{Siapa aku?
Kalian sungguh ingin tahu?
Tidak usah banyak. Aku bukanlah wanita yang seharusnya kalian tahu banyak. Aku hanya manusia biasa, seperti kalian. Aku juga bisa mati, sama seperti kalian. Aku juga percaya hari kiamat pasti terjadi, tapi tidak ku ketahui kapan terjadinya. Demikian juga Tuhan. Aku percaya Dia ada dan hanya satu.
Tapi perlu kalian ketahui di balik itu semua, aku memiliki hal yang tidak dimiliki siapapun. Bukan milikku juga. Ini semua titipan. Ini semua ciptaan ayahku yang canggih-canggih. Walaupun begitu, namun ini adalah idenya yang luar biasa saat jadi seorang pria yang suka mendeteksi secara diam-diam sebelum datangnya polisi.
Apa maksudku bicara begitu?
Kalian mau tahu?
Sungguh kalian mau tahu?
Cari tahu sendiri!
Akulah Mirna Setyawati. Panggil aku...
...Dek Mirna!...
Aku siap membantu dan melayani kalian sebisaku. Inilah kisah ku.}
Hangatnya secangkir susu putih memulihkan semangatnya kembali untuk sekolah. Walaupun dapat banyak pahitnya daripada senangnya, namun itu tak pernah membuatnya merasa jatuh. Memang ada menyebalkan dan rasa ingin marahnya. Namun tak jadi masalah.
Tak ada yang tahu siapa dia sebenarnya. Anak orang kaya yang ternyata terlahir dari detektif swasta tentang kasus apapun di seluruh negeri bernama Javabirna ini. Namun, kasus ayahnya adalah membantu polisi melawan tindak kasus kriminal. Sedangkan dirinya berbeda.
Mirna lebih ke kasus KDRT. Seperti suami atau istri selingkuh, mertua atau menantu nakal, pembunuhan dalam rumah tangga, kasus pelacur, serta LGBT yang akhir-akhir ini sering terjadi di negeri ini. Khususnya suami atau istrinya yang malah selingkuh dengan sesama jenis.
Mirna Setyawati dan neneknya ini tinggal di rumah yang cukup mewah. Walau ada mobil, namun tak ada yang dapat mengendarainya. Mirna belum boleh mengendarai mobil karena ia masih golongan anak sekolah. Sedangkan neneknya tidak mungkin, walau ia dulu bisa mengendarai mobil atau motor.
Bu Eka selalu menemani Mirna di rumah, kecuali sekolah. Jika ke sekolah, Mirna selalu berangkat sendiri. Mirna pun berangkat setelah sarapan. Ia selalu pergi dengan naik sepeda roda duanya. Ia pun pergi dengan salaman tangan dan doa restu sang nenek.
Mirna mengayuh sepedanya. Sepeda yang ia dapat dari mendiang kedua orang tuanya saat ia masih duduk di bangku SD. Mirna anak yang amat patuh pada kedua orang tua. Sebagai anak semata wayang, Mirna selalu pergi kemanapun dengan orang tuanya. Walau kemana-mana harus dengan orang tuanya, namun Mirna tidak manja. Ia anak yang mudah mandiri.
Saat menjadi anak yatim-piatu sekarang ini, Mirna semakin mandiri. Ia membantu neneknya di rumah jika tak ada tugas sekolah atau tugas memecahkan kasus yang misterius atau tak terpecahkan dalam rumah tangga.
Biarpun detektif, namun Mirna hanya ingin dibayar sesuka hati mereka yang meminta bantuannya. Jika orang itu membayar uang 1000 rupai saja, Mirna terima dengan senang hati. Ia terima dan ia tabung. Untuk membeli barang yang ia butuhkan, diinginkan, atau membantu orang kurang mampu.
Namun jika bayarannya terlalu besar, Mirna malah menolaknya. Pernah ada orang membayarnya 100 juta rupai, tapi Mirna malah mengembalikan uang itu dan meminta uangnya dikurangi 50 juta rupai. Bahkan ia meminta orang itu untuk membayarnya 50 ribu rupai saja kalau perlu.
