnya, lalu menoleh pada Jihan dan Ningsih.

《 PERINGATAN!.TELAH TERJADI SERANGAN VIRUS DI SEBUAH SEKOLAH SMA JAKARTA 01 YANG MENYEBABKAN BANYAK KORBAN BERJATUHAN. DI MOHON UNTUK SEMUA WARGA YANG DEKAT DENGAN SEKOLAH UNTUK JANGAN PERGI KELUAR RUMAH. SAYA UCAPKAN KEMBALI JANGAN ADA SATU PUN ORANG YANG KELUAR DARI RUMAH SEBELUM PIHAK PEMERINTAH MENGIZINKANNYA 》.

*

*

*

**Hai sobat sachie...

Wah ceritanya mulai mendebarkan haha

Dan siapa yang di episode satu kemarin udah nebak kenapa sama dokter Fajar ?hihi aku udah kasih kisi - kisi loh .

Yang tahu dokter Fajar kenapa jawab ya ?

Terus pantengin cerita ini sampai tamat ya** ...

H-2

《 DISCLAIMER 》

Cerita ini hanya fiktif belaka dan hasil dari imajinasi Author .Jika ada kesamaan nama tokoh ,tempat kejadian ataupun cerita ,itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan .

*

*

*

Lalu lintas di ibukota Jakarta, pagi itu sangatlah ramai. Banyak warga hilir mudik di trotoar jalan, para pedagang di pinggir jalan yang tengah sibuk melayani pembeli, bahkan ada pertengkaran antara anak SMA yang ketahuan selingkuh oleh pacarnya. Semua terlihat baik-baik saja, mereka belum tahu jika ada hal besar yang akan terjadi sebentar lagi.

Drdtt.. drdtt..

Suara notif dari hp para warga bersamaan berbunyi. Mereka sontak membuka notif itu dan kaget melihat tulisan di layar hp mereka masing-masing.

Awalnya, mereka mengabaikan pesan itu, karena berpikir itu hanya hoak belaka. Tapi, saat mereka melihat seorang murid berseragam SMA JAKARTA 01 berlari kencang ke arah salah satu warga, membuat semua mata yang melihat kejadian selanjutnya tertegun kaget. Dan berlarian berusaha menyelamatkan diri.

Suara erangan kesakitan dari si murid membuat semua orang yang mendengarnya sontak menutup telinga karena terlalu mengerikan. Sementara warga yang tadi di serang oleh murid itu mendadak kejang dengan urat-urat di lehernya menonjol. Lalu berlari kencang menyerang warga lainnya. Kepanikan terlihat sangat jelas di wajah para warga. Mereka seolah berada dalam film yang sering mereka tonton.

Sementara di sekolah JAKARTA 01, semua murid berhamburan keluar dari gedung berusaha melarikan diri. Suara teriakan ketakutan, raungan kesakitan membuat keadaan di sekolah itu semakin kacau bahkan sangat mengerikan.

Sementara di perpustakaan, Ara yang belum mengetahui keadaan di luar yang sekarang berubah menjadi mengerikan, menatap bosan tumpukan-tumpukan buku di rak pespus. Jena, seorang guru penjaga perputakaan menggelengkan kepalanya pelan. Lalu membuka laci di meja dan mengeluarkan beberapa cemilan.

"Ara sini." Panggilnya. Ara menoleh, lalu berjalan pelan menghampiri gurunya. Dia bertanya pada gurunya lewat gestur gerakan yang di jawab Jena untuk duduk bersama guru itu.

"Makanlah, aku tahu kamu pasti bosan." Ucapnya.

Mata Ara berbinar, dia menatap gurunya sambil mengacungkan jempolnya.

"Haha, makan yang banyak." Ara mengangguk,lalu mengambil salah satu cemilan dan memakannya.

Drtdd.. drtdd

Suara notif dari hp Jena membuat guru itu berhenti mencatat di bukunya. Lalu mengambil hp dan.

Deg!

Tubuh guru itu tak bergeming, membuat Ara yang melihatnya heran dengan reaksi berlebihan dari sang guru.

"Ara sekolah kita.." Tanpa melanjutkan ucapannya, Jena berlari cepat ke arah pintu perpus dan menguncinya.

Karena penasaran, Ara mengambil hp gurunya yang tergeletak begitu saja di meja.

Deg!

