NovelToon NovelToon

Suami Ku Adalah Dokter

Perkenalan Tokoh

-Alana putri zahra:

Panggil saja alana, gadis SMA kelas 12 IPA 1. Gadis manis dengan segudang prestasi, pandai bermain alat musik, dan dikagumi banyak laki-laki. Dengan kepribadian yang seperti anak kecil dan otak yang polos membuat semua siswa berlomba lomba untuk mendapatkannya. Namun , tak ada satu pun yang berhasil membuat alana jatuh hati. Ia tak bisa hidup tanpa keluarga, sahabat, dan coklat. Hal yang paling ia takuti adalah disuntik dan kehilangan Dava.

-Dava agatha mahesa:

Panggil saja dr. Dava, diumur nya yang masih sangat muda ia sudah menjadi dokter disebuah rumah sakit terbesar di kota Yogjakarta, yang milik keluarganya sendiri. Ia sudah berkepala dua namun masih nyaman sendiri. Ibunya sudah berulang kali menagih janji Dava untuk segera menikah. Ia menyukai olahraga, warna biru, dan Alana.

Chapter 1

Alana sedang berada dikantin dengan kedua sahabatnya.

"Alana lu tau besok ada penyuntikan?".

"Hah suntik?" Pekik alana membuat pengunjung kantin menoleh ke arahnya.

Nadia hanya mengangguk.

"Ayo lo alana besok suntik"goda rika.

Mereka tau bahwa alana sangat takut dengan jarum suntikan, tetapi alana bercita cita untuk menjadi seorang dokter, aneh bukan?

"Besok aku ngga mau masuk", keputusan alana.

"Loh ngga boleh gitu donk! " ucap Nadia

"Masa kelas dua belas masih takut sama jarum suntik"goda rika mengejek alana.

"Pokoknya alana ngga mau sekolah besok" Tegas alana kepada kedua temannya.

"Ah payah lu" intan memutar bola matanya malas

"Lagian ngapain jga sih, ngadain suntik suntikan segala" gumam alana.

Para perempuan berteriak histeris saat ketika sang primadona SMA Garuda datang, lelaki jakung, memiliki rahang tegas, berkumis tipis dan memiliki alis yang tebal datang menghampiri meja alana dengan kedua sahabatnya.

"Siang alana" sapa raka kepada alana.

"Siang juga Raka" balas alana seraya senyum yang terlihat sangat manis bagi Raka.

'Raka deo pradita' cucu dari pemilik sekolah ini, yang memiliki ambisius untuk membuay Alana menjadi kekasihnya.

"Sudah makan?" tanya Raka kepada Alana seraya duduk dibangku samping Alana.

"Udah" balas Alana singkat.

"Lho, mau kemana?" Raka beranjak dari tempat duduknya untuk mengejar Alana yang hendak pergi.

"Mau ke toilet, Raka mau ikut?" tanya Alana seraya menyilangkan tangan didepan dada.

"Emang boleh" spontan Raka.

Alana geram dengan Raka yang selalu mengganggunya.

"Ya enggak lah" balas Alana dan lanjut melangkahkan kakinya.

Raka tak berputus asa untuk mengejar pujaan hatinya, sulit memang mencintai seseorang yang di sukai banyak orang.

Sudah lebih dari sepuluh kali Raka ditolak oleh Alana, dengan alasan 'Alana masih kecil, gak boleh pacaran kata bunda' alasan yang classic bukan?

"Al, kenapa si lo ga coba untuk nerima si Raka?" tanya Rika yang sedang memoleskan liptblam dibibirnya.

"Aku ngga suka sama Raka" jawab Alana yang sedang merapikan seragam nya.

"Terus kenapa juga lo tolak Aldi si kapten basket yang ganteng nya seisi sekolah?" Nadia geram dengan sahabatnya yang cantik ini, polos layaknya kain kafan, dan lemot.

"Aku males pacaran, entar kayak Nadia lagi bikin statusnya galau mulu," jawab Alana enteng.

"Ya itu emang gara si Nadianya aja yang bucinnya tak terkira," jawab Rika yang langsung dapat tatapan tajam dari Nadia.

"Lagian yah Nando tuh sering off tiba-tiba," Nadia menatap dirinya dicermin.

"Kata bang Malvin, kalo kayak gitu tandanya kamu ga penting baginya," cicit Alana.

Rika mengganguk membenarkan ucapan Alana

"Udah ah kalian bacot" sarkah Nadia

Rika dan Alana pun tertawa.

"Aku mau ke loker dulu ya," Alana melangkah kan kaki nya ke arah loker nya.

Alana terkejut ketika menemukan banyak sekali soklat dan surat di lokernya, bukan pertama kali seriap hari selalu begini. Padahal Alana sudah menolak banyak laki-laki, tapi sepertinya mereka tidak menyerah.

Fyuhh....

Alana membuang nafas berat, jika seperti ini rumah nya akan menjadi toko coklat. Apalagi ia harus berbagi dengan Malvin kakak nya yang super ngeselin tapi ngangenin, hehehehe....