Ibukota Javabirna, Baradina, pagi ini amat sangat sejuk dan tenang. Dulu saat masih ada ayah, Mirna diantar sekolah oleh ayahnya. Kini, Mirna tinggal dengan Bu Eka yang usianya sudah mencapai 60 tahun lebih. Ibunya meninggal setelah mengalami kecelakaan hebat sepulang kerja. Sedangkan ayahnya wafat karena sakit.
Terkadang Mirna menangis jika mengingat masa-masa indah dengan mendiang kedua orang tuanya. Tapi, ia ingin membuat mereka bahagia. Semua kasus rumah tangga yang sulit terpecahkan polisi saja bisa diatasi berkat bantuan Mirna. Saking sibuk dengan tugasnya sampai harus ia bereskan di sekolah juga, Mirna jadi dapat bully-an itu.
Ia sering dibilang 'orang aneh', 'gadis kurang waras', bahkan sampai ada yang menyebutnya 'orang gila'. Seperti beberapa waktu lalu, ketika ia tengah sibuk meneliti foto untuk kasus seorang wanita yang minta bantuannya menyelidiki suaminya.
"Haduh, lihat foto aja sampai segitu seriusnya," kata salah seorang teman laki-lakinya, Febri.
"Lihatnya kayak lagi lihat foto K-Pop idaman," kata temannya yang lain, Iqbal.
"Emang Mirna tuh orang aneh. Atau beneran sinting, ya? Lihat fotonya kayak sambil ngehalu gitu. Kayak di sinetron-sinetron. Hahaha!" tambah temannya yang lain.
Kemudian Mirna ditertawakan saat itu. Tak hanya yang laki-laki. Yang perempuan juga sebagian ikut menertawakan. Tapi ada juga yang merasa kasihan padanya.
Sebenarnya, Mirna tengah meneliti dengan lensa kontak mata canggih buatan ayahnya yang luar biasa. Matanya jadi seperti mata robot. Bahkan seperti kacamata pahlawan super Batman untuk mendeteksi suatu benda atau tempat. Sehingga, bisa terlihat dimanakah dan siapakah pemilik sidik jari atau identitas diri pelaku di foto itu.
Tak hanya itu. Mirna juga pernah memakai gelang yang di tancapkan dihidungnya. Gelang ini sama persis dengan gelang yang biasa dipakai para wanita di India yang sudah menikah. Gelang buatan ayahnya ini bisa mendeteksi atau melacak bau atau aroma para pelaku kejahatan itu. Sehingga tidak perlu menggunakan lagi anjing pelacak polisi.
Namun, teman-temannya malah menghina Mirna dengan sebutan-sebutan diatas. Bahkan saat tengah melacak lewat foto di sekolah, Mirna dibilang 'orang gila', karena ia malah mencium bau foto.
Dan kasus itu segera dipecahkan Mirna malam harinya. Suami wanita itu benar-benar selingkuh dan dibawalah ia ke pihak kepolisian. Di Javabirna, orang-orang yang melakukan tindak perselingkuhan, pelacur, LGBT, KDRT, dan sejenisnya mendapat hukuman penjara maksimal 6 bulan.
...°°°...
Di hari Minggu, Mirna membantu Bu Eka di rumah. Ia mencuci piring, menyetrika, sampai mengepel lantai. Untuk menyapu, itu bagian neneknya. Bu Eka juga merapikan tempat tidurnya dan cucu satu-satunya. Walaupun sudah berusia senja, namun Bu Eka masih memiliki tulang-tulang kuat untuk melakukan semua itu. Entah apa yang dilakukannya semasa mudanya. Mungkin saja, beliau sangat rajin berolahraga, sehingga tulang-tulangnya masih bisa sekuat besi.
Sampai akhirnya, Mirna kedatangan tamu. Itu adalah tetangganya yang bernama Marisa. Gadis muda yang sudah menikah. Usia pernikahannya baru 2 sampai 3 bulan. Ia ternyata bertemu dengan Bu Eka, yang membukakan pintu untuknya.
"Eh, Neng Marisa!" seru Bu Eka menyapa.
