Hai hai semua. Emak kembali dengan cerita tentang dunia sekolahan lagi.
Yuk cek semangat dulu 👉
Spam nama guru yang kalian sukai waktu SMA👉
Komen ya di setiap paragraf🤭 Komen kalian penyemangat otor😝
Happy reading❤️
Senyum mengembang dari bibir Alara yang tengah menatap cermin. Tubuh mungilnya masih secantik biasanya, rambut curly nya disanggul rapi dan bibir sexy terbalut lipstik warna nude agar tidak terlalu kontras dengan wajahnya yang putih bersih. Tidak lupa menyemprotkan minyak wangi di beberapa area munculnya keringat berlebih.
"Hemm, sudah wangi dan cantik, saatnya sarapan," ucap Alara jumawa. Tak apalah memuji diri sendiri, maklum tidak punya ayang jadi tak ada yang memuji.
Alara membuka kulkasnya, mengeluarkan buah-buahan dan susu kotak, roti tawar dan selai sudah tersedia di atas meja makan.
Setiap hari suasana rumahnya selalu sunyi, satu tahun sudah Alara hanya hidup berdua dengan ibunya karena sesuatu hal. Kesepian ini tidak terlalu menyakitkan dibandingkan dengan rasa kecewa dihati karena ulah ayahnya.
"Gayamu lhoo Ra, sarapan begituan doang, memangnya kenyang?" Ledek Bu Mirna yang saat itu juga ikut sarapan dengan sepiring nasi goreng. Setelah menjanda, Bu Mirna hanya tinggal berdua dengan Alara, sementara putrinya yang satu lagi, Alula ikut tinggal dengan ayahnya. Sebenarnya Mirna ingin mengambil hak asuh keduanya, tapi ternyata Alula lebih memilih hidup bersama Ayahnya.
"Latihan jadi orang kaya, Siapa tau nanti jadi istri orang kaya, Bu. Aku lihat di televisi, orang kaya sarapannya begini, Bu," jawab Alara sesuka hati.
"Punya suami itu yang penting bertanggungjawab Ra, setia."
"Sejak Ibu dan ayah pisah, kriteria aku bertambah, mau yang kaya raya, ala CEO yang di novel-novel itu lhoo Bu, ya setidaknya kalau nggak setia nggak menyakitkan banget. Zaman sekarang ya Bu, udah nggak ganteng, kismin, kang selingkuh lagi, hih pengen nampol rasanya," ucap Alara. Ia ingin ibunya bisa hidup tercukupi tanpa harus bekerja keras seperti sekarang ini, Alara tidak tega.
"Ceo ceo itu seleranya bukan kamu Ra."
Alara manyun, "Ya di aminin aja sih Bu, maksa nih."
Mirna terkekeh melihat kelakuan putrinya itu. Ia paham, sebenarnya Alara masih terluka hatinya oleh cinta pertamanya.
Selesai makan sehelai roti tawar serta susu segar dan buah jeruk, Alara segera bersiap-siap berangkat ke sekolah tempat ia mengajar. Berbekal ijazah sarjana ekonomi yang ia punya, Alara kini bisa mengajar sebagai guru bahasa inggris di salah satu sekolah swasta populer di kota Malang. Tidak sinkron memang antara ijazah dan pekerjaannya, tapi berbekal kecerdasannya juga dalam bahasa inggris, Alara akhirnya ditugaskan untuk mengajar bahasa Inggris.
Alara berangkat sekolah menggunakan motor kesayangannya, motor yang ia beli dari hasil mengajar dan bekerja sebagai MC saat weekend, sedikit demi sedikit ia kumpulkan agar memiliki kendaraan.
Kini Alara sudah sampai di depan gerbang sekolah SMA Mahakarya, beberapa siswa menyapanya. Hal yang sangat membahagiakan bagi Alara adalah dicintai oleh siswa siswinya. Kekosongan hati Alara kembali terisi oleh cinta dari mereka.
Setelah motornya terparkir, Alara bergegas ke ruang guru. Sudah banyak rekan sejawatnya yang sudah datang, ada yang sedang sarapan, ada yang sibuk dengan leptopnya, mungkin menyiapkan materi agar semakin matang saat mengajar. Ada juga yang tengah menatapnya dengan sorot mata begitu tajam. Seperti biasa, Alara tidak memperdulikan hal itu.