Di dalam kelas keadaan sangat berisik, memang sekarang sedang free class, dan seketika kelas menjadi ramai bak pasar.

"Sebenarnya gua takut suntik campak dan rubella," ucap Nadia.

Rika mengalihkan matanya dari handphone nya, menatap Nadia lekat

"Lo takut di suntik juga?" tanya Rika.

Nadia mengangguk.

"Gua takut, dicampakin terus gada yang ngebela," ucap Nadia

"Bucin lo taek" geram Rika.

Alana datang ke kelas dengan membawa sekantong coklat yang harganya lumayan mahal.

"Buset mau jualan coklat bu?" tanya Nadia.

"Pasti dari fans lo ya?" tanya Rika.

Alana mengangkat bahu acuh, mukanya cemberut.

"Alana bingung, kulkas aku isinya coklat semua,"

"Ya makanya bagi dong!" kata Rika dan langsung diangguki oleh Nadia.

"Aku ga rela berbagi coklat," jawab Alana sembari membuka bungkus coklat dan langsung melahapnya, tanpa mempedulikan Surat yang tertempel dibungkus coklat itu.

"PELIT LO!" icap Rika dan Nadia bersamaan.

"Tapi karna aku lagi baik, kalian boleh deh makan sepuasnya," ucap Alana seraya tersenyum manis.

"WOY TEMEN-TEMEN ALANA LAGI BAGI-BAGI COKLAT NIH!" teriak Nadia kepada teman sekelasnya, dan saat itu juga meja Alana diserbu oleh teman-teman nya.

Alana menatap nanar coklatnya yang dalam sekejap lenyap.

"Ikhlasin ya." Bisik Rika menahan tawa nya menatap muka Alana yang memerah padam.

Chapter 2

"Mau main ke rumah gua gak?" tawar Rika.

Bel pulang sekolah sudah berdering sejak 3 menit yang lalu, saat ini Alana, Rika, dan Nadia sedang berada di parkiran. Mereka akan pulang bersama seperti biasanya.

"Gua sih yes," ucap Nadia yang sedang makan cimol yang ia beli di depan gerbang.

"Aku kayaknya ngga," ucap Alana menutup botol minumnya.

"Lak ken--"

"Alana."

Ucapan Rika terpotong oleh suara bass seseorang. Mereka bertiga menengik ke arah suara tersebut, di sana berdirilah lelaki jangkung yang memasukan dua lengannya kedalam kantong celana abu-abu nya.

"Iya, Raka?" Alana menautkan alisnya seolah bertanya 'ada apa?'

"Mau pulang bareng ga?" tawar Raka

Alana menggeleng.

"Kayaknya ngga deh," tolak Alana secara halus.

"Pliss kali ini aja," rajuk Raka.

"Tap--"

Belum sempat menyelesaikan kalimatnya lengan Alana langsung di genggam oleh Raka menuju motor sport nya.