Marisa tersenyum. Gadis berusia 22 tahun itu tersenyum dan bertanya, "Mirna-nya ada, Nek Eka? Saya mau ketemu!" (para tetangga memang memanggilnya Nek Eka).
"Mirna ada. Sebentar ya, saya panggil dulu!"
Bu Eka meminta Marisa untuk masuk. Dan segera dipanggillah Mirna. Mirna saat itu tengah menyetrika baju. Mirna segera mematikan setrika karena kedatangan tamu.
Mirna menemui Marisa yang duduk di ruang tamu.
"Eh, Mbak Marisa!" seru Mirna sambil duduk di sebelahnya.
"Iya nih, Mir. Ada waktu nggak kamu bantu saya? Saya lagi butuh bantuan kamu," balas Marisa dengan wajah cemasnya.
"Minta bantuan apa, ya?"
"Sini!"
Marisa menjawab dengan berbisik cukup lama di telinga kirinya Mirna. Sampai akhirnya, Mirna menunjukkan respon terkejut.
"Ah, masa Mbak?" tanya Mirna tak percaya.
"Iya. Tapi itu juga baru dugaan saya. Bisa aja Kang Surya itu malah jalan sama wanita lain. Jalan dalam artian kencan gitu," jawab Marisa.
"Baru dugaan, Mbak. Kalau emang bener Mbak Marisa-nya suudzon gimana?"
"Ya biar rasa suudzon saya hilang, kamu selidiki. Benar nggak, suami saya itu selingkuh atau nggak."
"Semoga aja nggak! Saya siap membantu semampu saya."
Marisa mengangguk tersenyum dan berterima kasih pada Mirna. Ia pun mengeluarkan uang untuk bayar Mirna. Uangnya hanya 100 ribu rupai saja. Mirna menerimanya segera.
"Makasih, Mbak! Padahal bayar nanti pun nggak masalah," kata Mirna dengan senang sopannya.
"Sekarang ajalah. Nanti malah jadi hutang. 'Kan kasihan kamunya," balas Marisa.
Mirna tersenyum kecil. Ia pun bersalaman dengan Marisa, tertanda 'deal'. Sepakat juga untuk kerjasama jika Marisa juga dibutuhkan oleh Mirna, jika gadis itu meminta bantuannya. Seperti memberikan informasi tentang Surya, suaminya Marisa.
Marisa pun pamit pulang pada Mirna dan neneknya dengan ucapan salam juga. Mulailah hari itu juga, Mirna harus melaksanakan tugasnya. Namun sebelum itu, ia melihat foto Surya yang Marisa berikan dengan uang bayarannya di dalam amplop coklat.
"Bisa aja ini mantan pacarnya," kata Mirna bergumam.
...***...
Saatnya bertugas!
Gadis itu pergi sendiri dengan sepedanya. Kata Marisa di hari Minggu ini, Surya pergi main futsal dengan teman-teman kantornya. Lapangannya tidak jauh dari komplek perumahan tempat tinggal mereka.
Sudah bisa di selidiki langsung oleh Mirna. Karena ia tahu dimana lapangan itu berada. Jadi, ia tinggal mendeteksi Surya setelah bermain futsal dengan teman-teman kerjanya. Tak hanya menyelidiki apa yang Surya lakukan setelah futsal. Tapi yang patut dipertanyakan adalah:
Benarkah Surya itu bermain futsal, atau justru selingkuh dengan wanita lain?
Mulailah ia melihat lapangan futsal itu saat sudah sampai. Di dalamnya ternyata kosong. Tidak ada siapa-siapa. Tak ada kegiatan orang yang bermain basket atau futsal. Bingung juga mau berbuat apa, sampai Mirna melihat seorang bapak-bapak yang sudah cukup umur sedang menyapu lapangan.
Untuk mendapatkan informasi, Mirna mendekatinya dan bertanya, "Permisi, Pak! Apakah tadi ada yang main futsal di lapangan ini?"
Bapak itu mengerutkan kening, kemudian menjawab, "Nggak ada yang main futsal di sini, Dek. Adanya anak-anak yang berusia masih sekolah SMP gitu. Tapi mereka main basket, bukan futsal.".