"Perawan, jam segini baru datang," singgung Renata, salah satu guru yang seumuran dengan Alara.
Alara sih cukup senyum simpul untuk menanggapi Renata, beginilah memang tempat kerja, dimanapun berada pasti ada saja yang tidak suka, ada saja yang julid melilid, kuncinya ya abaikan.
Saat Alara ingin duduk, ia melihat ada sepucuk surat dan setangkai bunga mawar merah di mejanya. Ia terkejut saat melihat nama si pengirim surat. Siswa populer di sekolah ini ternyata menyukainya juga. Ini bukan kali pertamanya Alara mendapatkan surat cinta dari siswanya. Tubuhnya yang mungil dan cantik menjadikannya tidak terlihat seperti gadis usia 32 tahun.
"Cie, ini sudah surat yang keberapa Miss?" tanya Hanun yang meja kerjanya tepat di depan Alara.
"Ke 51 Nona Hanun, kenapa? mau ikut baca?" tawar Alara pada Hanun, teman baiknya. Selain ada yang julid pastinya ada yang baik hati dan tidak sombong, contohnya Hanun, Alara akrab dengan Hanun dan beberapa guru lainnya yang ia anggap sebagai teman dekat.
"Mau." Hanun langsung mengambil surat yang diberikan Alara, lalu membacanya perlahan sambil terkekeh. Zaman edan memang, berani menyatakan cinta pada gurunya.
"Ketua osis lhoo ini, bagaimana tanggapanmu Miss," tanya Hanun penasaran karena kali ini yang menyatakan bukan siswa biasa melainkan siswa populer dan terkenal kaya raya orangtuanya, perlu di garis bawahi, orangtuanya lhoo yah.
"Haduh, adek, cinta tak selamanya indah, Dek," jawab Alara. Hanun kembali terkekeh. Remaja zaman sekarang memang ajaib, uang jajan masih minta orangtua, tapi sudah bergaya ingin menafkahi anak orang.
"Kenapa tertawa sebegitunya?" tanya Azura yang baru saja datang.
"Tumben agak siang Zura?" tanya Hanun. Azura lalu menceritakan jika semalam anaknya sakit, jadi malam tadi sibuk begadang, itulah kenapa pagi ini telat bangun. Alara hanya menjadi pendengar disaat Azura sedang menceritakan masalah anak maupun tentang rumah tangga lainnya.
"Eh tadi itu kenapa, asyik banget kalian ngobrolnya, kan aku kepo, ada berita apa pagi-pagi begini?" Rupanya Azura masih penasaran.
"Noh, Miss beauty, ditaksir sama ketua osis," bisik Hanun. Azura nampak terkejut mendengarnya.
"Sudah sudah, masih pagi, ayo siap-siap ke kelas." Alara yang sudah menenteng leptop dan beberapa buku bergegas meninggalkan kedua teman baiknya. Kalau tidak pergi, pasti keduanya akan meledek Alara yang digandrungi brondong-brondong ganteng.
Saat melewati Aula, Alara berpapasan dengan Andre, ketua osis yang begitu berani menyatakan cinta tadi pagi lewat surat, dan saat ini dengan penuh percaya diri Andre menghentikan langkah Alara.
Andre menanyakan jawaban dari suratnya, namun Alara hanya menjawabnya agar Andre fokus sekolah saja, tidak perlu memikirkan hal yang belum saatnya dipikirkan.
"Miss, saya bukan yang terhebat, namun saya yakin kalau saya mampu membahagiakan Miss dengan bermodalkan cinta dan kasih sayang yang melimpah ini. I'm seriously, believe me please!" ucap Andre dengan mimik muka memohon.
"Tidak kenyang makan cinta, suatu saat pasti kamu akan faham Andre."
"Saya memiliki tabungan lumayan banyak Miss," ucap Andre masih gigih untuk mendapatkan cintanya.
Alara menghela nafasnya lalu pergi begitu saja meninggalkan Andre. Alara faham, usia SMA memang dalam masa pencarian jati diri, belum mampu berfikir panjang ke depan, belum pandai membaca resiko. Untuk menolaknya tidak perlu banyak bicara, cukup bersikap cuek saja, nanti juga akan mundur dengan sendirinya.