"Serasa nyamuk gua njirr," cicit Rika dan langsung masuk ke dalam mobilnya.

~~~~

"Mau mampir dulu?" tanya Alana seraya menyerahkan helm kepada Raka.

"Lain kali aja ketemu camernya, belum siap," jawab Raka diselingi tawa kecil.

"Oh yaudah, aku masuk ya, hati-hati di jalan," ucap Alana di depan gerbang.

"Iyah hati-hati, yang di hati jangan pergi. Aku pamit, bye sayang," ucap Raka membuat Alana mual seketika.

"Itu pacar lo dek?"

Alana tersentak kaget melihat Malvin yang ada di belakangnya.

"Eh, bukan,"

"Jujur aja,"

"Itu bukan pacar Alana abang bolot," sebal Alana berlari menuju rumahnya dan sengaja menabrak bahu Malvin.

"Dasar anak jaman sekarang suka gantungin perasaan orang, padahal tuh cowok kayaknya suka sama si curut, emang dasar ade gue polosnya kelewatan." gerutu Malvin seraya menutup pintu gerbang.

"Assalamuallaikum, bundanya Alana!" teriak Alana dengan suara memekik telinga.

Sari- Bunda nya Alana, datang dengan celemek yang masih melekat di badannya menghampiri anak gadisnya itu.

"Wa'alaikumsalam, kebiasaan banget kalo pulang selalu teriak-teriak!" tegur Sari.

Alana langsung menyalimi Sari.

"Hehe, maaf bunda aku khilaf," ucap Alana menggaruk tengkuknya.

"Yaudah mandi sono, abis itu makan!" perintah Sari.

Alana mengangguk, dan berjalan kearah tangga menuju kamar nya.

Alana langsung merebahkan badannya di atas kasur pink king size nya, hampir seluruh barang yang ada di kamarnya berwarna pink, karena Alana sangat menyukai warna pink.

Kaki mungil nya melangkahkan kearah kamar mandi untuk melakukan kegiatan nya yaitu, bernyanyi dikamar mandi. Padahal sudah sering ditegur tapi tak pernah mendengarkan.

"Bun, tadi Alana pulang sama cowok tau," bisik Malvin di telinga Sari, membuat Sari menghentikan aktivitas nya sejenak.

"Jangan ngada-ngada kamu Vin," jawab Sari langsung membuat Malvin merengut.

"Ah bunda, gak pernah percaya. Cowoknya ganteng bun,"

"Coba nanti bunda tanya, awas Kalo bohong!" Sarkas Sari sambil mengangkat spatula didepan muka Malvin, dan membuatnya meneguk ludah.

"Woy abang bolot. Coklat Alana kemana!?"

"Apaan sih lo teriak-teriak gua ga bolot *****,"

Alana terkejut melihat 3 buah coklat miliknya menatapnya nanar. Matanya berkaca-kaca, tadinya coklat di lemari pendingin atas dan bawahnga isinya coklat, dan sekarang katakan 'RIP' pads coklatnya

"Huaaa...."

Malvin duduk disofa dan memencet tombol diremote nya.

Malvin tersentak kaget mendengan tangisan adiknya yang mungkin terdengar sampe luar.

"Berisik woy," kata Malvin sambil menutup kupingnya.

Alana menghampiri Malvin dan langsung menjambak rambut nya.

"Abang harus tanggun jawab hiks!"

"Ash, woy lepasin! Botak entar pala gua woy,"

Malvin berusaha melepaskan tangan Alana dari rambutnya, dan berhasil.

"Tanggung jawab!" Ucap Alana.

"Lah kapan gua ngehamilin lo?" Tanya Malvin.

Plakk

Alana memukul kepala Malvin keras membuat sang abangnya meringis.

"Ih bukan! Coklat Alana mana hiks?" Ucap Alana sambil menghapus air matanya.

"Oh coklat, gua bagiin pas pagi sama anak-anak SD yang lewat depan rumah," jawab nya santai, dan melanjutkan acaranya.

"Huaaaaaaa....." Alana kembali manangis.

Sari mendengar keributan tersebut langsung berlari menghampiri keduanya.

"Abang apain Alana?" Tanya Sari sambil mengusap babu Alana.

"Engga kok bun, Malvin cuma bagiin coklatnya Alana ke anak-anak SD," jawab Malvin menunduk.

"Hah!?" Sari kaget dengan pernyataan tersebut. Sari tau motto anak bungsunya itu 'coklat harga Mari, dan yang memakan coklat tanpa seizin nya harus mati' sadis bukan.

"Minta maaf sekarang," suruh Sari kepada anak sulungnya itu.

"Males ah bun, Alana jelek," jawab Malvin.

"Huaaaa.." Lagi-lagi Alana menangis.

"Abang!" Tegas Sari.

"Yaudah Alana, abang Malvin yang gantengnya sekomplek ini minta maaf yang sebesar-besarnya. Nanti abang beliin sama mamang tukang coklatnya," ucap Malvin di hadapan Alana.

"Aaaaa sayang abang," Alana langsung memeluk leher Malvin membuat lehernya tercekik.

"Udah woy, lepas ***** mati ntar gua," pekik Malvin, Alana melepaskan pelukannya dan menyengir polos.

"Nah gitu dong, yuk makan," ajak Sari.

Seorang kakak memang selalu jahil kepada adiknya, tapi percayalah jika ada apa-apa kepada adiknya seorang kakak lah yang paling pertama membelanya.

"Bun ayah kapan pulangnya?" tanya Alana kepada Sari.

Alana sangat merindukan ayahnya itu, ayah Alana adalah seorang pembisnis, sehingga harus mengurusnya hingga harus meninggalkan keluarga.

"Katanya sih minggu," jawab Sari.

Alana mengangguk.

"Alana udah punya pacar?"

"Uhuk-uhuk,"

Sari bertanya tiba-tiba membuat Alana tersedak, refleks Malvin langsung memberikan segelas air putih.

"Pasti bunda tau dari abang ya?"

"Heem," jawab Sari.

"Alana gak punya pacar kok bun,"

"Kata abang kamu tadi dianterin cowok, siapa?"

"Dasar abang ember. Itu temen kok bun,"

Rani mengangguk saja.

"Jelek sih lo makanya gada yang mau," cibir Malvin.

"Lah kamu ngaca Vin, umur udah tua belum pernah bawa pacar ke rumah" balas Sari sinis membuat Malvin mati kutu.

Malvin menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Nanti bun masih otw," jawab Malvin.

"Otw aja terus, gak nyampe-nyampe," sindir Alana.

Mereka melanjutkan makanan nya, hingga keadaan hening dan yang terdengar hanyalah suara garpu dan sendok yang mengadu.

"Aku ke kamar ya bun, good night my hero," ucap Alana sambil mengecup pipi Sari.

"Night too my princess," jawab Sari.

"Dasar anak bunda," cibir Malvin setelah sampai dikamar Alana.

"Lah abang anak siapa? Anak monyet? " jawab Alana ketus, dan langsung memasuki kamarnya.

"Gile, polos-polos omongannya nge-jleb," gumam Malvin dan langsung memasuki kamarnya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!