Mirna terkejut. Artinya memang sebuah bukti bahwa Surya membohongi istrinya. Mirna melihat jam tangannya. Sekarang jam 9 pagi. Untuk dapat informasi lebih, Mirna menelepon Marisa.
"Halo, Mbak Marisa! Aku mau tahu, Mas Surya itu kalau futsal suka jam berapa, ya?"
Di seberang Marisa menjawab, "Dia futsal jam 7 sampai jam 9. Emang kenapa?"
"Ada di rumah nggak sekarang?"
"Nggak ada. Dia belum pulang."
Bisa saja ini benar kalau Surya telah membohongi Marisa. Ia pun berterima kasih pada Marisa lalu menutup telepon. Mirna kembali bertanya pada bapak tukang sapu lapangan itu.
"Pak! Anak-anak SMP itu, main basketnya dari jam 7?"
Bapak tukang sapu itu menjawab, "Iya. Tapi selalu satu jam, sampai jam 8."
"Ada lagi yang pakai lapangan ini nggak?"
"Ada, tapi nanti sore. Anak-anak SD gitu, pada main futsal."
Sudah terbukti kalau Surya berbohong. Kini ia berterima kasih pada tukang sapu itu. Bapak itu hanya mengangguk dan kembali menyapu. Namun, Mirna belum pergi dari lapangan. Inilah saatnya memakai alat canggih peninggalan ayahnya.
Lensa kontak ia pasangkan pada bingkai kacamatanya. Canggihnya, lensa kontak ini bukan lensa kontak biasa. Lensa kontak ini bisa mendeteksi sidik jari pelaku kejahatan secara langsung. Tak hanya sidik jari, tapi juga jejak kakinya. Jadi tak perlu susah payah menggambarkan sosok pelaku atau memotret sidik jari dan langkah kakinya.
Mirna melihat lagi foto Surya. Dan ia berjalan berkeliling lapangan satu hingga tiga kali. Terdeteksi di kacamatanya dari lensa kontak yang ia pakai. Tidak ada sidik jari serta langkah kaki Surya dengan wanita itu.
Artinya, Surya tidak ke lapangan ini. Terbukti jelas, bahwa Surya berbohong. Sekarang Mirna benar-benar keluar dari lapangan itu, untuk mencari Surya. Selama dalam perjalanan, Mirna mengirim pesan pada Marisa untuk menanyakan Surya.
Surya sudah pulang ternyata. Dengan wajah seperti biasa, seperti orang yang beres berolahraga. Mirna mengangguk paham. Dan ia akan ke rumah Marisa untuk memberikan bukti kalau Surya berbohong.
...°°°...
Sungguh sibuk untuk hari ini bagi Mirna. Ia harus mendeteksi dulu untuk kebenaran kasus ini. Jangan sampai membuat Marisa kecewa. Lensa kontaknya benar-benar sudah tepat menunjukkan bahwa Surya tidak main futsal di lapangan itu. Gelang hidungnya pun memberitahukan tidak ada aroma Surya disana.
Dengan komputer canggihnya juga, Mirna mendeteksi di layar monitor. Ia tempelkan gelang hidung dan lensa kontaknya di papan scanner buatan ayahnya yang amat jenius itu. Terbukti, tak ada sidik jari dan aroma Surya di layar monitor. Kalaupun ada sidik jari, aroma tubuh dan jejak kaki, monitor menunjukkan bahwa itu bukanlah milik Surya.
Dua benda itu ditempelkan pada scanner bersama fotonya Surya. Jadi bisa dilihat kebenaran benda itu. Dan layar komputer menunjukkan hasil, semua sidik jari, aroma tubuh hingga jejak kaki bukanlah milik orang yang ada pada foto.
"Mbak Marisa harus tahu ini!" gumam Mirna. Ia segera mengambil ponselnya dan menghubungi Marisa, agar diminta ke rumah melihat hasilnya.
Marisa yang menjawab teleponnya menyanggupi untuk datang ke rumah. Setelah telepon di tutup, Mirna mem-block kata pernyataan dari dua benda itu yang masuk ke monitor. Ia block dan menyalinnya ke ruang Microsoft word.