☘️Bersambung☘️
"Siapa yang tidak masuk hari ini?" ucap Alara setelah menanyakan kabar pada siswa siswinya.
"Nova Miss," jawab beberapa murid. Alara lalu menanyakan apakah ada yang tahu alasan kenapa Nova tidak masuk hari ini.
"Patah hati Miss di tolak cintanya sama ketua osis," jawab Rasya sambil tertawa, yang lainpun ikut tertawa.
"Eits, sudah sudah, masih sekolah, jangan cinta-cintaan dulu. Fokus menuntut ilmu, masalah cinta nanti kalau sudah waktunya," kata Alara sedikit menasehati muridnya. Walaupun tidak bisa dipungkiri jika masa- masa SMA adalah masa pencarian jati diri, selalu penasaran dengan hal-hal baru apalagi soal asmara.
Sebagai guru, Alara harus ikut berperan serta dan kerjasama dengan semua pihak untuk mengantisipasi kenakalan remaja. Masa SMA memang waktunya mengalami masa yang dinamakan masa pubertas. Saat pubertas, biasanya manusia ingin mencoba segala suatu yang baru dalam hidupnya, muncul berbagai macam gejolak emosi, dan banyak timbul masalah baik dalam keluarga maupun lingkungan sosialnya. Alara pernah merasakan demikian juga saat SMA.
"Katanya malah si Andre itu udah suka sama cewek lain Miss," ungkap salah satu siswa lagi. Pagi ini malah diisi dengan dunia pergosipan cinta sang ketua osis. Alara menghela nafas, andaikan mereka tahu, jika sang ketua osis pagi ini menyatakan cinta padanya, mungkin akan menjadi hari patah hati bagi siswi SMA Mahakarya.
"Sudah, masih pagi sudah bahas percintaan, tidak menghormati jomblo yang ada di depan kalian ini," ucap Alara yang langsung mendapatkan kekehan dari murid-muridnya.
"Mau nggak Miss saya jodohkan dengan om saya, polisi lhoo Miss, ganteng, pinter, rajin beribadah, baik hati lagi," cerocos Cindy, salah satu murid yang sudah lama ingin menjodohkan Alara dengan om nya.
"Rajin menabung tidak?" ledek Alara. Cindy hanya tersenyum. Alara lalu mulai menyiapkan laptopnya, setelah itu ia hubungkan dengan infokus. Ketika sudah terhubung, Alara siap untuk mengajar sampai dua jam pelajaran.
Saat Alara sedang fokus mengajar, ia merasakan ponsel dalam sakunya terus saja bergetar namun Alara tetap fokus mengajar hingga jam pelajaran selesai.
☘️☘️☘️
Duduk di meja guru sambil mengecek ponsel yang sedari terus berdering, setelah melihat siapa yang menelpon, ternyata mbok Darmi, dulu orang terdekat yang membantu ibunya mengerjakan pekerjaan rumah. Alara lalu menelpon balik takut ada kabar penting karena sudah ada 10 panggilan tak terjawab.
Saat telpon diangkat oleh si Mbok, terdengar suaranya yang nampak tersendat-sendat. Si Mbok memberi kabar jika pak Rudi ayah Alara saat ini kembali dirawat di rumah sakit karena penyakit diabetes.
Alara hanya mendengarkan cerita Mbok Darmi, entahlah walaupun dirinya sangat khawatir karena diabetes salah satu penyakit yang mematikan nomer tiga di dunia, tapi tetap saja Alara enggan menjenguk ayahnya, biarkan saja ada Donita yang akan merawatnya, jangan hanya menikmati harta ayahnya saja tapi harus mau merawatnya.
Selesai menelpon Mbok Darmi, Alara memijat keningnya. Dilema yang tidak berkesudahan terus saja ia rasakan, apalagi semenjak meninggalkan rumah, beberapa kali ayahnya dirawat di rumah sakit.
Alara yakin ayahnya sengaja makan sembarangan, tidak diet seperti biasanya agar masuk rumah sakit dengan tujuan untuk membujuk Alara pulang ke rumah.