"Bu." Panggil lirih Ara, nafas gadis itu tercekat. Tidak tahu harus mengatakan apa.

Jena yang menebak jika muridnya itu telah membaca isi pesan tersebut, berlari menghampiri Ara, lalu memeluk erat tubuhnya yang bergetar ketakutan.

Sementara di tempat kerja Bayu, pria itu tengah sibuk melayani pembeli yang datang semakin banyak.

Entalah, dia merasa aneh kenapa banyak sekali pembeli hari ini, tapi itu tidak membuatnya lelah, dengan semangat Bayu melayani semua pembelinya.

" PERINGATAN! TELAH TERJADI SERANGAN VIRUS DI SEKOLAH SMA JAKARTA 01 DAN MENYEBABKAN BANYAK KORBAN BERJATUHAN .DI MOHON UNTUK SEMUA WARGA YANG DEKAT DENGAN SEKOLAH UNTUK JANGAN PERGI KELUAR RUMAH .SAYA UCAPKAN KEMBALI JANGAN ADA SATU PUN ORANG YANG KELUAR DARI RUMAH SEBELUM PIHAK PEMERINTAH MENGIZINKANNYA!"

Bayu yang tengah sibuk menghitung belanjaan pembelinya sontak mengalihkan matanya pada layar televisi yang berada tepat di atas kepalanya. Dia melihat dengan jelas video amatir dari seorang siswa yang memperlihatkan semua murid di sekolah itu kejang-kejang dengan urat di leher bertonjolan lalu menyerang si perekam kamera.

Drtddd... drtdd... drtddd

Seketika bunyi peringatan dari hp semua orang berbunyi, memecahkan keheningan yang baru saja terjadi. Semua orang langsung panik dan berhamburan keluar tok untuk menyelamatkan diri mereka.

Degub jantung pria itu berdetak sangat kencang, lalu berlari cepat mengambil makanan, air dan beberapa barang yang sekiranya nanti dia butuhkan.

".Maafkan aku." Ucap Bayu sambil berlari meninggalkan toko.

****

Kembali di rumah sakit, di ruang cctv Jihan, Mega dan Ningsih tengah menyantap mie instan dengan lahap.

"Jadi, apa yang harus kita lakukan?" Tanya Mega sembari menyeruput kuah mie.

Jihan menoleh, lalu terdiam sejenak sambil berpikir bagaimana cara mereka keluar dari gedung rumah sakit ini.

"Kita harus keluar dari sini? jika kita terus disini, mungkin kita akan lebih cepat berubah sepertj mereka, hm seperti zombie mungkin." Tutur Jihan.

Ningsih dan Mega menatap Jihan silih berganti, sejenak mereka bertiga melihat sisa makanan dan air yang ada di ruangan cctv.

" Huem kamu benar, tapi bagaimana cara kita keluar?" Tanya Mega sembari membereskan sampah makanannya.

Ningsih mengangguk pelan setuju, dia juga khawatir dengan adiknya yang berada di sekolah. Ningsih berharap adiknya yang diaa sayangi itu selamat.

Jihan berpikir sejenak, perempuan itu langsung berdiri dan mengobrak-abrik laci meja yang ada di ruang cctv, bibirnya pun tersenyum melihat sebuah pistol di dalam laci.

Jihan kembali menatap ke sekitar, lalu mengumpulkan beberapa barang yang bermanfaat nantinya.

"Jadi hanya ini?" Tanya Mega.

Terdapat 2 tas ransel ,pematik api,pistol ,1 pacs masker ,tongkat bisbol, P3K ,3 botol air dan beberapa roti dan cemilan ringan.

Jihan yang mendengar ucapan itu menatap Mega dengan malas, lalu dengan keras menepuk pundak rekan kerjanya sembari tersenyum manis.

plak!

"Akh apa yang kamu lakukan!" Ucap Mega kesal, perempuan itu mengusap pelan pundaknya yang perih akibat tamparan dari Jihan.

"Kamu bilang hanya ini? Ini sudah lebih dari cukup Mega." Desis Jihan menatap Mega tajam.

Ningsih pun mengangguk, setuju dengan ucapan sang dokter. Lalu mereka bertiga segera memasukkan barang - barangnya ke dalam tas ransel.

Setelah selesai, Jihan menatap Mega dan Ningsih secara bergantian ,tas ransel yang berada di gendongannya dia pegang erat. Mega dan Ningsih mengangguk pada Jihan, menyuruh perempuan itu membuka pintu dengan pelan.