Marisa pun tiba. Tanpa berlama-lama lagi ia bertanya, "Gimana-gimana? Hasilnya Surya bener main futsal nggak?"
"Coba Mbak lihat sendiri!" pinta Mirna tegas.
Marisa melihat monitor. Namun karena tidak mengerti, ia bertanya lagi, "Ini apa maksudnya?"
"Ya ini bukti lewat dua benda saya. Hasil penyelidikan menunjukkan, bahwa Mas Surya nggak main futsal hari ini. Dia nggak ke lapangan itu," jawab Mirna tegas tapi santai.
"Kalau bukti Mas Surya ke sana, ditandai dengan apa?"
"Kalau buktinya Mas Surya nggak bohong, artinya layar monitor akan menunjukkan dengan memberikan peringatan 'milik sang pelaku'. Saya udah check ke sana langsung aja, kacamata saya yang pasangkan lensa kontak ayah saya ini, menunjukkan cahaya merah. Kalau cahayanya biru, artinya Mas Surya terdeksi ke sana."
Marisa memahami. Lensa kontak Mirna memberikan warna merah pada kacamatanya. Berarti sudah jelas, Surya berbohong. Namun biarpun begitu, Mirna selalu memberikan peringatan pada setiap klien-nya untuk menyelidiki sendiri pelaku jika dekat dengannya.
"Tapi kalau Mbak masih mau melakukan penyelidikan, coba selidiki Mas Surya saat di rumah Mbak! Apakah melakukan hal-hal yang mencurigakan atau aneh, atau tetap biasa saja? Untuk berjaga-jaga. Karena bisa saja, alat saya ini ada bohongnya juga."
Marisa sudah mempercayai Mirna langsung. Jadi ia tak perlu menyelidiki Surya. Sudah otomatis baginya terbuka lebar, bahwa Surya selama ini berbohong. Wanita yang ada di fotonya itu jelas-jelas bukan teman biasa, tapi selingkuhannya. Surya harus dapat hukuman 2 bulan penjara. Itulah hukum di negara ini. Siapapun yang sudah menikah dan berselingkuh, akan masuk ke penjara 2 bulan.
...***...
Mirna sudah mendapat laporan dari Marisa, bahwa sebaiknya Mirna sendiri yang menyelidiki. Marisa tak akan menduga-duga lagi karena semua sudah jelas. Ia serahkan pada Mirna jika memang masih butuh penyelidikan terakhir. Dan jika sudah ketahuan selingkuh sungguhan, Mirna juga yang harus melaporkannya pada polisi. Lalu kabarkan segera pada Marisa tentang itu.
Mirna menyanggupi. Ia akan melakukan penyelidikan terakhir. Kebetulan ada tempat yang pass untuk menyelidiki. Ia dapat laporan dari Marisa bahwa Surya selalu makan di warteg dekat kantornya. Marisa sudah memberikan alamat kantornya itu. Dan kalau mau menyelidiki Surya saat ia makan di warteg itu, tinggal menyebrang saja dari kantornya Surya. Karena memang warteg itu berseberangan dengan kantor tempat Surya bekerja.
Mirna akan melakukannya saat istirahat sekolah nanti. Ia harus melakukannya dengan cepat agar tidak terlambat masuk lagi ke kelas.
...***...
Istirahat sekolah dimulai juga. Mirna segera pergi untuk melakukan penyelidikan. Ia memakai jaketnya, mengganti rok abu-abunya dengan celana jeans yang sudah ia pakai dari rumah, lalu menggunakan wig-nya. Saatnya beraksi. Tak lupa lensa kontak dan gelang hidung. Foto Surya juga sudah ia bawa.
Mirna menaiki angkutan umum dua kali. Setelah itu sampailah di kantornya Surya. Ia juga mencari warteg yang dimaksud. Warteg itu pun di temukan benar-benar di seberang jalan. Mirna segera menyebrang jalan dan memakai lensa kontak dan gelang hidungnya.
Lalu ia cium aroma foto itu dengan aroma dalam warteg yang terbuka. Lensa kacamatanya menunjukkan cahaya merah. Artinya Surya mungkin belum ke warteg itu.