Terkadang ada rasa kasihan, tidak tega pada ayah, tapi jika mengingat hari itu, hari dimana Ayah mengusir ibunya hanya karena Donita, ia kembali menguatkan hatinya agar tidak mudah goyah untuk kembali menapakkan kakinya di rumah kebanggaannya dulu.
Alara beranjak dari tempat duduknya, ia bergegas menuju kantin membeli es kopi agar pikirannya lebih tenang. Namun sesampainya di kantin Alara melihat satpam sekolahan berlari tergopoh-gopoh.
"Ada apa pak Rahmat?" tanya Alara. Pak Rahmat berhenti lalu menunjuk ke arah gedung belakang jika ada anak yang ingin membolos lewat tembok belakang.
Alara ikut lari dengan pak Rahmat, ia menggerutu dalam hati, masih pagi sudah ingin bolos saja. Dan benar saja, ada jejak sepatu di tembok belakang gedung, pertanda ada yang lompat lewat sana.
"Pak, itu nanti atasnya diberi kawat saja yah agar mereka tidak lagi lewat situ, nanti saya akan cari siapa siswa yang bolos hari ini." Pak Rahmat mengangguk. Alara kembali ke kantin, kopinya yang ia pesan sama sekali belum ia minum.
Di kantin sudah banyak siswa siswi yang tengah membeli makanan karena memang sudah waktunya jam istirahat. Alara menikmati kopinya sambil berkirim pesan dengan mbok Darmi, dan tidak lupa juga mengirim pesan pada Donita agar menjaga ayahnya dengan baik.
"Boleh saya duduk di sini Miss?" Alara mendongak, ia mendengus pelan, ternyata Andre. Melihat sekelilingnya yang sedikit gaduh karena siswi-siswi terlihat histeris manja saat melihat kedatangan Andre.
"Boleh, duduk saja." Andre langsung duduk dengan percaya diri.
"Ada kamu kantin jadi ramai tuh, ciwi-ciwi pada heboh, cantik-cantik ya Ndre siswi di sini," ucap Alara. Ia mengatakan demikian agar Andre berhenti mengejar dirinya.
"Semenjak lihat Miss Alara, saya tuh jadi sakit mata, karena semua yang saya lihat jadi hitam putih. Cuma Miss Alara yang berwarna," ungkap Andre. Hal ini membuat Alara tersedak. Andre langsung memberikan saputangannya pada Alara.
Alara menolaknya dengan halus, "Nanti jadi gosip, sudah saya mau ke kantor lagi." Alara geleng kepala, selain cerdas di akademis, sang ketua osis juga ternyata cerdas membuat dirinya pusing menghadapi tingkahnya.
☘️ Bersambung ☘️
Niat hati ingin bersantai-santai di kantin malah dirusuhi berondong ganteng. Bukannya apa, hanya takut nanti diserbu fansnya, Alara bonyok nanti.
Akhirnya Alara kembali ke kantor guru, sudahlah ngopi-ngopi di kantor saja. Saat masuk ke dalam kantor guru, Alara berpapasan dengan wanita cantik yang sok laris karena selalu bangga sudah menikah di depan Alara yang masih jomblo. Kurang ajar memang.
"Ternyata diam-diam mengincar berondong kaya, tidak menyangka," sindir Renata sambil terkekeh.
Alara terkejut, biang gosip yang satu ini memang pandai sekali mencari berita. Apalagi jika sudah berhubungan dengan Alara, pasti tambah semangat lagi dalam mengorek informasi. Mirip lah dengan mak lambe curah.
"Jangan salah, sandra dewi saja bisa mendapatkan harvei mois, pak RB kepincut dengan pesona Syahrini yang berbeda usia diatasnya. Siapa tahu juga nanti Alara mendapatkan kolongmerat seperti kedua artis mujur itu, doain yah bu Renata," ucap Alara tak kalah meledek ketika membalas ucapan Renata.
Renata tersenyum sinis lalu meninggalkan Alara begitu saja. Alara juga melanjutkan langkahnya sambil berpikir, kalau dirinya dan Andre mana mungkin bisa seperti Syahrini dan Pak RB, perbedaan usia dirinya dan Andre bagaikan keponakan dengan tantenya. Sama sekali tidak lucu.