Clek!

Pintu terbuka, membuat Ningsih memejamkan matanya, tiga perempuan itu perlahan membuka lebar-lebar pintu, lalu menatap ke sekitar melihat pemandangan yang mengerikan.

"Woah! sungguh mengerikan!" Gumam Mega ngeri .

Ningsih mengangguk setuju, dia melihat semua orang yang berada di rumah sakit mati seketika. Bahkan ada yang matanya sampai keluar karena di cabut paksa oleh dirinya sendiri.

Jihan menepuk pelan pundak Ningsih, menyuruh perempuan itu untuk jangan melihat pemandangan mengerikan di depan mereka.

"Kita harus cepat keluar dari sini!" Ucap Jihan pelan.

Mereka akhirnya pergi sambil berjalan pelan nyaris tanpa suara melewati beberapa mayat yang tergeletak di sepanjang koridor rumah sakit.

"Apa kita tidak bisa cepat?" Bisik Mega saat ia melewati kantin rumah sakit.

Dia berigidik ngeri melihat ibu kantin membenamkan kepalanya sendiri ke dalam kuah baso yang masih mendidih.

"Jangan gegabah Mega, kita tidak tahu keadaan di sekitar." Bisik Jihan pada Mega.

Setelah perjalanan yang sangat menegangkan , akhirnya mereka berhasil keluar dari gedung rumah sakit dengan selamat. Dan saat mereka berhasil keluar, lagi - lagi mereka di sambut dengan pemandangan yang sangat mengerikan. Puluhan mayat yang berserakan membuat Ningsih tidak tahan dan langsung memuntahkan isi perutnya.

"Huekk... huekk.. uhukkh maafkan aku." Ucap Ningsih memuntahkan isi perutnya.

"Ugh menjijikan!" Ketus Mega kesal.

Jihan menatap tajam Mega, lalu menepuk - nepuk pelan tekuk Ningsihm Dia tahu jika pemandangan yang ada di depannya itu sungguh mengerikan. Untung saja dia sudah terbiasa dengan darah jadi tidak begitu mual saat melihatnya.

Mega yang di tatap tajam oleh Jihan mendengus kesal. Setelah Ningsih sudah merasa lebih baik, mereka bertiga mencari tempat yang sekiranya aman untuk mereka tempati.

Tanpa mereka sadari seorang pria menatap mereka dengan tajam. Tangannya mengepal erat, lalu si pria menusukkan jarum suntik pada lehernya sendiri, membuat pria itu seketika kejang.

"Hahahahaha!" Tawa pria misterius itu menggelegar memecahkan keheningan.

*****

Sementara Bayu, dia masih sibuk mencari kendaraan yang mau mengantarkannya ke sekolah tempat adiknya.

"Sial! bagaimana caraku bisa sampai ke sekolah Ara!" Kesalnya.

Bayu mengedarkan matanya melihat ke sekitar, banyak orang yang berlarian menyelamatkan diri. Kecelakaan lalu lintas di mana-mana membuat pria itu meringis ngeri melihatnya. Saat sedang fokus mengamati keadaan, matanya memicing melihat seorang anak SMA berseragam sama dengan adiknya berlari ke arahnya.

Dia tersenyum, lalu berlari menghampiri si murid,namun belum sempat dia bertanya, murid itu malah menabrakan dirinya ke mobil yang sedang berhenti di depannya, membuat si pengemudi marah karena darah dari si murid itu mengenai wajahnya.

"AKH SIAL APA KAMU GILA?!" Teriak si pengemudi marah.

Si pengemudi langsung keluar dari mobilnya, lalu berjalan cepat menghampiri anak SMA itu, dan saat si pengemudi ingin melihat keadaan si murid SMA, dia sontak mundur melihat si murid yang sudah tewas mengerikan dengan perut yang berlubang karena tertancap besi yang berada dekat mobilnya.

Tes...tes..tes

Tetesan darah keluar dari hidung si pengemudi membuat nya panik, lalu kejang-kejang, dan.

Dor!

*

*

*

**Hai sobat sachie...

Gimana kabarnya?

Masih berani baca cerita ini?haha buat yang masih berani fiks kalian hebat hihi.

Nantikan episode selanjutnya ya ...

Terus dukung sachie sampe bisa tamatin ini cerita**...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!