Tapi, untungnya tak lama Mirna menunggu. Aroma Surya tercium dekat. Dilihatnya Surya menyebrang jalan dengan wanita di foto itu. Jalannya bukan seperti teman biasa. Tapi sungguh-sungguh seperti orang pacaran.
Lensa kacamatanya kini bercahaya biru. Target sudah terlihat! Saatnya mendeteksi gerak-gerik Surya dengan wanita itu. Walaupun sudah menduga, namun Mirna tidak mau gegabah. Ia tetap akan menyelidiki sampai tuntas.
Mirna melepas lensa kontak dan gelang hidungnya. Kalau untuk gerak-gerik pelaku, ia lihat saja dengan matanya sendiri. Tanpa bantuan alat canggih apapun. Dan semua benar-benar sesuai dugaannya. Kata 'suudzon' tak bisa terpakai lagi. Husnudzon juga tidak akan ada. Karena sudah terbukti.
Surya mencium tangan wanita itu dengan mesranya. Karena kalau teman biasa, tak mungkin akan melakukan hal gila seperti itu. Saatnya terbuka identitas Mirna. Ia segera lepas wig-nya juga.
"Hei, Mas Surya!" seru Mirna memanggil tegas.
Surya terkejut dan nampaknya mulai panik. Begitu juga dengan wanita itu. Badannya langsung gemetar ketakutan sambil berkata, "Mmm...Dek Mirna!"
Tanpa berlama-lama lagi, Surya segera menarik tangan wanita itu dan kabur. Mirna sudah mulai geram lalu mengejar sambil menyuruh tegas Surya untuk berhenti.
Namun di tengah pelariannya, Surya dan wanita itu ditabrak motor sampai keduanya jatuh dan terluka. Sementara Mirna yang masih dalam perjalanan larinya, menabrak seseorang. Seorang polisi pria muda yang ia tabrak dan jatuh bersamaan dengan Mirna.
"Eh! Kamu nggak apa-apa?" tanya polisi itu saat mulai berdiri. Ia ulurkan tangannya untuk membantu Mirna berdiri.
Mirna menyentuh tangan polisi itu dan membalas dengan suara lirih, akibat sedikit rasa sakit pada bagian bokongnya karena jatuh tadi.
"I, iya. Saya nggak apa-apa. Cuman sedikit sakit."
"Mau diobatin?"
"Nggak usah. Nanti juga hilang. Makas..."
Namun, kata-kata terima kasih itu terpotong ketika Mirna berdiri dan melihat wajah polisi pria itu. Mata Mirna jadi berbinar-binar. Bagaimana tidak? Wajah polpri ini sangat tampan.
Namun Mirna tak punya waktu untuk itu. Ia harus segera mengejar Surya dan wanita tadi. Terlihat dari jauh kalau Surya dan wanita itu sedang diobati lukanya. Walaupun hanya luka kecil tapi mengeluarkan darah.
"Ini siapa?" tanya polisi yang tampan itu.
"Oh...ini target saya yang selingkuh, Pak. Dia suaminya tetangga saya," jawab Mirna tegas.
"Oh...selingkuh. Baiklah!"
Polisi itu segera memborgol Surya dan wanita itu. Mereka akan di kurung di penjara selama 2 bulan. Mirna pun segera menghubungi Marisa tentang kabar ini.
Sebelum berpisah, Mirna memanggil polisi itu dan berkata, "Pak! Kapan-kapan kita ketemu lagi, ya!"
Polisi pria yang membawa Surya dan selingkuhannya itu melirik Mirna. Ia tersenyum dan menjawab, "Iya, lain waktu kita ketemu lagi."
Mirna senang sekali hari ini. Tak pernah terpikirkan olehnya bisa bertemu polisi pria yang masih muda setampan itu. Biasanya yang ia temui selalu polisi yang sudah bapak-bapak.
Dapat dua kesenangan hari ini. Tukang selingkuh dan selingkuhannya tertangkap, dan bertemu polisi tamvan.
...Kasus selesai!...
...°°°...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!