Baru saja bokong sexynya duduk, eh ponselnya kembali berdering, Alara melihat dilayar ponselnya tertera nomor baru. Ingin mengabaikan tapi terus saja berdering. Akhirnya Alara menerima panggilan telponnya.
Suara dari seberang telpon terdengar merdu saat mengucapkan salam. Laki-laki itu mengajak berkenalan dengan Alara atas rekomendasi Hanun. Oh rupanya ulah Hanun, lelaki itu memperkenalkan diri bernama Arif, sopan sekali saat bertutur kata, sepertinya lelaki baik, sepertinya sih. Zaman sekarang harus lebih hati-hati, banyak yang baik di awal saja, saat sudah dinikahi, baru terlihatlah watak aslinya.
Alara tidak ingin berlama-lama mengobrol dengan Arif, apalagi baru kenal. Ia berpamitan dengan alasan ingin kembali mengajar. Untung saja Arif mengerti, ia langsung mengakhiri panggilan telponnya sambil berpesan semoga nanti siang bisa bertemu dengan Alara.
Alara tidak menjawab permintaan Arif, ia langsung mengakhiri panggilan telponnya sambil bergumam dalam hati, awas nanti Hanun.
***
Bel istirahat berbunyi, Alara menatap Hanun dengan tajam saat Hanun masuk ke ruang guru. Eh yang ditatap malah senyum-senyum bak tak punya dosa. Saat Hanun sudah duduk, Alara langsung menginterogasi Hanun.
"Siapa itu Arif?" tanya Alara.
Hanun terkekeh, "Maafkan daku sayang karena tidak tahan melihat dirimu jomblo, jadi seperti biasa, aku mencoba mengenalkan salah satu teman kantor suami sama kamu cantik."
Alara mengerucutkan bibirnya, "Assalamualaikum ukhti, boleh berkenalan tidak ukhti, ayo kita sama-sama mencari kebaikan di jalan Allah ukhti, saling mengingatkan dalam kebaikan ukhti. Preeet."
Hanun tergelak, "Lhoo bukannya bagus ya Miss, dia berarti mau ajak you menjadi manusia lebih baik."
"Baik dari Hongkong, untung aja kamu sudah dijodohkan, dapat calon suami baik lagi, coba kalau masih jomblo, pasti gampang ditipu sama buaya hijrah," ucap Alara. Hanun tergelak, apalagi itu istilah buaya hijrah.
"Coba dulu, lihat dulu, siapa tahu sreg nanti," bujuk Hanun. Alara menggeleng mantap. 32 tahun menjomblo bukan berarti Alara polos, ia belajar dari pengalaman teman-temannya, jangan sampai sembarangan memilih jodoh.
"Apa jangan-jangan sukanya sama Andre?" ucap Hanun dengan polosnya. Alara mendelik, Hanun kembali terkekeh.
"Jangan pikirkan jodohku saat ini, mending kita cari-cari tempat yuk buat liburan nanti weekend. Ajak pacarmu bila perlu." Hanun mengerutkan dahinya.
"Kenapa?"
"Bawa pacar nih?"
Alara mengangguk, "Memangnya kenapa?"
"Nanti kamu malah jadi obat nyamuk."
"Nggak apa-apa, siapa tahu nanti aku di taman hiburan ketemu calon suami tajir melintir kaya raya tujuh turunan, tujuh tanjakan, tujuh putaran."Lagi-lagi minatnya memiliki suami seorang Ceo begitu menggebu, eh siapa sih yang tidak ingin memiliki suami kaya raya pakai jam rolex, sepatu LV, pakaian Gucci.
"Ada kok temannya mas Rio yang begitu," ucap Hanun tersenyum.
Alara membelakan mata, "Cius?"
"Tapi dia keturunan yang ke delapannya,"jawab Hanun sambil tergelak.
"Weh, Hasyem kamu Nun." Alara juga ikut tergelak.
☘️ Bersambung ☘️
.
.
.
Realitis aja ya Ra, emak san juga sama kaya kamu. Pemuja duit🤣 Selama finansial oke, kesepian bukanlah masalah besar😁 cung yang setuja 👉👉
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!